Anda di halaman 1dari 11

UJIAN AKHIR SEMESTER

“PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN”

OLEH

FUJA KIRVALANI

21086370

Dosen Pengampu : Drs. Syamsuar , M.S., AIFO, Ph.D

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
PERTOLONGAN PERTAMA PADA KORBAN KERACUNAN

A. Menangani racun dan penyebabnya

Racun masuk ke dalam tubuh manusia melalui mulut, hidung (inhalasi), kulit,
suntikan, mata (kontaminasi mata), dan sengatan atau gigitan binatang berbisa.

1. Melalui Mulut

Jika racun masuk ke dalam tubuh manusia melalui mulut, maka tindakan dalam
menangani racun yang telah masuk ke dalam tubuh ialah mengurangi absorpsi racun dari
saluran cerna, memberikan antidot, dan meningkatkan eliminasi racun dari tubuh.

a. Mengurangi absorpsi

Upaya mengurangi absorpsi racun dari saluran cerna dilakukan dengan merangsang
muntah, menguras lambung, mengadsorpsi racun dengan karbon aktif, dan membersihkan
usus.

b. Memberikan antidot

Pemberian antidot dapat meningkatkan eliminasi racun dari tubuh. Meskipun antidot
kadang-kadang merupakan obat penyelamat nyawa penderita keracunan; penanggulangan
keracunan tidak dapat diandalkan hanya dengan menggunakan antidot saja.

c. Meningkatkan eliminasi racun

Meningkatkan eliminasi racun dapat dilakukan dengan diuresis basa atau asam, dosis
multipel karbon aktif, dialisis dan hemoperfusi.

2. Melalui Hidung

Dalam menangani racun yang masuk melalui hidung (inhalasi), tindakan yang segera
dilakukan ialah:

enderita keracunan dari tempat atau ruangan yang tercemar racun.

tekanan positif, tekanan darah perlu dikontrol


terus-menerus.

3. Kontaminasi Kulit

Jika kulit terkontamiasi atau terkena racun, segera disiram dengan air untuk
mengencerkan atau mengusir racun. Kecepatan dan volume air yang digunakan sangat
menentukan kerusakan kulit yang terjadi, terutama jika terkena racun yang bersifat korosif
dan bahan-bahan atau racun yang merusak kulit.
4. Kontaminasi Mata

Mata yang terkontaminasi atau terkena bahan kimia harus dibilas atau dialiri air
selama 15 menit. Dapat juga digunakan gelas pencuci mata, yang airnya sering diganti.
Jangan sekali-kali diteteskan antidot senyawa kimia, karena panas yang akan timbul dapat
mengakibatkan kerusakan mata yang lebih parah. Selanjutnya, segera dibawa ke rumah sakit
untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan.

5. Sengatan dan Gigitan Binatang Berbisa

Jika terkena gigitan ular berbisa, maka tindakan untuk mencegah penjalaran bisa
dilakukan dengan menggunakan torniket di daerah atau diatas luka gigitan, sampai dapat
diberikan antidot yang spesifik terhadap bisa ular penyebabnya. Selama dalam perjalanan ke
rumah sakit, torniket dikendorkan setiap 15 menit selama 30 detik. Torniket tidak digunakan
pada jari tangan atau kaki yang terkena gigitan ular berbisa. Sebagai, alternatif dapat
dilakukan pembalutan dengan yang kuat atau dengan tekanan yang dapat dibiarkan beberapa
jam.

Usaha lain untuk memperlambat penjalaran bisa, yaitu dengan pendinginan lokal
menggunakan es batu. Cara ini dapat berbahaya jika terjadi radang karena kedinginan. Cara
lain lagi dengan mengisap bisa dari luka gigitan, setelah luka disayat sepanjang 1,5 cm dan
kedalaman 0,5 cm. Jika gigitan terjadi lebih dari setengah jam, sebaiknya tidak dilakukan
pengisapan. Pengisapan yang dilakukan dalam waktu 10 menit setelah terjadi gigitan dapat
mengeluarkan racun sampai 20%.

B. Mengatasi efek dan gejala keracunan

Efek dan gejala keracunan pada manusia dapat timbul setempat (lokal) atau sistemik
setelah racun diabsorpsi dan masuk ke dalam sistem peredaran darah atau keduanya.

Lokal. Racun yang bersifat korosif akan merusak atau mengakibatkan luka pada
selaput lendir atau jaringan yang terkena. Racun lain akan menyebabkan radang selaput
lendir saluran cerna secara tokal dan beberapa racun lain lagi secara lokal mempunyai efek
pada sistem saraf pusat dan organ tubuh lain, seperti jantung, hati, paru, dan ginjal, tanpa sifat
korosif dan iritan.

Sistemik. Setelah memberikan efek secara lokal, biasanya racun diabsorpsi dan
masuk ke dalam sistem peredaran darah dan akan mempengaruhi organ-organ tubuh yang
penting. Pada dasarnya, racun akan mempengaruhi semua organ tubuh, hanya dengan tingkat
yang berbeda, sehingga sukar untuk menyatakan bahwa ada racun yang efeknya selektif.

Faktor-faktor yang mempengaruhi efek dan gejala keracunan pada manusia, antara lain:

1. Bentuk dan cara masuk

Racun dalam bentuk larutan akan bekerja lebih cepat, dibandingkan dengan yang
berbentuk padat. Sedangkan racun yang masuk ke dalam tubuh secara IV dan IM, akan
memberikan efek lebih kuat dibandingkan dengan melalui mulut.
2. Usia

Pada umumnya anak-anak dan bayi lebih mudah terpengaruh efek racun dibandingkan
dengan orang dewasa, tapi anak-anak justru tidak mudah terpengaruh oleh efek beladon,
kalomel, dan strichnin.

3. Makanan

Pada perut kosong, efek racun akan bekerja lebih cepat jika dibandingkan dengan
perut yang berisi makanan.

4. Kebiasaan

Jika terbiasa kontak dengan racun dalam jumlah kecil mungkin dapat terjadi toleransi
terhadap racun yang sama dalam jumlah relatif besar tanpa menimbulkan gejala keracunan,
bahkan juga dapat mengakibatkan ketergantungan. Tapi, toleransi terhadap racun tidak selalu
terjadi. Mungkin dengan dosis sedikit lebih besar dari dosis yang biasa digunakan akan
menyebabkan keracunan, bahkan kematian. Hal ini dapat menjelaskan mengapa orang yang
sudah ketagihan morfin dapat mati karena keracunan morfin.

5. Kondisi kesehatan

Seseorang yang sedang menderita sakit akan mudah terpengaruh oleh efek racun
dibandingkan dengan orang yang sehat.

6. Idiosinkrasi

Idiosinkrasi adalah reaksi seseorang terhadap racun tertentu yang tidak biasa, bahkan
mungkin berlawanan. Sebagai contoh, efek morfin pada orang-orang tertentu tidak
menyebabkan tidur, tapi bahkan akan terjaga terus-menerus.

7. Jumlah racun

Jumlah racun sangat berkaitan erat dengan efek yang ditimbulkan. Akan tetapi racun
dalam jumlah besar akan menyebabkan muntah sehingga yang tertinggal sedikit, demikian
juga efeknya, Efek dan gejala yang ditimbulkan akibat keracunan, terjadi antara lain pada
sistem pencernaan makanan, pernapasan, kardiovaskuler, urogenital, darah dan hemopoitika,
serta sistem saraf pusat. Selain mengatasi efek dan gejala keracunan, dilakukan juga tindakan
yang bersifat suportif.

Sistem Pencernaan Makanan

Efek dan gejala keracunan pada sistem pencernaan makanan dapat menyebabkan
muntah, diare, perut kembung, dan kerusakan hati (sebagai akibat keracunan obat dan bahan
kimia).
Cara mengatasi keracunan akut atau khronik:

cairan yang
dimuntahkan dengan memberikan infus larutan dekstrosa 5-10% dalam larutan garam 0,3-0,5
N. Tergantung fungsi ginjalnya, kontrol keseimbangan cairan dan elektrolit.

kan makanan dengan diet protein yang ditentukan


untuk mengatur kadar protein dalam serum.

erat (hematokrit 10-15%), berikan transfusi darah.

Sistem Pernapasan

Efek dan gejala keracunan pada sistem pernapasan, antara lain hipoksia dan depresi
pernapasan, edema paru, dan ventilasi paru.

a. Hipoksia dan Depresi Pernapasan

Hipoksia terjadi karena darah tidak membawa cukup oksigen yang hanya dapat diketahui
dengan cara analisis gas darah arteri. Hipoksia dapat mengakibatkan penderita koma, tidak
sadar, konvulsi, kelumpuhan otot dengan depresi pernapasan atau tidak bernapas. Keadaan ini
memeriukan resuscitasi dengan pernapasan buatan dan/atau oksigen, sampai penapasan
kembali normal.

Hipoksia pada penderita keracunan dapat disebabkan oleh:

-bahan kimia bersifat korosif dan iritan yang dapat menyebabkan edema lidah,
laring, faring.

otulisme, yang menyebabkan kelumpuhan otot.

-o-kresil fosfat yang menyebabkan kelumpuhan


pusat pernapasan.

dalam udara atau gas alam yang menyebabkan


kekurangan oksigen.

-bahan iritan yang dapat menyebabkan edema paru.

wa nitrit, yang dapat membentuk ikatan


methemoglobin sehingga terjadi kekurangan oksigen.

nggu atau menghambat pertukaran oksigen.

da, fluorida, dan hidrogen sulfida, yang menyebabkan sel enzim keracunan dan
mengakibatkan pernapasan jaringan terganggu.
Tindakan penanggulangan:

 Berikan pernapasan buatan dan/atau oksigen.

C. Obat alami mengatasi keracunan

1. Jahe

Bahan alami ini sudah digunakan berabad-abad lamanya untuk pengobatan, termasuk
mengatasi keracunan makanan. Jahe dipercaya mampu memperbaiki penyerapan nutrisi-
nutrisi esensial dan melancarkan pencernaan.

Bahan alami ini juga cukup ampuh untuk mengatasi rasa mual dan muntah, sehingga bisa
membuat tubuh terasa lega. Untuk mengatasi keracunan makanan dengan jahe cukup
sederhana kok. Buatlah teh jahe dengan rebus satu sendok teh parutan jahe dengan segelas air
selama beberapa menit. Untuk menambahkan cita rasa, tambahkan sedikit gula atau madu.

2. Lemon

Buah yang satu ini bersifat antiinflamasi dan antibakteri. Hal inilah yang membuat lemon
terbilang cukup efektif untuk mengatasi keracunan makanan. Asam dalam lemon dipercaya
bisa membantu membunuh bakteri yang menyebabkan keracunan makanan. Caranya cukup
mudah kok. Buatlah teh lemon untuk atasi keracunan makanan.

3. Bawang Putih

Bahan alami yang satu ini enggak hanya dimanfaat sebagai bumbu dapur saja. Ternyata,
bawang putih juga bisa digunakan untuk meredakan gejala keracunan makanan. Kok bisa?
Kandungan bawang putih bisa membantu untuk membersihkan sistem pencernaan.

Tak cuma itu saja, bawang putih bersifat antiviral dan antibakteri, sehingga baik dikonsumsi
ketika mengalami keracunan makanan. Bagaimana cara menggunakannya? Gampang kok,
konsumsi satu siung bawang putih segar bersama dengan air putih.

4. Madu

Memiliki memiliki banyak keistimewaan bagi tubuh, salah satunya mengatasi masalah
pencernaan dan keracunan makanan. Selain itu, madu juga bisa membantu tubuh untuk
mengontrol pembentukan asam berlebih di dalam perut. Kita bisa mengonsumsinya secara
langsung atau menambahkan ke dalam secangkir teh.

5. Pisang dan Yoghurt

Pisang mengandung potasium yang bisa membunuh bakteri penyebab racun. Sedangkan
yoghurt, mengandung mikro-organisme yang bisa membunuh bakteri jahat penyebab
keracunan makanan.
6. Tambahkan Asupan Elektrolit

Pada dasarnya, kasus keracunan makanan biasanya tak memerlukan penanganan khusus.
Gejala biasanya akan hilang dalam beberapa hari. Akan tetapi, bila pengidapnya kehilangan
cairan begitu banyak karena diare dan muntah, perlu mendapatkan asupan cairan tambahan
melalui infus.
PERTOLONGAN PERTAMA KORBAN LUKA BAKAR

A. Cara Penanganan Luka Bakar

Pertolongan pertama pada luka bakar harus segera dilakukan untuk mencegah
terjadinya infeksi atau kondisi yang lebih serius. Caranya harus dilakukan dengan tepat,
sebab beda derajat keparahan, akan berbeda penanganannya. Simak artikel berikut ini untuk
memahami langkah-langkah pertolongan pertama luka bakar serta kapan waktu yang tepat
untuk mendapatkan perawatan medis.

Jenis-Jenis Luka Bakar

Luka bakar dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti terkena percikan api, tersiram
minyak panas, terbakar sinar matahari secara langsung (sunburn), bisa juga karena
bersentuhan dengan cairan atau benda panas. Penyebab yang beragam tersebut menyebabkan
derajat keparahan luka yang berbeda-beda. Di mana, masing-masing derajat keparahan luka
akan memerlukan penanganan yang berbeda pula.

Sebelum mengetahui langkah pertolongan pertama pada luka bakar, ada baiknya
Anda memahami jenis-jenisnya. Berdasarkan derajat keparahannya, luka bakar terbagi
menjadi tiga jenis yaitu:

Luka Bakar Ringan

Luka bakar ringan atau luka bakar derajat 1 memiliki karakteristik luka yang tidak
lebih dari 8 cm. Luka ini umumnya tidak menimbulkan kondisi serius karena hanya meliputi
lapisan kulit paling luar.

Luka bakar ringan biasanya memunculkan rasa nyeri, kemerahan, dan kadang disertai
dengan bengkak. Jenis luka bakar ini sering kali disebabkan oleh kontak langsung dengan
benda panas atau karena terbakar sinar matahari (sunburn).

Luka Bakar Sedang

Luka bakar sedang atau luka bakar derajat 2 ditandai dengan kulit melepuh, bengkak,
kemerahan (kadang justru pucat), dan terasa sangat perih. Seseorang yang mengalami luka
bakar jenis ini membutuhkan perawatan medis jika luka melebar di beberapa bagian tubuh
tertentu, seperti wajah, bokong, selangkangan, atau alat kelamin.

Luka Bakar Berat

Apabila luka bakar berpotensi merusak jaringan lebih dalam hingga ke saraf, otot, dan
tulang maka dapat digolongkan sebagai luka bakar derajat 3 atau berat. Karakteristik luka
bakar berat bukan lagi berwarna kemerahan, tetapi putih bahkan gosong.

Luka bakar berat terkadang justru tidak menimbulkan rasa nyeri atau perih pada
penderitanya karena adanya saraf yang terdampak. Jenis luka ini berisiko menyebabkan
komplikasi seperti tubuh kekurangan cairan secara mendadak (hipovolemia) dan penurunan
suhu tubuh secara drastis (hipotermia).

Pertolongan Pertama pada Luka Bakar

1. Cara Mengatasi Luka Bakar Ringan

Pertolongan pertama pada luka bakar ringan cukup dilakukan di rumah karena tidak
menimbulkan kondisi yang serius. Meski tidak ditangani dengan tindakan medis, penanganan
di rumah tetap akan efektif apabila Anda melakukan langkah-langkah yang tepat. Berikut
langkah-langkah pertolongan pertama pada luka bakar ringan:

 Bilas area yang terdampak dengan aliran air yang sejuk. Anda juga bisa merendamnya
di air sampai rasa nyeri atau panas mereda.
 Gunakan kompres jika tidak tersedia air mengalir.
 Hindari penggunaan es batu.
 Tutup luka bakar dengan kain bersih atau perban steril.
 Berikan olesan petroleum jelly atau gel lidah buaya pada luka bakar untuk
memberikan efek menyejukkan pada kulit.
 Hindari mengoleskan minyak, losion, atau krim, terlebih yang mengandung aroma,
pada area luka bakar.
 Konsultasikan pada dokter apabila luka tak kunjung membaik setelah melakukan
pertolongan pertama.

2. Penanganan Luka Bakar Sedang

Anda bisa melakukan pertolongan pertama pada luka bakar sedang secara mandiri
dari rumah apabila kondisinya tidak terlalu serius. Penanganannya tidak jauh berbeda dengan
luka bakar ringan, yaitu:

 Gunakan kompres atau rendam luka dalam air sejuk selama 10-15 menit.
 Hindari penggunaan es batu karena dapat menyebabkan rasa sakit serta kerusakan
kulit lebih lanjut.
 Hindari memecahkan lepuhan luka karena berisiko menyebabkan infeksi luka.
 Usahakan menutup luka bakar dengan perban steril dan pastikan perban tidak terlalu
kencang agar tidak menempel pada luka dan tidak menyumbat aliran darah.
 Bila luka bakar melebar, segera pergi ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan
medis.

3. Cara Mengobati Luka Bakar Berat

Pertolongan pertama pada luka bakar harus dilakukan secara perlahan dan hati-hati.
Pasalnya, penderita luka bakar berat rentan mengalami infeksi, sehingga perawatan medis
adalah penanganan paling tepat.
Ada beberapa langkah pertolongan pertama pada luka bakar berat yang dapat Anda
lakukan sebelum mendapat pertolongan medis yaitu:

 Jauhkan korban dari sumber kebakaran atau sumber yang menyebabkan luka bakar.
 Gunakan perban steril untuk menutupi area yang terbakar secara longgar.
 Hindari merendam luka bakar di dalam air dan jangan mengoleskan salep atau krim
tanpa anjuran dari dokter.
 Hindari memberikan air dingin pada luka bakar yang melebar untuk mencegah
hipotermia dan hipovolemia.
 Pisahkan jari kaki atau tangan yang terluka menggunakan perban atau kain yang
steril.
 Gunakan selimut untuk menutupi bagian tubuh yang terluka.

B. Derajat Luka Bakar

Derajat luka bakar dapat diklasifikasikan menjadi tiga tingkat, yakni tingkat 1, 2, dan 3.
Setiap derajat luka bakar dinilai berdasarkan tingkat keparahan dan kerusakan yang terjadi
pada kulit.

Berikut ini adalah derajat luka bakar berdasarkan tingkat keparahannya:

1. Derajat luka bakar tingkat 1 (superficial burn)

Pada luka bakar tingkat 1, kerusakan hanya terjadi di epidermis atau lapisan kulit luar.
Ciri-ciri yang ditimbulkan pada derajat luka bakar tingkat 1 adalah kulit tampak merah,
kering, dan terasa sakit.

Luka bakar tingkat 1 dapat disebabkan oleh paparan sinar matahari. Luka bakar ini
tidak terlalu mengkhawatirkan dan bisa sembuh dengan sendirinya.

2. Derajat luka bakar tingkat 2 (superficial partial-thickness burn)

Derajat luka bakar tingkat 2 terjadi pada epidermis dan sebagian lapisan dermis (lapisan
kulit yang lebih dalam). Ketika mengalami luka bakar tingkat 2, kulit tampak merah, lecet,
melepuh, bengkak, dan menimbulkan nyeri hebat.

Luka bakar tingkat 2 dapat terjadi ketika kulit bersentuhan sebentar dengan benda panas.
Luka bakar ini bisa ditangani dengan beberapa metode pengobatan tanpa operasi atau bedah,
termasuk mengoleskan salep antibiotik sesuai anjuran dokter.

3. Derajat luka bakar tingkat 3 (full thickness burn)

Kerusakan jaringan pada derajat luka bakar tingkat 3 mengenai seluruh lapisan
epidermis dan dermis, atau lebih dalam lagi. Kulit yang mengalami luka bakar tingkat 3
tampak putih, tetapi juga dapat terlihat hangus, kasar, dan mati rasa. Operasi atau bedah
menjadi pilihan utama untuk menangani luka bakar ini.

Selain 3 kategori di atas, luka bakar juga dapat digolongkan menjadi 2 kelompok, yakni:
 Luka bakar minor, terdiri dari luka bakar tingkat 1 di bagian tubuh manapun dan luka
bakar tingkat 2 yang lebarnya 5–7,5 cm
 Luka bakar mayor, terdiri dari luka bakar tingkat 3 serta luka bakar tingkat 2 pada
tangan, kaki, wajah, alat kelamin, dan bagian tubuh lainnya dengan lebar luka lebih
dari 5–7,5 cm

Dibandingkan dengan luka bakar tingkat 1 dan 2, derajat luka bakar tingkat 3 lebih
berisiko menimbulkan komplikasi, seperti infeksi, kehilangan darah, syok, bahkan
menyebabkan kematian. Luka bakar yang parah juga berisiko menyebabkan hipotermia dan
hipovolemia.

Anda mungkin juga menyukai