Anda di halaman 1dari 8

TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS

CASE REPORT

Penegakan Diagnosis dan Penatalaksanaan pada Anak dengan Demam


Tifoid

Penyusun

Ilham Paramasatya, S.Ked J510185012

Pembimbing

dr. Eva Musdalifah, Sp. A, M.Kes

PRODI PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
OKTOBER 2019
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Ilmiah Kepaniteraan Klinik FK UMS

CASE REPORT

Prodi Profesi Doker Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Judul : Penegakan Diagnosis dan Penatalaksanaan pada Anak dengan


Demam Tifoid

Penyusun : Ilham Paramasatya, S.Ked J510185012


Pembimbing : dr. Eva Musdalifah, Sp. A, M.Kes

Sukoharjo, November 2019

Penyusun

Ilham Paramasatya, S.Ked

Menyetujui,

Pembimbing

dr. Eva Musdalifah, Sp. A, M.Kes

Mengetahui,

Kepala Program Studi Profesi Dokter

Fakultas Kedokteran UMS

Dr. Iin Novita N.M., M.Sc., Sp.PD


Penegakan Diagnosis dan Penatalaksanaan pada Anak dengan Demam
Tifoid
Ilham*, Eva**
* Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
** Bagian Kesehatan Anak, RSUD Ir Soekarno Sukoharjo

Abstrak

Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di negara
berkembang. Didefinisikan sebagai buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam, dengan
konsistensi cair, dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Kami melaporkan penegakan diagnosis
dan penatalaksanaan sebuah kasus anak dengan diare dehidrasi ringan-sedang di rumah sakit
Kabupaten. Seorang anak perempuan usia 8 bulan 18 hari, diantar oleh ibunya ke IGD RSUD Ir
Soekarno Sukoharjo dengan keluhan BAB cair. BAB cair dirasakan sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit. Keluhan BAB cair sebanyak 6 kali. BAB cair tidak disertai dengan ampas, tidak
disertai lendir maupun darah. Keluhan pasien juga disertai muntah sebanyak 2 kali. Nafsu makan
menurun. Pasien rewel. Batuk pilek (-). Pasien sehari-hari mengkonsumsi ASI dan MPASI. Berat
badan pasien saat ini adalah 8 kg. Riwayat imunisasi sesuai usia. Pemeriksaan tanda vital pasien
keadaan umum pasien sedang tampak lemah, kesadaran kompos mentis, denyut nadi 98 kali/menit,
respiratory rate 33 kali/menit, suhu tubuh 36,50C, dan saturasi oksigen 98%. Pemeriksaan fisik
didapatkan kepala mukosa mulut dan bibir tampak kering, dan air mata air mata tampak sedikit
saat menangis, thorak dalam batas normal, abdomen auskultasi terdengar bising usus meningkat,
Diagnosis pasien adalah diare akut dehidrasi ringan-sedang dan vomitus frequen. Penanganan
rehidrasi dan antimikroba yang tepat terhadap diare memberikan prognosis yang lebih baik.

Kata Kunci : diare, anak, dehidrasi


Abstract

Acute Diarrhea is one of the morbiditas ad mortality in children in development country, Defined
as defecating more than 3 times in 24 hours, with a liquid consistency, and lasting less than 1
week. We report the diagnosis and management of a case of a child with mild to moderate
dehydration diarrhea in the district hospital. A female, aged 8 month 18 days, was taken by his
mother to the emergency room of Ir SoekarnoSukoharjo General Hospital with complaints of
liquid bowel movements. Liquid bowel movements are felt since 1 day before entering the hospital.
Complaints defecate liquid 6 times. Liquid BAB is not accompanied by pulp. Patient complaints
also accompanied by vomiting 2 times. Decreased appetite. Fussy patient. Cough and cold (-).
Patients daily consume breast milk, and MPASI The patient's current weight is 8 kg. History of
immunization according to age. Examination of the patient's vital signs thegeneral state of the
patient being weak, awareness of compost mentis, pulse 98 times / min, respiratory rate 33 times /
min, body temperature 36,50C, and oxygen saturation 98%. Physical examination showed that the
head, lips dan mouth mucosa is dry, decrease tears when she was cry, thorax was within normal
limits, abdominal auscultation sounded intestinal noise increased.. The patient's diagnosis is acute
diarrhea, mild to moderate dehydration and vomitus frequent. Proper handling of rehydration and
antimicrobials against diarrhea provides a better prognosis

Keywords: diarrhea, children, dehydration


Pendahuluan disertai muntah sebanyak 2 kali. Nafsu makan
menurun. Pasien rewel. Batuk pilek (-).
Diare akut masih merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas anak di negara Sebelumnya pasien sudah dibawa ke Bidan,
berkembang.1 WHO memperkirakan 4 milyar kasus diberi obat tapi belum ada perbaikan. Pada pagi
terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta harinya sebelum masuk rumah sakit, pasien
diantaranya meninggal; sebagian besar anak-anak mengalami BAB cair sebanyak 4 kali dan muntah
di bawah umur 5 tahun. Lebih dari 5000 anak 1x, dan malamnya (hari pertama di rumah sakit)
meninggal setiap hari akibat diare. Dari semua pasien mengalami BAB cair sebanyak 2 kali dan
kematian anak akibat diare, 78% terjadi di Afrika muntah (-).Keluarga pasien tidak ada yang
dan Asia Tenggara.1 Laporan Riskesdas tahun 2007 mengalami keluhan serupa. Pasien belum pernah
menunjukkan bahwa penyakit Diare merupakan mengalami riwayat serupa.
penyebab kematian nomor satu pada bayi (31,4%)
dan pada balita (25,2%), sedangkan pada golongan Pasien sehari-hari mengkonsumsi ASI dan
semua umur merupakan penyebab kematian yang MPASI. Berat badan pasien saat ini adalah 8 kg.
ke empat(13,2%) 16 Alloanamnesis yang dilakukan pada ibu pasien
didapatkan bahwa pasien merupakan anak pertama
Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 (P1A1) dengan riwayat kelahiran partus spontan.
kali dalam 24 jam, dengan konsistensi cair, dan Usia kehamilan saat kelahiran yaitu 41 minggu dan
berlangsung kurang dari 1 minggu3 Definisi lain berat badan pasien saat lahir yaitu 2900 gram,
mengenai diare yaitu buang air besar yang terjadi panjang badan 49 cm. Saat lahir pasien menangis
pada bayi dan anak yang sebelumnya nampak kuat, aktif, apgar score 7-9. Riwayat imunisasi
sehat, dengan frekuensi tiga kali atau lebih per hari, pasien sudah mendapatkan imunisasi sesuai usia.
disertai perubahan tinja menjadi cair, dengan atau Ibu dan Ayah pasien merupakan seorang pekerja
tanpa lendir dan darah.4 Diare dipengaruhi oleh wirawasta.
berbagai faktor resiko. Faktor resiko pada anak
yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap Riwayat imunisasi sesuai usia. Pemeriksaan
diare antara lain status gizi kurang (malnutrisi) 2 tanda vital pasien keadaan umum pasien sedang
tampak lemah, kesadaran kompos mentis, denyut
Diare dapat diklasifikasikan menurut bentuk nadi 98 kali/menit, respiratory rate 33 kali/menit,
klinis diare, derajat dehidrasi, dan lamanya diare.7 suhu tubuh 36,50C, dan saturasi oksigen 98%.
Pada anak, biasanya diare memberikan gambaran
klinis atau gejala seperti muntah, rasa haus, rewel, Pemeriksaan fisik didapatkan kepala mukosa
anak lemah, kesadaran menurun, demam, sesak, mulut dan bibir tampak kering, dan air mata
kejang dan kembung.3 Faktor utama untuk tampak sedikit saat menangis, thorak dalam batas
mengurangi angka kematian akibat diare adalah normal, abdomen auskultasi terdengar bising usus
program penggunaan cairan rehidrasi oral (CRO) meningkat, Diagnosis pasien adalah diare akut
secara meluas sebagai terapi dan pencegahan dehidrasi ringan-sedang. Penanganan rehidrasi dan
terhadap terjadinya dehidrasi.10 antimikroba yang tepat terhadap diare memberikan
prognosis yang lebih baik.
Kami melaporkan cara penegakan diagnosis
dan penatalaksanaan sebuah kasus anak dengan Pemeriksaan fisik bagian kepala didapatkan
diare akut di rumah sakit Kabupaten. conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), mata
tampak cekung (-/-), napas cuping hidung (-), bibir
Presentasi Kasus sianosis (-), mukosa bibir dan mulut kering (+),
bagian thoraks di dapatkan inspeksi dada simetris
Seorang anak perempuan usia 8 bulan 18 (+), retraksi intercostae (-), fremitus normal (+/+),
hari, diantar oleh ibunya ke IGD RSUD Ir perkusi sonor di seluruh lapang paru,, rhonki (-/-) ,
Soekarno Sukoharjo dengan keluhan BAB cair. suara dasar vesikuler (+/+), pada kedua lapang
BAB cair dirasakan sejak 1 hari sebelum masuk paru, abdomen inspeksi distended (-/-), auskultasi
rumah sakit. Keluhan BAB cair sebanyak 6 kali. bising usus meningkat, perkusi timpani (+), palpasi
BAB cair tidak disertai dengan ampas, tidak supel (+), genitalia dan ekstremitas dalam batas
disertai lendir maupun darah. Keluhan pasien juga normal.
Pemeriksaan laboratorium darah lengkap Faktor risiko lainnya adalah makanan yang
pasien menunjukkan hasil WBC 16,3 x103/L; tidak higienis, tempat penyimpanan makanan
neutrophil 25,1 %; lymphocyte 65,8 %; monocyte dingin yang kurang, kontak makanan dengan lalat,
6,80 %; eosinophil 1,90 %; basophil 0,40%; RBC dan mengkonsumsi air minum yang tercemar.
4,47 x106/L; Hb 11,7 g/dL; HCT 33,9 %; MCV Beberapa faktor risiko dari penderita adalah usia,
75,8 fL; MCH 26,2 pg; MCHC 34,5 g/dL; RDW- kebersihan perorangan, asam lambung dan
CV 12,7%; PLT 350 x103/L; PCT 0,35%; MPV rintangan lainnya yaitu intestinal motility, enteric
10 fL; PDW 10,3%. microflora, imunity dan intestinal receptors.15

Berdasarkan subjektif, pemeriksaan fisik, dan Tingginya insiden diare salah satunya dapat
pemeriksaan penunjang tersebut, diagnosis pasien disebabkan oleh beberapa jenis bakteri seperti
adalah Diare akut dehidrasi ringan-sedang. Pasien Vibrio cholera, Salmonella sp, Shigella sp,
selanjutnya diobservasi di ruang Eddelweis kelas II Campylobacter jejuni dan Escherichia coli.
dengan terapi infus RL 70cc dalam 3 jam, Beberapa subtype E.colii yang dapat menyebabkan
maintenance 35cc/jam tpm, injeksi ondancentron diare yaitu : Enterotoxigenic Escherichia coli
1mg/8jam, peroral L.Bio 2 kali sehari 1 sachet, (ETEC), Enterophatogenic Escherichia coli
Zink 1x20mg. (EPEC), Enteroaggregative Escherichia coli
(EAEC), Enteroinvasive Escherichia coli (EIEC)
Setelah dirawat selama 4 hari dan keadaan dan Enterohemorraghic Escherichia coli (EHEC).7
stabil, pasien diperbolehkan pulang dengan
pemberian edukasi kepada ibu anak dan keluarga Menurut gejala klinis diare, dapat
6
untuk memberikan makanan yang bergizi serta diklasifikasikan mejadi tujuh, yaitu:
memperhatikan asupan cairan pada anak, apabila
terjadi diare berulang untuk segera dibawa ke
rumah sakit, serta kontrol rutin tiap bulan nya
untuk mengevaluasi kondisi dan tumbuh kembang
anak.

Diskusi

Kasus ini menggambarkan presentasi klinis


pada anak dengan diare akut. Menurut Dorland,
2011, diare merupakan pengeluaran tinja,
konsistensi cair, dengan frekuensi berkali-kali yang
tidak normal.11

Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas),


2013, menunjukkan insiden diare pada balita di
Indonesia sebesar 6,7%. Lima provinsi dengan
Gambar 1. Klasifikasi Diare Menurut WHO6
insiden diare tertinggi yaitu Aceh 10,2%, Papua
9,6%, DKI Jakarta 8,9%, Sulawesi Selatan 8,1%, Sedangkan menurut tingkat dehidrasi, diare
dan Banten 8,0%.7 Sebagian besar (70%-80%) terbagi atas:6
kasus adalah anak di bawah 5 tahun (lebih kurang 1. Dehidrasi berat:
40 juta kejadian).8 Sedangkan menurut jenis Terdapat dua atau lebih dari tanda dibawah
kelamin, prevalensi diare pada laki-laki dan ini :
perempuan hampir sama, yaitu 8,9% pada laki-laki a. Letargi atau tidak sadar
dan 9,1% pada perempuan.9 b. Mata cekung
c. Tidak bisa minum atau malas minum
Cara penularan diare pada umumnya melalui fekal
d. Turgor kulit perut kembali sangat lambat
oral yaitu melalui makanan atau minuman yang
(>2 detik)
tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung
2. Dehidrasi ringan-sedang:
tangan dengan penderita atau barang-barang yang
Terdapat dua atau lebih tanda dibawah ini:
telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung
a. Rewel, gelisah
melalui lalat. (4F= field,flies, fingers, fluid) 16
b. Mata cekung Diare pada anak secara umum dapat
c. Minum dengan lahap, haus meberikan manifestasi klinis berupa:3
d. Turgor kulit perut kembali lambat 1. Diare cair
3. Tanpa dehidrasi: 2. Rasa haus
Tidak terdapat cukup tanda untuk 3. Rewel
diklasifikasikan sebagai dehidrasi ringan- 4. Lemah
sedang atau berat. 5. Kesadaran menurun
6. Demam
Lebih lanjut, diare juga dapat dibagi 7. Sesak
berdasarkan lamanya waktu terjadinya diare, yaitu 8. Kejang
diare akut dan diare persisten. Diare akut adalah 9. Kembung
buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam, 10. Muntah
dengan konsistensi cair, dan berlangsung kurang
dari 1 minggu.3 Diare persisten yaitu episode diare Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
yang diperkirakan penyebabnya adalah infeksi dan pada anak dengan diare antara lain yaitu,
mulainya sebagai diare akut, tetapi berakhir lebih pemeriksaan tinja, terutama apabila ada tanda
dari 14 hari. 12 Diare persisten sering berhubungan intoleransi laktosa dan kecurigaan amubiasis. Hal
atau bersamaan dengan intoleransi laktosa atau yang dinilai adalah makroskopis (konsistensi,
protein susu sapi. Intoleransi laktosa dan protein warna, lender, darah, dan bau), mikroskopis
susu sapi dapat terjadi secara terpisah atau (leukosit, eritrosit, parasite, dan bakteri), kimia
bersamaan. Kedua keadaan ini terjadi sekunder (pH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)). Analisis
terhadap kerusakan mukosa karena infeksi, gas darah dan elektrolit dilakukan jika dicurigai
malnutrisi atau reaksi alergi susu sapi atau protein adanya ganguan keseimbangan asam basa dan
lain.5 elektrolit.3

Prinsip-prinsip pengobatan pada diare adalah


rehidrasi. Diare berair disebabkan oleh organisme
selain Vibrio cholerae biasanya sembuh sendiri dan
tidak memerlukan terapi antibiotic. The Integrated
Management of Childhood Illness (IMCI)
merekomendasikan penggunaan antimikroba oral
hanya untuk anak-anak dengan diare berdarah
(amuba atau disentri bakteri), kolera, dan
giardiasis.14

Strategi pengendalian penyakit diare yang


yang dilaksanakan yaitu LINTAS Diare ( Lima
Langkah Tuntaskan Diare ):17
1. Berikan Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat
Gambar 2. Skala klinis dehidrasi menurut dengan memberikan oralit osmolaritas rendah,
Freedman et al.13 dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah
tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang.
Bila penderita tidak bisa minum harus segera
di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat
pertolongan cairan melalui infus.
Derajat dehidrasi dibagi dalam 3 klasifikasi :
a. Diare tanpa dehidrasi
Dosis oralit bagi penderita diare tanpa
dehidrasi sbb : Umur < 1 tahun : ¼ - ½
Gambar 3. Skala klinis dehidrasi menurut Carmo et gelas setiap kali anak mencret. Umur 1–4
al.13 tahun: ½ - 1 gelas setiap kali anak
mencret. Umur diatas 5 Tahun : 1– 1½
gelas setiap kali anak mencret.
b. Diare dehidrasi Ringan/Sedang
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam
pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya
diteruskan dengan pemberian oralit seperti
diare tanpa dehidrasi.
c. Diare dehidrasi berat
Penderita diare yang tidak dapat minum
harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk
di infus.
2. Berikan obat zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang
penting dalam tubuh. Zinc dapat menghambat
enzim INOS (Inducible Nitric Oxide
Synthase), dimana ekskresi enzim ini
meningkat selama diare dan mengakibatkan Gambar 3. Table antibiotic spesifik berdasarkan
hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan pathogen penyebab diare.18
dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami
kerusakan morfologi dan fungsi selama Prognosis diare dengan pemberian
kejadian diare. Dosis pemberian Zinc pada penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang
balita: - Umur < 6 bulan: ½ tablet(10mg) per mendukung, dan terapi antimikrobial jika
hari selama 10 hari - Umur > 6 bulan: 1 tablet diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya
(20mg) per hari selama 10 hari. sangat baik dengan morbiditas dan mortalitas yang
3. Pemberian ASI / Makanan minimal.19
Pemberian makanan selama diare bertujuan
untuk memberikan gizi pada penderita
Kesimpulan
terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh
Kasus ini menggambarkan anak usia 8 bulan
serta mencegah berkurangnya berat badan. 18 hari tahun dengan diare dehidrasi ringan sedang.
Anak yang masih minum Asi harus lebih
Prognosis anak dengan diare yang mendapat
sering di beri ASI.
pemberian penggantian cairan yang adekuat,
4. Pemberian Antibiotika hanya atas indikasi
perawatan yang mendukung, dan terapi
5. Pemberian Nasehat
antimikrobial jika diindikasikan, hasilnya sangat
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat baik dengan morbiditas dan mortalitas yang
dengan balita harus diberi nasehat tentang :
minimal. Pada kasus ini prognosisnya adalah dubia
a. Cara memberikan cairan dan obat di
ad bonam.
rumah
b. Kapan harus membawa kembali balita ke
Referensi
petugas kesehatan bila :
1) Diare lebih sering 1. Mona C. U. Aman, Jeanette I. Ch.
2) Muntah berulang Manoppo, Rocky Wilar. 2015. Gambaran Gejala
3) Sangat haus dan Tanda Klinis Diare Akut Pada Anak Karena
4) Makan/minum sedikit Blastocystis Hominis. Jurnal e-Clinic. Pp503-509
5) Timbul demam 2. Ekky Wibisono, Deddy Satria Putra, Dewi
6) Tinja berdarah Anggraini. Korelasi Status Gizi dan Durasi Diare
7) Tidak membaik dalam 3 hari. Pada Balita Dengan Diare Akut Di Ruang Rawat
Inap Anak Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau.
JOM FK. 2014. Pp 1-12
3. Ikatan DokterAnak Indonesia. 2009.
Pedoman Pelayanan Medis: Diare Akut. IDAI. Pp
58-62.
4. Yusuf, Sulaiman. 2011. Profil Diare di Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan.
Ruang Rawat Inap Anak. Sari Pediatri , Vol. 13, Kemenkes RI.
No. 4. Pp 265-70. 18. World Health Organization. 1990. The
5. Putra, Deddy S., Muzal Kadim, Pramita rational Use of Drugs in the Management of Acute
GD, Badriul Hegar, Aswitha Boediharso, dan Agus Diarrhoea in Children. Geneva
Firmansyah. 2008. Diare Persisten: Karakteristik 19. Ciesla WP, Guerrant RL. Infectious
Pasien, Klinis, Laboratorium, dan Penyakit Diarrhea. In: Wilson WR, Drew WL, Henry NK, et
Penyerta. Sari Pediatri, Vol. 10, No. 2. Pp 94-9. al editors. Current Diagnosis and Treatment in
6. World Health Organization. 2009. Infectious Disease. New York: Lange Medical
Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit: Diare. Books, 2003. 225 - 68.
Departemen Kesehatan R;. Jakarta. Pp131-52.
7. Anggreli, Citra Ayu., Dewi Anggraini, dan
Maya Savira. 2015. Gejala penyerta pada balita
diare dengan infeksi enteropathogenic escherichia
coli (EPEC) di Puskesmas rawat inap kota
Pekanbaru. JOM FK Volume 2 No. 1. Pp 1-7.
8. Yusuf, Sulaiman., Syafruddin Haris, dan
Muzal Kadim. 2011. Gambaran Derajat Dehidrasi
dan Gangguan Fungsi Ginjal pada Diare Akut. Sari
Pediatri , Vol. 13, No. 3. Pp 221-5.
9. Fahrunnisa dan Arulita Ika Fibriana. 2017.
Pendidikan Kesehatan dengan Media Kalender
“Pintare” (Pintar Atasi Diare). Jurnal of Health
Education. Vol 2, No 1. pp 47-55.
10. Dwipoerwantoro, Pramita G., Badriul
Hegar, dan Pustika A.W. Witjaksono. 2005. Pola
Tata laksana Diare Akut di Beberapa Rumah Sakit
Swasta di Jakarta; apakah sesuai dengan protokol
WHO?. Sari Pediatri, Vol. 6, No. 4. Pp 182-7.
11. Dorland, W. A. Newman. 2011. Kamus
Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC. pp 311.
12. Ikatan DokterAnak Indonesia. 2011.
Pedoman Pelayanan Medis: Diare Akut. IDAI. Pp
53-57.
13. Brandt, Kátia Galeão., Margarida Maria
de Castro Antunes, dan Gisélia Alves Pontes da
Silva. 2015. Acute diarrhea: evidence-based
management. Journal da Pediatria. Pp 536-43.
14. Yu, Clifton., Douglas Lougee, dan Jorge
R. Murn. 2016. Module 6: Diarrhea and
Dehydration.
15. Hannif, Nenny Sri Mulyani, dan Susy
Kuscithawati. 2011. Faktor Risiko Diare Akut pada
Balita. Berita Kedokteran Masyarakat Vol. 27, No.
1. Pp 10-7.
16. Hema Meliny Junita Perangin-angin.
Acute Diarrhea With Mild to Moderate
Dehydration e.c Viral Infection, J Agromed Unila.
2014. 47-53
17. Subdit Pengendalian Diare dan Infeksi
Saluran Pencernaan. 2011. Situasi Diare di
Indonesia: Pengendalian Diare di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai