Oleh :
NAJIH RAMA EKA PUTRA
22010112210186
Penguji Pembimbing
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya hingga
terselesaikannya laporan kasus besar ini.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas dalam menempuh Kepaniteraan Senior di
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.
3. Keluarga An.H yang telah mejadi subyek dari penulisan laporan kasus ini.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan kasus ini,
oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah
ini. Semoga laporan kasus besar ini dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri maupun pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk di
Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada anak,
terutama usia dibawah 5 tahun . Sekitar 17% kematian anak di dunia disebabkan oleh diare.
Hasil Riskesdas 2007 diperoleh bahwa diare masih merupakan penyebab kematian bayi
terbanyak yaitu 42%, untuk golongan usia 1-4 tahun penyebab kematian karena diare 25,2%.1
Pada tahun 1970-an, infeksi bakteri diperkirakan masih menjadi penyebab diare pada
anak terbanyak di Indonesia. Penelitian selanjutnya memberikan bukti bahwa penyebab
terbanyak diare akut adalah virus. Bahkan pada penelitian tahun 2005-2006 di rumah sakit tipe A
di Yogyakarta ditemukan hanya 5% diare yang disebabkan oleh bakteri. Hal ini mengingatkan
kita bahwa antibiotika bukan merupakan erapi utama pada diare.1
Diare adalah buang air besar yang lebih sering dan dengan konsistensi yang lebih encer
dari biasanya. Menurut etiologinya, diare dapat dibagi menjadi diare dan cair diare berdarah.
Sedangkan ditinjau dari lamanya, diare dapat dibagi menjadi diare akut dan diare persisten. Diare
akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari dan berlangsung kurang
dari 14 hari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah
yang berlangsung kurang dari satu minggu. Faktor-faktor yang meningkatkan kerentanan
seorang anak terhadap diare antara lain gizi buruk, defisiensi imun dan usia balita.1
Diare karena infeksi virus umumnya bersifat self limiting, sehingga aspek terpenting yang
harus diperhatikan adalah pencegahan terjadinya dehidrasi yang menjadi penyebab utama
kematian dan menjamin asupan nutrisi untuk mencegah gangguan pertumbuhan akibat diare.1
Pada laporan ini akan dibahas mengenai kasus Seorang Anak Laki-laki Usia Tiga Tahun Sepuluh
Bulan dengan Diare Akut Tanpa Tanda Dehidrasi Pasca Diare Cair Akut Dehidrasi Tak Berat
Dan Anemia Mikrositik Normokromik
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui cara mendiagnosa dan mengelola
pasien dengan tepat berdasarkan data yang diperoleh dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang pada pasien diare akut dengan dehidrasi tidak berat.
C. Manfaat
Penulisan laporan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai media belajar bagi mahasiswa
kedokteran sehingga dapat mendiagnosa dan mengelola pasien dengan permasalahan seperti
pada pasien ini secara komprehensif dan holistik.
BAB II
PENYAJIAN KASUS
belimbing, warna kuning, konsistensi cair, darah (-), lendir (-), ampas (+), nyemprot (-), bau
asam (+), demam (+) tetapi tidak diukur suhunya dengan thermometer, demam turun setelah
diberi minum obat penurun panas namun naik kembali, menggigil (-), kejang (-). Batuk (-), sesak
(-), pilek (-), muntah (-). Anak tidak malas makan dan minum. Buang air kecil anak tidak ada
kelainan.
1hari sebelum masuk rumah sakit anak masih mencret 10x/hari, @ 1/4 gelas
belimbing, konsistensi cair, warna kuning, ada sedikit ampas, lendir(-), darah(-), bau asam (+),
muntah (-), demam (+) nafsu makan menurun. 4 jam sebelum masuk rumah sakit anak rewel
(menangis), sulit tidur, dan tampak kehausan, tampak lemas, Mata anak tampak lebih cekung
daripada biasanya, jika menangis masih keluar air mata, bibir tampak kering (+). buang air kecil
dirasakan berkurang frekuensinya (terakhir 2 jam sebelum masuk rumah sakit) dan bewarna
kuning. sesak (-), biru-biru (-), kaki dan tangan terasa dingin (-).
Riwayat berganti susu, memakan makanan pedas/terlalu asam serta makanan basi/rusak
disangkal. Anak minum susu masih menggunakan dot, orang tua mempunyai 5 buah dot, metoda
pencucian tidak tentu, kadang direbus, kadang hanya dibilas menggunakan air panas, atau
disabun. Riwayat minum antibiotika jangka panjang (-), anak tidak pernah diminumi obat cacing.
karena ibu khawatir anak dibawa ke IGD RSDK didiagnosa sebagai diare akut dehidrasi
tak berat. Di IGD, pasien di rehidrasi 75cc/kgbb dalam 4jam (50 tpm makro) dan sekaligus
dilakukan pengambilan darah untuk pemeriksaan darah rutin dan elektrolit. Kemudian pasien
Toraks :
Pulmo
Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis, retraksi (-).
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi : suara dasar : vesikuler (+/+)
suara tambahan : wheezing (-/-), ronkhi (-/-),hantaran (-/-).
Cor
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba di sela iga IV 2 cm medial linea medioclavikularis
sinistra, tidak kuat angkat, tidak melebar. Thrill (-)
Perkusi : sulit dinilai
Auskultasi : suara jantung I dan II normal, irama reguler, gallop (-),
bising (-).
M1>M2, A1<A2, P1<P2
Abdomen :
Inspeksi : datar, venektasi (-).
Auskultasi : bising usus
Perkusi : timpani, pekak sisi normal, pekak alih
Palpasi : supel, lemas, nyeri tekan (-), turgor kulit baik (kembali cepat)
Hepar tidak teraba
Lien tidak teraba
2. Demam 19-3-2014
3. Bibir kering 19-3-2014
4. leukositosis
5. Diare akut tanpa 19-3-2014
tanda dehidrasi
pasca diare akut
dehidrasi tidak berat
6. 19-3-2014
Anemia mikrositik
normokromik
A. DIAGNOSIS
1. DIAGNOSIS SEMENTARA
Diagnosis utama : Diare akut tanpa tanda dehidrasi pasca diare akut
dengan dehidrasi tidak berat
Anemia mikrositik normokromik
Diagnosis komorbid : (-)
Diagnosis komplikasi : (-)
Diagnosis pertumbuhan : Berat badan normal, perawakan normal, gizi baik,
mesosefal
Diagnosis perkembangan : Perkembangan nomal sesuai usia
Diagnosis imunisasi : Imunisasi tidak lengkap sesuai usia
Diagnosis sosial ekonomi : Sosial ekonomi cukup
1. Diagnosis Banding
1. Diare akut tanpa tanda dehidrasi pasca diare akut dengan dehidrasi tidak berat
DD : diare osmotik
diare sekretorik
2. Anemia Mikrositik Hipokromik
DD : - Infeksi
- Defisiensi besi
IP Mx : Evaluasi keadaan umum, tanda vital, tanda dehidrasi, balans cairan, volume
dan konsistensi diare, tanda syok, akseptibilitas diet.
IP Ex : 1. Memberitahu kepada orang tua mengenai kondisi anak dan pemeriksaan
yang akan dilakukan.
2. Menganjurkan tetap memberikan makanan dan minuman kepada anak
selama diare dengan porsi kecil tetapi sering untuk menghindarkan efek
buruk pada gizi.
3. Edukasi cara pemberian oralit pada anak 50 100 cc tiap kali
muntah/mencret, diberikan satu sendok teh tiap 1-2 menit sampai habis,
jika anak muntah maka dihentikan, tunggu + 10 menit lalu dilanjutkan
lagi tetapi lebih lambat misalnya sesendok tiap 2-3 menit.
4. Menjelaskan pada ibu perlunya menjaga kebersihan diri dan alat-alat
makan/minum (dot) dengan cara cuci tangan sebelum membuat susu dan
menggunakan alat-alat makan/minum yang sudah dicuci bersih atau
direbus dahulu.
5. Selama dirawat di bangsal ataupun di rumah, bila anak buang air besar
harus segera dibersihkan dengan air dan ganti dengan celana yang bersih,
bila tinja mengotori perlak segera bersihkan dan ganti dengan perlak
yang bersih.
6. Menjelaskan kepada ibu mengenai tanda-tanda dehidrasi seperti rewel,
kehausan, mata cekung, menangis tidak keluar air mata, bibir kering.
Bila anak diare disertai muntah berulang, anak tampak kehausan
sebaiknya segera dibawa ke Rumah Sakit atau poliklinik terdekat
(penting bila setelah pulang dari RSDK anak sakit lagi )
7. Menjelaskan kepada ibu bahwa tablet zinc harus dikonsumsi hingga 10-
14 hari sekalipun nantinya diare sudah sembuh.
2. Anemia mikrositik normokromik
DD/ - defisiensi besi
Ip Dx S :-
O : Fe serum, TIBC
Ip Rx: -
Ip Mx: Pantau tanda tanda perdarahan
Ip Ex: 1. Menjelaskan kepada orang tua tentang anemia yang diderita anak.
2. Menjelaskan kepada orang tua untuk memberikan makanan yang mengandung zat
besi ( sayur, buah-buahan, daging)
3. Menyarankan kepada ibu untuk menghindarkan anak tidak minum teh karena
mengurangi penyerapan zat besi.