Anda di halaman 1dari 7

KARAKTERISTIK PENINGKATAN SUHU TUBUH PADA ANAK

DENGAN DIARE DI RUANG MERAK INFEKSI


RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU
Deti Eswati

PSIK Universitas Riau

Abstract : The purpose of this research is to get the information about the characteristics of
increasing temperature toward children with diarrhea in Merak Infection ward of RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru. The design of this research is simple descriptive by retrospective study
approach. The sample of this research was pediatric patients who had temperature toward
diarrhea that has ever been hospitalized Merak Infection ward of RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru in 2010 to 2011. The sample was 294 respondents collected using total sampling
technique. The instrument of this research was data table consist the characteristics of
respondents and the characteristics of increasing temperature. The analysis of this research by
using univariat analysis. The result of this research conducts that the characteristics of children
increasing temperature toward diarrhea are the majority of temperature categories can be
lowpyrexsia 58,8%, the majority of fever type can be interemittent 43,2%, the frequency of artery
takikardia can be 63,3%, the frequency of breath is tachipnoe 57,1%, the decrease of meal
passion is 82,7%, and value of laboratory checking respondents majority had infection are 52%.

Key word: increasing temperature, children, diarrhea.


Reference: 29 (2000-2010)
PENDAHULUAN Gejala pada anak saat diare yaitu
Masalah kesehatan yang sering cengeng, rewel, gelisah, suhu meningkat,
terjadi pada anak-anak adalah diare nafsu makan menurun, dengan karakteristik
(Hidayat, 2006). Diare adalah pengeluaran diare yaitu feces cair dan berlendir, kadang
feces yang tidak normal dan cair, bisa juga disertai adanya darah, feces berwarna hijau
didefinisikan sebagai buang air besar yang dan asam, anus lecet dan dehidrasi. Bila
tidak normal dan berbentuk cair dengan terjadi diare dengan dehidrasi berat akan
frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi terjadi penurunan volume dan tekanan
digolongkan diare bila buang air besar sudah darah, berat badan menurun, turgor kulit
lebih dari 3 kali sehari, sedangkan neonatus menurun, mata dan ubun-ubun cekung,
dikatakan diare bila buang air besar sudah selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi
lebih dari 4 kali dalam sehari (Nursalam, kering, nadi cepat dan kecil, peningkatan
2008). Ngastiyah (2005), menyatakan diare denyut jantung, penurunan kesadaran, dan
adalah keadaan buang air besar dengan diakhiri dengan syok (Ngastiyah, 2005).
frekuensi lebih dari 4 kali pada bayi dan Komplikasi yang dapat dialami anak
lebih dari 3 kali pada anak dalam sehari, akibat diare secara umum adalah demam,
dengan konsistensi feses encer, dapat hipernatremia, hiponatremia, edema /
berwarna hijau atau dapat pula bercampur overhidrasi, asidosis, hipokalemia,
lendir dan darah atau lendir saja. ileusparalitikus, kejang, intoleransi laktosa,
malabsorbsi glukosa, muntah, gagal ginjal.
Demam sering terjadi karena infeksi saluran anak yang dirawat, ada 10 anak (43,3%)
gastrointestinal oleh kuman shigella mengalami demam, dan 9 anak (90%)
disentriae dan Rotavirus. Pada umumnya mengalami demam yang didahului dengan
demam timbul karena kuman diare diare. Pernyataan tersebut sama dengan data
mengadakan invasi kedalam sel epitel usus. yang terdapat dalam buku status pasien yang
Peningkatan suhu tubuh pada kondisi diare menyebutkan terdapat 9 pasien demam
juga dapat terjadi karena faktor dehidrasi. dengan riwayat sebelumnya menderita diare.
Peningkatan suhu tubuh yang timbul akibat
dehidrasi pada umumnya tidak terlalu tinggi METODE PENELITIAN
dan akan menurun setelah mendapat hidrasi
yang cukup (Suraatmaja, 2010). Desain penelitian yang digunakan
Demam adalah suatu kondisi suhu peneliti dalam penelitian ini adalah
tubuh berada diatas rentang normal, yaitu deskriptif sederhana, yaitu penelitian yang
suhu 38.0 oC atau lebih pada pengukuran diarahkan untuk mendeskripsikan atau
rektal, 37,5 oC atau lebih pada pengukuran menguraikan suatu keadaan didalam suatu
oral, dan lebih dari 37,2 oC pada aksilla yang komunitas atau masyarakat (Notoatmodjo,
disebabkan karena adanya infeksi dalam 2010). Pendekatan yang digunakan dalam
tubuh (Adam & Schmitt dalam Al-Eissa penelitian ini adalah retrospective study
(2000). Demam merupakan gejala penyakit yaitu penelitian yang berusaha melihat
yang paling sering dialami anak, sebagai kebelakang (backward looking), artinya
kondisi fisiologis yang berfungsi untuk pengumpulan data dimulai dari efek atau
membantu tubuh dalam memerangi infeksi, akibat yang telah terjadi (Notoatmodjo,
demam juga berfungsi sebagai alarm untuk 2010) yaitu dengan melihat data penderita
memberitahukan bahwa terjadi sesuatu di diare yang mengalami peningkatan suhu
dalam tubuh (Pujiarto, 2007). tubuh diruang rekam medik RSUD Arifin
Data yang diperoleh dari rekam Achmad Pekanbaru.
medik RSUD Arifin Achmad pada bulan Penelitian ini dilakukan di RSUD
Juli 2012 menyebutkan bahwa dari 10 Arifin Achmad Pekanbaru yang merupakan
penyakit terbanyak pada tahun 2010 kasus rumah sakit rujukan di Provinsi Riau.
diare berada pada peringkat pertama dengan Sampel diambil dari populasi anak yang
persentase 24% dan demam tidak spesifik mengalami peningkatan suhu tubuh dengan
berada pada peringkat sembilan dengan diare yang pernah dirawat di ruang Merak
persentase 7%. Pada tahun 2011 angka Infeksi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
penderita diare menurun menjadi 19% pada periode 2010 – 2011, menggunakan
berada diperingkat kedua, sedangkan angka teknik total sampling yaitu pengambilan
penderita demam tidak spesifik meningkat sampel data secara keseluruhan terhadap
ke peringkat tujuh dengan persentase 9%. data di ruang Rekam Medik RSUD Arifin
Sedangkan kasus diare diruang Merak Achmad Pekanbaru, dengan kriteria inklusi
Infeksi RSUD Arifin Achmad yang dirawat yaitu usia anak 6 bulan – 5 tahun.
selama 3 bulan terakhir sebanyak 5,8% dan Alat pengumpul data yang digunakan
demam tidak spesifik sebanyak 22%. dalam penelitian ini adalah lembar isian data
Hasil wawancara pada tanggal 27 yang diisi berdasarkan data-data yang
September 2012 yang dilakukan peneliti berasal dari buku status pasien yang berada
terhadap orang tua anak yang dirawat di diruang rekam medik RSUD Arifin Achmad
ruang Merak Infeksi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, meliputi nomor rekam medik,
Pekanbaru diperoleh data bahwa dari 23 umur, jenis kelamin, durasi diare dirumah,
durasi diare di RS, durasi demam dirumah,
suhu tubuh, nafsu makan, tipe demam, hal tersebut terjadi karena laki- laki lebih
frekuensi nadi, frekuensi nafas, menggigil, aktif dan banyak bermain diluar
kejang, dan hasil pemeriksaan laboratorium. lingkungan rumah, sehingga mudah
terpapar agen penyebab diare (Palupi,
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden 2009).
Penelitian yang telah dilakukan Tabel 7
terhadap 294 responden, berdasarkan Distribusi berdasarkan jenis kelamin
karakteristik umurnya dikelompokkan responden (n = 294)
menjadi 3 yaitu kelompok umur 6 bulan No Jenis kelamin f (%)
– 1 tahun, 1 – 3 tahun, dan 3 – 5 tahun. 1 Laki – laki 156 53.1
Berdasarkan distribusi responden 2 Perempuan 138 46.9
Total 294 100.0
menurut umur, dari keseluruhan
responden yang diteliti, umur yang
terbanyak adalah 13 – 36 bulan (toddler) Berdasarkan durasinya diare
dengan jumlah 161 responden (54,8%), dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu
sedangkan responden yang berumur diare akut dan diare kronis. Berdasarkan
paling sedikit adalah 37 – 60 bulan (pre jenis diarenya sebagian besar responden
school) dengan jumlah 24 responden mengalami diare akut dengan jumlah
(8.2%). 288 responden (98%).
Diare sering terjadi pada anak
Tabel 8
balita, karena balita memiliki sistem
Distribusi berdasarkan durasi diare
kekebalan tubuh yang belum sempurna
responden (n=294)
(Suraatmaja, 2010). Hasil penelitian ini
No Jenis diare f (%)
didukung oleh data dari Departemen
1 Diare akut 288 98.0
Kesehatan tahun 2005 yang 2 Diare kronis 6 2.0
menyebutkan bahwa prevalensi diare Total 294 100.0
tertinggi terjadi pada anak umur 6 – 35
bulan yang disebabkan anak mulai aktif
bermain dan berisiko terkena infeksi. B. Karakteristik peningkatan suhu tubuh
Tabel 6
Distribusi menurut umur responden Berdasarkan suhu tubuh dari 294
(n=294) responden yang diteliti kemudian
No Kelompok Umur f (%) dikelompokkan menjadi 4 kategori
1 6 – 12 bulan (bayi) 109 37.1 peningkatan suhu tubuh, yaitu low pireksia,
2 13 – 36 bulan (toddler) 161 54.8 moderate pyreksia, high pyreksia, dan
3 37 – 60 bulan (pre school) 24 8.2 hyperpyreksia. dari total keseluruhan
Total 294 100 responden, sebagian besar responden saat
masuk rumah sakit mengalami low pireksia
Berdasarkan jenis kelamin, jumlah yaitu sebanyak 173 responden (58.8%).
responden laki–laki lebih banyak Hasil data penilitian ini sesuai dengan
dibandingkan dengan responden pernyataan Suraatmaja (2010), bahwa
perempuan yaitu 156 responden peningkatan suhu tubuh pada kondisi diare
(53.1%). Anak berjenis kelamin laki-laki dapat disebabkan salah satunya oleh faktor
dehidrasi. Peningkatan suhu tubuh yang
yang menderita diare lebih banyak dari
timbul akibat dehidrasi pada umumnya tidak
perempuan dengan perbandingan 1,5 : 1.
terlalu tinggi dan akan menurun setelah Tabel 11
mendapat hidrasi yang cukup. Distribusi berdasarkan frekuensi nadi
Tabel 9 responden (n=294)
Distribusi berdasarkan kategori peningkatan No Frekuensi nadi f (%)
suhu tubuh responden (n=294) 1 Bradikardi 0 0
No Kategori peningkatan suhu f (%) 2 Normal 108 36.7
1 Lowpyreksia (37.3 – 38.4 oC) 173 58.8 3 Tachikardi 186 63.3
2 Moderatpyreksia (38.5-39.5oC) 108 36.7 Total 294 100.0
3 Highpyreksia (39.6 – 40.6 oC) 13 4.4
4 Hyperpyreksia (>40.6 oC) 0 0 Karakteristik peningkatan suhu tubuh
Total 294 100 berdasarkan tipe demam yang dialami
responden telah dilakukan pada 294
Berdasarkan kategori frekuensi
responden, dikelompokkan menjadi 4 yaitu
pernafasan dikelompokkan menjadi 3
intermittent fever, remittent fever, relapsing
kelompok yaitu bradypnoe (<24 kali/menit),
fever, constant fever. dari keseluruhan
normal (24-34 kali/menit), tachipnoe (>34
responden yang diteliti, sebagian besar
kali/menit). Sebagian besar responden
responden mengalami demam dengan tipe
mengalami tachipnoe dengan jumlah 168
intermittent sebanyak 127 responden
responden (57,1%).
(43,2%), yaitu demam yang dialami
Hasil penelitian ini sejalan dengan
responden terdapat periode penurunan suhu
konsep yang dikemukakan oleh Behrman
tubuh sampai nilai normal (Behrman, 2000).
(2000), bahwa produksi panas saat demam
Tabel 12
akan meningkatkan konsumsi oksigen,
Distribusi berdasarkan tipe demam
produksi karbondioksida, dan curah jantung, responden (n=294)
maka demam dapat memperburuk kondisi No Tipe demam f (%)
anak yang menderita diare, sehingga 1 Intermitten 127 43.2
frekuensi nadi dan pernafasan meningkat. 2 Remitent 82 27.9
3 Relaps/hektik 53 18.0
4 Constant 32 10.9
Tabel 10 Total 294 100.0
Distribusi berdasarkan frekuensi pernafasan
responden (n=294)
Karakteristik menggigil atau tidak
No Frekuensi Nafas j (%)
1 Bradypnoe 3 1.0 menggigil, dari 294 responden yang diteliti
2 Normal 123 41.8 didapatkan bahwa sebagian besar responden
3 Tachipnoe 168 57.1
Total 294 100.0
tidak mengalami gejala menggigil yaitu
sebanyak 274 responden (93,2%).
Kompensasi produksi panas
Berdasarkan frekuensi nadi dikelompokkan distimulasi melalui respon kontraksi otot
menjadi 3 yaitu Bradikardia (<60x/mnt), volunter dan mekanisme menggigil pada
Normal (60–120x/mnt), Tachikardi otot rangka. Vasokonstriksi yang tidak
(>120x/mnt), dari keseluruhan responden, efektif dalam menghasilkan panas, sehingga
sebagian besar mengalami tachikardi tubuh akan memulai mekanisme menggigil
dengan jumlah 186 responden (63.3 %), (Potter & Perry, 2005).
Tabel 13 Hasil laboratorium keseluruhan
Distribusi berdasarkan respon tubuh responden dikelompokkan menjadi 2 yaitu
involunter (menggigil) responden (n=294) terdapat infeksi dan tidak terdapat infeski,
No Respon tubuh f (%)
involunter dan mayoritas responden mengalami infeksi,
1 Menggigil 20 6.8 yaitu sebanyak 153 responden (52%).
2 Tidak menggigil 274 93.2 Hasil penelitian sesuai dengan teori –
Total 294 100.0
teori yang telah banyak dikemukakan bahwa
Nafsu makan keseluruhan responden diare merupakan penyakit infeksi, dengan
dikelompokan menjadi 3 yaitu nafsu makan salah satu komplikasinya adalah demam,
menurun, nafsu makan baik, nafsu makan dan jika tidak ditangani dengan baik dapat
meningkat. Mayoritas responden mengalami menimbulkan kejang demam (Potter &
penurunan nafsu makan yaitu sebanyak 243 Perry, 2005).
responden (82,7%). Ngastiyah (2005) yang Tabel 16
menyatakan bahwa salah satu tanda dan Distribusi berdasarkan hasil pemeriksaan
laboratorium responden (n=294)
gejala diare adalah penurunan nafsu makan. Hasil pemeriksan
No f (%)
Tabel 14 laboratorium
Distribusi berdasarkan nafsu makan 1 Infeksi 153 52.0
responden (n=294) 2 Tidak infeksi 141 48.0
No Nafsu makan Jumlah (%) Total 294 100.0
1 Menurun 243 82.7
2 Baik 51 17.3
3 Meningkat 0 0 KESIMPULAN DAN SARAN
Total 294 100.0
Hasil penelitian mengenai karakteristik
Karakteristik terjadinya kejang dan peningkatan suhu tubuh pada anak dengan
tidak kejang dari 294 responden yang diare di ruang Merak Infeksi RSUD Arifin
diteliti, mayoritas responden tidak Achmad menemukan bahwa dari 294
mengalami kejang yaitu sebanyak 225 responden yang mengalami diare disertai
responden (76,5%). Kekurangan volume peningkatan suhu tubuh mayoritas berusia
toddler (1-3 tahun) yaitu berjumlah 161
cairan juga dapat meningkatkan risiko
responden (54,8%), jenis kelamin responden
terjadinya kejang demam pada anak yang paling banyak berjenis kelamin laki – laki
berumur 6 bulan – 5 tahun (Behrman, 2000). yaitu 53,1%, dan jenis diare yang dialami
Kejang pada kondisi diare juga dapat yaitu diare akut sebesar 98%.
disebabkan karena hipoglikemia, oleh Responden yang telah diteliti secara
karena itu diperlukan pemeriksaan gula umum memiliki karakteristik peningkatan
darah (Ngastiyah, 2005). suhu tubuh dengan kategori peningkatan
suhu tubuh paling banyak yaitu lowpyreksia
Tabel 15
58,8%, mayoritas tipe demam yaitu
Distribusi berdasarkan kejadian kejang
interemittent 43,2%, frekuensi nadi
responden (n=294)
No Kejadian f (%)
mayoritas adalah takikardia 63,3%,
1 Kejang 69 23.5 frekuensi nafas mayoritas responden adalah
2 Tidak Kejang 225 76.5 tachipnue 57,1%, sebagian besar responden
Total 294 100.0 tidak mengalami menggigil yaitu 93,2% dan
tidak mengalami kejang sebesar 76,5%, Hidayat, A.A. (2006). Pengantar ilmu
nafsu makan menurun paling banyak yaitu keperawatan anak. Edisi pertama.
827%, dan hasil pemeriksaan laboratorium Jakarta: Salemba Medika.
mayoritas responden mengalami infeksi
52%. Hidayat, A. A. (2007). Metode penelitian
Saran bagi peneliti selanjutnya keperawatan dan teknik analisis
diharapkan untuk mengembangkan ranah data. Jakarta: Salemba Medika.
penelitian dari karakteristik peningkatan
suhu tubuh pada anak dengan diare, Johnson, J. Y., Temple, J. S., & Carr, P.
dihubungkan dengan faktor-faktor lain yang (2005). Prosedur perawatan di
mungkin mempengaruhi peningkatan suhu rumah: pedoman untuk perawat.
tubuh maupun diare pada anak. Dan bisa Jakarta: EGC.
juga dikembangkan dengan penelitian
eksperimen. Kania, N. (2007). Penatalaksanaan demam
pada anak. Diperoleh pada tanggal
5 September 2012 dari
DAFTAR PUSTAKA
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent
/uploads/2010/02/
Al – Eissa, Y.A. et.all (2000). Annals of
penatalaksanaandemampadaanak.pdf
Saudi medicine, vol. 20
Kayman, H. (2003). Management of Fever:
Behrman, R. (2000). Ilmu kesehatan anak.
making evidence-based decisions.
Vol. 2 edisi 15. Jakarta: EGC
Journal clinic pediatric, 42, 383-
387. Diperoleh tanggal 5 September
Budi, T. P. (2006). Mengasuh dan
2012 dari
perkembangan balita. Yogyakarta:
http://www.deepdyve.com/lp/sage/m
Oryza.
anagement-of-fever-making-
evidence-based-decisions-
Burns, N & Grove, S. K. (2005). The
dH4E7WQ0Cl
practice of nursing research: conduct,
critique, and utilization. (5th ed).
Koplewich, H.S. (2005). Penyakit anak:
Missouri: Elsevier Saunders.
diagnosa & penanganannya. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Datta, P. (2009). Pediatric nursing (2 thed.).
New Delhi: Jaypee Brother Medical.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder,
S. (2002). Techniques in clinical
Deglin, J. H., & Vallerand, A.H. (2004).
nursing: Basic to intermediate skills.
Pedoman obat untuk perawat (4
th (5th ed. Vol. 1). New Jersey: Pearson
ed.). Jakarta: EGC.
Education.
Guyton, A. C. (2001). Fisiologi manusia
Lau, A.S. (2002). Infectious Diseases.
dan mekanisme penyakit (P.
Dalam: Rudolph AM, Kamei RK,
andrianto, Trans. 3thed.). Jakarta:
Overby KJ, penyunting. Rudolph’s
EGC.
fundamental of pediatrics. Edisi ke-
2. New York: McGraw-Hill.
Ngastiyah. (2005) ). Perawatan anak sakit. Suraatmaja, S. (2010). Kapita selekta
Edisi 2. Jakarta: EGC. Gastroenterologi anak. Jakarta:
Agung Seto
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi
penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta. Pashapour, N. (2006). Journal of Pediatrics
Turki vol. 48 diperoleh pada tanggal
Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan 7 September 2012 dari
metodologi penelitian ilmu http://www.turkishjournalpediatrics.
keperawatan. Jakarta: Salemba org
Medika.
Wong, D. L., dkk. (2008). Buku ajar
keperawatan pediatrik. Edisi 6. Vol.
Nursalam. dkk. (2008). Asuhan keperawatan
2. Jakarta: EGC
bayi dan anak edisi 1. Jakarta:
Salemba Medika.
Wood, G. L., & Haber, J. (2006). Nursing
research: methods and critical
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku
appraisal for evidence-based
ajar fundamental keperawatan:
practice. Philadelphia: Mosby
konsep, proses, dan praktik (4 thed.
Elsevier.
Vol. 1). Jakarta: EGC.

Primisasiki, R. J. (2007). Mengenal


penyakit-penyakit balita dan anak.
Jakarta: Sunda Kelapa Pustaka.

Pujiarto, P. S. (2007). Demam pada anak:


Fever is functional diperoleh tanggal
5 September 2012, dari
http://www.sehatgroup.web.id/?p=65

Ramaiah, S. (2007). Metode praktis untuk


menghadapi diare dengan
perpaduan ilmu barat dan timur. PT
Bhuna ilmu popular. Jakarta.

Ryan, M. & Levy, M. (2003). Clinical


review: Fever in intensive care unit
patients diperoleh pada tanggal 20
September 2012 dari
http://ccforum.com/content/7/3/221.

Sherwood, L. (2001). Fisiologi manusia dari


sel ke sistem (B.U. Pendit, Terj.).
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai