The Effect Of Water Tepid Sponge On Body Temperature Changes In Hyperthermia Under Five Years
Old Children At Kuncup Ceria Clinic Mojokerto City
ABSTRAK
Perkembangan dan pertumbuhan di masa balita menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan
perkembangan anak di periode selanjutnya. Pada anak dengan usia 1-5 tahun, terdapat peningkatan risiko
terkena penyakit infeksi dimana salah satu tanda gejala yang tersering adalah hipertermia. Salah satu cara
untuk menurunkan suhu tubuh adalah water tepid sponge. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh water tepid sponge terhadap perubahan suhu tubuh pada balita hipertermia di Klinik Kuncup Ceria
Kota Mojokerto. Desain penelitian preeksperimental dengan pendekatan pretest-post test one group design.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua balita hipertermia di Klinik Kuncup Ceria Kota Mojokerto pada
bulan April 2018 sejumlah 57 anak. Teknik sampling penelitian ini adalah consecutive sampling. Besar
sampel yang memenuhi kriteria penelitian adalah 38 anak. Penelitian dilakukan pada tanggal 1-30 April
2018. Instrumen penelitian menggunakan termometer dan SOP water tepid sponge. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa hampir seluruh responden suhu tubuhnya Febris (38-40 0C) sebelum diberikan water
tepid sponge, yaitu 31 anak (81,6%), dan hampir setengah responden mempunyai suhu tubuhnya Febris (38-
40 0C) sesudah diberikan water tepid sponge, yaitu 17 anak (44,7%). Hasil uji Wilcoxon menunjukkan
pvalue =0,000 atau kurang dari α (0,05) sehingga terdapat pengaruh water tepid sponge terhadap perubahan
suhu tubuh pada balita hipertermia di Klinik Kuncup Ceria Kota Mojokerto. Ketika anak diberikan water
tepid sponge, maka akan ada penyaluran sinyal ke hypothalamus yang memulai keringat dan vasodilatasi
perifer, karena itulah blocking dilakukan pada titik-titik yang secara anatomis dekat dengan pembuluh besar.
Vasodilatasi inilah yang menyebabkan peningkatan pembuangan panas dari kulit sehingga suhu tubuh
menurun.
ABSTRACT
Development and growth in under five years old children becomes the determinant of success of
child growth and development in the next period. In children 1-5 years of age, there is an increased risk of
infectious disease where one of the most common signs of hyperthermia. One way to decrease body
temperature is water tepid sponge. This study aimed to determine the effect of water tepid sponge on body
temperature changes in hyperthermia under five years old children at Kuncup Ceria Clinic Mojokerto City.
This study design was pre experimental with pretest-post test one group design approach. The population in
this study were all hyperthermic under five years old children in Kuncup Ceria Clinic Mojokerto City in
April 2018 as many as 57 children. The sampling technique of this study was consecutive sampling. The
sample size that met the study criteria were 38 children. This study was conducted on 1-30 April 2018. The
research instrument used thermometer and SOP water tepid sponge. The results of this study suggested that
almost all respondents had Febris body temperature (38-40 0C) before given water tepid sponge, as many as
31 children (81.6%), and almost half of respondents had body Febris temperature (38-40 0C) after given
water tepid sponge, as many as 17 children (44.7%). Wilcoxon test results suggested that pvalue = 0.000 or
less than α (0.05) thus there was effect of water tepid sponge on body temperature changes in hyperthermia
under five years old children at Kuncup Ceria Clinic Mojokerto City. When the children is given water tepid
sponge, there will be channel distribution to the hypothalamus which initiates sweat and peripheral
vasodilation, which is why blocking is done at points that are anatomically close to the vessels.
Vasodilatation is what causes increased heat disposal from the skin so that body temperature decreases.
Keywords: under five years old children, hyperthermia, water tepid sponge
Jurnal S1 Keperawatan STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto
Widya Citra Sari_ Pengaruh Water Tepid Sponge Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada Balita Hipertermia di Klinik
Kuncup Ceria Kota Mojokerto
PENDAHULUAN dapat gagal sehingga berakibat tidak sadar
Perkembangan dan pertumbuhan di masa bahkan kematian (Bachtiar, 2012).
balita menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan Fenomena penderita kejang demam
dan perkembangan anak di periode selanjutnya. pada anak balita 1- 5 tahun masih tinggi karena
Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan Insiden kejang demam di Amerika Serikat
masa yang berlangsung cepat dan tidak akan berkisar antara 2% - 5% pada anak berusia
pernah terulang, karena itu sering disebut golden kurang dari 5 tahun. Di Asia angka kejadian
age atau masa keemasan sehingga sangat penting kejang demam dilaporkan lebih tinggi sekitar
untuk dijaga agar anak tidak mudah sakit 80%-90% dari seluruh kejang demam adalah
(Yuliarti, 2010). Faktor yang mempengaruhi kejang demam sederhana. Kejang demam
seringnya anak mengalami sakit adalah wilayah dilaporkan di Indonesia mencapai 2-4%
tropis, dimana wilayah tropis seperti Indonesia (Pasaribu, 2013 dalam Prasastia, 2014).
memang baik bagi kuman untuk berkembangbiak Hasil penelitian Isneini (2014) tentang
contohnya flu, malaria, demam berdarah, dan efektivitas kompres hangat dan water tepid
diare sehingga menjadikan kondisi anak dari sponge menunjukkan bahwa tepid sponge dapat
sehat menjadi sakit ( Damayanti, 2008 dalam menurunkan 0,3-0,60C, sehingga terdapat
Efendi, 2012). Pada anak dengan usia 1-5 tahun, perbedaan efektivitas dalam perubahan suhu
terdapat peningkatan risiko terkena penyakit tubuh. Hasil penelitian Wardiyah dkk (2016)
serius akibat kurangnya Immunoglobulin G yang tentang perbandingan efektifitas pemberian
merupakan bahan bagi tubuh untuk membentuk kompres hangat dan tepid sponge terhadap
sistem komplemen yang berfungsi mengatasi perubahan suhu tubuh anak yang mengalami
infeksi dimana salah satu tanda gejala yang demam diruang Alamanda didapatkan perubahan
tersering adalah hipertermia. Hipertermia yang suhu tubuh setelah diberikan tepid sponge dengan
terjadi pada anak dibawah lima tahun pada mean 0,8°C.
umumnya merupakan hipertermia yang Hasil studi pendahuluan di Klinik
disebabkan oleh infeksi seperti influenza, otitis Kuncup Ceria pada tanggal 20 Januari 2018,
media, pneumonia, dan infeksi saluran kemih didapatkan data balita yang mengalami
(Isneini, 2014). hipertermia pada tahun 2015 sebanyak 634 anak,
Hipertermia terjadi karena tahun 2016 sebanyak 613 anak, dan tahun 2017
ketidakmampuan mekanisme kehilangan panas sebanyak 507 anak dimana 75% diagnosa
untuk mengimbangi produksi panas yang medisnya adalah tifoid. Rata-rata anak masuk
berlebih sehingga terjadi peningkatan suhu dengan suhu tubuh di atas 38 0C. Hasil
tubuh. Hipertermia tidak berbahaya jika dibawah wawancara pada 7 orang tua pasien anak rawat
39oC, dan pengukuran tunggal tidak inap yang mengalami hipertermia menunjukkan
menggambarkan hipertermia. Selain adanya bahwa 7 orang (100%) mengompres anaknya di
tanda klinis, penentuan hipertermia juga bagian frontal (kening), sedangkan yang bersedia
berdasarkan pada pembacaan suhu pada waktu menyeka anaknya ada 4 orang (57,1%) tanpa
yang berbeda dalam satu hari dan dibandingkan blok di area dengan pembuluh darah besar.
dengan nilai normal individu tersebut (Potter & Ketika pasien diberikan water tepid
Perry, 2010). Demam pada anak dibutuhkan sponge, maka akan ada penyaluran sinyal ke
perlakuan dan penanganan tersendiri yang hypothalamus yang memulai keringat dan
berbeda bila dibandingkan dengan orang dewasa. vasodilatasi perifer. Karena itulah blocking
Hal ini dikarenakan, apabila tindakan dalam dilakukan pada titik-titik yang secara anatomis
mengatasi demam tidak tepat dan lambat maka dekat dengan pembuluh besar. Vasodilatasi inilah
akan mengakibatkan pertumbuhan dan yang menyebabkan peningkatan pembuangan
perkembangan anak terganggu (Maharani, 2011 panas dari kulit (Hamid, 2011). Tingginya
dalam Wardiyah, 2016). Akibat suhu tubuh kecepatan pangaliran darah ke kulit
meningkat, seseorang akan mengalami kelesuhan menyebabkan panas dikonduksi dari bagian
(lethargy), mengantuk, dan depresi. Bisa juga dalam tubuh ke kulit dengan efesiensi yang
timbul kebingungan, rasa bermusuhan atau gejala tinggi. Pembuluh darah menembus jaringan
intoksikasi. Apabila terjadi dehidrasi dapat isolator sub kutis dan tersebar luas dalam bagian
menyebabkan mual, muntah, pusing kepala dan sub papilaris kulit. Aliran darah dalam kulit
tekanan darah menurun. Hal ini berakibat pusing mempunyai dua fungsi yaitu mengatur suhu
atau bahkan pingsan. Dapat juga ditemukan tubuh dan menyuplai makanan kepada kulit yang
takikardia dan takipneu. Pada anak-anak sering merupakan mekanisme transfer panas yang utama
mengalami kejang. Pada akhirnya organ tubuh dari inti tubuh ke kulit. Suhu tubuh berpindah
Jurnal S1 Keperawatan STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto
Widya Citra Sari_ Pengaruh Water Tepid Sponge Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada Balita Hipertermia di Klinik
Kuncup Ceria Kota Mojokerto
dari darah melalui pembuluh darah ke permukaan HASIL PENELITIAN
kulit dan hilang ke lingkungan sekitar melalui Data Umum Responden
mekanisme penghilangan panas (Guyton & Hall, Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden
2008). Pembuangan panas yang terjadi melalui Berdasarkan Data Umum di di
mekanisme konduksi dimana pemaparan panas Klinik Kuncup Ceria Kota
dari suatu obyek yang suhunya lebih tinggi ke Mojokerto tahun 2018
obyek lain dengan jalan kontak langsung No Data Umum Frekuensi Persentase
sehingga terjadi perpindahan panas dari tubuh (%)
anak ke obyek lain sehingga suhu tubuh menurun Jenis Kelamin
(Muslihatun, 2010). 1 0-1 tahun 3 7,9
Upaya perubahan suhu tubuh dengan 2 >1-2 tahun 11 28,9
3 >2-3 tahun 15 39,5
water tepid sponge dilakukan dengan cara
4 >3-4 tahun 9 23,7
memasukkan handuk kecil atau saputangan ke Pendingin Ruangan
dalam baskom berisi air hangat 280C-320C, 1 AC 12 31,6
kemudian peras, meletakkan handuk atau 2 Kipas angin 13 34,2
saputangan pada leher, ketiak, dan selangkangan 3 Tanpa pendingin 13 34,2
klien, tunggu selama maksimal 10 menit (atau Suntikan Antipiretik
sampai suhu pada handuk atau saputangan 1 3 jam yang lalu 8 21,1
menurun), lakukan selama tiga periode, dan 2 4 jam yang lalu 11 28,9
mengusap bagian ekstrimitas klien selama lima 3 5 jam yang lalu 8 21,1
menit dan dilanjutkan dengan mengusap bagian 4 6 jam yang lalu 8
5 7 jam yang lalu 3 7,9
punggung klien selama 5-10 menit. Pengusapan
Sumber: Data Primer, 2018
dilakukan dari bagian atas menuju bawah
(ekstrimitas dan punggung) (Beevi, 2012).
Data Khusus
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
Tabel 2 Distribusi frekuensi berdasarkan
peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh
perubahan suhu tubuh sebelum
water tepid sponge terhadap perubahan suhu
dan sesudah water tepid sponge
tubuh pada anak hipertermia.
pada balita hipertermia di Klinik
Kuncup Ceria Kota Mojokerto
tahun 2018
METODE PENELITIAN Suhu tubuh Sebelum Sesudah
Desain dalam penelitian adalah f % f %
preeksperimental dengan pendekatan one group Hipotermia (< 36 0C) 0 0 0 0
pretest posttest design. Populasi dalam penelitian Normal (36-37,2 0C) 0 0 15 39,5
ini adalah semua balita hipertermia di Klinik Subfebris (37,3-37,9 0C) 0 0 14 36,8
Febris (38-40 0C) 31 81,6 9 23,7
Kuncup Ceria Kota Mojokerto pada bulan April Hiperpireksia ( > 400C) 7 18,4 0 0
2018 sejumlah 57 anak. Sampling yang digunakan Jumlah 38 100,0 38 100,0
adalah consecutive sampling dengan kriteria Sumber: Data Primer tahun 2018
inklusi yaitu balita yang kooperatif, suhu tubuh
balita tergolong febris (38-400C) dan hiperpireksia Tabel 2 menunjukkan bahwa hampir seluruh
(>400C), dan bersedia menjadi responden responden suhu tubuhnya Febris (38-40 0C)
sedangkan kriteria eksklusi adalah terdapat luka sebelum diberikan water tepid sponge, yaitu 31
atau odema di bagian tubuh yang akan dilakukan anak (81,6%), dan hampir setengah responden
water tepid sponge, balita menggigil (triggering) mempunyai suhu tubuhnya normal (36-37,20C)
akibat suhu yang terlalu tinggi > 420C, balita sesudah diberikan water tepid sponge, yaitu 15
yang mengalami kejang sehingga sampel yang anak (39,5%).
didapatkan sejumlah 38 anak. Alat ukur
menggunakan termometer digital. Analisis data PEMBAHASAN
yang digunakan adalah Uji Wilcoxon. 1. Suhu Tubuh Balita Hipertermia Sesudah
Diberikan Water Tepid Sponge di Klinik
Kuncup Ceria Kota Mojokerto tahun 2018
Hasil penelitian pada tabel 4.4
menunjukkan bahwa hampir seluruh responden
suhu tubuhnya febris (38-40 0C) sebelum