Peminatan Epidemiologi
1)2)3)
1)2)3)
Program Studi Kesehatan Masyarakat
1)2)3)
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Masyarakat (STIKes) Hang Tuah Pekanbaru
1)
email : zulmeliza.rasyid@gmail.com
2)
email : diankusumaastuti79@gmail.com
3)
email : christinevgp@gmail.com
ABSTRAK
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang dapat terjadi pada anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun yang
mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu diatas 380C) yang tidak disebabkan oleh proses intracranial. Di
Indonesia kejadian kejang demam mencapai 2-4%. Di RSIA Budhi Mulia angka kejadian kejang demam
pada balita bulan Januari s/d Juli 2017 berjumlah 98 kasus dengan proporsi kasus yaitu 34,03%. Prognosis
yang dapat terjadi adalah kecacatan atau kelainan neurologis, kemungkinan berulangnya kejang demam,
epilepsi, dan kematian. Tujuan penelitian ini untuk menggambarkan dan mengetahui determinan kejadian
kejang demam pada balita di RSIA Budhi Mulia Pekanbaru tahun 2015-2017. Penelitian ini bersifat analitik
kuantitatif observasional dengan desain case control. Populasi sebanyak 1.119 orang dengan besar sampel
sebanyak 144 dengan perbandingan 1:1 dimana 72 untuk kasus dan 72 untuk kontrol. Teknik pengambilan
sampel secara quota sampling dengan metode penelusuran dokumen. Alat penelitian yaitu lembar isian.
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Pengolahan data dengan komputerisasi. Analisis data
secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian diperoleh kadar hemoglobin (p value= 0,000 dan OR=9,23;
CI: 4,30-19,79), kadar leukosit (p value= 0,000 dan OR=9,71; CI: 4,53-20,79), usia (p value= 0,012 dan
OR=2,95; CI:1,32-6,59), dan suhu tubuh (p value=0,000 dan OR=7,80; CI:3,71-16,38). Kesimpulan adalah
kadar hemoglobin, kadar leukosit, usia dan suhu tubuh merupakan faktor risiko terjadinya kejadian kejang
demam pada balita di RSIA Budhi Mulia Pekanbaru Tahun 2017.
Kata Kunci : Kejadian kejang demam, kadar hemoglobin, kadar leukosit, usia dan suhu tubuh.
ABSTRACT
A febrile seizure is a seizure spasm that can occur in children 6 months to 5 years of age with an increase in
body temperature (temperature above 380C) that is not caused by an intracranial process. In Indonesia the
incidence of febrile seizures reaches 2-4%. In RSIA Budhi Mulia the incidence of febrile seizures in infants
from January to July 2017 amounted to 98 cases with a proportion of cases of 34.03%. Prognosis that may
occur is neurological disability or abnormalities, the possibility of recurrence of febrile seizures, epilepsy,
and death. The purpose of this study to describe and determine the determinants of febrile seizures in infants
at RSIA Budhi Mulia Pekanbaru 2015-2017. This research is analytic quantitative observational with case
control design. The population was 1,119 people with a sample size of 144 with a ratio of 1: 1 where 72 for
cases and 72 for control. Sampling technique in quota sampling with document tracing method. The
research tool is the stuffing sheet. The type of data used is secondary data. Computerized data processing.
Univariate and bivariate data analysis. The results obtained hemoglobin levels (p value = 0,000 and OR =
9.23; CI: 4.30-19.79), leukocyte levels (p value = 0,000 and OR = 9,71; CI: 4.53-20, 79), age (p value =
0.012 and OR = 2.95; CI: 1.32-6.59), and body temperature (p value = 0,000 and OR = 7,80; CI: 3.71-16,
38). Conclusion is hemoglobin level, leukocyte level, age and body temperature is a risk factor occurrence
of febrile seizures in balita at RSIA Budhi Mulia Pekanbaru Year 2017. It is suggested to RSIA Budhi Mulia
Pekanbaru with health promotion team can give information to mother who have toddler about factor affect
the incidence of febrile seizures in infants by using print or electronic media.
Keywords : Occurrence of febrile seizures, hemoglobin level, leukocyte level, age and body
Temperature
PENDAHULUAN berpenghasilan rendah. Pada anak-anak
Indonesia angka kejadiannya berkisar 40-
Kejang merupakan suatu 50%. Hasil Survei Kesehatan Rumah
perubahan fungsi pada otak secara Tangga (SKRT) melaporkan kejadian
mendadak dan sangat singkat atau anemia defisiensi besi sebanyak 48,1%
sementara yang dapat disebabkan oleh pada kelompok usia balita (IDAI, 2016).
aktivitas otak yang abnormal serta adanya Berdasarkan hasil studi
pelepasan listrik serebral yang sangat pendahuluan yang dilakukan di RSIA
berlebihan (Hidayat, 2008). Kejang Budhi Mulia, kejadian kejang demam pada
demam merupakan bangkitan kejang yang tahun 2015 menempati urutan kedua
terjadi pada anak berumur 6 bulan sampai setelah HRB (Hiper Reaktivitas Bronkus)
5 tahun yang mengalami kenaikan suhu dari sepuluh penyakit terbesar pada balita
tubuh (suhu di atas 38oC, dengan metode yaitu jumlah kasus kejadian kejang demam
pengukuran suhu apa pun) yang tidak sebanyak 115 kasus dengan proporsi kasus
disebabkan oleh proses intracranial (IDAI, yaitu 27,71% sedangkan pada tahun 2016
2016). kejadian kejang demam menempati urutan
WHO memperkirakan pada tahun pertama dan mengalami peningkatan
2005 terdapat lebih dari 21,65 juta dibandingkan dengan tahun sebelumnya
pendeita kejang demam dan lebih dari 216 yaitu dengan jumlah kasus kejadian kejang
juta penderita diantaranya meninggal. demam sebanyak 204 kasus dengan
Angka kejadian kejang demam bervariasi proporsi kasus yaitu 49,04%. Pada tahun
diberbagai Negara. Daerah Eropa Barat 2017, kejang demam merupakan penyakit
dan Amerika tercatat 2-4% angka kejadian yang menempati urutan kedua setelah
kejang demam pertahunnya. Sedangkan di penyakit HRB (Hiper Reaktivitas
India sebesar 5-10% dan di Jepang 8,8%. Bronkus) dari sepuluh penyakit terbanyak
Hampir 80% kasus kejang demam pada balita yang dirawat dengan jumlah
sederhana dan 20% kasus merupakan kasus kejadian kejang demam pada balita
kejang demam kompleks (Kakalang et al., bulan Januari-Juli 2017 berjumlah 98
2016). Di Asia, insiden kejadian kejang kasus dengan proporsi kasus yaitu 34,03%.
demam meningkat dua kali lipat. Kejang demam merupakan
Sedangkan di Indonesia kejadian kejang penyakit yang menyerang susunan sistem
demam mencapai 2-4% (Marwan, 2017). saraf pusat, jika tidak dilakukan terminasi
Kejang demam terjadi pada 2-5% anak yang baik dapat menimbulkan prognosis
berumur 6 bulan sampai dengan 5 tahun seperti kecacatan atau kelainan neurologis,
(IDAI, 2016). kemungkinan berulangnya kejang demam,
Faktor predisposisi timbulnya epilepsi, dan kematian. Untuk menghindari
kejadian kejang demam berhubungan berulangnya kejang demam perlu
dengan anemia, kadar leukosit, usia dilakukan upaya kesehatan yaitu tindakan
pertama kali kejang, jenis kelamin, suhu promotif dengan memberikan informasi
badan, dan riwayat keluarga. Prevalensi kepada orang tua yang memiliki balita
anemia defisiensi besi di Indonesia masih yang pernah dirawat dengan kejadian
sangat tinggi, terutama pada wanita hamil, kejang demam tentang penatalaksanaan
anak balita, usia sekolah dan pekerja
kejang demam yang tepat ketika terjadi Teknik pengambilan sampel kasus dan
kejang demam dirumah, kemudian teknik pengambilan sampel kontrol secara
tindakan preventif yaitu edukasi kepada quota sampling. Jenis data yang digunakan
orang tua yang memiliki balita dengan dalam penelitian ini adalah data sekunder
riwayat kejang sehingga dapat yaitu data rekam medis dan hasil
menghindari berulangnya kejang demam pemeriksaan laboratorium yang dilakukan
yang berujung pada kejadian epilepsi atau oleh petugas laboratorium ketika balita
kelainan bahkan kecacatan neurologis, dirawat di RSIA Budhi Mulia Pekanbaru
selanjutnya tindakan kuratif yaitu dengan Januari 2015 s/d Juli 2017 dengan cara
pemberian obat-obatan yang tepat ketika pengambilan data melakukan penelusuran
balita dengan kejang demam dirawat di dokumen. Pengolahan data dengan
RSIA Budhi Mulia agar kejang demam komputerisasi. Analisis data dalam
dapat diatasi tanpa menimbulkan penelitian ini secara univariat dan bivariat.
prognosis yang buruk, dan tindakan
rehabilitatif yaitu dengan memantau atau HASIL DAN PEMBAHASAN
memonitor demam pada anak yang Hasil Penelitian
mengalami kejang demam agar demam
dapat diatasi sehingga kejang dapat Tabel 1
dihindari. Oleh sebab itu perlunya Resume Analisis Univariat Berdasarkan
dilakukan penelitian tentang kejang Kadar Hemoglobin, Kadar Leukosit,
Usia, dan Suhu Tubuh dengan Kejadian
demam guna mengetahui faktor risiko
Kejang Demam Pada Balita di RSIA
yang dapat menimbulkan kejadian kejang Budhi Mulia Pekanbaru Tahun 2017
pada balita sehingga prognosis kejang
demam dapat dihindari. Variabel Kasus Kontrol Jumlah
Indepeneden n % n % n %
Berdasarkan uraian diatas dan Kadar
belum pernahnya dilakukan penelitian di Hemoglobin
Anemia 51 70,8 15 20,8 66 45,8
RSIA Budhi Mulia, maka peneliti tertarik Normal 21 29,2 57 79,2 78 54,2
untuk melakukan penelitian tentang Kadar Leukosit
Kejadian Kejang Demam Pada Balita di Berisiko 61 84,7 47 65,3 108 75,0
%)
anak (49,3%).
Menurut asumsi peneliti balita dengan diperoleh p value=0,000 dan
berisiko untuk mengalami kejang demam OR=7,80 (CI:3,71-16,38).
jikah suhu tubuh ≥ 380 C, hal ini
berhubungan dengan ketahanan tubuh DAFTAR PUSTAKA
balita dalam mengendalikan kenaikan suhu
di dalam tubuh. Sebagian besar balita Gunawan, Prastya Indra., Saharso, Darto.
2012. Faktor Risiko Kejang
dengan kejang memiliki suhu tubuh ≥ 380 Demam Berulang Pada Anak.
C dikarenakan tubuh balita tidak mampu Media Medika Indonesiana.
mengendalikan setiap kenaikan suhu Volume 46, Nomor 2, Tahun 2012.
didalam tubuhnnya. Setiap kenaikan suhu http://ejournal.undip.ac.id (diakses
satu derajat celcius didalam tubuh dapat pada 20 November 2017)
meningkatkan kebutuhan akan glukosa dan
Hajar, J.Z., Zulmansyah, Afgani, A. 2014.
oksigen. Jika terjadi peningkatan Hubungan Karakteristik Pasien
metabolisme karbohidrat akibat kenaikan Dengan Kejadian Kejang Demam
suhu didalam tubuh tentu akan Anak di Rumah Sakit Al-Ihsan.
mengakibatkan peningkatan kebutuhan Prosiding Pendidikan Dokter,
glukosa, apabila kebutuhan glukosa tidak ISSN: 2460-657X.
terpenuhi dapat menggangu metabolisme http://karyailmiah.unisba.ac.id
(diakses pada 19 Agustus 2017)
dalam siklus Creb dan kebutuhan akan
oksigen juga akan meningkat apabila Helmi, Muhammad H. 2014. Perbedaan
didalam tubuh tidak dapat terpenuhi dapat Manifestasi Klinis Kejang Demam
mengakibatkan hipoksia jaringan termasuk Pada Anak Anemia Dengan Anak
jaringan di otak. Tanpa Anemia. Media Medika
Muda. Program Pendidikan Sarjana
Kedokteran Universitas
KESIMPULAN
Diponegoro.
Berdasarkan hasil penelitian dan http://eprints.undip.ac.id (diakses
pembahasan dapat disimpulkan bahwa pada 20 Agustus 2017)
Anemia merupakan faktor risiko terjadinya
kejadian kejang demam pada balita di IDAI. 2016. Rekomendasi
RSIA Budhi Mulia Pekanbaru dengan Penatalaksanaan Kejang Demam.
Jakarta: Unit Kerja Koordinasi
diperoleh p value= 0,000 dan OR=9,23
Neurologi Ikatan Dokter Anak
(CI: 4,30-19,79). Lekosit tinggi merupakan Indonesia. https://puskespemda.net
faktor risiko terjadinya kejadian kejang (diakses pada 22 Agustus 2017)
demam pada balita di RSIA Budhi
Mulia Pekanbaru dengan diperoleh p Kakalang, Jenyfer P., Masloman, N.,
value= 0,000 dan OR=9,71 (CI: 4,53- Manopo, J.I.Ch. 2016. Profil
Kejang Demam di Bagian Ilmu
20,79). Usia < 12 bulan merupakan faktor
Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr. R.
risiko terjadinya kejadian kejang demam D. Kandou Manado Periode
pada balita di RSIA Budhi Mulia Januari 2014-Juni 2016. Jurnal e-
Pekanbaru dengan diperoleh p value= Clinic (eCI),Vol.4, No.2, Juli-
0,012 dan OR=2,95 (CI:1,32-6,59). Suhu Deseember 2016.
tubuh ≥ 380 C merupakan faktor risiko https://ejournal.unsrat.ac.id
(diakses pada 01 September 2017)
terjadinya kejadian kejang demam pada
balita di RSIA Budhi Mulia Pekanbaru
Marwan, Roly. 2017. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Penanganan
Pertama Kejadian Kejang Demam
Pada Anak Usia 6 Bulan – 5 Tahun
Di Puskesmas. Caring Nursing
Journal, Vol.1, No.1, ISSN:
2580:0078.
https://journal.umbjm.ac.id
(diakses pada 02 September 2017)