http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan
Page 993 of 7
Abstract: Febrile Seizures are Seizures That Occur When the Body
Temperature Rises Above 38,5ºC Due to an Extracranial Process and Often
Occurs in Children Aged 6 Months - 60 Months. The study aims to determine the
risk factors for febrile seizures in pediatric patients at RSIA Bekasi. This study uses a
consecutive method using a case control design. The population of this study were
children who were treated at RSIA Selasih Medika Bekasi for the 2020 period, the
number of samples was 24 children with febrile seizures and 24 children with fever
without seizures with an age range 6 -60 months. Data analysis with chi-square and
odds ratio. The results of this study showed that there was a significant relationship
between risk factors and the occurrence of febrile seizures, namely the age children
less than 24 months p= 0,003 (p= <0,05) with OR = 3,215 and body temperature
children more than 38,5ºC p = 0,025 (p=<0,05) with OR=1.214. Children's age less
than 24 months and body temperature less than 38,5ºC were risk factors for febrile
seizures.
PENDAHULUAN
Menurut Ikatan Dokter Anak faktor sebagai penyebab kejang demam
Indonesia, Kejang demam adalah yaitu imaturitas otak dan termoregulator
bangkitan kejang yang terjadi pada demam dimana kebutuhan oksigen
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas meningkat (IDAI, 2009).
38,5ºC) tanpa adanya infeksi SSP, Menurut World Health Organization
gangguan elektrolit atau metabolik lain. (WHO) setiap tahun kejadian kejang
Kejang disertai demam pada bayi kurang demam di United States of America
dari 1 bulan tidak termasuk dalam sebanyak 1,5 juta, dan sebagian besar
kejang demam. Terdapat interaksi 3 terjadi dalam rentang usia 6 - 36 bulan,
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 9, No. 3, September 2022 993
pISSN:2355-7583 | eISSN:2549-4864
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan
dengan puncak pada usia 18 bulan. kelamin pada kejang demam dan untuk
Angka kejadian kejang demam bervariasi mengetahui hubungan antara BBLR
di berbagai negara dan lebih besar di dengan kejadian kejang demam di RSIA
Asia. Daerah Eropa Barat dan Amerika Bekasi.
tercatat 2-5%, India sebesar 5-10%,
Jepang 8,3%-9,9% dan di Guam 14%. METODE
80% kasus adalah kejang demam Desain penelitian yang digunakan
sederhana. Prevalensi kejadian kejang pada penelitian ini adalah kasus dan
demam di Indonesia disebutkan terjadi kontrol, dimana peneliti membandingkan
pada 2-5% anak berumur 6 bulan - 3 antara kelompok Kasus (pasien kejang
tahun dan 30% diantaranya akan demam) dan kelompok Kontrol (pasien
mengalami kejang demam berulang. Ada demam tanpa kejang) untuk mengetahui
beberapa faktor yang mempengaruhi proporsi kejadian berdasarkan riwayat
yaitu usia, jenis kelamin, riwayat kejang ada atau tidaknya paparan. Penelitian ini
dan riwayat dalam keluarga dan normal dilakukan di RSIA Selasih Medika Bekasi,
tidaknya perkembangan neurologi Dengan Waktu penelitian dimulai bulan
(Rudolph, 2015). Januari 2021 sampai dengan Juli 2021.
Kejang demam mempunyai Penelitian ini menggunakan
prognosis yang baik karena biasanya perbandingan 1:1 sehingga sampel
ringan dan sembuh sendiri. Sepertiga untuk penelitian ini adalah 48 sampel
dari anak yang pernah mengalami dengan 24 kasus (kejang demam) dan
kejang demam akan mengalami 24 kontrol (demam tanpa kejang). Pada
kekambuhan selama masa kanak-kanak, penelitian ini instrumen yang digunakan
kurang dari 10% akan mengalami adalah data sekunder yang diperoleh
kurang lebih tiga kekambuhan. Jika melalui data rekam medik di RSIA
kekambuhan akan terjadi, sekitar 75% Selasih Medika Bekasi periode Januari-
kekambuhan akan terjadi dalam 1 tahun Desember 2020. Pengolahan data dalam
dan 90% terjadi dalam 2 tahun (Leung et penelitian ini dilakukan dengan
al, 2018). menggunakan program komputer
Penelitian ini bertujuan untuk kemudian dianalisis menggunakan
mengetahui hubungan antara usia Statistical Program Social Science
dengan kejadian kejang demam, untuk (SPSS) dan rancangan analisis data
mengetahui hubungan antara suhu meliputi analisis univariat dan bivariat.
tubuh dengan kejadian kejang demam,
untuk mengetahui persentase jenis
HASIL
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 9, No. 3, September 2022 994
pISSN:2355-7583 | eISSN:2549-4864
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan
Analisis Bivariat
Tabel 3. Hubungan Usia dengan Faktor Risiko Kejadian Kejang Demam dan
Demam Tanpa Kejang di RSIA Bekasi
Kasus dan Kontrol
P-
Kejang Demam Total OR CI
Value
Demam tanpa Kejang
Usia
N % N % N
Analisis statistik Berdasarkan tabel Nilai crude odds Ratio (COR) sebesar
4.3 diatas dapat menunjukkan hasil uji 3,215 dan nilai Confidence Interval (CI)
chi square didapatkan nilai p=0,003 diperoleh rentang nilai 0,902 – 11,460
(p<0,05) yang berarti Ho ditolak, maka artinya peluang kejadian kejang demam
terdapat hubungan yang signifikan pada usia ≤ 24 bulan sebesar 3,215 kali
antara kejadian kejang demam dan lebih besar dibandingkan dengan yang
demam tanpa kejang berdasarkan usia. memiliki usia > 24 bulan.
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 9, No. 3, September 2022 995
pISSN:2355-7583 | eISSN:2549-4864
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan
Analisis statistik Berdasarkan tabel tubuh. Nilai crude odds Ratio (COR)
4.4 diatas dapat menunjukkan hasil uji sebesar 1,214 dan nilai Confidence
chi square didapatkan nilai p=0,025 Interval (CI) diperoleh rentang nilai
(p<0,05) yang berarti Ho ditolak, maka 0,358 – 4,124 artinya peluang kejadian
terdapat hubungan yang signifikan kejang demam pada suhu >38,5oC
antara kejadian kejang demam dan sebesar 1,214 kali lebih besar
demam tanpa kejang berdasarkan suhu dibandingkan dengan suhu ≤ 38,5oC.
Analisis statistik Berdasarkan tabel kelamin. Nilai crude odds Ratio (COR)
4.5 diatas dapat menunjukkan hasil uji sebesar 0,686 dan nilai Confidence
chi square didapatkan nilai p=0,540 Interval (CI) diperoleh rentang nilai
(p>0,05) yang berarti Ho diterima, maka 0,205-2,295 artinya peluang kejadian
tidak terdapat hubungan yang signifikan kejang demam tidak bisa diukur
antara kejadian kejang demam dan berdasarkan jenis kelamin.
demam tanpa kejang berdasarkan jenis
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 9, No. 3, September 2022 996
pISSN:2355-7583 | eISSN:2549-4864
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan
demam tanpa kejang berdasarkan berat ini dikarenakan ambang kejang pada
badan lahir. Nilai crude odds Ratio (COR) anak sangat rendah.
sebesar 0,700 dan nilai Confidence Ambang kejang berbeda-beda
Interval (CI) diperoleh rentang nilai untuk setiap anak, berkisar antara
0,216-2,265 artinya peluang kejadian 38,5°C– 40°C. Adanya perbedaan
kejang demam tidak bisa diukur ambang kejang ini menjelaskan bahwa
berdasarkan berat badan. pada seorang anak baru timbul kejang
setelah suhu tubuhnya meningkat sangat
PEMBAHASAN tinggi, sedangkan pada anak yang lain
Pada penelitian ini yang kejang sudah timbul walaupun suhu
menggunakan desain case control meningkat tidak terlalu tinggi. Dari
tentang faktor risiko kejang demam pada kenyataan ini dapatlah disimpulkan
pasien anak di RSIA Bekasi periode bahwa berulangnya kejang demam akan
Januari – Desember 2020. Telah lebih sering pada anak dengan nilai
diperoleh 48 sampel yang dibagi menjadi ambang kejang yang rendah (Arifuddin,
24 sampel sesuai kriteria inklusi kasus 2016).
dan kontrol. Dari hasil penelitian yang Menurut hasil penelitian pada jenis
sudah dilakukan, didapatkan hasil bahwa kelamin, didapatkan bahwa persentase
usia merupakan faktor risiko kejang perempuan lebih banyak daripada laki-
demam pada anak di RSIA Selasih laki dan jenis kelamin bukan faktor risiko
Medika Bekasi. Hal ini Sesuai dengan dari kejang demam pada pasien anak di
penelitian Rimadhanti (2018) dkk di RSIA Selasih Medika Bekasi. Hal ini
RSUP Moh Hoesin Semarang dan Rasyid sesuai dengan penelitian yang dilakukan
(2019) dkk di RSIA Budhi Mulia oleh Nurullah (2015) dkk di Rumah Sakit
Pekanbaru yang menunjukan bahwa Al-Ihsan yang menunjukan bahwa jenis
kelompok usia ≤ 24 bulan mempunyai kelamin bukan merupakan faktor risiko
risiko lebih besar mengalami kejang kejang demam.
demam dibandingkan dengan anak Namun hasil penelitian ini tidak
berumur > 24 bulan (Rimadhanti dkk, sesuai dengan penelitian yang dilakukan
2018; Rasyid dkk, 2019). Hardika (2019) dkk di RSUP Sanglah
Hal ini dikaitkan dengan faktor Denpasar, dimana pada penelitian
perkembangan otak pada usia dibawah 2 tersebut didapatkan presentasi jenis
tahun masih belum sempurna yaitu masa kelamin lebih banyak pada laki-laki
development window dimulai fase daripada perempuan dan jenis kelamin
organisasi sehingga pada usia ini anak merupakan faktor risiko kejang demam.
memiliki nilai ambang kejang yang kejang demam lebih sering dialami anak
rendah sehingga mudah terjadi kejang laki- laki dibandingkan anak perempuan
demam. Selain itu, Pada saat usia kurang Hal ini karena maturasi sel pada anak
dari 2 tahun keadaan otak belum matang perempuan lebih cepat daripada anak
dimana kadar Corticotropin releasing laki-laki, termasuk maturasi pada sel
hormone (CRH) di hipokampus tinggi saraf.
sehingga berpotensi untuk terjadi Menurut hasil penelitian pada berat
bangkitan kejang apabila terpicu oleh badan lahir, didapatkan bahwa berat
demam (Fuadi dkk, 2010). badan lahir bukan faktor risiko dari
Menurut hasil penelitian pada suhu kejang demam pada pasien anak di RSIA
tubuh, didapatkan bahwa suhu tubuh Selasih Medika Bekasi. Hal ini Sesuai
merupakan faktor risiko dari kejang dengan penelitian Mohammad (2017) di
demam pada pasien anak di RSIA Selasih RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo,
Medika Bekasi. Dimana hal ini sesuai Makassar, dimana tidak terdapat
dengan penelitian yang dilakukan oleh perbedaan yang bermakna antara berat
Arifuddin (2016) dkk di RSU Anutapura badan lahir dengan kejadian kejang
Palu yang menunjukan bahwa kelompok demam. Penelitian dari Fuadi (2010) dkk
suhu tubuh ≥ 38,5oC mempunyai risiko juga tidak terdapat perbedaan yang
tinggi daripada suhu tubuh ≤ 38,5oC, hal bermakna antara berat badan lahir
rendah dengan kejadian kejang demam.
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 9, No. 3, September 2022 997
pISSN:2355-7583 | eISSN:2549-4864
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan
Bayi berat lahir rendah adalah bayi tidak terlalu tinggi, karena dapat memicu
baru lahir yang berat badanya saat lahir bangkitan kejang.
kurang dari 2.500 gram. Menurut Fuadi,
BBLR dapat menyebabkan afiksia atau DAFTAR PUSTAKA
iskemia otak dan pendarahan Arifuddin, A. (2016). Analisis Faktor
intraventrikuler, iskemia otak dapat Risiko Kejadian Kejang Demam.
menyebabkan kejang. Bayi dengan BBLR Journal of Chemical Information
dapat mengalami gangguan and Modeling 2(2): 60–72.
metabolisme yaitu hipoglikemia dan Fuadi, F., Bahtera, T., & Wijayahadi, N.
hipokalesemia. Keadaan ini dapat (2010). Faktor Risiko Bangkitan
menyebabkan kerusakan otak pada Kejang Demam pada Anak. Sari
perinatal, adanya kerusakan otak, dapat Pediatri 12(3): 142.
menyebabkan kejang pada Hardika, M. S. P., & Mahailni, D. S.
perkembangan selanjutnya. Trauma (2019). Faktor-faktor yang
kepala selama melahirkan pada bayi Berhubungan dengan Kejadian
dengan BBLR kurang 2500 gram dapat Kejang Demam Berulang pada
terjadi pendarahan intrakranial yang Anak di RSUP Sanglah Denpasar. E-
mempunyai risiko tinggi untuk terjadi Jurnal Medika 8(4): 1–9.
komplikasi neurologi dengan manifestasi Hidayah, N. (2015). Pengetahuan Ibu
kejang. Mengenai Penanganan Pertama
Kejang Demam Pada Anak Di
KESIMPULAN Kelurahan Ngaliyan Semarang.
Setelah dilakukannya penelitian Universitas Diponegoro,
mengenai Faktor Risiko Kejang Demam September, 6.
pada Pasien Anak di RSIA Bekasi periode IDAI. (2009). Buku Pedoman Pelayanan
Januari-Desember 2020, maka dapat Medis in I. N. S. Pudjiadi H.
disimpulkan bahwa faktor risiko kejang Antonius, Hegar Badriul,
demam yang teridentifikasi adalah Handryastuti Setyo (Ed.), Ikatan
Faktor risiko kejang demam yang Dokter Anak Indonesia (Jilid I).
teridentifikasi pada pasien anak di RSIA Jakarta: Badan Penerbit Ikatan
Selasih Medika Bekasi adalah usia dan Dokter Anak Indonesia.
suhu tubuh. Leung, A. K. C., Hon, K. L., & Leung, T.
Terdapatnya hubungan antara usia N. H. (2018). Febrile Seizures: An
dengan kejadian kejang demam, dimana Overview. Drugs in Context 7: 1–
pada usia < 24 bulan memiliki 12.
kemungkinan 3 kali lebih besar Mohammad, R. B. (2017). Identifikasi
mengalami kejang demam. Terdapatnya Faktor Risiko Kejang Demam
hubungan antara suhu tubuh dengan Sederhana Pada Anak. Universitas
kejadian kejang demam, dimana pada > Hasanuddin Makassar, 71–73.
38,5°C memiliki kemungkinan 3 kali Nurullah afifah, F. dkk. (2015).
lebih besar mengalami kejang demam. Hubungan Karakteristik Pasien
Presentasi jenis kelamin yang mengalami dengan Kejadian Kejang Demam
kejang demam lebih besar pada anak Anak di Rumah Sakit Al-Ihsan.
perempuan daripada laki-laki. Tidak 694–699.
terdapat hubungan antara berat badan Rasyid, Z., Astuti, D. K., & Purba, C. V.
lahir dengan kejadian kejang demam. G. (2019). Determinan Kejadian
Setelah melakukan penelitian Kejang Demam pada Balita di
tersebut, terdapat beberapa saran yang Rumah Sakit Ibu dan Anak Budhi
dapat diberikan agar penelitian seperti Mulia Pekanbaru. Jurnal
ini dapat diperbaiki di masa akan datang. Epidemiologi Kesehatan Indonesia
Antara saran yang dapat diberikan 3(1): 1–6.
adalah Penyuluhan kepada orang tua, https://doi.org/10.7454/epidkes.v
jika saat anak menderita kejang demam 3i1.2108
harus mengontrol demamnya supaya Rimadhanti, N. M. R., Dewi, M. R., &
Aulia, H. (2018). Hubungan
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 9, No. 3, September 2022 998
pISSN:2355-7583 | eISSN:2549-4864
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 9, No. 3, September 2022 999