i
PREBIOTIK
NUTRISI SEHAT SALURAN PENCERNAAN
Penulis:
Dr. Nur Kusmiyati, M.Si.
ISBN :
Design Cover :
Retnani Nur Briliant
Layout :
Eka Safitry
ii
KATA PENGANTAR
iii
―Gerbang‖ kehidupan. Akhir kata, penulis menyadari bahwa buku
ini jauh dari sempurna. Untuk itu segala masukan dan koreksi
akan penulis terima dengan senang hati. Semoga karya ini
bermanfaat bagi para pembaca. Selamat Membaca!
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
1.2 Indeks Prebiotik ...................................................................... 72
1.3 Ukuran efek prebiotik ............................................................ 75
1. Asimilasi substrat ................................................................... 76
2. Perubahan populasi bakteri .................................................. 76
3. Produksi SCFA ........................................................................ 77
4. Persamaan MPE ...................................................................... 79
Daftar Pustaka ....................................................................................... 81
BAB V EVALUASI POTENSI PREBIOTIK .................................... 84
5.1 Metode In vitro........................................................................ 84
1. Pencernaan in vitro.................................................................. 85
2. Fermentasi in vitro .................................................................. 89
3. Model fermentasi in vitro ....................................................... 92
5.2 Metode In vivo ........................................................................ 98
1. Studi hewan ............................................................................. 99
2. Hewan germ-free .................................................................. 100
3. Hewan terkait flora manusia ............................................... 101
4. Hewan obesitas akibat diet .................................................. 101
5. Studi klinis manusia ............................................................. 104
5.3 Validasi metode in vitro dengan in vivo ........................... 106
Daftar Pustaka ..................................................................................... 108
BAB VI APLIKASI KLINIK PREBIOTIK DALAM SALURAN
PENCERNAAN .................................................................................. 118
6.1 Produksi Asam Lemak Rantai Pendek dari Fermentasi
Prebiotik ........................................................................................... 118
6.2 Prebiotik pada Perubahan Mikrobiota Usus ..................... 121
6.3 Prebiotik Memelihara dan Melindungi Kesehatan .......... 122
6.4 Prebiotik dan Gangguan Gastrointestinal ......................... 123
6.5 Prebiotik dan Sistem Kekebalan Tubuh ............................ 127
Daftar Pustaka ..................................................................................... 135
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
BAB I
PREBIOTIK
1
sejarah dan perdebatan tentang definisi prebiotik masih
berlangsung (Hutkins et al., 2016).
Bahan pangan dapat diklasifikasikan sebagai prebiotik
apabila memenuhi kriteria antara lain (1) tidak terhidrolisis
atau terserap pada saluran pencernaan sehingga dapat
mencapai kolon tanpa perubahan struktur atau diekskresikan
dalam feses; (2) berperan sebagai substrat yang secara selektif
dapat menstimulir pertumbuhan bakteri yang
menguntungkan pada kolon; (3) mengubah komposisi
mikrobiota usus sehingga menguntungkan bagi kesehatan
dengan menekan pertumbuhan bakteri patogen; dan (4)
meningkatkan efek yang positif bagi kesehatan inang (Gibson,
1999).
Meskipun tidak semua prebiotik adalah karbohidrat,
tetapi kedua kriteria berikut dapat dieksploitasi untuk
membedakan serat dari prebiotik yang diturunkan dari
karbohidrat yaitu (i) serat adalah karbohidrat dengan derajat
polimerisasi (DP) sama atau lebih tinggi dari 3 dan (ii) enzim
endogen di usus kecil tidak dapat menghidrolisis. Kelarutan
serat atau kemampuan fermentasi tidak begitu penting untuk
dipertimbangkan (Slavin, 2013). Menurut Winarti (2013),
meningkatnya konsumsi prebiotik dipicu oleh berbagai hal,
diantaranya (1) adanya kepercayaan bahwa diera modern ini
manusia tidak cukup mengkonsumsi bakteri asam laktat atau
stimulan pertumbuhannya yaitu karbohidrat yang tidak
dicerna, (2) adanya kepercayaan bahwa mikroba yang hidup
dalam saluran pencernaan dapat mempengaruhi kesehatan
individu, dan (3) adanya kepercayaan bahwa prebiotik yang
dikonsumsi dapat mencegah pertumbuhan mikroba patogen
dalam usus.
Prebiotik dapat berperan sebagai alternatif untuk
probiotik atau sebagai kofaktor probiotik. Efek prebiotik
bersifat spesifik, artinya prebiotik hanya meningkatkan
pertumbuhan mikroflora menguntungkan dan atau
mereduksi mikroflora patogen di dalam usus inang dengan
mengurangi pH cairan usus melalui produksi asam-asam
2
lemak rantai pendek (SCFA) yang selanjutnya akan
digunakan mikroorganisme inang sebagai sumber energi
(Harish dan Varghese, 2006), dan mengubah konsentrasi
enzim ekstraseluler yang dihasilkan oleh probiotik (Gibson
dan Roberfroid, 1995). Secara umum, proses pencernaan
prebiotik memiliki karakteristik dengan mengubah kepadatan
populasi mikroflora non patogen saluran pencernaan (Caglar
et al., 2005).
Karaketristik utama dari prebiotik adalah tahan
terhadap enzim pencernaan dalam usus manusia tetapi dapat
difermentasi oleh koloni mikroflora. Dengan efek ini prebiotik
dapat menghalangi bakteri yang berpotensi sebagai patogen,
terutama Clostridium dan untuk mencegah diare. Penelitian
Kusmiyati et al. (2018) menunjukkan bahwa prebiotik yang
dikombinasikan dengan probiotik L. casei AP dapat
menurunkan diare pada mencit yang diinduksi E. coli. Hal
yang sama juga ditunjukkan pada penelitian Zhou et al. (2010),
penambahan prebiotik GOS dan MOS dapat meningkatkan
kecernaan pakan dan mampu meningkatkan pertumbuhan
ikan red drum. Hal tersebut didukung oleh Manning dan
Gibson (2004) yang menyatakan bahwa prebiotik mampu
secara selektif menstimulasi pertumbuhan dan aktivitas
metabolik bakteri potensial yang menguntungkan.
Secara sederhana, komponen prebiotik merupakan
komponen yang tidak dapat dicerna oleh tubuh, namun dapat
menjadi makanan bagi mikroflora dalam usus yang akan
memberikan manfaat terhadap kesehatan tubuh. Jika jumlah
mikroflora yang dimaksud tersebut dalam usus terbatas maka
penggunaan prebiotik oleh mikroflora menjadi tidak optimal.
Oleh karena itu, fungsi dari prebiotik akan lebih optimal jika
ditambahkan probiotik dalam satu produk yang disebut
sinbiotik. Faktor yang mempengaruhi optimasi kinerja dan
fungsi produk sinbiotik adalah kecocokan antara probiotik
dan prebiotik
Peraturan mengenai standar jumlah prebiotik yang
dikonsumsi belum ada karena umumnya asupan prebiotik
3
tergantung kepada kebiasaan penduduk suatu Negara (FAO,
2007). Pada umumnya dosis konsumsi harian 5-8 g/hari dari
FOS atau GOS memberikan efek prebiotik pada orang dewasa.
Menurut surono (2004), menyarankan jumlah konsumsi
prebiotik yang efektif adalah 1-3 g/hari untuk anak-anak dan
5-15 g/hari untuk orang dewasa.
a. Endogen
Sumber endogen prebiotik pada manusia adalah
ASI manusia yang mengandung oligosakarida.
Berdasarkan struktur kimianya, oligosakarida tersebut
4
mirip dengan GOS, yang disebut sebagai oligosakarida
susu manusia (HMO) (Karav et al., 2016). HMO ini
diketahui dapat meningkatkan populasi bakteri baik
seperti Bifidobacteria pada bayi yang mengonsumsi ASI
manusia, dan untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh
bayi. HMO berperan dalam pembentukan komposisi
mikrobiota usus untuk bayi yang baru lahir (Guaraldi dan
Salvatori, 2012). Selain itu, ASI mengandung probiotik
(bakteri yang membawa manfaat kepada kesehatan dan
bakteri tersebut biasanya adalah Bifidobacterium), dengan
demikian ASI sudah pasti mengandung prebiotik
(makanan untuk bakteri-bakteri tersebut). Menurut Munjal
et al. (2012), bayi memperoleh prebiotik yang pertama dari
ASI.
b. Eksogen
Senyawa karbohidrat yang tidak dapat dicerna dan
diklasifikasikan sebagai prebiotik adalah jenis serat yang
dapat difermentasi, sehingga dapat diklasifikasikan
sebagai serat makanan. Namun, tidak semua serat
makanan dapat diklasifikasikan sebagai sumber
prebiotik. Beberapa sumber makanan yang mengandung
prebiotik disajikan pada Tabel 1.1. Selain sumber makanan
yang disajikan pada Tabel 1.1, umbi yakon, dahlia, gembili
dan biji-bijian juga diklasifikasikan sebagai sumber
prebiotik. Jenis prebiotik yang dominan dapat bervariasi
sesuai dengan makanannya. Seperti gandum dan jelai
memiliki beta-glukan dalam jumlah tinggi, buah dan berry
mengandung pektin, bawang bombai dan artichoke
Yerusalem kaya akan inulin dan oligofructose, serta pisang
dan kacang polong mengandung pati resisten.
5
Tabel 1. 1 Makanan yang mengandung prebiotik
Makanan Kandungan Prebiotik (%)
Chicory 64,6
Artichoke Jerusalem 31,5
Dandelion 24,3
Bawang putih 17,5
Leek 11,7
Bawang 8,6
Asparagus 5
Dedak gandum 5
Tepung Gandum 4,8
Pisang 1
6
menunjukkan bahwa prebiotik efektif dalam mencegah atau
mengobati alergi.
Prebiotik dapat mendukung kesehatan usus, kesehatan
saluran pencernaan dan masalah kesehatan terkait antibiotik.
Perkembangan penelitian membuktikan bahwa meski tidak
mengandung zat gizi, prebiotik mempunyai fungsi yang tidak
tergantikan oleh zat lainnya dalam memicu terjadinya kondisi
fisiologis dan metabolik yang dapat memberikan
perlindungan pada kesehatan saluran pencernaan, khususnya
usus halus dan kolon. Berbagai penelitian dan review literatur
memberikan data yang mendukung peranan prebiotik dalam
memicu pertumbuhan bakteri asam laktat (Lactobacillus)
yang mempunyai sifat metabolik seperti Bifidobakteri dalam
menghasilkan SCFA dan perbaikan sistem imun. Meskipun
begitu, penambahan prebiotik dengan konsentrasi yang tinggi
ke dalam makanan dapat menyebabkan
peningkatan fermentasi, yang mengarah pada peningkatan
produksi gas, kembung atau buang air besar.
7
lambat di usus besar distal. Selain panjang rantai, dosis
prebiotik dapat mempengaruhi keamanannya. Misalnya,
dosis prebiotik yang rendah (2,5-10 g/hari) dapat
menyebabkan perut kembung dan dosis tinggi (40–50 g/hari)
menyebabkan diare osmotik. Berdasarkan hal tersebut, dosis
harian 2,5-10 g prebiotik digunakan untuk mengaktifkan
fungsi pada kesehatan manusia. Hal ini menunjukkan,
prebiotik dalam dosis terapeutik dapat menyebabkan efek
samping ringan hingga sedang. Sebagian besar produk
prebiotik di pasaran memiliki dosis 1,5-5 g/porsi (Svensson
dan Håkansson, 2014).
Sebagai alternatif potensial atau terapi tambahan
(sinbiotik) untuk probiotik (Garg et al., 2018), prebiotik
mungkin memiliki masalah keamanan yang serupa. Masalah
keamanan utama probiotik termasuk risiko bakteremia, sepsis
atau endokarditis, terutama pada pasien dengan defisiensi
imun yang menonjol (HIV, kanker, transplantasi), malnutrisi
berat atau penghalang epitel usus yang tidak kompeten
(seperti diare) (Tsai et al., 2019). Hal ini perlu diketahui bahwa
potensi komplikasi ini belum dipertimbangkan atau
setidaknya dilaporkan secara relevan melalui studi klinis
khusus untuk prebiotik.
Prebiotik adalah karbohidrat makanan yang memiliki
metabolisme selektif di usus besar dan berfungsi untuk
meningkatkan jumlah probiotik seperti bakteri penghasil
asam laktat, termasuk bifidobacteria. Dalam beberapa tahun
terakhir, perhatian yang meningkat telah difokuskan pada
kemungkinan efek menguntungkan dari prebiotik, seperti
peningkatan resistensi terhadap patogen yang menyerang,
peningkatan fungsi usus, pencegahan penyakit usus besar,
menurunkan atau mengurangi lemak, peningkatan
ketersediaan hayati kalsium dan zat besi (Bruzzese et al., 2009).
Karena penelusuran makanan fungsional atau bahan
makanan fungsional adalah salah satu tren terkemuka dalam
industri makanan saat ini. Nilai pasar dan potensi biologis
dari prebiotik sangat besar.
8
Konsumsi prebiotik sulit diukur karena dapat
ditemukan dalam kelompok makanan yang sangat beragam,
rangkaian suplemen yang luas, dan tidak ada tes analitik atau
metode yang disepakati secara universal. Perkiraan konsumsi
prebiotik di AS dan Eropa adalah beberapa gram sehari
[inulin dan fructooligosaccharides (FOSs)] (Moshfegh et al.,
1999). Tanpa definisi universal prebiotik dan daftar bahan
yang inklusif, pelacakan epidemiologi dari pola konsumsi
prebiotik akan sulit diperoleh. Meskipun sulit diukur dengan
analisis epidemiologi, peningkatan pasar pangan fungsional,
khususnya terkait dengan pangan yang mengandung
prebiotik, telah meningkat pesat selama dua dekade terakhir.
Secara global, pasar prebiotik diperkirakan akan terus
tumbuh, melebihi $ 7,5 miliar pada tahun 2023 ( Global
Market Insights, 2017).
9
Daftar Pustaka
Bruzzese, E., Volpicelli, M., Squeglia, V., Bruzzese, D., Salvini, F.,
Bisceglia, M., Lionetti, P., Cinquetti, M., Iacono, G.,
Amarri, S. and Guarino, A. 2009. A formula containing
galacto- and fructo- oligosaccharides prevents intestinal and
extra-intestinal infections: an observational study. Clinical
Nutrition. 28: 156-161.
Caglar, E., Sandalli, N., Twetman, S., Kavaloglu, S., Ergeneli, S. and
Selvi, S. 2005. Effect of yogurt with Bifidobacterium DN-173
010 on salivary mutans streptococci and lactobacilli in young
adults. Acta Odontol Scand. 63: 317–320.
FAO. 2007. The state of food and agriculture: Paying farmers for
environmental services. Agricultural Development
Economics Division (ESA).
Garg, B.D., Balasubramanian, H. and Kabra, N.S. 2018.
Physiological effects of prebiotics and its role in prevention
of necrotizing enterocolitis in preterm neonates. J.
Matern.-Fetal Neonatal Med. 31: 2071–2078.
Gibson, G.R. 1999. Dietary modulation of the human gut
microflora using the prebiotics oligofructose and inulin. J. of
Nutrition. 129: 1438-1441.
Gibson, G.R. and Roberfroid, M.B. 1995. Dietary Modulation of the
Human Colonic Microbiota: Introducing the Concept of
Probiotics. J. Nutr. 125 (2): 1401-1412.
Gibson, G.R., Probert, H.M., Van Loo, J., Rastall, R.A. and
Roberfroid, M.B. 2004. Dietary modulation of the human
colonic microbiota: updating the concept of prebiotics. Nutr.
Res. Rev. 17: 259–275.
Global Market Insights. Prebiotics market size by ingredient
(inulin, GOS, FOS, MOS), by application (animal feed, food
& beverages [dairy, cereals, baked goods, fermented meat,
dry foods], dietary supplements [food, nutrition, infant
formulations]), industry analysis report, regional outlook,
application potential, price trends, competitive market share
& forecast, 2017-2024 [Internet]. 2017. Available from:
10
https://www.gminsights.com/
industry-analysis/prebiotics-market.
Guaraldi F, and Salvatori G. 2012. Effect of breast and formula
feeding on gut microbiota shaping newborns. Front Cell
Infect Microbiol. 2: 1-4.
Harish, K. and Varghese, T. 2006. Probiotic in humans-evidence
based review. Cal. Med. J. 4 (4): 31-41.
Hutkins, R.W., Janina, K., Bindels, L., Cani, P.D., Fahey, G.C., Goh,
Y.J., Hamaker, B., Martens, E.C., Mills, D.A., Rastal, R.A.,
Vaughan, E. and Sanders, M.E. 2016. Prebiotics: Why
definitions matter. Current Opinion in Biotechnology. 37:1-7
Karav, S., Le-Parc, A., Bell, J.M., Frese, S.A., Kirmiz, N and Block
DE. 2016. Oligosaccharides released from milk glycropteins
are selective growth substrates for infantassociated
bifidobacteria. Appl Environ Microbiol. 82 (12): 3622-30.
Kusmiyati, N., Wahyuningsih, T.D. and Widodo. 2018. Effect of
Synbiotics Lactobacillus casei AP and Inulin Extract Dahlia
pinnata L. in Enteropathogenic Escherichia coli-Induced
Diarrhea. Proceeding IEEE 978-1-5386-7599-1/18.
Manning, T.S. and Gibson, G.R. 2004. Prebiotics. Best. Pract. Res.
Clin. Gastroenterology. 18: 287-298.
Moshfegh AJ, Friday JE, Goldman JP, Ahuja JK. 1999. Presence of
inulin and oligofructose in the diets of Americans. J Nutr.
129 (7): 1407S–11S.
Munjal, A., Muruganathan, T., Geetha, S.A., Kamath, S.N., Shah,
S.R. and Joshi, S.B. 2012. Medical update vol. 23. India:
Association of Physicians of India (API).
Roberfroid, M.B. 2004. Inulin-type fructans: Functional food
ingredients. J. Nutr. 137 (11): 2493-2502.
Scott, C., Planavsky, N.J., Dupont, C.L. and Lyons, T.W. 2013.
Bioavailibity of zinc in marine systems through time. Nature
Geoscience. 6(2):125-128.
Slavin, J. 2013. Fiber and Prebiotics: Mechanisms and Health
Benefits. Nutrients. 5(4): 1417–1435.
Surono. 2004. Yoghurt Untuk Kesehatan. Yogyakarta: Penebar
Swadaya.
11