Anda di halaman 1dari 42

FARMAKOTERAPI I

HIPERTENSI
Annisa Amriani. S, M. Farm, Apt
HIPERTENSI

Bpk. AZT (43 tahun, BB 70 kg, TB 165


cm, Pedagang) berobat ke dokter
spesialis penyakit dalam dengan keluhan
sakit kepala dan lemas. Sakit kepala
dirasakan sejak 3 hari yang lalu,
berdenyut-denyut serta tengkuk terasa
berat. Merokok 1 bks per hari (+), minum
kopi 2 gelas per hari (+). Suhu tubuh
36.50C; Tekanan darah : 150/100 mm Hg;
Pertanyaan
• Apa diagnosa pasien tersebut?
• Bagaimana penatalaksanaannya? (Non
farmakoterapi dan farmakoterapi)
• Apa saran yang diberikan kepada pasien ?
Pembahasan

Anamnesa Pasien:
• Nama : Tn. AZT
• Umur : 43 tahun
Diagnosa :
Pasien mengalami hipertensi II, sesuai
dengan manifestasi klinis yang terlihat yaitu
tekanan darah 150/100 mmHg, mengeluh
sakit kepala dan lemas. Sakit kepala
dirasakan sejak 3 hari yang lalu, berdenyut-
denyut serta tengkuk terasa berat. Kondisi
ini diperparah dengan kebiasaan merokok 1
bks per hari dan minum kopi 2 gelas per
hari. Selain itu pasien juga memiliki berat
badan melebihi normal.
Penatalaksanaan
• Non Farmakoterapi
 Pasien istirahat yang cukup
 Pasien dianjurkan untuk mengurangi berat
badan.
 Beri penjelasan kepada pasien bahaya
merokok dan konsumsi kopi bagi pasien
dengan riwayat hipertensi
• Farmakoterapi
Captopril 1x2,5 mg
Merupakan obat golongan ACE-Inhibitor
yang menghambat kerja ACE sehingga
angiotensin II yang dapat menyebabkan
vasokontriksi tidak terjadi.
HCT 1x12,5
Kombinasi dengan obat antihipertensi yang
diberikan kepada pasien yang mengalami
hipertensi.
Saran yang diberikan kepada pasien
• Hindari melakukan aktivitas berat/ istirahat
yang cukup
• Batasi konsumsi garam
• Kurangi minum kopi dan merokok
• Minum suplemen
• Minum obat yang teratur
• Berikan penjelasan efek samping dari captopril
dan HCT
TINJAUAN PUSTAKA
Hipertensi masih tetap menjadi masalah
karena:
• Meningkatnya prevalensi hipertensi
• Banyaknya pasien hipertensi yg belum
mendapatkan pengobatan ,atau
• Banyaknya pasien hipertensi yg sudah
diobati tetapi tekanan darahnya belum
mencapai target
• Adanya penyakit penyerta dan komplikasi yg
meningkatkan morbiditas dan mortalitas
• Silent Killer
EPIDEMIOLOGI
Di negara-negara maju:
• Hipertensi cukup tinggi
• Di USA mendekati angka 50%
• Penderita Hipertensi seluruh dunia ±1 M
• Framingham Studi: Individual > 55 th → 90%
beresiko hipertensi pada usia selanjutnya

Indonesia
• Merupakan suatu epidemi global dengan
prevalensi yang cukup tinggi (10-20%)
Faktor Penyebab Hipertensi
• Merokok
• Berat Badan Berlebihan
• Hipercholesterol (≥ 200 mg%)
• DM
• Stress
Etiology Hipertensi
Essential hypertension (hipertensi primer)
• > 90% of cases
• hereditary component
Secondary hypertension:
• 10% of cases
• common causes: chronic kidney disease,
renovascular disease
• other causes: Rx drugs, street drugs, natural
products, food, industrial chemicals
PATOGENESIS HIPERTENSI
MESENSIAL(PRIMER)
Hipertensi primer:
• Penyebab naiknya tekanan darah yang
spesifik tidak dapat diidentifikasi dari
sistem organ manapun.
• Salah satu model penyebab yang
diusulkan adalah: Abnormalitas retensi
garam oleh ginjal yang bersifat primer dan
diturunkan. Dimana terjadi penyerapan
garam yang berlebihan pada salah satu
HIPERTENSI SEKUNDER
Penyebab dari Adrenal
• Korteks:
Adenoma penghasil aldosteron (primary
aldosteronism/sindrom Conn’s) → hipokalemia,
↑bikarbonat
Adenoma penghasil glukokortikoid/kortisol (Sindrom
Cushing) → hiperglikemia, hipokalemia, alkalosis
• Medula:
Tumor penghasil katekolamin adrenalin
(Feokromositoma) → vasokonstriksi intens terkait
katekolamin
Penyebab ginjal
• Aktivasi sistem renin-angiotensin akibat
penyakit stenosis arteri renal
Fibromuskular displasia
Atherosklerosis arteri
• Selain renin (penyakit parenkim ginjal)
Gangguan produksi vasodilator oleh jaringan
ginjal sehat, termasuk “neutral lipid”
Fibromuskular displasia
• Kelainan kongenital di mana tunika media atau
adventisia arteri renal (atau lainnya) abnormal →
penyempitan lumen.
• Pada wanita muda dekade kedua/tiga.
• Salah satu penyebab “klasik” hipertensi sekunder
• Koreksi bedah pada stenosis dapat mengembalikan
tekanan darah normal
Stratifikasi risiko hipertensi ditentukan
berdasarkan :
• tingginya tekanan darah
• adanya faktor risiko lain
• adanya kerusakan organ target
• adanya penyakit penyerta tertentu
Krisis Hipertensi
Hipertensi Urgensi (TD • Hipertensi emergensi
210/120 tapi blm terlihat (Dijumpai tanda
tanda terkenanya target terkenanya target
organ) → harus organ) → Hipertensi
diturunkan dalam 24 jam Encephalopathy, Akut
pulmonary oedem,
perdarahan retina dsb
• Diturunkan menit-2 jam
GEJALA KLINIS

 Peninggian tekanan darah, Kadang-kadang hipertensi primer berjalan tanpa


gejala, dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target
seperti pada ginjal, mata , otak dan jantung.

Gambar 4. Perjalanan alamiah hipertensi primer yang tidak terobati.


DIAGNOSIS
 Anamnesis
 pemeriksaan fisik
 pemeriksaan laboratorium
 pemeriksaan penunjang

Tabel 3. Faktor Resiko Kardiovaskular dan Kerusakan Organ Target pada pasien Hipertensi
PENATALAKSANAAN:

 penatalaksanaan nonfarmakologi atau


perubahan gaya hidup

 penatalaksanaan farmakologi atau dengan obat


Tabel 4. Stratifikasi Risiko dan Pengobatan Hipertensi
Penatalaksanaan Nonfarmakologi
Penurunan berat badan
penurunan asupan garam
menghindari faktor resiko (merokok, minum
alkohol, hiperlipidemia dan stres)
PENATALAKSANAAN DENGAN OBAT
 Diuretik
 Golongan penghambat simpatetik
 Penyekat Beta (β-blocker)
 Vasodilator
 Penghambat ACE
 Antagonis kalsium
HIPERTENSI

Gambar 5. Algoritma pengobatan hipertensi


HIPERTENSI

Tabel 5. Tempat dan cara kerja diuretik


HIPERTENSI

GOLONGAN PENGHAMBAT SIMPATETIK


 Penghambatan aktifitas simpatetik dapat terjadi pada
pusat vasomotor otak ( metildopa dan klonidin) atau
pada ujung saraf perifer (reserpin dan guanetidin)
 Metil dopa mempunyai efek antihipertensi dengan
menurunkan tonus simpatis secara sentral, serta
mengganti norefinefrin di saraf perifer dengan
metabolit metil dopa yang kurang poten
 Efek samping: anemia hemolitik, gangguan faal hati dan
kadang-kadang hepatitis kronik.
HIPERTENSI

PENYEKAT BETA (Β-BLOCKER)

 Mekanisme kerja adalah melalui penurunan curah jantung dan


penekanan sekresi renin, dibedakan atas 2 jenis:
= yang menghambat reseptor β1
= yang menghambat reseptor β1 dan β2

 Efek samping terjadi karena obat tidak selektif terhadap reseptor β2


sehingga menimbulkan bradikardi.

 Kontraindikasi pada pasien asma bronkial, gagal jantung, dan blok


atrioventrikular. Hati-hati pada pasien diabetes melitus.
HIPERTENSI

Tabel 6. Efek farmakologi beberapa penyekat beta


HIPERTENSI

VASODILATOR

Mekanisme obat dengan melepaskan nrogen oksida (NO) akan


mengaktifkan guanilat siklase dengan hasil akhir defosforilasi berbagai
protein termasuk protein kontraktil dalam sel otot polos. Sehingga obat
ini bisa merelaksasi secara langsung otot polos arteriol atau vena,
berakibat penurunan resistensi pembuluh darah.

Efek samping yang terjadi disebabkan oleh efek antihipertensi yang


berlebihan.
HIPERTENSI

PENGHAMBAT ACE

ACE (Angiotensin Converting Enzyme) mengubah angiotensin I menjadi


Angiotensin II yang aktif dan mempunyai efek vasokontriksi pembuluh
darah. Dengan penghambat ACE maka Angiotensin II menurun. Yang
pertama digunakan dalam klinik adalah enalpril dan kaptopril.
HIPERTENSI

ANTAGONIS KALSIUM
Antagonis kalsium menghambat masuknya kalsium melalui saluran
kalsium, menghambat pengeluaran kalsium dari pemecahan retikulum
sarkoplasma dan mengikat kalsium pada otot polos pembuluh darah.
Golongan obat ini seperti nifedipin, diltiazem dan verapamil
menurunkan curah jantung dengan menghambat kontraktilitas, yang
akan menurunkan tekanan darah. Efek penurunan tekanan darah
tergantung pada dosis yang diberikan.

Efek samping golongan antagonis kalsium berupa rasa panas pada muka
dan edema pada ekstrimitas bawah, tapi efek samping sangat minimal.
HIPERTENSI

Gambar 7. Tahapan terapi hipertensi

Anda mungkin juga menyukai