(PERTAMEDIKA)
Jalan Kesehatan No. 100 Kompleks Pertamina Prabumulih
Sumatera Selatan – 31122. Telepon : (0713) 383333
E-mail : rsppbm@pertamedika.co.id Fax: (0713) 325181
KLINIK ON SITE PT PERTAMINA DRILING SERVICES INDONESIA
PRABUMULIH - SUMATERA SELATAN
Gastritis
Grastritis atau lebih sering disebut dengan penyakit maag adalah penyakit
yang dapat mengganggu aktifitas dan bisa berakibat fatal apabila tidak ditangani
dengan baik .Orang yangsering mengkonsumsi makanan yang dapat merangsang
produksi asam lambung dan memiliki pola makan yang tidak teratur biasanya dapat
terkena penyakit gastritis.Gastritis juga dapat disebabkan oleh beberapa infeksi
mikroorganisme.salah satu gejala terjadinya gastritis adalah nyeri pada ulu hati,selain
itu juga bisa terjadi mual,muntah,lemas,nafsu makan menurun, wajah pucat, keluar
keringat dingin,sering bersendawa dan pada kondisi yang parah bisa muntah darah.
A. Klasifikasi Gastritis
a Gastritis akut
Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut
dengan kerusakan erosi pada bagian superficial.
b Gastritis kronik
Gastritis kronik adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang
bersifat menahun. Gastritis kronik diklasifikasikan dengan tiga perbedaan
yaitu gastritis superficial, gastritis atrofik dan gastritis hipertrofik.
B. Gejala Gastritis
a Manifestasi klinik gastritis akut
Sindrom dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung, muntah,
merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula
perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena, kemudian disusul
dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan. Biasanya, jika dilakukan
anamnesis lebih dalam, terdapat riwayat penggunaan obatobatan atau bahan
kimia tertentu.
b Manifestasi klinik gastritis kronik
Kebanyakan pasien tidak mempunyai keluhan. Hanya sebagian kecil
mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea, dan pada pemeriksaan fisik tidak
dijumpai kelainan.
C. Penyebab Gastritis
a Gastritis akut
Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut, seperti merokok, jenis obat,
alkohol, bakteri, virus, jamur, stres akut, radiasi, alergi atau intoksitasi dari
bahan makanan dan minuman, garam empedu, iskemia dan trauma langsung
(Muttaqin, 2011).
1. Obat-obatan, seperti Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid/OAINS
(Indomestasin, Ibuprofen, dan Asam Salisilat), Sulfonamide, Steroid,
Kokain, agen kemoterapi (Mitomisin, 5-fluoro-2- deoxyuridine),
Salisilat, dan Digitalis bersifat mengiritasi mukosa lambung (Gelfand,
1999).
2. Minuman beralkohol; seperti whisky, vodka, dan gin (Kang, 1985).
3. Infeksi bakteri; seperti H. pylori (paling sering), H. heilmanii,
Streptococci, Staphylococci, Protecus species, Clostridium species,
E.coli, Tuberculosis, dan secondary syphilis (Anderson, 2007)
4. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus (Giannkis, 2008).
5. Infeksi jamur; seperti Candidiasis, Histoplasmosis, dan Phycomycosis
(Feldman,1999).
6. Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu (komponen
penting alkali untuk aktivasi enzim-enzimgastrointestinal) dari usus
kecil ke mukosa lambung sehingga menimbulkan respons peradangan
mukosa (Mukherjee, 2009).
7. Iskemia, akibat penurunan aliran darah ke lambung, trauma langsung
lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara agresi dan
mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas mukosa, yang dapat
menimbulkan respons peradangan pada mukosa lambung (Wehbi,
2008).
8. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma,
pembedahan, gagal nafas, gagal ginjal, kersusakan susunan saraf pusat,
dan refluks usus-lambung.
9. Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makanan berbumbu dan
minuman dengan kandungan kafein dan alcohol merupakan agen-agen
penyebab iritasi mukosa lambung.
b Gastritis kronik
Penyebab pasti dari penyakit gastritsi kronik belum diketahui, tetapi ada dua
predisposisi penting yang bisa meningkatkan kejadian gastritis kronik, yaitu:
infeksi dan non infeksi menurut Wehbi (tahun 2008 dalam Muttaqin, 2011)
1. Gastritis infeksi
a) H. pylori. Beberapa peneliti menyebutkan bakteri ini
merupakan penyebab utama dari gastritis kronik (Anderson,
2007)
b) Helycobacter heilmannii, Mycobacteriosis, dan Syphilis
(Wehbi, 2008)
c) Infeksi parasit.
d) Infeksi virus.
2. Gastritis non-infeksi
a) Kondisi imunologi (autoimun) didasarkan pada kenyataan,
terdapat kira-kira 60% serum pasien gastritis kronik
mempunyai antibodi terhadap sel parietalnya (Genta, 1996).
b) Gastropati akibat kimia, dihubungkan dengan kondisi refluk
garam empedu kronis dan kontak dengan OAINS atau Aspirin
(Mukherjee, 2009)
c) Gastropati uremik, terjadi pada gagal ginjal kronis yang
menyebabkan ureum terlalu banyak beredar pada mukosa
lambung dan gastritis sekunder dari terapi obat-obatan (Wehbi,
2008).
d) Gastritis granuloma non-infeksi kronis yang berhubungan
dengan berbagai penyakit, meliputi penyakit Crohn,
Sarkoidosis, Wegener granulomatus, penggunaan kokain,
Isolated granulomatous gastritis, penyakit granulomatus kronik
pada masa anak-anak, Eosinophilic granuloma, Allergic
granulomatosis dan vasculitis, Plasma cell granulomas,
Rheumatoid nodules, Tumor amyloidosis, dan granulomas yang
berhubungan dengan kanker lambung (Shapiro, 2006).
e) Gastritis limfositik, sering disebut dengan collagenous gastritis
dan injuri radiasi pada lambung (Sepulveda, 2004).
D. Komplikasi Gastritis
Menurut Mansjoer, 2001 komplikasi yang terjadi pada gastritis, yaitu :
1. Perdarahan saluran cerna bagian atas, yang merupakan kedarurat akut medis
terkadang perdarahan yang terjadi cukup dapat menyebabkan kematian.
2. Ulkus, jika prosesnya hebat.
3. Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah hebat.
5. Makan porsi kecil tapi sering, tidak disarankan langsung makan besar
G. Pengobatan Gastritis
1. Terapi Non-Farmakologi
Terapi non farmakologi adalah bentuk pengobatan dengan cara pendekatan,
edukasi dan pemahaman tentang penyakit maag. Edukasi kepada pasien/
keluarga bertujuan untuk meningkatakan pemahaman (mengenai penyakit
maag secara umum dan pola penyakit maag itu sendiri).
2. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi adalah terapi yang menggunakan obat. Obat -obat
yangdigunakan dalam terapi gastritis terdiri dari 4 golongan obat. Golongan
pertama yakni antasida yang bekerja menetralisir keasaman lambung yang
terdiri dari senyawa aluminium, magnesium, kalsium karbonat dan natrium
bikarbonat (Tjay dan Rahardja, 2008). Kedua adalah obat penghambat sekresi
asam lambung meliputi Antagonis-H2.Antagonis-H2 adalah senyawa yang
mengahambat secara bersaing interaksi histamin dengan reseptor H2sehingga
dapat mengahambat sekresi asam lambung. Ketiga yakni golongan analog
prostaglandin E1 (Estuningtyas & Azalia, 2007). Keempat adalah golongan
pelindung mukosa terdiri atas sucralfat yang bekerja membentuk kompleks
ulser adheren dengan eksudat protein seperti albumin dan fibrinogen pada sisi
ulser dan melindunginya dari asam lambung, membentuk barier viskos pada
permukaan mukosa di lambung dan duodenum, serta menghambat aktivitas
pepsin dan membentuk ikatan garam dengan empedu. Sucralfat sebaiknya
dikonsumsi pada saat perut kosong untuk mencegah ikatan dengan protein dan
fosfat (Hasanah, 2007).
Merbau, 19 Maret 2022