Anda di halaman 1dari 17

RUMAH SAKIT PERTAMINA PRABUMULIH

(PERTAMEDIKA)
Jalan Kesehatan No. 100 Kompleks Pertamina Prabumulih
Sumatera Selatan – 31122. Telepon : (0713) 383333
E-mail : rsppbm@pertamedika.co.id Fax: (0713) 325181
KLINIK ON SITE PT PERTAMINA DRILING SERVICES INDONESIA
PRABUMULIH - SUMATERA SELATAN

MATERI HEALTHY TALK


Hari, Tanggal : Sabtu, 05 Maret 2022
Tempat : RIG PDSI #05.2 /OW 760-M LOKASI BDA-2X
Tema : Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

A. Latar Belakang
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab
kematian tersering pada anak di negara sedang berkembang. Infeksi Saluran
Pernafasan Akut ini menyebabkan empat dari 15 juta perkiraan kematian pada
anak berusia dibawah lima tahun pada setiap tahunnya, dan sebanyak dua per tiga
kematian tersebut adalah bayi (khususnya bayi muda usia kurang dari dua bulan)
(WHO, 2003).

ISPA adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus, bakteri maupun riketsia.
Bakteri-bakteri yang paling sering terlibat adalah Streptococcus grup A,
Pneumococcus-pneumococcus, H.influenza yang terutama dijumpai pada anak-
anak kecil. Virus influensa merupakan penyebab tersering dari penyakit saluran
pernafasan pada anak-anak dan dewasa. Pada usia lima tahun atau lebih, 90 %
anak-anak telah mengalami infeksi oleh virus influensa. Pada bayi dan anak-anak
virus tersebut bertanggungjawab atas terjadinya penyakit (Nelson, 1995).
ISPA merupakan penyakit yang penting untuk diketahui oleh ibu-ibu, karena
merupakan penyakit yang tingkat kejadiannya sangat tinggi. Menurut survei
kesehatan rumah tangga Indonesia pada tahun 1992 dan tahun 1995, persentase
kematian bayi akibat ISPA masing-masing adalah 36,4 % dan 29,5 %. Angka
kematian bayi akibat ISPA adalah 3 per 100 balita (Anonim, 1995).

Anak-anak akan mendapatkan 3 – 6 kali infeksi / tahun, tetapi beberapa orang


mendapatkan serangan dalam jumlah yang lebih besar lagi terutama selama masa
tahun ke-2 sampai ke-3 kehidupan mereka. Rata-rata setiap anak akan menderita
ISPA sebanyak 3 kali di daerah pedesaan dan kira-kira 6 kali di daerah perkotaan
per tahun. Di perkotaan kemungkinan kejadian ISPA lebih tinggi dibanding daerah
pedesaan karena berkaitan dengan perbedaan kebersihan udara di kedua daerah
tersebut. Demikian pula anak-anak dengan status gizi yang jelek (kurang gizi)
akan lebih mudah menderita ISPA atau ISPA nya menjadi lebih berat
dibandingkan anak dengan status gizi yang baik (Dwi prahasta dkk, 1988).
Ada banyak salah informasi berkenaan dengan infeksi saluran pernafasan akut
sehingga menimbulkan beberapa masalah penting, pertama sebagian besar ISPA
tidak diperhatikan, akibatnya penderita mendapatkan pengobatan yang tidak
diperlukan dan dengan antibiotik menambah biaya pengobatan, kedua sering
terlupakan bahwa faringitis, tonsilitis akut adalah infeksi saluran pernafasan akut
paling penting dan harus diobati dengan antibiotik yang memadai, dan yang
ketiga dokter sering tidak memperhatikan kenyataan bahwa tidak mungkin
membedakan secara meyakinkan antara ISPA karena virus atau karena bakteri atas
dasar klinis saja. Untuk membedakan kedua penyebab tersebut diperlukan uji
diagnostik sederhana seperti biakan tenggorok. Uji diagnostik diperlukan untuk
menanggulangi suatu bakteri yang secara keliru dinyatakan sebagai penyebab
infeksi (Shulman dkk, 1994).
Penatalaksanaan infeksi saluran pernafasan akan berhasil dengan baik apabila
diagnosis penyakit ditegakkan lebih dalam sehingga pengobatan dapat diberikan
sebelum penyakit berkembang lebih lanjut. Disamping itu perlu antibiotika yang
sesuai dengan penyakit (Cherniack, 1998).
B. RUMUSAN MASALAH
1) Apa Pengertian ISPA?
2) Bagaimana klasifikasi dari penyakit ISPA?
3) Bagaimana etilogi dari penyakit ISPA?
4) Bagaimana Anatomi fisiologi ISPA?
5) Bagaimana tanda dan gejala penyakit ISPA?
6) Bagaimana cara penularan penyakit ISPA?
7) Bagaimana masa inkubasi penyakit ISPA?
8) Bagaimana Patofisiologi penyakit ISPA?
9) Bagaimana pemeriksaan penyakit ISPA?
10) Bagaimana penatalaksanaan penyakit ISPA?
11) Bagaimana mencengah penyakit ISPA?
12) Bagaimana Riwayat alamiah penyakit ISPA?

C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui penyakit ISPA, etiologi, anatomi fisiologi, tanda dan gejala, cara
penularan, masa inkubasi, patofisiologi, pemeriksaan ISPA, penatalaksanaan, cara
mencengah, dan riwayat alamiah penyakit ISPA.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. PENGERTIAN
Penyakit ISPA merupakan salah satu penyakit pernafasan terberat dan terbanyak
menimbulkan akibat dan kematian (Gouzali, 2011). ISPA merupakan salah satu
penyakit pernafasan terberat dimana penderita yang terkena serangan infeksi ini sangat
menderita, apa lagi bila udara lembab, dingin atau cuaca terlalu panas. (Saydam,
2011). Berdasarkan pengertian diatas, maka ISPA adalah infeksi saluran pernafasan
yang berlangsung selama 14 hari. Saluran nafas yang dimaksud adalah organ mulai
dari hidung sampai alveoli paru beserta organ adneksanya seperti sinus, ruang telinga
tengah, dan pleura (Habeahan, 2009).
Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) adalah infeksi yang terutama mengenai
struktur saluran pernafasan di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai
bagian atas atau bawah secara stimulasi dan berurutan (Nelsen 2000). Menurut
Depkes, (2004) infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan istilah yang
diadaptasi dari istilah bahasa inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA
meliputi tiga unsur penting yaitu infeksi, saluran pernafasan, dan akut. Dengan
pengertian sebagai berikut: Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke
dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ
adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Infeksi akut adalah
infeksi yang berlangsung sampai 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan
proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA
proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
Dari pengertian – pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa infeksi saluran
pernafasan atas (ISPA) adalah penyakit infeksi yang mengenai saluran pernafasan
bagian atas dan bawah yang disebabkan oleh masuknya kuman berupa virus, bakteri,
atipikal (atipikal plasma) atau aspirasi substansi asing yang menyerang organ
pernafasan.

2. KLASIFIKASI
Klasifikasi ISPA menurut Depkes RI (2002)
a. ISPA ringan
Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala batuk pilek dan
sesak.
b. ISPA sedang
ISPA sedang apabila timbul gejala gejala sesak napas, suhu tubuh lebih dari 39 0
C dan bila bernapas mengeluarkan suara seperti mengorok.
c. ISPA berat
Gejala meliputi : kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba, nafsu makan
menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan gelisah.
Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan
untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun (Muttaqin, 2008):
a. Golongan Umur Kurang 2 Bulan
1) Pneumonia Berat
Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada bagian bawah atau
napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 6x
per menit atau lebih.
2) Bukan Pneumonia (batuk pilek biasa)
Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau
napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur kurang 2 bulan, yaitu:
a) Kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari
½ volume yang biasa diminum)
b) Kejang
c) Kesadaran menurun
d) Stridor
e) Wheezing
f) Demam dingin.
b. Golongan Umur 2 Bulan-5 Tahun
1) Pneumonia Berat
Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada bagian bawah
ke dalam pada waktu anak menarik nafas (pada saat diperiksa anak harus
dalam keadaan tenang, tidak menangis atau meronta).
2) Pneumonia Sedang
Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah:
a) Untuk usia 2 bulan-12 bulan = 50 kali per menit atau lebih
b) Untuk usia 1-4 tahun = 40 kali per menit atau lebih.
3) Bukan Pneumonia
Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas
cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun yaitu :
a) Tidak bisa minum
b) Kejang
c) Kesadaran menurun
d) Stridor
e) Gizi buruk
3. ETIOLOGI

ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk ke saluran nafas. Penyebab
lain adalah faktor lingkungan rumah, seperti halnya pencemaran udara dalam rumah,
ventilasi rumah dan kepadatan hunian rumah. Pencemaran udara dalam rumah yang
sangat berpengaruh terhadap kejadian ISPA adalah asap pembakaran yang digunakan
untuk memasak. Dalam hal ini misalnya bahan bakar kayu. Selain itu, asap rokok
yang ditimbulkan dari salah satu atau lebih anggota yang mempunyai kebiasaan
merokok juga menimbulkan resiko terhadap terjadinya ISPA (Depkes RI, 2002).
Menurut Notoatmodjo (2007), ventilasi rumah dibedakan menjadi dua yaitu
ventilasi alamiah dan ventilasi buatan. Ventilasi alamiah yaitu dimana aliran udara di
dalam ruangan tersebut terjadi secara alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin,
dan lubang-lubang pada dinding. Ventilasi alamiah tidak menguntungkan, karena
juga merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga lainnya ke dalam rumah.
Ventilasi buatan yaitu dengan menggunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan
udara misalnya kipas angin dan mesin penghisap udara. Namun alat ini tidak cocok
dengan kondisi rumah di pedesaan. Ventilasi rumah yang kurang akan lebih
memungkinkan timbulnya ISPA pada bayi dan anak balita karena mereka lebih lama
berada di rumah sehingga dosis pencemaran tentunya akan lebih tinggi.

4. ANATOMI FISIOLOGI
a. Anatomi

Bagian – bagian dari saluran pernafasan :


Saluran Pernafasan bagian atas :
1. Hidung
Hidung adalah bengunan berongga yang terbagi oleh sebuah sekat di tengah
menjadi rongga hidung kiri dan kanan. Masing–masing rongga di bagian depan
berhubungan keluar melalui nares (cuping hidung) anterior dan di belakang
berhubungan dengan bagian farings (nasofarings). Masing–masing rongga hidung
dibagi menjadi bagian vestibulum, yaitu bagian lebih lebar tepat di belakang nares
anterior dan bagian respirasi.

2. Farings
Farings dapat dibagi menjadi nasofarings, terletak di bawah dasar tenggorokan,
belakang dan atas palatum molle; orofarings, di belakang rongga mulut dan
permukaan belakang lidah dan laringofarings, di belakang larings. Tuba Eustaschii
bermuara pada nasofarings. Tuba ini berfungsi menyeimbangkan tekanan udara
pada kedua sisi membran timpani. Bila tidak sama, telinga terasa sakit. Misalnya
naik pesawat terbang. Untuk membuka tuba ini, orang harus menelan.
3. Larings
Laring (kotak suara) bukan hanya jalan udara dari farings ke saluran napas
lainnya, namun juga menghasilkan besar suara yang dipakai berbicara dan
bernyanyi. Larings dutunjang oleh tulang-tulang rawan, diantaranya yang
terpenting adalah tulang rawan tiroid, yang khas pada pria, namun kurang jelas
pada wanita. Di bawahnya terdapat tulang rawan krikoid, yang berhubungan
dengan trakea.
4. Trakea
Trakea adalah tabung terbuka berdiameter 2,5 cm dan panjang 10–12 cm, meluas
dari laring sampai ke puncak paru, tempat bercabang menjadi bronkus kiri dan
kanan. Tetap terbukanya trakea disebabkan tunjangan sederetan tulang rawan (16-
20 buah) yang terbentuk tapal kuda, dengan bagian terbuka mengarah ke posterior
(esofagus). Trakea dilapis epitel bertingkat dengan silia dan sel goblet. Sel goblet
menghasilkan mukus dan silia berfungsi menyapu partikel yang berhasil lolos dari
saringan di hidung, ke arah faring untuk kemudian ditelan atau diludahkan atau
dibatukkan. Potongan melintang trakea khas berbentuk huruf D.
5. Cabang Tenggorokan
Merupakan lanjutan dari trakea ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra
torakalis ke IV dan ke V. Mempunyai struktur yang sama dengan trakea dan
dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan kebawah dan ke
samping ke arah tampuk paru – paru.
Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari bronkus kiri, terdiri dari 6-8
cincin mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari
pada bronkus kanan, terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang. Bronkus
bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus (bronkhioli). Pada
bronkhioli tidak terdapat cincin lagi dan pada ujung bronkhioli terdapat
gelembung paru, gelambung hawa atau alveoli.
Saluran pernafasan bagian bawah :
1. Paru – paru
Paru – paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung – gelembung (gelembung hawa+alveoli), gelembung hawa alveoli ini
terdiri dari sel – sel epitel dan endotel, jika dibentangkan luar permukaannya
(Gibson 1995).

b. Fisiologi
Pernafasan/respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskann udara yang banyak
mengandung karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh.
Penghisapan udara disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi.
Oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernafas dimana
oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan dengan darah dalam
kapiler pulmonar, alveoli memisahkan oksigen dari darah, oksigen menembus
membran, di ambil oleh sel darah merah di bawa ke jantung dan dari jantung di
pompakan ke seluruh tubuh.
Di paru-paru karbondioksida merupakan hasil buangan menembus membran
alveoli dan kapiler darah di keluarkan melalui pipa bronkus berakhir sampai pada
mulut dan hidung.
5. TANDA DAN GEJALA ISPA
Seorang anak yang menderita ISPA menunjukkan bermacam-macam tanda
dan gejala, seperti: batuk, bersin, serak, sakit tenggorok, sesak nafas, pernafasan
yang cepat dan nafas yang berbunyi, penarikan dada ke dalam, bisa juga mual,
muntah, tak mau makan, dan badan lemah (Anonim, 1988).
6. CARA PENULARAN PENYAKIT ISPA
1) ISPA dapat ditularkan melalui air ludah,dara,bersin,udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat ke saluran
pernapasannya.ada factor tertentu yang dapat memudahkan penularan:
2) Kuman (bakteri dan virus )yang menyebabkan ISPA mudah menular dalam rumah
yang mempunyai kurang ventilasi (peredaran udara) dan bayak asap (baik asap
rokok maupun asap api). 
3) Orang bersin / batuk tanpa menutup mulut dan hidung akan mudah menularkan
kuman pada orang lain.(Tragus dalam Harahap, 2010)

7. MASA INKUBASI
Masa inkubasi adalah rentan hari dan waktu sejak bakteri atau virus masuk kedalam
tubuh sampai timbulnya gejalah klinis yang disertai dengan berbagai gejala –gejala.
infeksi akut ini berlangsung sampai dengan 14 hari, batas 14 hari di ambil untuk
menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan
dalam ISPA berlangsung lebi dari 14 hari.

8. PATOFISIOLOGI
Respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen
ke dalam tubuh serta menghembusksn udara yang banyak mengandung
karbondioksida sebagai sisa oksidasi dari dalam tubuh.
Virus, bakteri dan mikoplasma terinspirasi melalui hidung terjadi edema dan
fasodilatasi pada mukosa. Infiltrat sel monokuler menyertai, yang dalam 1-2 hari,
menjadi polimorfonuklear perubahan struktural dan fungsional silia mangakibatkan
pembersihan mukus terganggu. Pada infeksi sedang sampai berat epitel superfisial
mengelupas. Ada produksi mukus yang banyak sekali, mula – mula encer, kemudian
mengental dan berupa prurlen. Dapat juga ada keterlibatan anatomis saluran
pernafasan atas, termasuk oklusi dan kelainan rongga sinus.
Organisme streptokokus dan difteria merupakan agen bakteri utama yang
mampu menyebabkan penyakit faring primer bahkan pada kasus tonsilofaringitis
akut, sebagian besar penyakit berasal dari nonbakteri. Walaupun ada banyak hal yang
tumpang tindih, nenerapa mikroorganisme lebih mungkin menimbulkan sindrom
sistem pernafasan tertentu dari pada yang lain dan agen tertentu mempunyai
kecenderungan yang besar dari pada yang lain untuk menimbulkan penyakit yang
berat. Beberapa virus (misalnya campak) dapat dihubungkan dengan banyak sekali
variasi gejala saluran pernafasan atas dan bawah sebagai bagian dari gambaran klinis
umum yang melibatkan organ lain. Virus Sinisial Pernafasan (VSP) merupakan
penyebab utama bronkhielitis. Virus para influenza menyebabkan sindrom croup.
Adenovirus penyebab penyakit faringitis dan demam faringokonjungtifitis dan
koksakivirus A dan B menyebabkan penyakit nasofaring, sedangkan mikoplasma
menyebabkan penyakit bronkhiolitis, pnemoni, bronkitis, faringotosilitis, maningitis
dan atitis media (Wong’s et al 2001)

9. PEMERIKSAAN PENYAKIT ISPA


a. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium dan test diagnostik ISPA menurut Betz dan souwden (2000) :

1) Pemeriksaan Radiologi foto torak) adalah untuk mengetahui penyebab dan


mendiagnosa secara tepat
2) Pemeriksaan RSV adalah untuk mendiagnosis RSV (Respiratori Sinisial Virus)
3) Gas Darah Arteri yaitu untuk mengkaji perubahan pada sistem saluran
pernafasan kandungan oksigen dalam darah Jumlah sel darah putih normal atau
meningkat
b. Pemeriksaan Diagnostik
Pengkajian terutama pada jalan nafas:
Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini adalah pola, kedalaman, usaha serta
irama dari pernafasan.
1. Pola, cepat (tachynea) atau normal.
2. Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat
kita amati melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen.
3. Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan
adanya bersin.
4. Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman
pernafasan.

5. Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan


peningkatan suhu tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga
didapati adanya cyanosis, nyeri pada rongga dada dan peningkatan produksi
dari sputum.
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah
biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman
2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat
disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya
thrombositopenia
3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan.

10. PENATALAKSANAAN

Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar


merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya
kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk
yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA). Pedoman penatalaksanaan
kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA yang
akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek
biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi
penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan
minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA.
Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut
(Smeltzer & Bare, 2002) :
a. Pemeriksaan

Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak dengan


mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan mendengarkan
anak. Hal ini penting agar selama pemeriksaan anak tidak menangis (bila
menangis akan meningkatkan frekuensi napas), untuk ini diusahakan agar anak
tetap dipangku oleh ibunya. Menghitung napas dapat dilakukan tanpa membuka
baju anak. Bila baju anak tebal, mungkin perlu membuka sedikit untuk melihat
gerakan dada. Untuk melihat tarikan dada bagian bawah, baju anak harus dibuka
sedikit.

b. Klasifikasi ISPA

Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut :


1) Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
kedalam (chest indrawing).
2) Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3) Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.
c. Pengobatan

1) Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral,


oksigen dan sebagainya.
2) Pneumonia : diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak
mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrmoksasol
keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu
ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.

Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di


rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk
lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti
kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam diberikan obat
penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila
pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat)
disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang
tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin)
selama 10 hari.
d. Perawatan di rumah

Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya
yang menderita ISPA.
1) Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun demam diatasi dengan
memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan
dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6
jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan
dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres,
dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).

2) Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional
yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½
sendok teh , diberikan tiga kali sehari.

3) Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang
ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian
ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.

4) Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih
banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak,
kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.

5) Lain-lain
a) Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal
dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam.
b) Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat
kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah.
c) Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang
berventilasi cukup dan tidak berasap.
d) Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka
dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan.
e) Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan
diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan
benar selama 5 hari penuh.

11. TINDAKAN PENCENGAHAN


Untuk mencegah penularan ISPA dan mengobatinya dapat melakukan hal berikut
ini :
1) Menjaga keadaan gizi anda dan keluarga agar tetap baik. Memberikan ASI
eksklusif pada bayi anda.
2) Menjaga pola hidup bersih dan sehat, istirahat/tidur yang cukup dan olah raga
teratur.
3) Membiasakan cuci tangan teratur menggunakan air dan sabun atau hand sanitizer
terutama setelah kontak dengan penderita ISPA. Ajarkan pada anak untuk rajin
cuci tangan untuk mencegah ISPA dan penyakit infeksi lainnya.
4) Melakukan imunisasi pada anak anda. Imunisasi yang dapat mencegah ISPA
diantaranya imunisasi influenza, imunisasi DPT-Hib /DaPT-Hib, dan imunisasi
PCV.
5) Hindari menyentuh mulut atau hidung anda setelah kontak dengan flu. Segera
cuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer setelah kontak dengan
penderita ISPA.
6) Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan / rumah, pengobatan penyakit ispa.

Merbau, 05 Maret 2022

Prepared by, Mengetahui Approved by,

Harisman Dwi A Obi B/Tutut F


Medic HSSE Coordinator Company Man
RUMAH SAKIT PERTAMINA PRABUMULIH
(PERTAMEDIKA)
Jalan Kesehatan No. 100 Kompleks Pertamina Prabumulih
Sumatera Selatan – 31122. Telepon : (0713) 383333
E-mail : rsppbm@pertamedika.co.id Fax: (0713) 325181
KLINIK ON SITE PT PERTAMINA DRILING SERVICES INDONESIA
PRABUMULIH - SUMATERA SELATAN

MATERI HEALTHY TALK

Anda mungkin juga menyukai