Anda di halaman 1dari 7

A.

ISPA
1. Definisi infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut, istilah
ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory
Infections (ARI). Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan
atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli
(saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga
tengah dan pleura (WHO, 2003).
Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena
sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian psenyakit batuk pilek pada
balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun, yang berarti seorang
balita rata-rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun
(Depkes RI, 2001).
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut
yang dapat menyerang saluran pernapasan bagian atas dan bawah (Erlien, 2008).
Istilah ISPA mengandung tiga unsur, yaitu infeksi, saluran pernapasan dan akut
seperti dalam penjelasan berikut:
a) Infeksi adalah masuknya bibit kiman atau mikroorganisme kedalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
b) Saluran pernapasan adalah organ yang dimulai dari hidung hingga alveoli
beserta organ adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah, dan pleura.
Dengan demikian ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian
atas, saluran pernapasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru), dan organ
adneksa saluran pernapasan.
c) Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas
ini diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit
yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14
hari (Ditjen PPM & PLP Depkes RI, 2000).

2. Etiologi saluran pernapasan akut (ISPA)


Etiologi ISPA terdiri dari lebih 300 jenis bakteri, virus, dan riketsia.
Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah Genus Streptokokus, Stafilokkokus,
Pnemokokus, Hemofillus, Bordetella, danKoneabakterium. Virus penyebab
ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus, Koronavirus,
Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus (Erlien, 2008).
Kebanyakan infeksi saluran pernafasan (ISPA) disebabkan oleh virus
seperti virus sinsisial pernafasan (VSP), virus parainfluenza, adenovirus,
rhinovirus, dan koronavirus, koksaki virus A dan B dan mikoplasma (Nelson,
2000).
Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA) juga bisa disebapkan karena
faktor kelelahan,daya tahan tubuh lemah, populasi udara, asap kendaraan dan
pembakaran hutan setelah pergantian musim (Hatta, 200).

3. Klasifikasi ISPA
Berdasarkan P2 ISPA Mengklasifikasi ISPA sebagai berikut :
a) Pneumonia berat : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
kedalam (chest indrawing) pada saaat bernapas.
b) Pneumonia : ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
c) Bukan pneumonia : ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas
cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia
(Erlien, 2008).
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA.
Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk
golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.

Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :


a) Pneumonia berat : diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding
pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan sumur
kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.
b) Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan
kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.

Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 5 klasifikasi penyakit yaitu :
a. Penomonia Sangat Berat: Bila di sertai batuk atau kesulitan bernapas
b. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada
bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa
anak harus dalam keadaan tenang tidak menangis atau meronta).
c. Pneumonia : bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12
bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1-4 tahun adalah 40
kali per menit atau lebih.
d. Bukan pneumonia : batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding
dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat
e. Pnemonia persisten: Pnemonia tetap sakit walu sudah di obati selama 10-14
hari disertai penarikan dinding dada frekuensi pernapasan yang tinggi (WHO,
2003).

4. Cara penularan ISPA


Penularan bibit penyakit ISPA dapat terjadi dari penderita penyakit ISPA dan
carrier yang disebut juga reservoir bibit penyakit yang ditularkan kepda orang lain
melalui kontak langsung atau melalui benda-benda yang telah tercemar bibit
penyakit termasuk udara.
Penularan melalui udara di masudkan adalah cara penularan yang terjadi tanpa
kontak dengan penderita maupun dengan benda yang terkontaminasi dan tidak
jarang penyakit yang sebagian ilmu besar penularanya adalh karena menghisap
udara yang mengandung penyebap atau mikroorganisme tempat kuman berada
(reservoir) (Iwansain, 2007).
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, cipratan bersin, udara
pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran
pernapasannya (Erlien, 2008).

5. Tanda dan gejala klinis ISPA


Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-
keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin
gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam
keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam
kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit,
meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang
ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan
tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan (Rasmaliah, 2004).

Tanda-tanda bahaya ISPA dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-
tanda laboratoris. Tanda-tanda klinis, yaitu
a) Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur
(apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas
lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
b) Pada
sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan ca
rdiac arrest.
c) Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,
bingung, papil bendung, kejang dan coma.
d) Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.

Tanda-tanda laboratoris
a) Hypoxemia
b) Hypercapnia dan
c) Acydosis (metabolik dan atau respiratorik) (Rosmalia, 2004)

Tanda dan gejala berdasarkan derajat keparahan penyakit dapat dibagi tiga tingkat:
a. ISPA Ringan

Adapun tanda dan gejala ISPA ringan antara lain adalah:


1) Batuk
2) Pilek (keluar ingus dari hidung)
3) Serak (bersuara parau pada waktu menangis atau berbicara)
4) Demam (panas)
b. ISPA Sedang

Tanda dan gejala ISPA sedang antara lain:


1) Pernapasan yang cepat (lebih dari 50 x/menit)
2) Wheezing (napas menciut-ciut)
3) Panas 38oC atau lebih
4) Sakit telinga atau keluar cairan
5) Bercak-bercak menyerupai campak
c. ISPA Berat

Tanda dan gejala ISPA berat antara lain:


1) Chest indrawng (pernafasan dada kedalam)
2) Stridor (pernafasan ngorok)
3) Tidak mau makan
4) Sianosis (kulit kebiru-biruan)
5) Nafas cuping hidung
6) Kejang
7) Dehidrasi
8) Kesadaran menurun (Depkes RI, 2001)
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi ISPA
Terjadinya infeksi saluran pernafasan akut pada anak dapat di pengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain :
a. Faktor agent atau disebut pula faktor penyebab penyakit dimana faktor ini
yang menyebabkan adanya penyakit.
b. Faktor host dalam hal ini manusia sebagai objek dari penyakit
c. Faktor lingkungan dimana lingkungan sebagai medianya (Noor, 2008).

Faktor-faktor yang menyebapkan kejadian ISPA pada anak menurut (Depkes,


2002) adalah sebagai berikut:
a. Usia / Umur
Kebanyakan infeksi saluran pernapasan yang sering mengenai anak usia
dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian
menunjukan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA dari
pada usia yang lebih lanjut.
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) banyak menyerang balita batasan 0-5
tahun, sebagian besar kematian Balita di Indonesia karena ISPA. Balita merupakan
faktor resiko yang meningkatkan morbidibitas da mortalitas infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA). Khususnya pnemonia karena pada usia balita daya tahan
tubuh mereka belum terlalu kuat (Santoso, 2007).

b. Jenis kelamin
Meskipun cara keseluruhan di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia
masalah ini tidak terlalu di perhatikan, namun banyak penelitian yang menunjukan
perbedaan prevalensi penyakit ISPA terhadap jenis kelamin tertentu.

c. Status Gizi
Setatus gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak
yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga
didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutriaen. Penelitian status gizi merupakan pengukuran
yang didasarkan pada dayta antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck,
2000).
Dengan makanan bergizi, tubuh manusia tumbuh dan dipelihara. Semua organ
tubuh dapat berfungsi dengan baik. Bagian tubuh yang rusak diganti. Kulit dan
rambut terus berganti, sel – sel tubuh terus bertumbuh. Sel-sel tubuh memasak dan
mengolah zat makanan yang masak agar zat makanan dapat dipakai untuk pekerjaan
tubuh (Nadesul, 2001).

d. Status Imunisasi
Pemberian imunisasi adalah suatu cara dengan sengaja memberikan kekebalan
terhadap penyakit secara aktif sehingga anak dapat terhindar dari suatu penyakit.
Oleh sebab itu anak yang tidak mendapat imunisasi lengkap akan lebih berisiko
terkena ISPA dibandingkan dengan anak yang mendapat imunisasi lengkap
(Nelson, 1992).
Tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan), ibu hamil,
wanita usia subur dan anak sekolah tingkat dasar. Imunisasi dasar lengkap pada
bayi meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis Hepatitis B, 1 dosis
Campak. Pada ibu hamil dan wanita usia subur meliputi 2 dosis TT. Untuk anak
sekolah tingkat dasar rneliputi 1 dosis DT, I dosis campak dan 2 dosis TT (Dinkes,
2009).

e. Status Pemberian ASI Eksklusif


Kolostrum (dari bahasa latin colostrum) adalah susu yang dihasilkan oleh
kelenjar susu dalam tahap akhir kehamilan dan beberapa hari setelah kelahiran bayi
(Wikipedia, 2008).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain
pada bayi berumur 0-6 bulan bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI
eksklusif ini (WHO, 2001).
Balita yang tidak diberi ASI juga berpotensi mengidap ISPA, bayi usia 0-11
bulan yang tidak diberi ASI mempunyai resiko 5 kali lebih besar meninggal karena
ISPA dibandingkan Bayi yang memperoleh ASI Ekslusif. Bayi yang tidak diberi ASI
menyebapkan terjadinya defisiensi zat besi, ini menjadikan resiko kematianya karena
ISPA sangat besar dibandingkan bayi yang secara ekslusif mendapatkan ASI dari si
ibu, Bayi yang diberi ASI ekslusif dapat tumbuh lebih baik dan lebih jarang sakit
serta angka kematianya lebih renda dibandingkan bayi yang tidak mendapatkan ASI.
Ini terjadi karena pemberian ASI dapat meningkatkan reaksi Imonologis bayi, hampir
90 % kematian bayi dan balita terjadi di negara berkembang dan jumlah itu sekitar 4
% lebih kematian disebapkan oleh ISPA (Kartasasmita, 2003).

f. Faktor Lingkungan
Keadaan lingkungan berpengaruh terhadap kejadian penyakit termasuk ISPA.
Keadaan lingkungan yang kotor khususnya perumahan yang kotor dan padat dapat
akan memudahkan terjangkitnya berbagai penyakit, pembuangan air limbah, sampah
dan kotoran yang tidak teraratur dengan baik menyebapkan sampah dan kotoran
terkumpul disekitar rumah.

Anda mungkin juga menyukai