Anda di halaman 1dari 8

SKRIPSI

FAKTOR RESIKO KEJANG DEMAM BERULANG PADA ANAK


DI RS X KOTA PADANG

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan


Pendidikan Strata 1 Keperawatan

Disusun Oleh:
PRAMITA DEWI
1914201029

Keperawatan 7A

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU

KESEHATAN ALIFAH PADANG

Tahun 2022
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut The International League Against kejadian kejang demam

pada bayi atau anak – anak pasti selalu suhu lebih dari 38°C tanpa bukti adanya

ketidakseimbangan elektrolit akut dan infeksi Central Nervous System (CNS).

Kejang demam mempengaruhi 2-5% anak–anak di dunia. Anak–anak jarang

mendapatkan kejang demam pertamanya sebelum umur 6 bulan atau setelah 3

tahun. Insidensi kejang demam di beberapa negara berbeda-beda. India 5-10%,

Jepang 8,8%, Guam 14% dan di Indonesia pada tahun 2005-2006 mencapai

2-4%. Data yang didapatkan dari beberapa negara sangat terbatas,

kemungkinan dikarenakan sulitnya membedakan kejang demam sederhana

dengan kejang yang diakibatkan oleh infeksi akut (Waruiru, 2014).

Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

suhu tubuh (suhu rektal diatas 380C) yang disebabkan oleh proses

ektrakranium (Bararah & Jauhar, 2013). Kejang demam merupakan kelainan

neurologis yang sering dijumpai apada anak,terutama pada anak 6 bulan

sampai 4 tahun (Wulandari & Erawati, 2016).

Estimasi jumlah kejang demam 2-5% anak antara umur 3 bulan – 5


tahun di Amerika Serikat dan Eropa Barat. Insiden kejadian demam kejang di

Asia 3.4% - 9,3% anak Jepang, dan 5% di India (Andertty, 2015). WHO

memperkirakan terdapat lebih dari 21,65 juta penderita kejang demam dan lebih

dari 216 ribu diantaranya meninggal. Selain itu di Kuwait dari 400 anak berusia

1 bulan - 13 tahun dengan riwayat kejang, yang mengalami kejang demam

sekitar 77% . Selain itu di Kuwait dari 400 anak berusia 1 bulan-13 tahun

dengan riwayat kejang, yang mengalami kejang demam sekitar 77% (Utari,

2013). Kejang demam dilaporkan di Indonesia mencapai 2-4% (Pasaribu, 2013).

Angka kejadian kejang demam di Indonesia dalam jumlah persentase

yang cukup seimbang dengan negara lain. Kejadian kejang demam diIndonesia

disebutkan terjadi pada 2-5%anak berumur 6 bulan sampai dengan 3 tahun dan

30% diantaranya akan mengalami kejang demam berulang. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penyebab kematian balita di Sumatera Barat adalah

demam (18,9%),kejang (13,5%), diare (10,8%), dan gizi buruk (5,4%)dimana

38,7% meninggal pada usia 12-23 bulan dan 63,8% pada usia 24-59 bulan.

(Mariati dkk, 2011).

Berdasarkan penelitian Adhar (2016) tentang analisis faktor resiko

kejadian demam kejang di ruang perawatan anak RSU Anutapura Palu. Hasil

uji statistik menunjukkan nilai OR = 3,902 (1,922-7,919) yang artinya anak yang

memiliki riwayat kejang keluarga beresiko 3,902 kali lebih besar untuk
menderita demam kejang. Hasil analisi suhu tubuh OR = 87,838 (11,650-662,283)

hal ini berarti anak yang memiliki suhu tubuh tinggi ≥ 37,80C beresiko 87,838

kali lebih besar menderita demam kejang. Hasil analisi BBLR, didapatkan

OR=2,830 (1,165-6,876), hal ini berarti anak yang mengalami BBLR berisiko

2,830 kali lebih besar menderita demam kejang.

Faktor risiko terjadinya kejang demam pada anak antara usia 6 bulan

hingga 5 tahun adalah suhu yang tinggi dan lamanya demam, usia kurang dari

dua tahun, riwayat kejang demam pada keluarga, jenis kelamin, usia ibu saat

hamil, usia kehamilan, asfiksia, dan bayi berat lahir rendah (Fuadi et al., 2010).

Namun, faktor risiko utama terjadinya kejang demam pada anak adalah riwayat

keluarga (Siqueira, 2010). Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5

tahun pernah menderita kejang demam (Ngastiyah, 2014).

Walaupun kejang demam tidak berbahaya jika gejalanya tidak lebih

dari 10 menit, namun kejang demam dapat membuat kondisi kegawatdaruratan

pada anak. Kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi jika kejang demam tidak

segera ditangan.Kegawatdaruratan yang mungkin saja terjadi adalah sesak

nafas, kenaikan suhu yang terus menerus, dan cedera fisik. Keterlambatan dan

kesalahan dalam penanganan kejang demam juga dapat mengakibatkan gejala

sisa pada anak dan bisa menyebabkan kematian(Nurul, 2015)


Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang

mempengaruhi kejang demam Berulang pada anak di Ruang Rawat Inap

RSUD Prambanan. Faktor-faktor yang berperan dalam risiko kejang demam

(Risdha, 2014) meliputi umur, jenis kelamin, genetik, infeksi dan temperatur.

Angka kejadian kejang demam di Indonesia mencapai 2-5% pada anak

yang berusia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Berdasarkan hasil rekam medis

Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta pada tahun 2008-2010,

terdapat 86 pasien dengan kejang demam dan 41 pasien atau 47,7% pasien

diantaranya mengalami kejang demam berulang (Arifuddin, 2016). Setelah

terjadi kejang demam pertama, 33% dari anak yang mengalami kejang demam

akan mengalami 1 kali rekurensi atau kekambuhan, dan 9% anak mengalami

rekurensi 3 kali atau lebihDewanti, Widjaja, Tjandrajani, Burhany,2012).

Beberapa dari peneliti mengatakan rekurensi atau kekambuhan dari

kejang demam akan meningkat jika terdapat faktor resiko seperti kejang

demam pertama pada usia kurang dari 12 bulan, jenis kelamin anak, riwayat

kejang demam pada keluarga, riwayat epilepsi dalam keluarga, temperature

yang rendah saat kejang demam pertama, terdapat kejang demam komplikata

atau kompleks (Yunita, Afdal, dan Syarif, 2016).


Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yunita, Afdal, dan Syarif (2016)

di Poliklinik Anak RS. DR. M. Djamil Padang pada Desember 2013 sampai

Mei 2014 tentang “Gambaran Faktor yang Berhubungan dengan Timbulnya

Kejang Demam Berulang Pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Anak RS. DR.

M. Djamil Padang pada Januari 2010 sampai Desember 2012” maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa terdapat 40 orang pasien mengalami kejang demam

berulang. Diketahui 47,7% mengalami kejang demam pertama pada usia 11-20

bulan, 62,5% berjenis kelamin perempuan, 72,5% memiliki riwayat kejang

demam pada keluarga, 97,5% tidak memiliki riwayat epilepsi dalam keluarga

dan 60% terjadi pada paseien yang mengalami kejang demam sederhana pada

kejang demam pertama.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewanti, Widjaja, Tjandrajani,

Burhany (2012) yang dilakukan pada tahun 2008 sampai tahun 2010 di Rumah

Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita, tentang “Kejang Demam dan Faktor yang

Mempengaruhi Rekurensi” maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat 86

orang pasien dengan kejang demam dan 47,7% dari pasien mengalami kejang

demam berulang. Diketahui dari hasil penelitian bahwa rekurensi kejang

demam terjadi 2,7 kali lebih besar pada pasien yang menderita kejang demam

petama dibawah usia 12 bulan, 3,2 kali lebih besar pada pasien yang

mempunyai riwayat kejang demam pada keluarga, 4,4 kali lebih besar pada
pasien yang demam dengan suhu tubuh kurang dari 39oC dan 4,4 kali lebih

besar pada pasien dengan kejang demam kompleks. Tujuan penelitian ini yakni

untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kejang

demam berulang pada anak balita yang dirawat RSUD. Bekasi.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai “ Faktor Yang Mempengaruhi Kejang Demam

Pada Anak Di RS X Kota Padang Tahun 2022”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan suatu masalah yaitu apa

saja faktor risiko kejang demam berulang di RS X Kota Padang

1.3 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor risiko dari kejang demam berulang.

1.3.l Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui dan mengevaluasi faktor risiko dari kejang demam

berulang di RS X Kota Padang

2. Untuk mengetahui insiden kejang demam berulang di RS X Kota

Padang.
1.4 Manfaat penelitian

Sebagai pengembang kemampuan peneliti sehingga dapat

mengaplikasikan ilmu yang telah didapati selama di perkuliahan dan dapat

menambah wawasan dan ilmu pengetahuan peneliti dalam hal penelitian

ilmiah.

1.5 Bagi Institusi Pendidikan.

Dapat menambah wawasan bagi mahasiswa dan sebagai bahan bacaan

dan menambah referensi di perpustakaan STIKes Alifah Padang.

1.6 Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi

peneliti lain dan juga tertarik dalam meneliti Faktor Yang Mempengaruhi

Kejang Demam Berulang Pada Anak, Di RS X Kota Padang.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas tentang Faktor Yang Mempengaruhi Kejang

Demam Berulang Pada Anak Di RS X Kota Padang.

Anda mungkin juga menyukai