Anda di halaman 1dari 5

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA PASIEN KEJANG DEMAM PADA

BALITA DENGAN FOKUS STUDI DEFISIT PENGETAHUAN ORANG TUA DALAM


PENGELOLAAN KEJANG DEMAM DI KAMPUNG SEGARAN TAMBAKAJI SEMARANG

FAMILY NURSING CARE IN TODDLERS FEBRILE SEIZURES WITH STUDY FOCUS


ON PARENTS KNOWLEDGE DEFICITS IN FEVER SEIZURE MANAGEMENT AT
TAMBAKAJI SEGARAN, NGALIYAN, SEMARANG

Desty Setyo Pertiwi Pangestu Widhi 1)


Sugih Wijayati, S.Kep., NS., M.Kes.2), Arwani, SKM., MN.2)

1) Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang


2) Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang

Jurusan Keperawatan : Poltekkes Kemenkes Semarang


Jl. Tirto Agung ; Pedalangan ; Banyumanik ; Semarang
ABSTRAK
Kejang demam merupakan bangkitan kenaikan suhu tubuh diatas 380C secara cepat karena
proses infeksi maupun non infeksi ditandai dengan kaku seluruh tubuh dengan durasi kurang dari 15
menit. Faktor bangkitan kejang demam meliputi pengalaman dari keluarga, dan adanya riwayat
penderita kejang demam dalam keluarga. Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan keluarga
meliputi pengetahuan, dan pengalaman. Tujuan penelitian ini untuk memberikan asuhan keperawatan
kejang demam pada balita dengan fokus studi defisit pengetahuan pengelolaan pencegahan kejang
demam dikeluarga. Desain penelitian berupa studi kasus dengan metode deskriptif. Subjek penelitian
adalah dua keluarga yang memiliki anak dengan riwayat kejang demam. Lokasi penelitian di Kampung
Segaran, Tambakaji, Ngaliyan, Semarang. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner yang berisi 15
pernyataan benar dan salah. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan studi
dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pendidikan kesehatan mampu
meningkatkan tingkat pengetahuan keluarga dalam pengelolaan pencegahan kejang demam di rumah.
Hal ini ditunjukkan dengan pemberian kuesioner berupa 15 pernyataan benar atau salah, setelah
diberikan pendidikan kesehatan kedua klien mampu menjawab dengan benar sebanyak 13 pernyataan.
Saran dalam penelitian ini agar keluarga dapat melakukan praktek perawatan pengelolaan pencegahan
kejang demam di rumah.

Kata Kunci : Kejang demam, balita, defisit pengetahuan, pengelolaan kejang

ABSTRACT
Febrile seizures are a rise of body temperature above 38oC rapidly because of infection or non
infection process which is characterized by a stiff all over the body during less than 15 minutes. Risk
factors of febrile seizures repeated include family experiences during contact children with seizures
febrile, and the history about febrile seizures in their family. Some factors which influence the level of
family knowledge such as knowledges, and experiences. The purpose of this study was to provide
nursing care for children with febrile seizures in under fives with the focus of the study is deficit
knowledge management of prevention management for febrile seizures at home. The research design
was a case study with descriptive method. Research subjects were two families who had children with
a history of febrile seizures. Research location at Kampung Segaran, Tambakaji, Ngaliyan, Semarang.
The instrument used was a questionnaire containing 15 true and false questions. Technique of collecting
data conducted by interview, observation, and document study. The results showed that the provision
of health education can increase the level of family knowledge in the management of prevention of
febrile seizures at home. This is indicated by the provision of questionnaires in the form of 15 statements
true or false, that given after health education showed that both clients are able to answer correctly as
many as 13 statements. It’s suggested that family with febrile seizures history will be practice the
management of prevention of febrile seizures at home.

Keywords: febrile seizures, toddlers, knowledge deficit, seizure management


PENDAHULUAN
Anak balita adalah subjek yang dianggap hemiparase (IDAI, 2013). Meskipun kejang
rentan terhadap penyakit tidak terkecuali demam memiliki angka morbiditas dan
kejang demam. Kejang demam sering mortalitas yang relatif rendah tetapi memiliki
membuat orang tua panik dan menjadi alasan resiko tinggi yang perlu diwaspadai berupa
anak dibawa ke rumah sakit. Kejang demam kejadian kejang demam berulang dan epilepsi
memerlukan penanganan yang tepat (Indriani, Risan, & Nurhayanti, 2017).
dikarenakan 2-5% dari seluruh balita pernah Kejadian kejang demam berulang dapat
mengalami kejang demam (Marwan, 2017). terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa
Kejadian kejang demam merupakan yang faktor yaitu, faktor riwayat selama kehamilan,
paling sering ditemui pada anak-anak. Akan dan riwayat pascanatal dapat menjadi faktor
tetapi, beberapa penelitian belum timbul kejang demam berulang (Fuadi,
menunjukkan data mengenai karakteristik Bahtera,& Wijayahadi, 2010). Hasil laporan
kejang demam secara menyeluruh (Nindela, lain menyatakan kejadian kejang demam
Dewi, & Ansori, 2014). Menurut laporan dipengaruhi juga karena durasi lama demam
diketahui bahwa kejadian kejang demam di hingga munculnya kejang, usia anak yang
dunia mencapai 2,65% (WHO, 2008). Di kurang dari 2 tahun, dan riwayat kejang dalam
Indonesia kejadian kejang demam hampir keluarga (Fuadi, Bahtera,& Wijayahadi,
sama di seluruh negara di Asia Tenggara yaitu 2010).
mencapai 2- 4% (Marwan, 2017). Pada Rasa khawatir menjadikan alasan utama
tingkat provinsi Jawa Tengah angka kejadian bagi orangtua untuk langsung membawa anak
kejang demam sebanyak 2-3% pada rentang ke rumah sakit tanpa melakukan upaya
tahun 2012-2013 (IDAI, 2013). Angka penanganan secara dini di rumah (Arief,
temuan kasus kejang demam di Kota 2015). Penanganan dini secara tepat dapat
Semarang tergolong dalam peringkat 6 dari 10 menurunkan onset waktu serangan kejang
penyakit yang memiliki angka kejadian (Lusia, 2015). Pengelolaan tersebut dapat
tertinggi selama tahun 2014 (Profil Kesehatan berupa cara memberikan kompres hangat
Kota Semarang, 2014). dengan teknik water tepid sponge, melepas
Faktor pencetus kejang demam hingga baju, dan dikombinasi dengan pemberian obat
kini belum diketahui dengan pasti. Persentase antipiretik untuk mempercepat penurunan
faktor pencetus kejang demam yang sering suhu tubuh yang tinggi (Purshell, 2017).
muncul diantaranya Infeksi Saluran Penanganan pertama kejang demam yang
Pernapasan Atas (38%), otitis media (23%), tepat diperlukan faktor pengetahuan, perilaku,
pneumonia (15%), gastroenteritis (7%), dan pengalaman yang harus dimiliki oleh para
penyakit non infeksi (12%), roseola infantum orang tua (Marwan, 2017).
(5%), dan sebagian kecil karena imunisasi Orang tua yang tidak dapat melakukan
(Nindela, Dewi, & Ansori, 2014). Dalam penanganan terhadap kejang demam
penelitian yang lain kejang demam juga dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan. Hal
disebabkan oleh Demam Berdarah Dengue, ini dibuktikan dengan sekitar 35% orang tua
Demam Typoid, paratypoid, penyulit di Indonesia melakukan upaya yang kurang
kehamilan, dispepsia, hipertensi esensial, dan rasional terkait penanganan kejang demam
cidera intrakranial (IDAI, 2013). anak di rumah contohnya memasukkan
Kejang pada umumnya memiliki sendok kedalam mulut anak, memasukkan
prognosis yang baik tanpa menimbulkan kopi atau gula ke dalam mulut anak saat anak
bahaya dan gejala sisa apabila kejang kejang, menyembur tubuh anak dengan
berlangsung kurang dari 15 menit (Purwanti ramuan saat anak kejang, mengolesi tubuh
& Maliya, 2008). Akan tetapi apabila anak dengan terasi atau bawang, meletakkan
berlangsung lebih dari 15 menit dapat jimat di tubuh anak, bahkan membawa anak
mengakibatkan beberapa masalah serius yaitu ke dukun (IDAI dalam Marwan, 2017). Hal
epilepsi (2-7%), gangguan tingkah laku tersebut justru dapat menimbulkan masalah
maupun penurunan tingkat intelegensi (4%), baru yaitu bangkitan kejang demam yang
dan penyebab kematian pada balita (0,64- terus terulang meskipun dari pihak pelayanan
0,75%) (Fuadi, Bahtera, & Wijayahadi, kesehatan telah memberikan edukasi
2010). Bahkan juga dapat mengakibatkan mengenai kejang demam (Arief, 2015).
Upaya peningkatan pengetahuan dapat pelayanan di posyandu diperoleh hasil 3 dari
melalui pendidikan kesehatan, kemudian 10 (30%) orang tua menyatakan bahwa
dipengaruhi oleh pengalaman pribadi orang anaknya pernah mengalami kejang demam,
tua maupun mendapat informasi dari orang dan berulang dalam 6 bulan terakhir
lain, dan tingkat kedewasaan orang tua dikarenakan orang tua tidak paham cara yang
(Taslim, 2013). Tingkat pengetahuan orang tepat untuk mencegah timbulnya kejang
tua yang rendah memiliki resiko tujuh kali demam berulang.
lebih besar untuk pengelolaan demam anak Menurut laporan tersebut perawat
yang buruk sehingga beresiko timbulnya memiliki peranan penting sebagai edukator
bangkitan kejang demam (Susilowati, dan health promotion yaitu pemberi
Murhayati, Subekti, 2015). Tingkat pendidikan dan informasi kesehatan berupa
pengetahuan orang tua dapat meningkat etiologi, definisi, faktor risiko, pengetahuan,
setelah pemberian penyuluhan kesehatan penanganan, dan komplikasi mengenai kejang
tentang kejang demam mengenai etiologi, demam kepada keluarga. Peran perawat
definisi, faktor resiko, pengetahuan, tersebut bertujuan agar peneliti dapat
penanganan, dan komplikasi (Udin, memberikan asuhan keperawatan kepada
Sareharto, & Istiadi, 2014). keluarga pada anak kejang demam dengan
Berdasarkan studi pendahuluan yang fokus studi defisit pengetahuan orang tua
telah dilakukan oleh penulis pada tanggal 10 terkait pengelolaan demam di rumah di daerah
November 2017 dengan cara wawancara Kampung Segaran Tambakaji, Ngaliyan,
kepada orang tua yang hadir selama Semarang.

TUJUAN BAHAN DAN METODE


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Penelitian yang digunakan dalam karya
menggambarkan hasil pengkajian, perumusan tulis ilmiah ini adalah studi kasus yaitu
diagnosa, perencanaan intervensi, menggunakan pendekatan observasi partisipatif
pelaksanaan implementasi, dan evaluasi dan wawancara, dimana peneliti melakukan
Asuhan Keperawatan Keluarga pada Pasien observasi yang melibatkan peneliti atau
Kejang Demam pada Balita Dengan Fokus observer secara langsung. Subjek penelitian
Studi Defisit Pengetahuan Orang Tua dalam merupakan dua keluarga yang memenuhi
Pengelolaan Kejang Demam di Kampung kriteria inklusi berupa orang yang bersedia
Segaran Tambakaji, Ngaliyan, Semarang. menjadi responden, latar belakang orang tua
Menganalisa dan membandingkan tindakan klien berpendidikan minimal SMA, memiliki
keperawatan yang dilakukan pada dua klien anak balita dengan riwayat kejang demam
keluarga dengan Asuhan Keperawatan kurang dari 24 bulan, usia balita 6 bulan sampai
Keluarga pada Pasien Kejang Demam pada 5 tahun, anak balita berjenis kelamin
Balita Dengan Fokus Studi Defisit perempuan dan laki-laki, anak balita tidak
Pengetahuan Orang Tua dalam Pengelolaan mengalami gangguan tumbuh kembang
Kejang Demam di Kampung Segaran sebelum mengalami kejang demam, anak balita
Tambakaji, Ngaliyan, Semarang. tidak memiliki masalah perinatal dan
pascanatal pada ibu balita, dan keluarga tidak
MANFAAT ada yang mengalami masalah presepsi dan
Manfaat dari penelitian ini bagi sensori dalam menerima informasi kesehatan.
pelayanan keperawatan adalah untuk Metode pengukuran tingkat pengetahaun
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan menggunakan kuesioner modifikasi penulis
pada klien yang mengalami Kejang Demam yang berisi 15 pernyataan benar dan salah.
dengan cara melibatkan keluarga dalam Skor tertinggi 15 dan terendah adalah 0.
memberikan pengelolaan dengan kejang Untuk deskriptif nilai dengan tiga kategori
demam di rumah. Manfaat bagi keluarga adalah yaitu 0-5 (kurang), 6-10 (cukup), 11-15 (baik).
untuk menambah informasi tentang kejang Penelitian dilakukan pada tanggal 17-31 Maret
demam pada anak, dan meningkatkan 2018 di Kampung Segaran, Tambakaji,
kemampuan keluarga untuk mengenal dan Ngaliyan, Semarang.
mengetahui cara penyelesaian masalah.
HASIL DAN PEMBAHASAN kesehatan mampu meningkatkan tingkat
Hasil dari penelitian pada tahap pengetahuan pada klien dengan defisit
pengkajian didapatkan data resiko bangkitan pengetahuan berhubungan dengan kesalahan
kejang demam pada kedua klien diantaranya mengintepretasikan informasi mengenai
yaitu kedua keluarga memiliki anggota pengelolaan bangkitan kejang demam dirumah
keluarga dengan riwayat kejang demam , kedua . sehingga klien keluarga mampu melaksanakan
klien mengalami serangan kejang pertama kali tugas dan fungsi keluarga dalam kesehatan
pada usia kurang dari dua tahun, dan kedua yaitu untuk memberikan perawatan pada
keluarga memiliki masalah mengenai tugas dan anggota keluarga yang sakit.
peran keluarga dalam kesehatan yaitu masalah
pada pemberian perawatan pada anggota
keluarga yang mengalami kejang demam di SARAN
rumah. Diagnosa yang diangkat untuk kedua
klien adalah defisit pengetahuan berhubungan Hasil dari penelitian ini diharapkan bagi
dengan kesalahan menginterpretasikan Institusi pendidikan agar menjadi sumber
informasi mengenai kejang demam; pembelajaran bagi mahasiswa, bagi klien
pengelolaan kejang demam. Perencanaan keluarga diharapkan mampu melakukan
intervensi dilakukan sebanyak tiga kali perawatan secara mandiri melalui pengelolaan
pertemuan masing-masing selama 30 menit atau managemen kesehatan keluarga, dan bagi
menyesuaikan kontrak waktu dengan kedua peneliti selanjutnya dapat mengangkat kasus
klien. Intervensi yang diberikan berupa mengenai pengelolaan kejang demam di rumah
pendidikan kesehatan mengenai proses mengenai praktek di keluarga dalam tindakan
penyakit, perawatan pada anggota keluarga sebagai upaya penanganan kejang demam di
yang sakit, dan pencegahan bangkitan kejang rumah.
demam. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa
terdapat peningkatan tingkat pengetahuan
setelah diberikan pendidikan kesehatan pada DAFTAR PUSTAKA
kedua klien.
Arief, Rifqi Fadly. (2015). Penatalaksanaan
Kejang Demam. CDK-22 Vol. 42 No.9
KETERBATASAN PENULISAN Behrman, Richard E., Robert M, Kliegman.,
Dalam studi kasus ini penulis menemui Ann M, Arvin. (2000). Nelson: Ilmu
hambatan sehingga menjadi keterbatasan dalam Kesehatan Anak Vol.3 Edisi 15.
penyusunan studi kasus ini. Beberapa Alih Bahasa : Samik Wahab. Jakarta
keterbatasan ini berupa instrument yang : EGC
digunakan belum dilakukan pengujian validitas Betz, Cecily Lynn., Linda A, Sowden. (2009).
dan reabilitas, sehingga instrumen yang Buku Saku Keperawatan Pediatri.
dikembangkan perlu dilakukan penyempurnaan Alih Bahasa : Eny Meiliya. Jakarta :
melalui uji validitas dan reabilitas. Selanjutnya EGC
adalah terlalu lama jarak antar pertemuan Dalbem, Juliane.S., Heloise H, Siquiera.,
dengan keluarga yaitu setiap seminggu sekali, Mariano M, Espinosa., Regina P,
hal ini dikarenakan penulis menyesuaikan Alvarenga. (2015). Febrile
keinginan dari keluarga. Terlalu lama jarak Seizures: A population Based Study.
antar pertemuan mengakibatkan tidak J.Pediatri (Rio J) Vol.6 No. 91:529-
efektifnya pemberian informasi sehingga 534
berdampak pada tingkat pemahaman klien Dinas Kesehatan Kota Semarang. (2014).
mengenai pendidikan kesehatan yang Profil Kesehatan Kota Semarang.
diberikan, sehingga perlunya dilakukan Semarang: Dinas Kesehatan Kota
pertemuan dengan jarak waktu yang tidak Semarang.
berjauhan yaitu setiap hari dengan kontrak Friedman, M, M., Bowden. VR., Jones.
waktu yang konsisten setiap harinya. E.G.(2010). Buku Ajar
Keperawatan Keluarga : Riset
SIMPULAN Teori & Praktik (Edisi 5) Alih
Dari hasil penelitian tersebut dapat Bahasa : Achir Yani S. Hamid et al.
disimpulkan bahwa pemberian pendidikan Jakarta : EGC.
Fuadi., Tjipta, Bahtera., Noor, Wijayahadi. Kejang Demam di Instalasi Rawat
(2010). Faktor Resiko Bangkitan Inap Bagian Anak Rumah Sakit
Kejang Demam pada Anak. Sari Muhammad Hoesin Palembang.
Pediatri Vol.12 No.3 Oktober 2010. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Harlinawati. (2013). Konsep dan Proses Volume 1 No. 1 Oktober 2014.
Keperawatan Keluarga. Sulawesi : Notoatmodjo. (2010). Ilmu Perilaku
Pustaka As Salam. Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta
IDAI. (2013). Kejang Demam Purshell, Edward. (2017). Physical Treatment
Anak.(Online).<Http:www.idai.or.i of Fever. Arch Dis Child Vol.82:238-239
d/main.php.pdf> (diakses pada Purwanti, Okti Sri., Arina, Maliya.
tanggal 20 Desember 2017) (2008). Kegawatdaruratan Kejang
Indriani, Ausi., Nelly Amalia, Risan., Titing, Demam pada Anak. Berita Ilmu
Nurhayati. (2017). Five Years Study Keperawatan Vol. 1 No.2:97-100
of Reccurent Febrile Seizure Risk Taslim. (2013). Buku Ajar Neurologis Anak.
Factors. AMJ Vol. 4 No. 2: 282-285 Jakarta : FKUI
Judha, Mohammad. (2011). Sistem Udin, Muhammad Arip Amir., Tun Paksi,
Persarafan (Dalam Asuhan Sareharto., Hermawan, Istiadi,.
Keperawatan).Yogyakarta : Gosyen (2014). Pengaruh Penyuluhan
Publishing. Tentang Kejang Demam Anak
L. Jhonson & Leny. R. (2010). Keperawatan Terhdap Pengetahuan Orang Tua.
Keluarga. Bantul : Azka Medika. Forum Penelitian I Vol. 4: 24-30
Lusia. (2015). Mengenal Demam dan WHO. (2008). Febrile Seizure Following
Perawatannya pada Anak. Seasonal Vaccination.(Online).
Surabaya: Airlangga University <http://www.who.int/vaccine_safet
Press (AUP) y/committee/topics/influenza/febril
Marwan, Roly. (2017). Related Factors With e_seizures/en/>(diakses pada
The First Of Febrile Convulsions in tanggal 5 Januari 2018)
Female Children 6 Months-5 Years Widagdo. (2012). Tatalaksana Masalah
In The Health Care. Caring Nursing Penyakit Anak dengan Kejang.
Journal Vol.1 No.1:32-40 Jakarta : Sagung Seto.
Nindela, Rita, Dewi., Iskandar, Ansori.
(2014). Karakteristik Penderita

Anda mungkin juga menyukai