Anda di halaman 1dari 5

SKRIPSI

STUDI FENOMENOLOGI : PENGALAMAN GURU MELAKUKAN TINDAKAN


PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAN (P3K)
DI SEKOLAH DASAR X Kota Padang

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan


Pendidikan Strata 1 Keperawatan

Disusun Oleh:

PRAMITA DEWI
1914201029
Keperawatan 7A

Usulan Dosen Pembimbing:

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


ALIFAH PADANG
Tahun 2022
BAB I
PENDAHULUAN

1) LatarBelakang
Pengetahuan Pertolongan Pertama pada Ke- celakaan (P3K) oleh para guru sekolah dasar
merupakan hal yang sangat penting, sebab dari pengetahuan dalam menangani kejadian kecela-
kaan di tempat kejadian akan mewujudkan bagai- mana respons guru untuk dapat menyelamatkan
hidup seseorang yaitu siswa siswi sekolah dasar. Hal ini sesuai dengan teori dari Notoadmodjo,
2012 .bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan hal ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Peng- indraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni
indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga sehingga diperlukan informasi tentang P3K bagi para Guru
Sekolah Dasar.para guru SD tersebut diharapkan dengan meningkat- nya pengetahuan maka
keterampilan melakukan P3K pada anak didik di SD bisa terwujud. Bagaimanapun juga
keselamatan adalah komo- ditas unik. Keselamatan tidak dapat diakumulasi- kan untuk masa depan.
Bila keselamatan diper- hatikan, maka setiap hari akan berakhir dengan baik (Glenville, 2008). Oleh
sebab itu, penangan- an pertama pada kecelakaan sangat penting di- lakukan dengan baik dan benar
oleh siapa pun. Sekolah dasar merupakan tempat menimba ilmu anak-anak usia sekolah berkisar 6–
12 tahun. Pada usia sekolah anak mulai terlibat dalam perilaku sosial dan motorik yang kompleks
(Kozier, et al., 2010).
Oleh karena itu anak sangat aktif dalam berbagai aktivitas baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Keaktifan anak usia sekolah dapat menyebabkan beberapa kejadian kecelakaan pada anak di
sekolah dasar yang membutuhkan penanganan secara cepat dan benar.
Adanya kejadian siswa siswi sekolah dasar mengalami kecelakaan di Sekolah Dasar Katolik
Yayasan Yohanes Gabriel di antaranya seperti pingsan, mimisan, terjatuh, digigit serangga, terkilir,
tersedak. Guru SD diharapkan mengeta- hui minimal tanda-tanda yang dialami oleh anak saat
terjadi kecelakaan di sekolah. Misalnya tanda-tanda terkilir: adanya rasa sakit atau nyeri, bengkak
di bagian yang terkilir, muncul memar, sulit digerakkan, terjadi perubahan warna kulit, terasa kaku.
Tanda-tanda tersedak: sulit berna- pas, tidak mampu mengeluarkan suara/bicara, awalnya disertai
batuk-batuk, tanda khas terse- dak: korban memegangi lehernya dengan ibu jari dan jari telunjuk,
tampak panik hingga hilang kesadaran, korban tampak pucat dan kebiruan (Diklat RSCM, 2015).
Melihat pentingnya peran guru pada peserta didik saat di sekolah terutama di saat anak mengalami
kecelakaan di sekolah. Oleh karena itu, hal tersebut menimbulkan rasa ingin tahu para guru di
sekolah ini untuk mena- ngani berbagai masalah kecelakaan yang terjadi di sekolah dasar tempat
mereka bekerja. Ke- ingintahuan para guru disambut baik oleh pengu- rus Yayasan Yohanes
Gabriel dengan mengajukan surat permohonan kepada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Katolik St.
Vincentius a Paulo Sura- baya untuk memberikan pelatihan mengenai Per- tolongan Pertama pada
Kecelakaan (P3K).
Praktikkanlah keselamatan, gunakan kesela- matan, dan giatkan keselamatan (Glenville, 2008).
Melalui pelatihan keterampilan P3K diha- rapkan para guru dapat menimba pengetahuan dan bisa
bertindak sesuai dengan kemampuan dalam melayani anak-anak di sekolah dasar de- ngan berbagai
risiko yang ada. Dengan adanya pengetahuan yang benar dalam menangani kecelakaan pada anak
di sekolah, akan membantu anak dalam menghadapi proses pemulihan. Pena- nganan pada
kecelakaan anak di sekolah akan menentukan tindakan kesehatan selanjutnya yang diperlukan oleh
anak dalam pemulihan.
Berbagai macam kasus kecelakaan sudah sering terjadi dan diberitakan baik di media cetak maupun
di media elektronik. Tidak jarang hal ini membawa risiko kecacatan hingga kematian pada anak.
Salah satu riset di Utah bagian dari negera bagian Midwestern di Amerika Serikat selama dua tahun,
terdapat 140.455 kejadian yang membutuhkan penanganan kegawatdaruratan dimana 12.603 (9, 0%)
terjadi pada anak usia sekolah (Knight, Vernon, Fines, & Dean, 1999). Di Indonesia sendiri, angka
kejadian yang membutuhkan penanganan kegawatdaruratan di usia sekolah dasar belum diketahui
secara pasti. Namun diduga memiliki banyak kejadian yang belum terpublikasi.

Menurut perkiraan World Health Organization


(WHOCedera sering terjadi pada anak-anak, biasanya berawal dari rasa keingintahuan anak untuk
menelusuri sesuatu dan bereksperimen yang tidak seimbang dengan kemampuan dalam memahami
sesuatu atau bereaksi terhadap bahaya.9 Cedera dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik dari
luar (lingkungan) maupun dari dalam diri anak sendiri. Sebanyak 34% kejadian cedera rumah
tangga (misalnya cedera terkena pisau, terpeleset dan terkena air panas) di pedesaan terjadi pada
anak berusia 0-5 tahun dan 28% berumur 6-20 tahun. Untuk daerah perkotaan sebesar 26% kasus
cedera terjadi pada anak usia 0-5 tahun dan 29% untuk kelompok umur 6-20 tahun. Sebagian besar
cedera itu terjadi saat anak bermain.10 Cedera pada anak dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah umur, jenis kelamin, kepribadian, urutan kelahiran, waktu, cuaca, hari dan
tempat.11,12 Selain itu, ada beberapa kondisi yang menyebabkan cedera pada anak yaitu kurangnya
pengawasan, bebas melakukan kegiatan apapun, kecanggungan, kelambanan yang disebabkan
karena buruknya koordinasi otot anak, terlalu aktif, kurangnya pengendalian emosi atau sebagai
bentuk pemberontakan anak terhadap orang tua yang terlalu melindungi.

Minarett (Fitriani, 2011),Pertolongan pertama di sekolah adalah upaya pertolongan dan


perawatannilai kesehatan. Sasaran pendidikan kesehatan di Indonesia berdasarkan pada program
pembangunan Indonesia adalah sekolah.
Pemahaman guru tentang pertolongan pertama didapatkan data sebanyak 38 responden yang
memahami tentang pertolongan pertama sebanyak 10 responden atau 26,32%, sedangkan 28
responden atau 73,68% tidak memahami tentang pertolongan pertama. Untuk itu perlu adanya
dilakukan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan guru tentang pertolongan
pertama pada siswa sekolah dasar (Satya, 2005).

Laporan dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2011 menunjukan bahwa kecelakaan
mengambil porsi 40% dalam menyebabkan fraktur ektremitas bawah, cacat fisik ditemukan
sebanyak 1,3 juta orang dan lebih dari 5 juta orang meninggal dunia akibat kecelakaan. Skala
Nasional hasil Rikesdas tahun 2013, menunjukan bahwa peringkat kejadian kecelakaan termasuk di
sekolah juga sering terjadi, proporsi jenis cedera didominasi oleh luka/lecet dan memar sebesar
70,9%, terkilir/keseleo 27,5%, dan luka robek 23,2% hingga fraktur (Badan Penelitian dan
Pengembangan RI, 2013). Prevalensi di Jawa Tengah dilihat dari tempat terjadinya cedera dalam
menangani korban kecelakaan tersebut.

Dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Program Khusus Bina Diri (Depdiknas, 2007: 1)
disebutkan bahwa :
“Program bina diri memiliki peran sentral dalam mengantarkan peserta didik dalammelakukan
Bina Diri untuk dirinya sendiri, seperti merawat diri, mengurus diri, menolong diri, komunikasi dan
adaptasi lingkungan sesuai dengan kemampuannya. Melalui pembelajaran Bina Diri diharapkan
dapat hidup mandiri di keluarga, sekolah, dan masyarakat.”
Pembelajaran bina diri diarahkan untuk mengaktualisasikan dan mengembangkan kemampuan
peserta didik dalam melakukan bina diri untuk kebutuhan dirinya sendiri sehingga mereka tidak
membebani.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan bersama mitra, solusi yang ditawarkan adalah sebagai
berikut.
1. Untuk segi pengetahuan, memberikan pema-
haman tentang pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) melalui pendidikan kese- hatan.
2. Untuk segi perilaku, memberikan pelatihan cara melakukan pertolongan pertama pada
kecelakaan (P3K) pada anak didik di sekolah SD dengan benar.
Target luararan dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut.
1. Pengetahuan: memahami bagaimana mela- kukan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
pada anak didik SD.
2. Perilaku: mampu memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan yang terjadi di sekolah pada
anak didik SD.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan guru sekolah dasar tentang pendidikan
kesehatan pertolongan pertama terhadap tingkat pengetahuan dan praktek guru dalam penanganan
cedera pada siswa di Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini dan dapat diketahui
bahwa informasi tentang pengetahuan guru dalam melakukan tindakan pertolongan pertama pada
kecelakaan (P3K) disekolah dasar masih belom banyak.karena pengalaman setiap orang terhadap
suatu objek dapat berbeda-beda karena pengalaman mempunyai sifat subjektif yang dipengaruhi
oleh isi memori seseorang tersebut.oleh karena itu,peneliti ingin mengeksplorasi tentang
pengalaman guru dalam melakukan tindakan pertolongan pertama (P3K) dengan metode kualitatif
dan fenomenologi . Dengan menggunakan metode ini diharapkan peneliti dapat mengali lebih
tentang makna pengalaman dan pengetahuan guru melakukan tindakan pertolongan pertama pada
kecelakaan (P3K).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penulis merumuskan masalah yaitu : “Bagaimana pengalaman
dan pengetahuan guru melakukan tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) di
Sekolah Dasar X Kota Padang.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi pengalaman dan pengetahuan guru
melakukan tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) di Sekolah Dasar X Kota Padang

D. Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengalaman dan pengetahuan guru
melakukan tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) di Sekolah Dasar di Kota padang,
sehingga dapat menjadi rujukan pengetahuan dalam bidang keperawatan.
Manfaat Praktis
2.
a. Bagi Peneliti
Merupakan tambahan ilmu pengetahuan dalam memperluas
wawasan tentang metode penelitian khususnya tentang pengalaman guru melakukan tindakan
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) di Sekolah Dasar di X kota Padang ,serta menjadi
pengalaman baru dalam melakukan penelitian dengan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari
kampus.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya dan tambahan
kepustakaan sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang relevan mengenai pengalaman
guru melakukan tindakan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) di Sekolah Dasar di X
Kota Padang .
c. Bagi sekolah
Dapat menjadi data dasar dalam meningkatkan kesiapan guru
dalam melakukan tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
10

(P3K) di Sekolah Dasar dan sebagai data acuan bagi sekolah untuk meningkatkan pengetahuan
guru mengenai penanganan cedera pada anak di sekolah.
d. Bagi Pemerintah atau instansi terkait
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan data dasar dalam
pemberian pelatihan kepada guru atau tenaga pendidik di sekolah mengenai Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan (P3K).

Anda mungkin juga menyukai