Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL APLIKASI PENERAPAN JURNAL

KEPERAWATAN
RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN

Disusun Oleh:

Diliana Kusumawati (202002040007)

Satrio Win Setiawan (202002040075)


LATAR BELAKANG
“Tuberculosis paru sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit
yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga
memberikan gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan
kadang-kadang asimtomatik (Wahid & Suprapto, 2013) ”

“Berdasarkan hasil wawacara terhadap 7 orang TB paru didapatkan hasil


bahwa sebagian besar pasien TB Paru belum bisa melakukan batuk efektif
TELAAH JURNAL dikarenakan tidak pernah dilakukannya latihan batuk efektif. Latihan batuk
“Pengaruh Latihan
Batuk Efektif efektif merupakan salah satu upaya atau intervensi yang dilakukan oleh
Terhadap Frekuensi perawat (Somantri, 2008) “
Pernafasan Pasien TB
Paru”

“ Batuk efektif adalah aktivitas perawat untuk membersihkan sekresi pada jalan
nafas, yang berfungsi untuk meningkatkan mobilisasi sekresi dan mencegah
risiko tinggi retensi sekresi. Setelah diberikan tindakan batuk efektif dalam
waktu 1 x 24 jam diharapkan pasien mengalami peningkatan bersihan jalan
nafas (Mutaqin, 2008) “
Penelitian Pranowo (2012), membuktikan bahwa latihan
batuk efektif sangat efektif dalam pengeluaran sputum
dan membantu membersihkan secret pada jalan nafas
serta mampu mengatasi sesak nafas pada pasien TB paru
di ruang rawat inap Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus
Beberapa penelitian
mengenai latihan batuk
efektif
Penelitian Septherisa (2012), membuktikan bahwa
adanya efektifitas latihan batuk efektif dalam
peningkatan sekresi mucus dan membantu mengatasi
sesak nafas pada klien Asma Bronkial d I IRNA Penyakit
Dalam Teratai Rumah Sakit AK. Gani (Septherisa, 2012)

TUJUAN
“Mengetahui pengaruh latihan batuk
efektif terhadap frekuensi
pernafasan pasien TB paru”
“Tuberculosis paru merupakan salah satu penyakit infeksi
penyebab morbidity dan mortality di seluruh dunia, namun setiap
KONSEP
Negara berbeda angka insidennya. Tuberkulosis ditandai dengan
DASAR
gejala klinis salah satunya yaitu berat badan turun dan batuk /
batuk berdahak (Setiati, dkk., 2015)”.
EVALUASI HASIL EBN

Sampel
Desain penelitian ini adalah Quasi Experiment sebagai eksperimen semu, dengan
pendekatan One group Pretest-Postest design. Populasi dalam penelitian ini adalah
METODOLOGI
pasien TB paru yang dirawat selama bulan Mei 2013, perkiraan jumlah populasi
perbulan ditentukan berdasarkan kunjungan pertahun 2013 yaitu rata-rata 58 orang.
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 32 responden. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini adalah Konstitutive sampling.
Tahap pra interaksi: mengecek program terapi, mencuci tangan dan
menyiapkan alat –alat.

Tahap orientasi: memberikan salam dan sapa nama pasien,menjelaskan tujuan


dan prosedur pelaksanaan serta menanyakan persetujuan/kesiapan pasien

Tahap kerja: menjaga privacy pasien, mempersiapkan pasien, meminta pasien meletakkan satu
Prosedur tangan di dada dan satu tangan di abdomen, melatih pasien melakukan nafas perut (menarik
Tindakan nafas dalam melalui hidung hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup), meminta pasien
merasakan mengembangnya abdomen (cegah lengkung pada punggung), meminta pasien
menahan nafas hingga 3 hitungan, meminta menghembuskan nafas perlahan dalam 3 hitungan
(lewat mulut, bibir seperti meniup), meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen dan
kontraksi dari otot, memasang perlak/alas dan bengkok (di pangkuan pasien bila duduk atau di
dekat mulut bila tidur miring), meminta pasien untuk melakukan nafas dalam 2 kali , yang ke-
3: inspirasi, tahan nafas dan batukkan dengan kuat, menampung lender dalam sputum pot serta
merapikan pasien.
CARA UJI

Analisa data menggunakan uji wilcoxson untuk melihat perbedaan frekuensi pernafasan
sebelum dan sesudah melakukan batuk efektif.
HASIL
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa
rata-rata frekuensi pernapasan sebelum melakukan
Hasil analisis univariat menunjukan bahwa batuk efektif adalah 23,37 kali per menit dengan
rata-rata frekuensi pernafasan sebelum standar deviasi 6,45 sedangkan rata-rata frekuensi
melakukan batuk efektif yaitu 23,37 kali per pernapasan sesudah melakukan batuk efektif
menit dengan standar deviasi 6,45, nilai adalah 19,81 kali per menit dengan standar deviasi
minimum 8 dan maksimum 31 sedangkan bahwa 4,17. Terlihat nilai mean perbedaan antara sebelum
rata-rata frekuensi pernafasan sesudah dan sesudah batuk efektif adalah 3,00. Hasil uji
melakukan batuk efektif yaitu 19,81 kali per statistik didapatkan p value = 0,000 < α (0,05),
menit dengan standar deviasi 4,17, nilai berarti ada perbedaan yang signifikan antara
minimum 10 dan maksimum 25. frekuensi pernafasan sebelum melakukan batuk
efektif dan sesudah melakukan batuk efektif.
KEKUATAN DAN KELEMAHAN

Kekuatan
kekuatan penelitian ini tidak mempunyai
batasan yang ketat terhadap randomisasi
Kelemahan
dan pada saat yang sama dapat mengontrol
kelemahan penelitian ini yaitu tidak adanya
ancama-ancaman validitas dan kerugian.
randomisasi, yang berarti pengelompokan
anggota sampel pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol tidak dilakukan dengan random
atau acak, kontrol terhadap variabel-variabel yang
berpengaruh terhadap eksperimen tidak
dilakukan, karena eksperimen ini biasanya
dilakukan di masyarakat.
IMPLIKASI DAN SARAN

Implikasi
Batuk efektif dapat dilakukan
selama masih terdapat sekret
pada jalan napas pasien.

Saran
Hendaknya penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi RS Pelabuhan Palembang dan dapat
diterapkan oleh perawat tentang latihan batuk efektif pada pasien TB paru yang mengalami
sesak nafas tersebut sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) agar pasien TB paru
yang mengalami sesak nafas agar meempuyai frekuensi pernafasan yang normal setelah
dilakukan latihan batuk efektif.

Anda mungkin juga menyukai