Anda di halaman 1dari 8

EFEKTIFITAS FISIOTERAPI DADA DAN BATUK EFEKTIF PASCA

NEBULASI TERHADAP BERSIHAN JALAN NAFAS PADA PASIEN TB PARU


DI RSU TANGERANG

Parta Suhanda*, Maman Rusmana*

Abstrak

Penyakit Tuberculosis (TBC) dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini
di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Penyakit ini biasanya banyak terjadi pada negara
berkembang atau yang mempunyai tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah.
Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit infeksi penyebab kematian dengan urutan atas
atau angka kematian (mortalitas) tinggi, angka kejadian penyakit (morbiditas), diagnosis
dan terapi yang cukup lama, masalah yang sering terjadi adanya penumpukan secret pada
jalan nafas, upaya yang dilakukan perawat adalah melakukan fisioterapi dada dan melatih
batuk efektif, kedua tindakan ini biasa dilakukan, namun penelitian terkait efektifitas
tindakan tersebut masih kurang. Tujuan penelitian untuk mengetahui manakah yang lebih
besar pengaruhnya terhadap bersihan nafas pasca nebulasi antara sebelum dan sesudah
dilakukan fisiterapi dada atau batuk efektif. Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah menggunakan rancangan Quesi Eksperimen. jumlah sampel 30 orang
tiap kelompok, cara pengambilan sampel consecutive sampling. Analisis penelitian
menggunakan uji t=independen dan t-dependen. Hasil penelitian ada perbedaan yang
signifikan p=0,000 sebelum dan sesudah dilakukan tindakan fisioterafi dada dan batuk
efektif terhadap bersihan jalan nafas pasien TBC Paru, namun kedua tindakan tersebut
tidak menunjukan perbedaan yang signifikan antara tindakan fisioterafi dada dan batuk
efektif terhadap bersihan jalan nafas pasca nebulasi p value = 0,564 α=0,05.

Kata Kunci : Bersihan jalan nafas, fisioterafi dada, batuk efekti


*Poltekkes Kemenkes Banten

87
Jurnal Medikes,Volume I, edisi 2, November 2014
Pendahuluan membebaskan jalan nafas. Berdasarkan
uraian diatas peneliti merasa tertarik
Penyakit Tuberculosis (TBC) belakangan ini
melakukan penelitian mengenai “Efektifitas
dilaporkan meningkat secara drastis ini di
Fisioterapi dada dan batuk efektif pasca
seluruh dunia termasuk di Indonesia dan
nebulasi terhadap bersihan jalan napas pada
merupakan penyakit infeksi penyebab
pasien TBC Paru di ruang RSU
kematian dengan urutan atas atau angka
Tanggerang”.
kematian (mortalitas) tinggi, angka kejadian
penyakit (morbiditas), diagnosis dan terapi
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
yang cukup lama, bahkan setiap empat menit
efektifitas tindakan fisioterapi dada dan
sekali satu orang meninggal akibat TBC di
batuk efektif pasca nebulasi terhadap
Indonesia. (Zulkifli, 2006). Indonesia
bersihan jalan nafas pada pasien TB Paru di
termasuk penyumbang kasus TBC terbesar
RSU
ke 3 di dunia, dengan jumlah penderita
per tahunnya adalah 587.000 orang,
(WHO, Jun 2007) Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain kuasi-
Pasien TB Paru biasanya mengalami
eksperimen. yaitu satu kelompok pasien
gangguan bersihan jalan nafas (penumpukan
dilakukan tindakan fisioterapi dada, dan satu
secret), pengobatan secara medis tidak bisa
kelompok dilakukan tindakan batuk efektif,
menyembuhkan secara tuntas 100%, untuk
kemudian diukur bersihan jalan nafasnya
mengencerkan mukus biasanya diberikan
sebelum dan sesudah tindakan, . Populasi
inhalasi atau nebulizer, melalui latihan
penelitian ini adalah pasien TB Paru yang
fisioterapi dada, antara lain: perkusi, vibrasi,
dilakukan tindakan nebulasi. Sampel adalah
drainase, nafas dalam dan batuk efektif.
pasien TB Paru yang dilakukan tindakan
Upaya ini dapat memudahkan pengeluaran
nebulasi berjumlah 60 orang. Pengambilan
sekret sehingga jalan nafas menjadi lancar.
sampel dengan cara consecutive sampling.
(Aditama, 2003)
Tempat penelitian di Ruang IGD dan ruang
Tindakan fisioterapi dada dan batuk
perawatan penyakit dalam RSU Tangerang
efektif biasanya sering dilakukan oleh
pada bulan Mei – Agustus 2012.
perawat, sebagai tindakan mandiri, namun
Pengolahan data menggunakan uji t-
dari kedua tindakan ini, efektifitasnya belum
dependen dan uji t-independen.
diketahui dalam

88
Jurnal Medikes,Volume I, edisi 2, November 2014
Hasil Penelitian Berdasarkan tabel 2, diketahui sebagian
besar pasien TBC Paru yang menjalani
Setelah data diolah dengan menggunakan
batuk efektif pasca nebulasi berusia 19 -50
perangkat lunak, maka selanjutnya hasil
tahun sebanyak 16 orang (53%).
penelitian disajikan dalam bentuk table. Data
penelitian ini terbagi menjadi hasil analisa
Tabel 3
univariat dan bivariat.
Distribusi Frekuensi Bersihan jalan nafas
Tabel 1 Pasien TBC Paru sebelum menjalani Batuk
Distribusi Frekuensi Pasien TBC Paru yang Efektif Pasca Nebulasi di RSU Tangerang
menjalani fisioterapi dada Pasca Nebulasi No Kondisi Jalan Nafas JML %
berdasarkan Usia di RSU Tangerang 1. Bersih (≥ 2 gejala 2 7%
normal) = 3
JUMLAH
Usia Responden % 2. Tidak Bersih (Bunyi 22 73%
RESPONDEN
nafas ronki, frekuensi
Pra sekolah ( < 6 tahun) 3 10%
nafas tidak normal,
nafas sesak) = 0
Sekolah 6- 18 tahun 9 30%
3.Tidak bersih ( salah 6 20%
Dewasa 19 - 50 tahun 14 47% satu dari ketiga
gejala normal) = 1
Lanjut usia > 50 tahun 4 13% Jumlah : 30
TOTAL 30 100% Berdasarkan tabel 3, diketahui sebagian
besar pasien TBC Paru sebelum menjalani

Berdasarkan tabel 1, diketahui sebagian batuk efektif pasca nebulasi jalan nafasnya

besar pasien TBC Paru yang menjalani tidak bersih sebanyak 22 orang (73 %).

fisioterapi dada pasca nebulasi berusia 19 - Tabel 4


Distribusi Frekuensi Bersihan jalan nafas
50 tahun sebanyak 14 orang (47%). Pasien TBC Paru setelah menjalani Batuk
Tabel 2 Efektif Pasca Nebulasi di RSU Tangerang
Distribusi Frekuensi Usia Pasien TBC Paru
yang menjalani Batuk Efektif Pasca No Kondisi Jalan JML %
Nebulasi di RSU Tangerang Nafas
1. Bersih (≥ 2 gejala 15 50 %
normal) = 3
JUMLAH
Usia Responden PERSENTASE 2. Tidak Bersih (Bunyi 7 24 %
RESPONDEN
nafas ronki,
Pra sekolah ( < 6 tahun) 2 7% frekuensi nafas tidak
Sekolah 6- 18 tahun 4 13% normal, nafas sesak)
=0
Dewasa 19 - 50 tahun 16 53%
3. Tidak bersih ( salah 8 26 %
Lanjut usia > 50 tahun 8 27% satu dari ketiga
TOTAL 30 100%
gejala normal) = 1
Jumlah : 30

89
Jurnal Medikes,Volume I, edisi 2, November 2014
Berdasarkan tabel 4, diketahui sebagian Berdasarkan tabel 6, diketahui sebagian
besar pasien TBC Paru setelah menjalani besar pasien TBC Paru setelah menjalani
batuk efektif pasca nebulasi jalan nafasnya fisioterafi dada pasca nebulasi jalan nafasnya
menjadi bersih sebanyak 15 orang (50 %). bersih sebanyak 13 orang (43 %).

Tabel 5 Tabel 7
Distribusi Frekuensi Bersihan jalan nafas Hasil Uji Statistik Perbedaan Bersihan Jalan
Pasien TBC Paru sebelum menjalani Nafas Pasien TB Paru sebelum dan setelah
Fisioterafi Dada Pasca Nebulasi diberi tindakan fisioterafi dada Pasca
di RSU Tangerang Nebulasi di RSU Tangerang

No Kondisi Jalan Nafas JML % Variabel Mean SD P


1. Bersih (≥ 2 gejala 0 0% value
normal) = 3 Bersihan Jalan
2. Tidak Bersih (Bunyi 22 73 Nafas 0,27 0,450 0,000
nafas ronki, frekuensi % *Sebelum 1,70 1,088
nafas tidak normal, *Setelah
nafas sesak) = 0
3. Tidak bersih ( salah 8 27
satu dari ketiga gejala % Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 30
normal) = 1 responden rata-rata bersihan jalan nafas
Jumlah : 30
sebelum fisioterafi dada adalah 0,27 dengan
Berdasarkan tabel 5, diketahui sebagian
SD 0,450 dan setelah fisioterafi dada adalah
besar pasien TBC Paru sebelum menjalani
1,70 dengan SD 1,088. Dari uji statistik
fisioterafi dada pasca nebulasi jalan nafasnya
diperoleh nilai P 0,000. Dengan demikian
tidak bersih sebanyak 22 orang (73 %).
pada  5% maka secara statistik dapat

Tabel 6 disimpulkan terdapat perbedaan yang


Distribusi Frekuensi Bersihan jalan nafas bermakna rata-rata bersihan jalan nafas pada
Pasien TBC Paru setelah menjalani
Fisioterafi Dada Pasca Nebulasi pasien TBC Paru sebelum dan setelah
di RSU Tangerang dilakukan fisioterafi dada pasca nebulasi.

No Kondisi Jalan Nafas JML % Tabel 8


1. Bersih (≥ 2 gejala 13 43 % Hasil Uji Statistik Perbedaan Bersihan Jalan
normal) = 3 Nafas Pasien TB Paru sebelum dan setelah
2. Tidak Bersih (Bunyi 3 10 % diberi tindakan Batuk Efektif
nafas ronki, frekuensi
nafas tidak normal, Variabel mean SD P
nafas sesak) = 0 value
3. Tidak bersih ( salah 14 47 % Bersihan Jalan Nafas
satu dari ketiga * Sebelum 0,27 0,521 0,000
gejala normal) = 1 *Setelah 1,53 1,137
Jumlah : 30
90
Jurnal Medikes,Volume I, edisi 2, November 2014
Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 30 batuk efektif pasca dilakukan nebulasi pada
responden rata-rata bersihan jalan nafas pasien TBC Paru.
sebelum fisioterafi dada adalah 0,27 dengan
SD 0,521 dan setelah fisioterafi dada adalah Pembahasan
1,53 dengan SD 1,137. Dari uji statistik Berdasarkan hasil penelitian, diketahui
diperoleh nilai P 0,000. Dengan demikian bahwa ada perbedaan yang signifikan
pada  5% maka secara statistik dapat sebelum dan sesudah tindakan fisioterafi
disimpulkan terdapat perbedaan yang dada dan batuk efektif terhadap gian besar
bermakna rata-rata bersihan jalan nafas pada bersihan jalan nafas pasca nebulasi
pasien TBC Paru sebelum dan setelah batuk (p=0,000). Hal ini menunjukan bahwa kedua
efektif pasca nebulasi. tindakan tersebut sangat berguna untuk
membersihkan jalan nafas pasien. Namun
kalau dibandingkan kedua tindakan tersebut
Tabel 9
Hasil Uji Statistik Perbedaan Bersihan Jalan tidak ada yang lebih efisien (p=0,564)
Nafas Pasien TB Paru yang diberi tindakan Menurut Taskhin (2001), fisioterafi dada
fisioterafi dada dan batuk efektif setelah
dilakukan nebulasi di RSU Tangerang (Vibrasi) secara umum dilakukan bersamaan
Variabel Mean SD P dengan clapping. Vibrasi dengan kompresi
value
dada dapat menggerakkan sekret ke jalan
Bersihan Jalan Nafas
 Tindakan 1,70 1,088 0,564 nafas yang besar sedangkan perkusi
Fisioterafi Dada melepaskan/melonggarkan sekret. Vibrasi

 Tindakan Batuk 1,53 1,137 dapat dilakukan hanya pada waktu pasien
efektif mengeluarkan nafas. Pasien diminta bernafas
dalam dan kompresi dada dan vibrasi
Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 30
dilaksanakan pada puncak inspirasi dan
responden rata-rata bersihan jalan nafas
dilanjutkan sampai akhir ekspirasi. Vibrasi
adalah 1,70 dengan SD 1,088 pada
dilakukan dengan cara meletakkan tangan
kelompok yang dilakukan fisioterafi dada.
bertumpang tindih pada dada kemudian
Dari uji statistik diperoleh nilai P 0,564.
dengan dorongan bergetar.
Dengan demikian pada  5% maka secara
Hasil yang diperoleh melalui fisioterapi
statistik tidak terdapat perbedaan rata-rata
dada, bersihan nafas pasca nebulasi dari 0 %
bersihan jalan nafas pada kelompok yang
yang bersih menjadi 43% dibandingkan
dilakukan fisioterafi dada dan kelompok
sebelum dan sesudah dilakukan fisoterapi

91
Jurnal Medikes,Volume I, edisi 2, November 2014
dada. Dengan demikian ada perbedaan hasil kontra indikasi relatif seperti infeksi paru
sebelum dan setelah diberikan fisioterapi berat, patah tulang iga atau luka baru bekas
dada. Bersihan jalan nafas sesudah dilakukan operasi, tumor paru dengan kemungkinan
fisioterapi dada pada pasien TBC paru, yaitu adanya keganasan serta adanya kejang
ada peningkatan pasien dengan jalan nafas rangsang.
menjadi lebih bersih sebesar 43%. Analisa peneliti, fungsi fisioterapi dada
Perbedaan hasil bersihan nafas sebelum dan dengan vibrasi sangat efektif bagi pasien
setelah diberikan fisoterapi dada disebabkan paru untuk mengeluarkan secret dan
oleh cara dan fungsi kerja fisioterapi dada memperbaiki ventilasi pada pasien dengan
lebih optimal dibandingkan dengan cara fungsi paru yang terganggu. Melalui
biasa (manual). Hal ini diperkuat oleh teori fisioterapi dada, pasien juga mendapatkan
fitzgerald (2001), fisioterapi dada adalah manfaat yang lebih dibandingkan dengan
salah satu dari pada fisioterapi yang sangat cara manual, salah satunya adalah nafas
berguna bagi penderita penyakit respirasi menjadi lebih ringan (memperkecil
baik yang bersifat akut maupun kronis. kemungkinan asma berkelanjutan) dan
Fisioterapi dada ini walaupun caranya menurunkan tingkat stress atau gangguan
kelihatan tidak istimewa tetapi ini sangat emosi yang dapat menjadi pencetus serangan
efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan asma dan juga dapat memperberat serangan
memperbaiki ventilasi pada pasien dengan asma. Penderita TBC paru atau asma berat
fungsi paru yang terganggu. karena ganguan stress dan emosi perlu
Fisioterapi dada ini dapat digunakan untuk diberikan arahan untuk menyelesaikan
pengobatan dan pencegahan pada penyakit masalah, karena jika hal ini terus berlanjut
paru obstruktif menahun, penyakit maka penderita asma belum bias diatasi.
pernafasan restriktif termasuk kelainan Menurut Nanda (2005), bersihan jalan napas
neuromuskuler dan penyakit paru restriktif adalah cara membersihkan sekresi atau
karena kelainan parenkim paru seperti obstruksi dari saluran pernafasan untuk
fibrosis dan pasien yang mendapat ventilasi menjaga bersihan jalan napas, sedangkan
mekanik. Namun dengan cara menggunakan Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada
fisoterapi dada, pasien belum tentu bebas fisioterapi yang sangat berguna bagi
dari kontra indikasi yang bersifat mutlak penderita penyakit respirasi baik yang
seperti kegagalan jantung, status asmatikus, bersifat akut maupun kronis. Dengan
renjatan dan perdarahan masif, sedangkan demikian ada pengaruh yang signifikan dari

92
Jurnal Medikes,Volume I, edisi 2, November 2014
kedua variable tersebut, dimana menurut pada pasien TBC paru sangat membantu
teori salah satu cara membersihkan sekresi mengurangi bersihan jalan nafas tidak bersih
dari saluran pernapasan adalah dengan akibat sesak nafas, dan adanya kesulitan
menggunakan fisioterapi dada. Sehingga jika berbicara. Dengan demikian pengaruh
teknik fisioterapi dada ini terus ditingkatkan bersihan jalan nafas sesudah dilakukan
penggunaanya bagi penderita TBC paru, fisoterapi dada hasilnya lebih baik
maka kemungkinan bersihan jalan nafas pun dibandingkan sebelum dilakukan fioterapi
meningkat menjadi lebih bersih dari dada.
sebelumnya, seperti nafas menjadi teratur Tindakan fisioterafi dada dan batuk efektif
dan mengurangi batuk tidak efektif. Dampak keduanya dapat dilakukan untuk
positif lainnya dari penggunaan fisioterapi mengeluarkan sekret pada jalan nafas pasien
dada adalah pasien menjadi lebih mudah TBC Paru. Namun kedua tindakan ini tidak
tidurnya dan pola makan pasien menjadi ada perbedaan yang signifikan dalam
lebih teratur. membantu mengurangi bersihan jalan nafas,
Analisa penulis, tujuan pokok fisioterapi meskipun secara rerata fisioterafi dada lebih
pada penyakit TBC paru adalah tinggi sedikit, namun perbedaan yang tidak
mengembalikan dan memelihara fungsi otot- bermakna secara statistik. Kedua tindakan ini
otot pernafasan dan membantu pada pelaksanaannya dapat dilakukan secara
membersihkan sekret dari bronkus dan untuk bersamaan sehingga hasilnya maksimal.
mencegah penumpukan sekret, memperbaiki
pergerakan dan aliran sekret. Sehingga Simpulan
fungsi dan pengaruh fisioterapi dada Kesimpulan dalam penelitian ini adalah :
terhadap bersihan jalan nafas lebih efektif 1. Hasil analisis univariat, sebagian besar
dan optimal dengan hasil penelitian ada bersihan jalan nafas sebelum dilakukan
perbedaan yang nyata sebelum dan sesudah fisioterapi dada pada pasien TBC paru
dilakukan fisoterapi dada. adalah bersih (7%). Sedangkan sesudah
Batuk efektif juga merupakan tindakan yang dilakukan fisioterapi dada pada pasien
sangat bermanfaat dimana menunjukan TBC paru adalah bersih menjadi (50%).
berbedaan yang signifikan antara sebelum 2. Hasil analisis univariat, sebagian besar
dan setelah dilakukan tindakan batuk efektif. bersihan jalan nafas sebelum dilakukan
Hasil perbedaan tersebut menunjukan bahwa batuk efektif pada pasien TBC paru
peranan batuk efektif dan fisoterapi dada adalah bersih (0 %). Sedangkan sesudah

93
Jurnal Medikes,Volume I, edisi 2, November 2014
dilakukan batuk efektif pada pasien TBC Fitzgerald M, 2001 Acute Asthma Clinical
paru adalah bersih menjadi (43 %). Review. Exstract from Clinical Evidence
BMJ.
3. Hasil uji statistik diperoleh nilai p =
0,000, sehingga dapat disimpulkan ada Jenne JW, Tashkin DP, 2001: Beta
berbedaan yang signifikan bersihan jalan Adrenergic Agonists: in Weiss EB, Stein
M: Bronchial Asthma, Mechanism and
nafas pasca nebulasi antara sebelum dan
Therapeutics. Little Brown and Comp.
sesudah dilakukan fisoterapi dada dan Boston Toronto London 3Ed.
batuk efektif pada pasien TBC Paru di
Nanda, H.A. 2005. Faktor Faktoryang
RSU Tangerang.
Mempengaruhi Penderita TB Paru
4. Hasil Uji statistik tidak ada perbedaan Putus Berob di RSUD dr.Soebandi
yang signifikan bersihan jalan nafas Jember.: UNEJ
sesudah dilakukan fisoterapi dada dan
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2001. Buku Ajar
batuk efektif p=0,5564, hal ini
Keperawatan Medikal Bedah Brunner
menunjukan bahwa kedua tindakan dan Suddarth.Volume 3. Jakarta : EGC.
fisioterafi dada dan batuk efektif sama-
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif dan
sama baik dapat dilakukan untuk
Kualitatif Dan R & D. cetakan ke 7. CV
membersihkan jalan nafas. Alfabeta. Bandung. 2009.

Zulkifli Amin, Asril Bahar, 2006.


Daftar Pustaka Tuberkulosis Paru, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Jakarta: UI
Aditama, T. Y, 2003. Terapi
Tuberkulosis dengan Fixed Dose
Combination (FDC).Vohune II.
Jakarta:RS Persahabatan.

Alsagaff, H dan Abdul Mukty. 2006.


Infcksi Tuberkulosis Paru.Surabaya
:University Press.

Antonio. 2008. DOTS Sebagai Strategj


Baru daiam Penanggulangan
Tuberkulosis dan Pelaksanaanya di
Puskesmas.Surabaya: Medika.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu


Pendekatan Praktik. Edisi Revisi 6.
Jakarta PT. Rineka Cipta.
94
Jurnal Medikes,Volume I, edisi 2, November 2014

Anda mungkin juga menyukai