Anda di halaman 1dari 2

1.

Subjektif : Pada pasien TB paru gejala klinis utama adalah batuk terus menerus dan
berdahak selama 3 minggu atau lebih. Gejala tambahan yang mungkin
menyertai adalah batuk darah, sesak nafas dan rasa nyeri dada, badan
lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan
(malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan dan
demam/meriang lebih dari sebulan (Depkes RI, 2006).
2. Objektif : hasil laboratorium tes Mantoux pada penderita TB paru
Hasil tes Mantoux % Jumlah penderita TBC
Tes Mantoux (+) 35,76 59
Tes Mantoux (-) 64,24 106

Hasil tes Mantoux pada penderita TB paru lebih banyak memberi hasil
negatif yaitu 106 penderita (64,24%) sedangkan hasil positif yaitu 59
orang penderita (35,76%). Hal ini terjadi mungkin karena penderita di tes
Mantoux saat masih dalam masa inkubasi sehingga reaksi tuberkulin
belum bisa mendeteksi adanya infeksi tuberkulosis. (dr. Nursyamsi & dr.
Mariani Rasjid HS, 2011)

3. Asesmen : Pengobatan farmakologi dan non farmakologi

a. Farmakologi : Pengobatan farmakologi dapat diberikan obat dosis


harian (mg/kgbb/hari) dan dosis 2x/ minggu (mg/kgbb/hari) serta dosis
3x/minggu (mg/kgbb/hari), namun yang pada penelitian ini hanya dosis
harian yaitu : isoniasid 5-15 (maks 300 mg), 15-40 (maks 900 mg),
rifampisin 10-20 (maks 600 mg), pirasinamid 15-40 (maks 2 mg),
streptomisin 15-40 (maks 1 mg), etambulol 15-25 (maks 2,5 mg) (Depkes
RI, 2007).

b. Non farmakologi : Salah satu terapi non farmakologis yang bisa


dilakukan untuk menurunkan sesak napas pada pasien TB paru adalah
dengan mengatur posisi pasien dengan semi fowler. Dengan menggunakan
posisi semi fowler yaitu menggunakan gaya gravitasi untuk membantu
pengembangan paru dan mengurangi tekanan dari visceral-visceral
abdomen pada diafragma sehingga diafragma dapat terangkat dan paru
akan berkembang secara maksimal dan volume tidal paru akan terpenuhi.
Dengan terpenuhinya volume tidal paru maka sesak nafas dan penurunan
saturasi oksigen pasien akan berkurang. Posisi semi fowler biasanya
diberikan kepada pasien dengan sesak nafas yang beresiko mengalami
penurunan saturasi oksigen, seperti pasien TB paru, asma, PPOK dan
pasien kardiopulmonari dengan derajat kemiringan 30– 45° (Wijayati et
al., 2019).
4. Plening: Setelah mendapatkan persetujuan peneliti langsung melakukan intervensi
yang terlebih dahulu menghitung frekuensi pernafasan yang dilanjutkan
dengan melakukan intervensi memberikan posisi semi fowler sesuai
dengan lembaran formulir performance intervensi posisi semi fowler,
kemudian menanyakan kepada pasien apakah pasien merasa nyaman,
apakah ada perubahan sesak yang dirasakan pasien.terutama apakah pasien
merasa sesak dan dada terasa berat, setelah nya menghitung kembali
frekuensi pernafasan. (Wijayati et al., 2019).

Dafrat pustaka :

Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, 2006.Jakarta.

Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, 2007.Jakarta.

dr. Nursyamsi & dr. Mariani Rasjid HS, 2011. TBC dengan tes mantoux di bagian
ilmu kesehatan anak rsu prof. dr.r.d.kandou manado periode 2001 –
2006.

Wijayati, S., Ningrum, D. H., & Putrono, P. (2019). Pengaruh Posisi Tidur Semi
Fowler 45 ° terhadap Kenaikan Nilai Saturasi Oksigen pada Pasien
Gagal Jantung Kongestif di RSUD Loekmono Hadi Kudus. Medica
Hospitalia; Journal of Clinical Medicine, 6(1), 13–19

Anda mungkin juga menyukai