Anda di halaman 1dari 5

Definisi

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium


tuberkulosis yang sampai saat ini menjadi masalah kesehatan penting di dunia.1 Penyakit
tuberkulosis dapat diklasifikasikan, yaitu tuberkulosis paru dan tuberkulosis ekstra paru (Nur
et al., 2016).

Epidemiologi

World Health Organization (WHO) mendeklarasikan TB sebagai global health


emergency karena lebih kurang 1/3 penduduk dunia terinfeksi Mycobacterium tuberculosis
dengan ditemukan kasus baru secara total diperkirakan 7,96 juta (rentang 6,3 ‐11,1 juta)
dengan 3,52 juta (44%) merupakan kasus menular (rentang 2,8‐4,9 juta) dengan kuman
positif (smear positive) dan sekitar 16,2 juta (12,1‐22,5 juta) kasus tercatat sebagai pasien
TB. 9,10 Diperkirakan 1 kematian setiap 15 detik (>2 juta/tahun). Tanpa pengobatan 60%
kasus Tb akan meninggal (Nur et al., 2016).

Jumlah penderita TB paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat dan
menempatkan Indonesia sebagai peyumbang TB paru terbesar ketiga di dunia. Menurut
laporan WHO, penderita Tb paru di Indonesia pada tahun 2009 sebanyak 294.731 orangdan
pada tahun 2012 jumlah penderita Tb paru meningkat cukup tajam yaitu 583.000 orang. Di
Provinsi Lampung, angka BTA positif pada tahun 2003‐2012 cenderung meningkat,
sedangkan angka konversi dan kesembuhan nampak berfluktuatif naik turun. Pada tahun
2012 angka penemuan kasus (CDR) Tb belum mencapai target >70%, sedangkan untuk
angka kesembuhan telah mencapai target >85%. Di Pesawaran untuk angka kesembuhan
masih di bawah target yaitu hanya 33,02% (Nur et al., 2016).

Faktor resiko

Penularan penyakit TB bisa disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu kebiasaan buruk
pasien TB paru yang meludah sembarangan, kebersihan lingkungan yang tidak terjaga, rumah
yang kurang baik pada ventilasinya sehingga menimbulkan kondisi lembab akibat kurang
lancarnya pergantian udara dan sinar matahari dapat membantu berkembang biaknya bakteri.
Oleh karena itu, orang sehat yang serumah dengan penderita TB paru merupakan kelompok
yang sangat rentan terhadap penularan penyakit tersebut, Faktor risiko yang paling banyak
didapatkan adalah merokok, ditemukan pada 41 (25%) pasien; faktor risiko lain yang
teridentifikasi adalah diabetes mellitus pada 8 pasien (4,8%); dan HIV/ AIDS pada 1 pasien
(0,6%). (Nur et al., 2016).

Diagnosis

Diagnosis TB dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan


bakteriologi, dan radiologi (Nur et al., 2016), yaitu:

1. Gejala Klinis
Gejala klinis pada TB dibagi menjadi gejala respiratorius dan sistemik. Gejala
respiratorius yang timbul seperti batuk >2 minggu, batuk darah, sesak nafas, nyeri
dada. Sedangkan untuk gejala sistemik yang timbul seperti demam, malaise, keringat
malam, anoreksia dan berat badan menurun
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik,
suara napas melemah, ronki basah, tanda‐tanda penarikan paru, diafragma dan
mediastinum.
3. Pemeriksaan Penunjang
Bahan untuk pemeriksaan bakteriologik ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura,
liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar
(bronchoalveolar lavage/BAL), urin, feses, dan jaringan biopsi. Pengumpulan dahak
dilakukan sebanyak tiga kali yaitu sewaktu/spot (dahak sewaktu saat kunjungan),
dahak pagi (keesokan harinya), sewaktu/spot (pada saat mengantarkan dahak pagi).
Kemudian spesimen tersebut diberikan pewarnaan Ziehl Nielsen. Interpretasi dari
hasil pemeriksaan mikroskopis sebagai berikut:

Tabel 1. Interpretasi pemeriksaan mikroskopis


Interpretasi hasil pemeriksaan yang ditemukan berdasarkan International Union
Against Tuberculosis and Lung Tuberculosis(IUATLD) adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Berdasarkan IUATLD

Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan adalah foto toraks PA dengan atau tanpa
fotolateral. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi gambaran
bermacam‐macam bentuk (multiform). Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai
lesi TB aktif:
 Bayangan berawan/ nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru
dan segmen superior lobus bawah
 Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau
nodular
 Bayangan bercak milier
 Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)

Penatalaksanaan

 Non Medikamentosa: Penyuluhan terkait higiene perorangan dan lingkungan,


penyuluhan cara batuk dan membuang sputum yang benar, pengobatan secara tepat
dan benar, serta harus adanya PMO agar pengobatan dapat diawasi dan berjalan
dengan baik dan menatalaksana pasien dengan modifikasi gaya hidup berupa
penggunaan masker dalam beraktifitas sehari‐hari, konsumsi makanan yang seimbang
dan penuh dengan vitamin, menjaga kebersihan, kelembapan dan pencahayaan di
dalam rumah, dan latihan fisik atau olah raga teratur(Warganegara & Apriliana,
2016).
 Medikamentosa: Obat Anti TB (OAT) Kombinasi Dosis Tetap (KDT) dewasa. Dosis
yang diberikan sesuai dengan berat badan pasien, yaitu 40 kg maka obat yang
diberikan adalah 3 tablet OAT (1 tablet mengandung Rifampisin 150 mg, Isoniazid
100 mg, dan Pirazinamid 400 mg, serta etambutol 275 mg) setiap harinya selama dua
bulan pertama. Streptomisin injeksi setiap minggu dengan dosis 1000 mg disertai
pemberian Piradoksil (B12) 2x1 tablet (Warganegara & Apriliana, 2016).
Daftar Pustaka

Nur, R., Siregar, I., & Warganegara, E. (2016). Kasus Lelaki 50 Tahun dengan Tuberkulosis
Paru. Jurnal Medula, 5(2), 75–80.
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/view/1512

Warganegara, R. K., & Apriliana, E. (2016). Penatalaksanaan Tuberkulosis Paru Kasus Lalai
Pengobatan pada Wanita Usia 25 Tahun di Kelurahan Karang Anyar. J Medula Unila, 5
No.2, 91–97.

Anda mungkin juga menyukai