PENDAHULUAN
1
nnya mengalami kecacatan yang permanen dan membutuhkan bantuan untuk aktiv
itas kesehariannya 1
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena
serangan stroke, sekitar 2,5 % dari 500.000 penderita atau 125.000 orang meningg
al, dan sisanya cacat ringan maupun berat. Secara umum, dapat dikatakan angka k
ejadian stroke adalah 200 per 100.000 penduduk. Dalam satu tahun, di antara 100.
000 penduduk, maka 200 orang akan menderita stroke Sekitar 795.000 orang di
Amerika Serikat mengalami stroke setiap tahunnya, dimana sebagian besar menga
lami penyakit stroke untuk yang pertama kalinya dan sebagian kecil mengalami pe
nyakit stroke yang berulang. Lebih dari 140.000 orang meninggal setiap tahunnya
akibat stroke, data tersebut menunjukkan terdapat 4 orang setiap menitnya yang m
eninggal karena stroke. Stroke dikatakan sebagai penyebab kematian ketiga terseri
ng di negara maju, setelah penyakit jantung dan kanker. Insidensi tahunan adalah
2 per 1000 populasi. Mayoritas stroke adalah infark serebral 1
Jumlah penderita penyakit stroke di Indonesia tahun 2013 berdasarkan dia
gnosis tenaga kesehatan diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang (7,0%), sedangka
n penderita yang menunjukkan gejala stroke diperkirakan sebanyak 2.137.941 ora
ng (12,1%) (Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI,2014). Dalam tin
jauan sistematis dari 36 studi epidemiologi berbasis populasi, tingkat kejadian stro
ke hemoragik per 100.000 orangtahun adalah 51,8% pada orang Asia, 24,2% di W
hites, 22,9% di Blacks, dan 19,6% di Hispanik1
2
BAB II
LAPORAN KASUS
3
ntah (-) , sakit kepala (- ), kejang (-) , keluhan nyeri dada (-), nafsu
makan (-), saat makan tidak tersedak, kaki kiri mengeluh sakit.
Bicara pelo (+).
3. Riwayat Penyakit Dahulu
HT (+) , DM (-), Riwayat stroke sebelumnya (-), jantung tidak
rutin kontrol
4. Riwayat Pengobatan (-)
5. Riwayat Alergi (-)
6. Riwayat Trauma
Tidak ada riwayat trauma sebelumnya
7. Riwayat Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang menderita sakit yang sama seperti
pasien
8. Riwayat kebiasaan (-)
C. OBYEKTIF (O)
1. Tanda Vital
a. Tensi : 182/93 mmHg
b. Nadi : 110x/menit, regular, pulsasi kuat
c. RR : 20x/menit
d. Suhu : 36.6° C
2. Status Generalis
a. Kepala : a/i/c/d : -/-/-/-
b. Leher : Pembesaran tyroid & KGB : -/-
c. Paru-paru : Vesikuler : +/+, Rhonki -/ - , Wheezing : -/-
d. Jantung : Suara S1S2 tunggal regular, murmur : -,
Gallop : -
e. Abdomen : Supel, Nyeri tekan (-), Bising Usus + (Nor
mal)
f. Hepar &Lien : Tidak ada pembesaran
g. Ekstremitas : Akral hangat (+), Edema (-), CRT < 2 dtk.
4
3. Status Neurologis
a. Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran
Kualitatif : Compos mentis
Kuantitatif : G C S : E4 – Vx- M6
b. Pembicaraan
Disartri : (+)
Monoton : (-)
Scanning : (-)
Afasia :
Motorik : (-)
Sensorik : (-)
Konduksi : (-)
Global : (-)
Transkortikal motoric : (+)
Transkortikal sensorik : (-)
Transkortikal campuran : (-)
Amnestik (anomik) : (-)
c. Kepala
Bentuk /besar : Normochepali
Asimetris : (-)
Sikap paksa : (-)
Torticollis : (-)
d. Muka
Mask (Topeng) : (-)
Myopathik : (-)
Fullmoon : (-)
Lain – lain : (-)
5
D. Pemeriksaan Khusus
1. Rangsangan Selaput Otak
a. Kaku Kuduk : (-)
b. Laseque Test : (-)
c. Kernig Test : (-)
d. Brudzinski Tanda Leher : (-)
e. Brudzinski Tungkai Kontra lateral : (-)
f. Brudzinski Tanda Pipi : (-)
g. Brudzinski Tanda simpisis pubis : (-)
2. Saraf Otak
a. Nervus I KANAN KIRI
Anosmia Tidak dievaluasi
Hiposmia Tidak dievaluasi
Parosmia Tidak dievaluasi
Halusinasi Tidak dievaluasi
b. Nervus II KANAN KIRI
Visus ODS > 3/60
Yojaya penglihatan Tidak dievaluasi
Nistagmus (-) (-)
Funduskopi Tidak dievaluasi
c. Nervus III , IV , VI KANAN KIRI
Kedudukan bola mata Tengah
Tengah
Pergerakan bola mata
Ke nasal (+) (+)
Ke temporal atas (+) (+)
Ke bawah (+) (+)
Ke atas (+) (+)
Ke temporal bawah (+) (+)
Celah mata (ptosis) (-) (-)
Pupil
Bentuk Bulat Bulat
6
Lebar 3mm 3mm
Letak Sentral Sentral
Perbedaan lebar Isokor Isokor
Refleks cahaya langsung Miosis Miosis
Refleks cahaya tdk langsung Miosis Miosis
Refleks akomodasi (+) (+)
Refleks konvergensi Tidak dievaluasi
d. Nervus V KANAN KIRI
Cabang motorik
Otot masseter (+) simetris
Otot temporal (+) simetris
Otot pterygoideus int/ext (+) simetris
Merapatkan Gigi Dapat melakukan
Menggoyangkan Rahang Dapat melakukan
Refleks kornea langsung Tidak dievaluasi
Refleks kornea konsensuil Tidak dievaluasi
e. Nervus VII KANAN KIRI
Waktu diam
Kerutan dahi (+) (+)
Tinggi alis Simetris
Sudut mata Simetris
Lipatan nasolabial (+) (+)
Waktu gerak
Mengerut dahi (+) (+)
Menutup mata (+) (+)
Bersiul (+) (+)
Mengembungkan pipi (+) (+)
Pengecapan 2/3 depan lidah Tidak dievaluasi
Hyperakusis Tidak dievaluasi
Sekresi air mata Tidak dievaluasi
7
f. Nervus VIII KANAN KIRI
Vestibular
Vertigo (-) (-)
Nistagmus ke (-) (-)
Tinnitus aureum (-) (-)
Cochlear
Weber Tidak dievaluasi
Rinne Tidak dievaluasi
Schwabach Tidak dievaluasi
Tuli konduktif Tidak dievaluasi
Tuli perseptif Tidak dievaluasi
g. Nervus IX , X
Bagian Motorik
Suara biasa / parau / tak bersuara : Suara biasa
Menelan : (+)
Kedudukan arcus pharynx : Simetris
Kedudukan uvula : Tengah
Pergerakan arcus pharynx / uvula : Terangkat +/+
Bagian sensorik
Refleks muntah (pharynx) : tidak dievaluasi
Refleks pallatum molle : tidak dievaluasi
h. NERVUS XI KANAN KIRI
Mengangkat bahu (+) (+)
Memalingkan kepala (+) (+)
i. NERVUS XII KANAN KIRI
Kedudukan lidah
Waktu istirahat ke + -
Waktu gerak ke + -
Atrofi (-) (-)
Fasikulasi / tremor (-) (-)
Kekuatan lidah menekan kuat kuat
8
Bicara Pelo : (+)
9
Refleks Patologis
Hoffman (-) (-)
Tromner (-) (-)
SENSIBILITAS
Eksteroseptik
Rasa nyeri superficial Tidak dievaluasi
Rasa suhu Tidak dievaluasi
Rasa raba ringan Tidak dievaluasi
Proprioseptik
Rasa getar Tidak dievaluasi
Rasa tekan Tidak dievaluasi
Rasa nyeri tekan Tidak dievaluasi
Rasa gerak dan posisi Tidak dievaluasi
Enteroseptik
Refered pain Tidak dievaluasi
Rasa kombinasi
Stereognosis Tidak dievaluasi
Barognosis Tidak dievaluasi
Grapestesia Tidak dievaluasi
Sensory extinction Tidak dievaluasi
Loss of body image Tidak dievaluasi
Two point tactile discrimination Tidak dievaluasi
10
Konsistensi padat kenyal padat kenyal
Perkusi
Normal normal normal
Reaksi myotonik (-) (-)
Motorik
Tungkai KANAN KIRI
Flexi artic coxae (tungkai atas) : 0 5
Extensi artic coxae (tungkai atas) : 0 5
Flexi sendi lutut (tungkai bawah) : 0 5
Extensi sendi lutut (tungkai bawah) : 0 5
Flexi plantar kaki : 0 5
Ekxtensi dorsal kaki : 0 5
Gerakan jari-jari : 0 5
Tonus otot tungkai
Hypotoni (-) (-)
Spastik (-) (-)
Rigid (-) (-)
Rebound Phenomenon (-) (-)
Refleks fisiologis
KPR (+3) (+2)
APR (+3) (+2)
Refleks patologis
Babinski (+) (-)
Chaddok (-) (-)
Oppenheim (-) (-)
Gordon (-) (-)
Gonda (-) (-)
Schaffer (-) (-)
Rossolimo (-) (-)
Mendel-Bechterew (-) (-)
Stransky (-) (-)
11
SENSIBILITAS
Eksteroseptik
Rasa nyeri superficial Tidak dievaluasi
Rasa suhu Tidak dievaluasi
Rasa raba ringan Tidak dievaluasi
Proprioseptik
Rasa getar Tidak dievaluasi
Rasa tekan Tidak dievaluasi
Rasa nyeri tekan Tidak dievaluasi
Rasa gerak dan posisi Tidak dievaluasi
Enteroseptik
Refered pain (-) (-)
Rasa kombinasi
Stereognosis Tidak dievaluasi
Barognosis Tidak dievaluasi
Grapestesia Tidak dievaluasi
Sensory extinction Tidak dievaluasi
Loss of body image Tidak dievaluasi
Two point tactile discrimination Tidak dievaluasi
4. Badan
Inspeksi : Normal
Palpasi
Otot perut : Dalam Batas Normal
Otot pinggang : Dalam Batas Normal
Kedudukan diafragma: gerak : simetris
istirahat : simetris
Perkusi
Thorax : sonor / sonor
Abdomen : Timpani / timpani
Auskultasi
Thorax : vesikuker / vesikuler
Bising usus : (+) normal
12
Motorik
Gerak Cervical vertebrae
Fleksi : Tidak dievaluasi
Ekstensi : Tidak dievaluasi
Rotasi : Tidak dievaluasi
Lateral deviation : Tidak dievaluasi
Gerakan dari tubuh
Membungkuk : Tidak dievaluasi
Ekstensi : Tidak dievaluasi
Lateral deviation : Tidak dievaluasi
Refleks-refleks
Refleks dinding abdomen : Normal
Refleks interscapula : Tidak dievaluasi
Refleks gluteal : Tidak dievaluasi
Refleks cremaster : Tidak dievaluasi
5. Kolumna Vertebralis
Kelainan lokal
Skoliosis : (-)
Kifosis : (-)
Kifoskoliosis : (-)
Gibbus : (-)
Nyeri tekan/ketok lokal : (-)
Nyeri tekan sumbu : (-)
Nyeri tarik sumbu : (-)
Besar otot
Atrofi : (-)
Pseudohipertrofi : (-)
Respon terhadap perkusi : Normal
Reaksi myotonik : Tidak dievaluasi
Palpasi otot
Nyeri : (-)
Kontraktur : Tidak dievaluasi
13
6. Gerakan-gerakan involunter
Tremor
Waktu istirahat : (-)
Waktu gerak : (-)
Chorea : (-)
Athetose : (-)
Myokloni : (-)
Ballismus : (-)
Torsion spasme : (-)
Fasikulasi : (-)
Myokymia : (-)
7. Gait dan keseimbangan
Koordinasi
Jari tangan-jari tangan : Tidak dievaluasi
Jari tangan-hidung : Tidak dievaluasi
Ibu jari kaki-tangan : Tidak dievaluasi
Tumit-lutut : Tidak dievaluasi
Pronasi-supinasi : Tidak dievaluasi
Tapping dgn jari-jari tangan : Tidak dievaluasi
Tapping dgn jari-jari kaki : Tidak dievaluasi
Gait
Jalan diatas tumit : Tidak dievaluasi
Jalan diatas jari kaki : Tidak dievaluasi
Tandem walking : Tidak dievaluasi
Jalan lurus lalu berputar : Tidak dievaluasi
Jalan mundur : Tidak dievaluasi
Hoping : Tidak dievaluasi
Berdiri dengan satu kaki : Tidak dievaluasi
Test Romberg : Tidak dievaluasi
8. Fungsi Luhur
Apraxia : Tidak dievaluasi
Alexia : Tidak dievaluasi
14
Agraphia : Tidak dievaluasi
Fingeragnosia : Tidak dievaluasi
Membedakan kanan dan kiri : Tidak dievaluasi
Acalculia : Tidak dievaluasi
9. Refleks-refleks Primitif
Grasp reflex : Tidak dievaluasi
Snout reflex : Tidak dievaluasi
Sucking reflex : Tidak dievaluasi
Palmo-mental refleks : Tidak dievaluasi
10. Susunan Saraf Otonom
Miksi : normal
Salivasi : normal
Gangguan Tropik
Kulit : (-)
Rambut : (-)
Kuku : (-)
Defekasi : normal
Gangguan vasomotor : (-)
Sekresi keringat : normal
Ortostatik hipotensi : (-)
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi
Kesimpulan : Dalam Batas Normal
2. CT-Scan Kepala (-)
3. EKG
4. Laboratorium
Hasil Nilai Rujukan
Darah Lengkap
Gula darah stick 93 mg/dl
Hb 14,6g/dl 13-18 g/dl
15
Lekosit 10,380 /cmm 4.000-11.000/cmm
Trombosit 241.000/cmm 150.000-450.000 /cmm
Elektrolit
Kalsium 1,0 mmol/L 1,12-1,32 mmol/L
Klorida 105,2 mmol/L 96,0-106,0 mmol/L
Kalium 3,6 mmol/L 3,6-5,5 mmol/L
Natrium 137,3 135-155 mmol /L
mmol /L
FUNGSI HATI
Alkai Fosfatase 71 60/170 U/I
Bilirubin Direct 0.35 <0,5 mg/dl
Bilirubin Total 0.67 <1 mg/dl
SGOT 31 <31 U/I
SGPT 19 <31 U/I
LD
CHOLESTEROL 173 <200 mg/dl
HDL 40 >35-55 mg/dl
LDL 117 <150 mg/dl
TRIGLYSERIDA 83
RFT
BUN 15.4 10-20 mg/dl
SC 01,6 0,5-1,7mg/dl
UA 6.7
F. Skoring
SIRIRAJ STROKE SCORE:
(2,5 x kesadaran) + (2 x sakit kepala) + ( 2 x muntah) + (0,1 x
diastol) – (3 x atheroma) - 12 = (2,5 x 0) + (2 x 0) + ( 2 x 0) + (0,1
x 93) – (3x1) - 12 = 0+0+0+9,3-3-12 = -5,7 (Stroke infark )
16
G. Resume
1. Anamnesa
Pasien datang ke IGD RSUD Moh. Saleh dengan keluhan seluruh badan
terasa lemas. Tidak mau makan sejak 1 minggu lalu. Sebelumnya 1 bulan
lalu separuh badan kanan tidak bias digerakkan , Muntah (-) , sakit kepala
(- ), kejang (-) , keluhan nyeri dada (-), nafsu makan (-), saat makan tidak t
ersedak, kaki kiri mengeluh sakit. Bicara pelo (+).
2. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda Vital
Tensi : 182/93 mmHg
Nadi : 110 x/menit, regular, pulsasi kuat
RR : 20 x/menit
Suhu : 36.6 ° C
b. Status Generalis
Kepala : a/i/c/d = (-/-/-/-)
Leher : Pembesaran tyroid & KGB (-/-)
Paru-paru : Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung : Suara S1S2 tunggal regular, murmur (-), Gallop (-)
Abdomen : Supel, Nyeri tekan (-), Bising Usus (+) (Normal)
Hepar & Lien : Tidak ada pembesaran
Ekstremitas : Akral hangat (+), Edema (-) CRT < 2 dtk.
c. Status Neurologi
Kesadaran : GCS 4,x,6 (composmentis)
Pembicaraan : Afasia
Meningeal sign : (-)
Nervus Kranialis
N I,N II : tidak di evaluasi
N III, N IV, N IV : Dalam batas normal
NV : tidak di evaluasi
N VII : Dalam batas normal
N VIII : Tidak ada gangguan pendengaran
N IX, N X : Dalam batas normal
17
N XI : Dalam batas normal
N XII : parese N XII tipe central
Motorik
Kekuatan Motorik : 0 5
0 5
f. Sensoris
Dalam Batas Normal
g. Refleks Fisiologis : BPR +3/+2 KPR +3/+2
TPR +3/+2 APR +3/+2
g. Refleks Patologis
Babinski (+) ()
Chaddok (-) (-)
Oppenheim (-) (-)
Gordon (-) (-)
Gonda (-) (-)
Schaffer (-) (-)
Rossolimo (-) (-)
Mendel-Bechterew (-) (-)
Stransky (-) (-)
Hoffman (-) (-)
Trommer (-) (-)
3. Pemeriksaan Penunjang
Foto Thorax : Dalam Batas Normal
CT- Scan :-
EKG :-
H. Diagnosis Banding
1. Stroke
2. Tumor otak
3. Abses otak
4. Trauma kepala
18
5. Meningitis
I. Assesment
1. Diagnosis Klinis : hemiplegi Dextra , HT , parese XII tipe
Central, afasia
2. Diagnosis Topis : Hemisfer cerebri Sinistra, subkortikal
3. Diagnosis Etiologi : Stroke infark
J. PLANNING
1. Umum
Evaluasi 5B
2. Infus
NaCl 0,9% 14 tpm
3. Injeksi
Citicolin 250 mg 2dd
Omeprazole 40mg 2dd
4. Per-Oral
Syr. Sanmol 1 g 3dd CI
CPG 75 mg o.merit pc
K. Edukasi
1. Melakukan pergerakan untuk mencegah dekubitus (miring kiri/miring
kanan setiap 2 jam).
2. Melakukan head up 30o
3. KIE keluarga mengenai hasil Lab dan CT Scan kepala
4. Kontrol HT secara rutin
L. Monitoring
1. Monitor keluhan pasien
2. Memantau status neurologis
3. Memantau tanda vital
4. Observasi kekuatan otot
C. Prognosis
19
Dubia ad bonam
20
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Stroke didefinisikan sebagai gangguan suplai darah ke otak yang bi
asanya disebabkan adanya sumbatan oleh gumpalan darah. Hal ini menyeb
abkan gangguan pasokan oksigen dan nutrisi diotak sehingga terjadi kerus
akan jaringan otak. Stroke juga dikatakan sebagai gangguan fungsi syaraf
akut yang disebabkan karena gangguan peredaran darah otak secara menda
dak (dalam hitungan detik) atau secara cepat (dalam hitungan jam) timbul
gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal yang terganggu.1
B. Patofisologi
Patologi stroke diklasifikasikan sebagai stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Stroke iskemik lebih sering ditemukan daripada stroke
hemoragik. Penelitian yang dilakukan Hsieh et_al., di Taiwan pada 30.599
pasien stroke, memperlihatkan proporsi stroke iskemik 74,0% dan stroke
hemoragik 26,0%. Stroke iskemik atau stroke non hemoragik adalah
kematian jaringan otak karena gangguan aliran darah ke daerah otak, yang
disebabkan oleh tersumbatnya arteri serebral atau servikal atau yang
kurang mungkin tersumbat, vena serebral. [8] Klasifikasi stroke iskemik
yang sering digunakan pada penelitian untuk mengklasifikasikan subtipe
stroke iskemik adalah klasifikasi Trial of ORG 10172 in Acute Stroke
Treatment (TOAST), yaitu (1) aterosklerosis pembuluh darah besar, (2)
kardioembolik, (3) lakunar, (4) penyebab lain, dan (5) tidak diketahui
penyebabnya.2
Penelitian yang dilakukan Hsieh et al., memperlihatkan bahwa
stroke dengan aterosklerosis pembuluh darah besar (27,7%), lakunar
(37,7%), kardioembolik (10,9%), penyebab lain (1,5%) dan tidak
diketahui Penyebabnya (22,2%). Stroke iskemik dengan aterosklerosis
pada pembuluh darah besar dan stroke lakunar adalah jenis patologi yang
utama 2
21
C. Gejala dan tanda stroke
Mempertimbangkan stroke pada beberapa pasien dengan defisit neurologis
akut atau penurunan kesadaran. Tanda gejala umum stroke meliputi:3
1. Onset mendadak hemiparese, monoparese, atau (sangat jarang)
quadriparese
2. Defisit hemisensorik
3. Defisit lapang pandang monocular atau binocular
4. Diplopia
5. Disarthria
6. Kelemahan otot wajah unilateral
7. Ataksia
8. Vertigo (sangat jarang muncul sebagai gejala tunggal)
9. Nystagmus
10. Afasia
11. Penurunan kesadaran mendadak
Meskipun tanda-gejala diatas dapat terjadi sebagai gejala tunggal
(isolated), namun lebih sering terjadi sebagai kombinasi. Tidak ada tanda
khas riwayat untuk membedakan stroke iskemik dengan stroke hemoragik,
namun karena efek space-occupying lesion yang akut dari stroke
hemoragik, pada stroke hemoragik sering ditemukan gejala mual, muntah,
nyeri kepala dan penurunan kesadaran3
Stroke pada pasien usia muda harus ditelusuri informasi mengenai
riwayat trauma kepala, koagulopati, penggunaan zat-obat (seperti kokain),
nyeri kepala migraine atau penggunaan kontrasepsi oral.
Dengan ketersediaan opsi reperfusi (fibrinolotik dan terapi
nedovaskular) untuk stroke iskemik akut pada pasien tertenti, dokter harus
mampu melakukan pemeriksaan neurologis dengan tepat pada pasien
dengan sindroma stroke. Tujuan pemeriksaan neurologis pada pasien
stroke iskemik akut meliputi: 3
a. Mengkonfirmasi adanya gejala stroke (defisit neurologis)
b. Membedakan stroke dengan stroke mimic
22
c. Menetapkan baseline neurologis, dengan observasi
peningkatan ataupun penurunan kondisi umum pasien
d. Menetapkan derajat keparahan stroke, menggunakan skor
dan pemeriksaan neurologis terstruktur yaitu National
Institures of Health Stroke Scale (NIHSS), untuk
menentukan prognosis dan pilihan terapi.
Untuk pemeriksaan neurologis tentu harus difokuskan pada kondisi
pasien stroke iskemik akut. 9
Komponen penting pemeriksaan neurologis pasien dengan
sindroma stroke meliputi: 3
a. Pemeriksaan status mental dan Glascow Coma Scale (GCS)
b. Pemeriksaan saraf cranial
c. Fungsi motoric
d. Fungsi sensorik
e. Fungsi cerebellum
f. Gait (gaya berjalan)
g. Refleks tendon
h. Kemampuan bahasa ekspresif dan reseptif
i. Tanda meningeal
D. Diagnosa
Cara membedakan jenis patologi stroke dapat dilakukan
pemeriksaan neuroimaging (CT Scan kepala atau MRI). Stroke dengan
lesi yang luas, misalnya di daerah kortikal atau ganglia basalis, gambaran
abnormal CT scan kepala baru akan muncul setelah 1-3 jam. Pemeriksaan
CT Scan kepala dilakukan dalam 24 jam pertama sejak admisi pasien ke
rumah sakit. 2
Diagnosis stroke akut dapat ditegakkan dengan lebih cepat dan
akurat dengan menggunakan MRI terkini (resolusinya lebih tinggi,
munculnya gambaran abnormal lebih cepat, dan dapat menilai lesi di
batang otak). Jika penampakan tidak khas atau tidak menunjukkan stroke,
maka seorang klinisi harus tetap menganggap itu adalah stroke dan
23
dilanjutkan dengan penentuan apakah pasien adalah calon untuk
mendapatkan terapi akut. 2
Ada 4 komponen untuk merawat pasien – pasien stroke iskemik akut 2
1. Terapi akut dan optimalisasi status neurologis
2. Penentuan etiologi untuk melakukan pencegahan sekunder
3. Pencegahan kerusakan neurologis atau komplikasi-komplikasi
medis
4. Pemulihan dan rehabilitasi
Penggunaan neuroimaging sebagai alat diagnosis standar untuk
stroke sangat tergantung dari ketersediaan alat tersebut dan ada tidaknya
dokter ahli yang kompeten untuk menginterprestasikan hasil pemeriksaan.
E. Penatalaksanaan
Tujuan terapi adalah memulihkan perfusi ke jaringan otak yang
mengalami infark dan mencegah serangan stroke berulang. Terapi dapat
menggunakan Intravenous recombinant tissue plasminogen activator
(rtPA) yang merupakan bukti efektivitas dari trombolisis, obat
antiplatelet dan antikoagulan untuk mencegah referfusi pada pasien
stroke iskemik. 2
1. Intravenous recombinant tissue plasminogen activator (rt-PA)
Obat ini juga disebut dengan rrt PA, t-PA, tPA, alteplase
(nama generik), atau aktivase atau aktilise (nama dagang).
Pedoman terbaru bahwa rt-PA harus diberikan jika pasien
memenuhi kriteria untuk perawatan. Pemberian rt-PA intravena
antara 3 dan 4,5 jam setelah onset serangan stroke telah terbukti
efektif pada uji coba klinis secara acak dan dimasukkan ke dalam
pedoman rekomendasi oleh Amerika Stroke Association
(rekomendasi kelas I, bukti ilmiah level B) dan European Stroke
Organisation (rekomendasi kelas I, bukti ilmiah level A).
Penentuan penyebab stroke sebaiknya ditunda hingga setelah
memulai terapi rt-PA. Dasar pemberian terapi rt-PA menyatakan
pentingnya pemastian diagnosis sehingga pasien tersebut benar –
benar memerlukan terapi rt-PA, dengan prosedur CT scan kepala
24
dalam 24 jam pertama sejak masuk ke rumah sakit dan membantu
mengeksklusikan stroke hemoragik.,10
2. Terapi antiplatelet
Pengobatan pasien stroke iskemik dengan penggunaan
antiplatelet 48 jam sejak onset serangan dapat menurunkan risiko
kematian dan memperbaiki luaran pasien stroke dengan cara
mengurangi volume kerusakan otak yang diakibatkan iskemik dan
mengurangi terjadinya stroke iskemik ulangan sebesar 25%.
Antiplatelet yang biasa digunakan diantaranya aspirin,
clopidogrel. Kombinasi aspirin dan clopidogrel dianggap untuk
pemberian awal dalam waktu 24 jam dan kelanjutan selama 21
hari. Pemberian aspirin dengan dosis 81 – 325 mg dilakukan pada
sebagian besar pasien. Bila pasien mengalami intoleransi terhadap
aspirin dapat diganti dengan menggunakan clopidogrel dengan
dosis 75 mg per hari atau dipiridamol 200 mg dua kali sehari. 2,9
3. Terapi antikoagulan
Terapi antikoagulan sering menjadi pertimbangan dalam
terapi akut stroke iskemik, tetapi uji klinis secara acak
menunjukkan bahwa antikoagulan tidak harus secara rutin
diberikan untuk stroke iskemik akut. Penggunaan antikoagulan
harus sangat berhati-hati. Antikoagulan sebagian besar digunakan
untuk pencegahan sekunder jangka panjang pada pasien dengan
fibrilasi atrium dan stroke kardioemboli. Terapi antikoagulan
untuk stroke kardioemboli dengan pemberian heparin yang
disesuaikan dengan berat badan dan warfarin (Coumadin) mulai
dengan 5-10 mg per hari. Terapi antikoagulan untuk stroke
iskemik akut tidak pernah terbukti efektif. Bahkan di antara pasien
dengan fibrilasi atrium, tingkat kekambuhan stroke hanya 5 – 8%
pada 14 hari pertama, yang tidak berkurang dengan pemberian
awal antikoagulan akut. 2,8
25
BAB IV
KESIMPULAN
1.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,
maka dapat ditegakkan diagnosis klinis pasien yaitu hemiparese Dextra, HT , pare
se XII tipe central . Diagnosis Topis pasien Hemisfer cerebri sinistra, subkortikal.
Diagnosis etiologi pasien adalah stroke Infark
Diagnosis stroke akut dapat ditegakkan dengan lebih cepat dan akurat den
gan menggunakan MRI terkini (resolusinya lebih tinggi, munculnya gambaran ab
normal lebih cepat, dan dapat menilai lesi di batang otak).
Terapi yang diberikan pada pasien adalah evaluasi 5B, Infus NaCl 0,9% 1
4 tpm, Injeksi Citicolin 250 mg 2dd, Injeksi Omeprazole 40 mg 2dd, Syr Sanmol
1g 3dd CI, CPG 75 mg o.merit pc.
26
DAFTAR PUSTAKA
27