Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

Stroke didefinisikan sebagai gangguan suplai darah ke otak yang biasanya


disebabkan adanya sumbatan oleh gumpalan darah. Hal ini menyebabkan ganggua
n pasokan oksigen dan nutrisi diotak sehingga terjadi kerusakan jaringan otak. Str
oke juga dikatakan sebagai gangguan fungsi syaraf akut yang disebabkan karena g
angguan peredaran darah otak secara mendadak (dalam hitungan detik) atau secar
a cepat (dalam hitungan jam) timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah f
okal yang terganggu. 1
Stroke terbagi dalam dua tipe, tipe pertama adalah stroke iskemik disebabk
an kurangnya suplai darah ke otak dikarenakan menyempitnya atau tersumbatnya
pembuluh darah oleh deposit lemak yang disebut plak sehingga jaringan otak men
galami iskemik. Tipe yang kedua adalah stroke hemoragik yang disebabkan peme
cahan aneurisma pada parenchymaotak atau pada rongga antara otak dan tengkora
k sehingga menyebabkan terjadinya iskemik dan desakan pada jaringan otak 1
Banyak faktor yang dapat memengaruhi kejadian stroke, diantaranya yaitu
umur, jenis kelamin, keturunan, ras, hipertensi, hiperkolesterolemia, diabetes meli
tus, merokok, aterosklerosis, penyakit jantung, obesitas, konsumsi alkohol, stres, k
ondisi sosial ekonomi yang mendukung, diet yang tidak baik, aktivitas fisik yang
kurang dan penggunaan obat anti hamil. Namun dari banyaknya faktor yang mem
engaruhi kejadian stroke hanya hipertensi yang secara signifikan memengaruhi kej
adian stroke sedangkan kadar lipid dan kebiasaan merokok tidak secara signifikan
berhubungan dengan kejadian stroke (Sarini,2008). Dalam 20 tahun terakhir terlih
at peningkatan beban stroke terjadi secara global. WHO mengestimasi peningkata
n jumlah pasien stroke di beberapa negara Eropa sebesar 1,1 juta pertahun pada ta
hun 2000 menjadi 1,5 juta pertahun pada tahun 2025Prevalensi stroke di Indonesi
a berdasarkan wawancara sebesar 8,3% pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 1
2,1% pada tahun 2013 1
Setiap tahunnya terdapat 10 juta orang di seluruh dunia menderita stroke.
Diantaranyaditemukan jumlah kematian sebanyak 5 juta orang dan 5 juta orang lai

1
nnya mengalami kecacatan yang permanen dan membutuhkan bantuan untuk aktiv
itas kesehariannya 1
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena
serangan stroke, sekitar 2,5 % dari 500.000 penderita atau 125.000 orang meningg
al, dan sisanya cacat ringan maupun berat. Secara umum, dapat dikatakan angka k
ejadian stroke adalah 200 per 100.000 penduduk. Dalam satu tahun, di antara 100.
000 penduduk, maka 200 orang akan menderita stroke Sekitar 795.000 orang di
Amerika Serikat mengalami stroke setiap tahunnya, dimana sebagian besar menga
lami penyakit stroke untuk yang pertama kalinya dan sebagian kecil mengalami pe
nyakit stroke yang berulang. Lebih dari 140.000 orang meninggal setiap tahunnya
akibat stroke, data tersebut menunjukkan terdapat 4 orang setiap menitnya yang m
eninggal karena stroke. Stroke dikatakan sebagai penyebab kematian ketiga terseri
ng di negara maju, setelah penyakit jantung dan kanker. Insidensi tahunan adalah
2 per 1000 populasi. Mayoritas stroke adalah infark serebral 1
Jumlah penderita penyakit stroke di Indonesia tahun 2013 berdasarkan dia
gnosis tenaga kesehatan diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang (7,0%), sedangka
n penderita yang menunjukkan gejala stroke diperkirakan sebanyak 2.137.941 ora
ng (12,1%) (Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI,2014). Dalam tin
jauan sistematis dari 36 studi epidemiologi berbasis populasi, tingkat kejadian stro
ke hemoragik per 100.000 orangtahun adalah 51,8% pada orang Asia, 24,2% di W
hites, 22,9% di Blacks, dan 19,6% di Hispanik1

2
BAB II
LAPORAN KASUS

SMF ILMU PENYAKIT SARAF


FK UWKS / RSUD MOH. SALEH PROBOLINGGO

Nama Dokter Muda : Zanuba Arifa


NPM :22710108
Dokter Penguji / Pembimbing : dr. Utoyo Sunaryo, Sp.S
  dr. Intan Sudarmadi, Sp.S
DOKUMEN MEDIK UNTUK DOKTER MUDA
A. IDENTITAS PENDERITA
1. Nama pasien             : Ny. Mubatdaroh
2. Jenis kelamin            : Perempuan
3. Umur                         : 74 tahun
4. Alamat  : Dsn. Sumberan Rt 2 Rw 1 Dungun Tongas
5. Suku                  : Jawa
6. Agama : Islam
7. Status marital : Menikah
8. Pendidikan : SMA
9. Pekerjaan : Swasta
10. No RM : 210347
11. Ruangan : Stroke Center
12. Tanggal pemeriksaan : 18 September 2022
B. SUBYEKTIF (S) 
Anamnesis dilakukan secara heteroanamnesa
1. Keluhan Utama
Seluruh badan terasa lemas
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Moh. Saleh dengan keluhan seluruh
badan terasa lemas. Tidak mau makan sejak 1 minggu lalu. Sebelu
mnya 1 bulan lalu separuh badan kanan tidak bias digerakkan , Mu

3
ntah (-) , sakit kepala (- ), kejang (-) , keluhan nyeri dada (-), nafsu
makan (-), saat makan tidak tersedak, kaki kiri mengeluh sakit.
Bicara pelo (+).
3. Riwayat Penyakit Dahulu
HT (+) , DM (-), Riwayat stroke sebelumnya (-), jantung tidak
rutin kontrol
4. Riwayat Pengobatan (-)
5. Riwayat Alergi (-)
6. Riwayat Trauma
Tidak ada riwayat trauma sebelumnya
7. Riwayat Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang menderita sakit yang sama seperti
pasien
8. Riwayat kebiasaan (-)
C. OBYEKTIF (O)
1. Tanda Vital 
a. Tensi : 182/93 mmHg 
b. Nadi : 110x/menit, regular, pulsasi kuat
c. RR : 20x/menit 
d. Suhu : 36.6° C
2. Status Generalis 
a. Kepala : a/i/c/d : -/-/-/-
b. Leher : Pembesaran tyroid & KGB : -/-
c. Paru-paru : Vesikuler : +/+, Rhonki -/ - , Wheezing : -/-
d. Jantung : Suara S1S2 tunggal regular, murmur : -,
Gallop : -
e. Abdomen : Supel, Nyeri tekan (-), Bising Usus + (Nor
mal)
f. Hepar &Lien : Tidak ada pembesaran 
g. Ekstremitas : Akral hangat (+), Edema (-), CRT < 2 dtk. 

4
3. Status Neurologis
a. Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran
Kualitatif : Compos mentis
Kuantitatif : G C S : E4 – Vx- M6
b. Pembicaraan 
Disartri : (+)
Monoton : (-)
Scanning : (-)
Afasia : 
Motorik        : (-)
Sensorik : (-)
Konduksi : (-)
Global : (-)
Transkortikal motoric : (+)
Transkortikal sensorik : (-)
Transkortikal campuran : (-)
Amnestik (anomik) : (-)
c. Kepala 
Bentuk /besar : Normochepali 
Asimetris       : (-)
Sikap paksa  : (-)
Torticollis : (-) 
d. Muka
Mask (Topeng) : (-)
Myopathik : (-)
Fullmoon : (-)
Lain – lain : (-) 

5
D. Pemeriksaan Khusus
1. Rangsangan Selaput Otak 
a. Kaku Kuduk : (-)
b. Laseque Test : (-)
c. Kernig Test : (-)
d. Brudzinski Tanda Leher : (-)
e. Brudzinski Tungkai Kontra lateral : (-)
f. Brudzinski Tanda Pipi : (-)
g. Brudzinski Tanda simpisis pubis : (-)
2. Saraf Otak 
a. Nervus I KANAN KIRI 
Anosmia Tidak dievaluasi
Hiposmia Tidak dievaluasi
Parosmia Tidak dievaluasi
Halusinasi Tidak dievaluasi
b. Nervus II KANAN KIRI
Visus ODS > 3/60
Yojaya penglihatan Tidak dievaluasi
Nistagmus     (-) (-)
Funduskopi Tidak dievaluasi 
c. Nervus III , IV , VI KANAN             KIRI 
Kedudukan bola mata Tengah
Tengah
Pergerakan bola mata  
Ke nasal     (+)  (+)
Ke temporal atas        (+)  (+)
Ke bawah (+) (+)
Ke atas (+)  (+)
Ke temporal bawah (+)  (+)
Celah mata (ptosis) (-)  (-) 
Pupil  
Bentuk Bulat Bulat 

6
Lebar 3mm 3mm
Letak Sentral Sentral
Perbedaan lebar Isokor Isokor 
Refleks cahaya langsung Miosis Miosis
Refleks cahaya tdk langsung Miosis Miosis
Refleks akomodasi (+) (+)
Refleks konvergensi Tidak dievaluasi
d. Nervus V                             KANAN KIRI
Cabang motorik
Otot masseter    (+) simetris    
Otot temporal (+) simetris
Otot pterygoideus int/ext (+) simetris
Merapatkan Gigi Dapat melakukan
Menggoyangkan Rahang Dapat melakukan
Refleks kornea langsung Tidak dievaluasi
Refleks kornea konsensuil Tidak dievaluasi
e. Nervus  VII KANAN           KIRI 
Waktu diam 
Kerutan dahi (+)   (+)
Tinggi alis Simetris
Sudut mata Simetris
Lipatan nasolabial (+)   (+)
Waktu gerak 
Mengerut dahi (+)  (+)
     
Menutup mata (+)   (+)
Bersiul (+)   (+)
Mengembungkan pipi (+)   (+)
Pengecapan 2/3 depan lidah Tidak dievaluasi
Hyperakusis   Tidak dievaluasi  
Sekresi air mata Tidak dievaluasi

7
f. Nervus  VIII KANAN KIRI
Vestibular
Vertigo (-)   (-)
Nistagmus ke (-)   (-)
Tinnitus aureum (-)   (-)
Cochlear 
Weber Tidak dievaluasi
Rinne Tidak dievaluasi
Schwabach Tidak dievaluasi
Tuli konduktif Tidak dievaluasi
Tuli perseptif Tidak dievaluasi
g. Nervus  IX , X
Bagian Motorik 
Suara biasa / parau / tak bersuara :  Suara biasa
Menelan           :  (+)
Kedudukan arcus pharynx : Simetris
Kedudukan uvula : Tengah
Pergerakan arcus pharynx / uvula : Terangkat +/+
Bagian sensorik 
Refleks muntah (pharynx)  : tidak dievaluasi
Refleks pallatum molle : tidak dievaluasi 
h. NERVUS  XI                    KANAN              KIRI
Mengangkat bahu              (+) (+)  
Memalingkan kepala          (+) (+)            
i. NERVUS XII KANAN KIRI
Kedudukan lidah     
Waktu istirahat ke + -
Waktu gerak ke + -
Atrofi (-) (-)
Fasikulasi / tremor (-) (-)           
Kekuatan lidah menekan    kuat kuat

8
Bicara Pelo : (+)

3. Extremitas KANAN KIRI


a. Superior
Inspeksi 
Atrofi otot (-)   (-)
Pseudohypertrofi (-)   (-)
Palpasi 
Nyeri      (-)   (-)
Kontraktur (-)   (-)
Konsistensi Padat kenyal Padat kenyal
Perkusi 
Normal      Normal           Normal
Reaksi myotonik (-)   (-)
Motorik  KANAN KIRI
M. Deltoid (abduksi lengan atas) 0 5
M. biceps (flexi lengan bawah) 0 5
M. Triceps (ekstensi lengan bawah) 0 5     
Flexi sendi  pergelangan tangan  0  5  
Ekstensi pergelangan tangan 0 5
Membuka jari – jari tangan 0 5
Menutup jari – jari tangan 0 5
Tonus otot KANAN KIRI
Tonus Otot Lengan                 Normal
Hypotoni (-)                    
(-)
Spastik (-)                     (-) 
Rigid                              (-)                    (-)
Rebound Phenomen (-) (-)
Refleks fisiologis 
BPR (+3)                (+2)  
TPR (+3)              (+2)  

9
Refleks Patologis 
Hoffman                            (-)                     (-)
Tromner                                    (-)                     (-) 
SENSIBILITAS
Eksteroseptik
Rasa nyeri superficial Tidak dievaluasi
Rasa suhu Tidak dievaluasi
Rasa raba ringan Tidak dievaluasi
Proprioseptik
Rasa getar Tidak dievaluasi
Rasa tekan Tidak dievaluasi
Rasa nyeri tekan Tidak dievaluasi
Rasa gerak dan posisi Tidak dievaluasi
Enteroseptik
Refered pain   Tidak dievaluasi
Rasa kombinasi
Stereognosis Tidak dievaluasi
Barognosis Tidak dievaluasi
Grapestesia Tidak dievaluasi
Sensory extinction Tidak dievaluasi
Loss of body image Tidak dievaluasi
Two point tactile discrimination Tidak dievaluasi

B. Inferior KANAN KIRI


Inspeksi
Atrofi otot     (-)   (-)
Pseudohypertrofi     (-)   (-)
Palpasi 
Nyeri          (-)   (-)
Kontraktur     (-)   (-)

10
Konsistensi padat kenyal padat kenyal
Perkusi 
Normal normal normal
Reaksi myotonik   (-)   (-) 

Motorik 
Tungkai KANAN KIRI 
Flexi artic coxae (tungkai atas) :   0  5
Extensi artic coxae (tungkai atas) :   0   5 
Flexi sendi lutut (tungkai bawah) :   0  5
Extensi sendi  lutut (tungkai bawah) :   0   5   
Flexi plantar kaki :   0  5
Ekxtensi dorsal kaki :   0      5   
Gerakan jari-jari :   0   5 
Tonus otot tungkai          
  Hypotoni                                                 (-)                      (-)
  Spastik                                                (-)                      (-)
   Rigid                                                   (-)                      (-)
     Rebound Phenomenon                           (-)                      (-)
Refleks fisiologis 
     KPR                                                      (+3) (+2) 
APR                      (+3) (+2)
Refleks patologis  
Babinski (+)          (-)       
Chaddok (-)                     (-)
Oppenheim (-)                     (-)
Gordon (-)                     (-)
Gonda (-) (-)
Schaffer (-)                     (-) 
Rossolimo (-)                     (-)  
Mendel-Bechterew (-) (-) 
Stransky (-) (-)

11
SENSIBILITAS
Eksteroseptik
Rasa nyeri superficial   Tidak dievaluasi
Rasa suhu   Tidak dievaluasi
Rasa raba ringan   Tidak dievaluasi
Proprioseptik
Rasa getar   Tidak dievaluasi
Rasa tekan   Tidak dievaluasi
Rasa nyeri tekan   Tidak dievaluasi
Rasa gerak dan posisi   Tidak dievaluasi
Enteroseptik
Refered pain (-) (-)
Rasa kombinasi
Stereognosis     Tidak dievaluasi
Barognosis     Tidak dievaluasi
Grapestesia     Tidak dievaluasi
Sensory extinction     Tidak dievaluasi
Loss of body image     Tidak dievaluasi
Two point tactile discrimination     Tidak dievaluasi
4. Badan
Inspeksi : Normal
Palpasi
Otot perut : Dalam Batas Normal
Otot pinggang : Dalam Batas Normal
Kedudukan diafragma:   gerak : simetris
          istirahat : simetris
Perkusi
Thorax : sonor / sonor
Abdomen : Timpani / timpani
Auskultasi
Thorax : vesikuker / vesikuler
Bising usus :  (+) normal 

12
Motorik
Gerak Cervical vertebrae
Fleksi : Tidak dievaluasi
Ekstensi : Tidak dievaluasi 
Rotasi : Tidak dievaluasi
Lateral deviation : Tidak dievaluasi
Gerakan dari tubuh
Membungkuk :  Tidak dievaluasi
Ekstensi : Tidak dievaluasi
Lateral deviation : Tidak dievaluasi
Refleks-refleks
Refleks dinding abdomen : Normal 
Refleks interscapula : Tidak dievaluasi
Refleks gluteal : Tidak dievaluasi
Refleks cremaster : Tidak dievaluasi
5. Kolumna Vertebralis
Kelainan lokal
      Skoliosis : (-)
      Kifosis : (-)
      Kifoskoliosis : (-)
      Gibbus : (-)
      Nyeri tekan/ketok lokal : (-)  
      Nyeri tekan sumbu : (-)
      Nyeri tarik sumbu : (-)
Besar otot
      Atrofi : (-)
      Pseudohipertrofi : (-)
Respon terhadap perkusi : Normal
Reaksi myotonik : Tidak dievaluasi
Palpasi otot
      Nyeri : (-)
      Kontraktur : Tidak dievaluasi

13
6. Gerakan-gerakan involunter
Tremor
 Waktu istirahat : (-)
 Waktu gerak : (-)
Chorea : (-)
Athetose : (-)
Myokloni : (-)
Ballismus : (-)
Torsion spasme : (-)
Fasikulasi : (-)
Myokymia : (-)
7. Gait dan keseimbangan
Koordinasi 
Jari tangan-jari tangan : Tidak dievaluasi
Jari tangan-hidung : Tidak dievaluasi
Ibu jari kaki-tangan : Tidak dievaluasi
Tumit-lutut : Tidak dievaluasi
Pronasi-supinasi : Tidak dievaluasi
Tapping dgn jari-jari tangan : Tidak dievaluasi
Tapping dgn jari-jari kaki : Tidak dievaluasi
Gait
Jalan diatas tumit : Tidak dievaluasi
Jalan diatas jari kaki : Tidak dievaluasi
Tandem walking : Tidak dievaluasi
Jalan lurus lalu berputar : Tidak dievaluasi
Jalan mundur : Tidak dievaluasi
Hoping : Tidak dievaluasi
Berdiri dengan satu kaki : Tidak dievaluasi
Test Romberg : Tidak dievaluasi
8. Fungsi Luhur
Apraxia : Tidak dievaluasi
Alexia : Tidak dievaluasi

14
Agraphia : Tidak dievaluasi
Fingeragnosia : Tidak dievaluasi
Membedakan kanan dan kiri : Tidak dievaluasi
Acalculia : Tidak dievaluasi

9. Refleks-refleks Primitif 
Grasp reflex : Tidak dievaluasi
Snout reflex : Tidak dievaluasi
Sucking reflex : Tidak dievaluasi
Palmo-mental refleks : Tidak dievaluasi
10. Susunan Saraf Otonom  
Miksi : normal
Salivasi : normal
Gangguan Tropik
Kulit : (-)
Rambut : (-)
Kuku : (-)
Defekasi : normal
Gangguan vasomotor : (-)
Sekresi keringat : normal
Ortostatik hipotensi : (-)
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi
Kesimpulan : Dalam Batas Normal
2. CT-Scan Kepala (-)
3. EKG

4. Laboratorium
Hasil Nilai Rujukan
Darah Lengkap
Gula darah stick 93 mg/dl
Hb 14,6g/dl  13-18 g/dl

15
Lekosit 10,380 /cmm 4.000-11.000/cmm
Trombosit 241.000/cmm 150.000-450.000 /cmm
Elektrolit
Kalsium 1,0 mmol/L 1,12-1,32 mmol/L 
Klorida 105,2 mmol/L 96,0-106,0 mmol/L
Kalium 3,6 mmol/L 3,6-5,5 mmol/L
Natrium 137,3 135-155 mmol /L
mmol /L
FUNGSI HATI
Alkai Fosfatase 71 60/170 U/I
Bilirubin Direct 0.35 <0,5 mg/dl
Bilirubin Total 0.67 <1 mg/dl
SGOT 31 <31 U/I
SGPT 19 <31 U/I
LD
CHOLESTEROL 173 <200 mg/dl
HDL 40 >35-55 mg/dl
LDL 117 <150 mg/dl
TRIGLYSERIDA 83
RFT
BUN 15.4 10-20 mg/dl
SC 01,6 0,5-1,7mg/dl
UA 6.7

F. Skoring
SIRIRAJ STROKE SCORE: 
(2,5 x kesadaran) + (2 x sakit kepala) + ( 2 x muntah) + (0,1 x
diastol) – (3 x atheroma) - 12 = (2,5 x 0) + (2 x 0) + ( 2 x 0) + (0,1
x 93) – (3x1) - 12 = 0+0+0+9,3-3-12 = -5,7 (Stroke infark )

16
G. Resume
1. Anamnesa
Pasien datang ke IGD RSUD Moh. Saleh dengan keluhan seluruh badan
terasa lemas. Tidak mau makan sejak 1 minggu lalu. Sebelumnya 1 bulan
lalu separuh badan kanan tidak bias digerakkan , Muntah (-) , sakit kepala
(- ), kejang (-) , keluhan nyeri dada (-), nafsu makan (-), saat makan tidak t
ersedak, kaki kiri mengeluh sakit. Bicara pelo (+).
2. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda Vital 
 Tensi : 182/93 mmHg 
 Nadi : 110 x/menit, regular, pulsasi kuat
 RR : 20 x/menit 
 Suhu : 36.6 ° C
b. Status Generalis 
Kepala : a/i/c/d = (-/-/-/-)
Leher : Pembesaran tyroid & KGB (-/-)
Paru-paru : Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung : Suara S1S2 tunggal regular, murmur (-), Gallop (-)
Abdomen : Supel, Nyeri tekan (-), Bising Usus (+) (Normal)
Hepar & Lien : Tidak ada pembesaran 
Ekstremitas : Akral hangat (+), Edema (-) CRT < 2 dtk.
c. Status Neurologi
Kesadaran : GCS 4,x,6 (composmentis)
Pembicaraan : Afasia 
Meningeal sign : (-)
Nervus Kranialis
N I,N II : tidak di evaluasi
N III, N IV, N IV : Dalam batas normal
NV : tidak di evaluasi
N VII : Dalam batas normal
N VIII : Tidak ada gangguan pendengaran
         N IX, N X : Dalam batas normal

17
      N XI : Dalam batas normal 
      N XII : parese N XII tipe central
Motorik
Kekuatan Motorik : 0 5
0 5
f. Sensoris
Dalam Batas Normal
g. Refleks Fisiologis : BPR +3/+2 KPR +3/+2
  TPR +3/+2 APR +3/+2
g. Refleks Patologis  
 Babinski (+)          ()
 Chaddok (-)                     (-)
 Oppenheim (-)                     (-)
 Gordon (-)                     (-)
 Gonda (-) (-)
 Schaffer (-)                     (-) 
 Rossolimo (-)                     (-)  
 Mendel-Bechterew (-) (-) 
 Stransky (-) (-)
 Hoffman (-) (-)
 Trommer (-) (-)
3. Pemeriksaan Penunjang 
Foto Thorax : Dalam Batas Normal
CT- Scan :-
EKG :-

H. Diagnosis Banding
1. Stroke
2. Tumor otak
3. Abses otak
4. Trauma kepala
18
5. Meningitis
I. Assesment
1. Diagnosis Klinis :  hemiplegi Dextra , HT , parese XII tipe
Central, afasia
2. Diagnosis Topis :  Hemisfer cerebri Sinistra, subkortikal
3. Diagnosis Etiologi :  Stroke infark   
J. PLANNING
1. Umum
Evaluasi  5B
2. Infus
NaCl 0,9%  14 tpm
3. Injeksi
 Citicolin 250 mg 2dd
 Omeprazole 40mg 2dd
4. Per-Oral
 Syr. Sanmol 1 g 3dd CI
 CPG 75 mg o.merit pc
K. Edukasi
1. Melakukan pergerakan untuk mencegah dekubitus (miring kiri/miring
kanan setiap 2 jam).
2. Melakukan head up 30o  
3. KIE keluarga mengenai hasil Lab dan CT Scan kepala
4. Kontrol HT secara rutin 

L. Monitoring 
1. Monitor keluhan pasien
2. Memantau status neurologis
3. Memantau tanda vital
4. Observasi kekuatan otot
C. Prognosis

19
Dubia ad bonam 

20
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Stroke didefinisikan sebagai gangguan suplai darah ke otak yang bi
asanya disebabkan adanya sumbatan oleh gumpalan darah. Hal ini menyeb
abkan gangguan pasokan oksigen dan nutrisi diotak sehingga terjadi kerus
akan jaringan otak. Stroke juga dikatakan sebagai gangguan fungsi syaraf
akut yang disebabkan karena gangguan peredaran darah otak secara menda
dak (dalam hitungan detik) atau secara cepat (dalam hitungan jam) timbul
gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal yang terganggu.1
B. Patofisologi
Patologi stroke diklasifikasikan sebagai stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Stroke iskemik lebih sering ditemukan daripada stroke
hemoragik. Penelitian yang dilakukan Hsieh et_al., di Taiwan pada 30.599
pasien stroke, memperlihatkan proporsi stroke iskemik 74,0% dan stroke
hemoragik 26,0%. Stroke iskemik atau stroke non hemoragik adalah
kematian jaringan otak karena gangguan aliran darah ke daerah otak, yang
disebabkan oleh tersumbatnya arteri serebral atau servikal atau yang
kurang mungkin tersumbat, vena serebral. [8] Klasifikasi stroke iskemik
yang sering digunakan pada penelitian untuk mengklasifikasikan subtipe
stroke iskemik adalah klasifikasi Trial of ORG 10172 in Acute Stroke
Treatment (TOAST), yaitu (1) aterosklerosis pembuluh darah besar, (2)
kardioembolik, (3) lakunar, (4) penyebab lain, dan (5) tidak diketahui
penyebabnya.2
Penelitian yang dilakukan Hsieh et al., memperlihatkan bahwa
stroke dengan aterosklerosis pembuluh darah besar (27,7%), lakunar
(37,7%), kardioembolik (10,9%), penyebab lain (1,5%) dan tidak
diketahui Penyebabnya (22,2%). Stroke iskemik dengan aterosklerosis
pada pembuluh darah besar dan stroke lakunar adalah jenis patologi yang
utama 2

21
C. Gejala dan tanda stroke
Mempertimbangkan stroke pada beberapa pasien dengan defisit neurologis
akut atau penurunan kesadaran. Tanda gejala umum stroke meliputi:3
1. Onset mendadak hemiparese, monoparese, atau (sangat jarang)
quadriparese
2. Defisit hemisensorik
3. Defisit lapang pandang monocular atau binocular
4. Diplopia
5. Disarthria
6. Kelemahan otot wajah unilateral
7. Ataksia
8. Vertigo (sangat jarang muncul sebagai gejala tunggal)
9. Nystagmus
10. Afasia
11. Penurunan kesadaran mendadak
Meskipun tanda-gejala diatas dapat terjadi sebagai gejala tunggal
(isolated), namun lebih sering terjadi sebagai kombinasi. Tidak ada tanda
khas riwayat untuk membedakan stroke iskemik dengan stroke hemoragik,
namun karena efek space-occupying lesion yang akut dari stroke
hemoragik, pada stroke hemoragik sering ditemukan gejala mual, muntah,
nyeri kepala dan penurunan kesadaran3
Stroke pada pasien usia muda harus ditelusuri informasi mengenai
riwayat trauma kepala, koagulopati, penggunaan zat-obat (seperti kokain),
nyeri kepala migraine atau penggunaan kontrasepsi oral.
Dengan ketersediaan opsi reperfusi (fibrinolotik dan terapi
nedovaskular) untuk stroke iskemik akut pada pasien tertenti, dokter harus
mampu melakukan pemeriksaan neurologis dengan tepat pada pasien
dengan sindroma stroke. Tujuan pemeriksaan neurologis pada pasien
stroke iskemik akut meliputi: 3
a. Mengkonfirmasi adanya gejala stroke (defisit neurologis)
b. Membedakan stroke dengan stroke mimic

22
c. Menetapkan baseline neurologis, dengan observasi
peningkatan ataupun penurunan kondisi umum pasien
d. Menetapkan derajat keparahan stroke, menggunakan skor
dan pemeriksaan neurologis terstruktur yaitu National
Institures of Health Stroke Scale (NIHSS), untuk
menentukan prognosis dan pilihan terapi.
Untuk pemeriksaan neurologis tentu harus difokuskan pada kondisi
pasien stroke iskemik akut. 9
Komponen penting pemeriksaan neurologis pasien dengan
sindroma stroke meliputi: 3
a. Pemeriksaan status mental dan Glascow Coma Scale (GCS)
b. Pemeriksaan saraf cranial
c. Fungsi motoric
d. Fungsi sensorik
e. Fungsi cerebellum
f. Gait (gaya berjalan)
g. Refleks tendon
h. Kemampuan bahasa ekspresif dan reseptif
i. Tanda meningeal

D. Diagnosa
Cara membedakan jenis patologi stroke dapat dilakukan
pemeriksaan neuroimaging (CT Scan kepala atau MRI). Stroke dengan
lesi yang luas, misalnya di daerah kortikal atau ganglia basalis, gambaran
abnormal CT scan kepala baru akan muncul setelah 1-3 jam. Pemeriksaan
CT Scan kepala dilakukan dalam 24 jam pertama sejak admisi pasien ke
rumah sakit. 2
Diagnosis stroke akut dapat ditegakkan dengan lebih cepat dan
akurat dengan menggunakan MRI terkini (resolusinya lebih tinggi,
munculnya gambaran abnormal lebih cepat, dan dapat menilai lesi di
batang otak). Jika penampakan tidak khas atau tidak menunjukkan stroke,
maka seorang klinisi harus tetap menganggap itu adalah stroke dan

23
dilanjutkan dengan penentuan apakah pasien adalah calon untuk
mendapatkan terapi akut. 2
Ada 4 komponen untuk merawat pasien – pasien stroke iskemik akut 2
1. Terapi akut dan optimalisasi status neurologis
2. Penentuan etiologi untuk melakukan pencegahan sekunder
3. Pencegahan kerusakan neurologis atau komplikasi-komplikasi
medis
4. Pemulihan dan rehabilitasi
Penggunaan neuroimaging sebagai alat diagnosis standar untuk
stroke sangat tergantung dari ketersediaan alat tersebut dan ada tidaknya
dokter ahli yang kompeten untuk menginterprestasikan hasil pemeriksaan.
E. Penatalaksanaan
Tujuan terapi adalah memulihkan perfusi ke jaringan otak yang
mengalami infark dan mencegah serangan stroke berulang. Terapi dapat
menggunakan Intravenous recombinant tissue plasminogen activator
(rtPA) yang merupakan bukti efektivitas dari trombolisis, obat
antiplatelet dan antikoagulan untuk mencegah referfusi pada pasien
stroke iskemik. 2
1. Intravenous recombinant tissue plasminogen activator (rt-PA)
Obat ini juga disebut dengan rrt PA, t-PA, tPA, alteplase
(nama generik), atau aktivase atau aktilise (nama dagang).
Pedoman terbaru bahwa rt-PA harus diberikan jika pasien
memenuhi kriteria untuk perawatan. Pemberian rt-PA intravena
antara 3 dan 4,5 jam setelah onset serangan stroke telah terbukti
efektif pada uji coba klinis secara acak dan dimasukkan ke dalam
pedoman rekomendasi oleh Amerika Stroke Association
(rekomendasi kelas I, bukti ilmiah level B) dan European Stroke
Organisation (rekomendasi kelas I, bukti ilmiah level A).
Penentuan penyebab stroke sebaiknya ditunda hingga setelah
memulai terapi rt-PA. Dasar pemberian terapi rt-PA menyatakan
pentingnya pemastian diagnosis sehingga pasien tersebut benar –
benar memerlukan terapi rt-PA, dengan prosedur CT scan kepala

24
dalam 24 jam pertama sejak masuk ke rumah sakit dan membantu
mengeksklusikan stroke hemoragik.,10
2. Terapi antiplatelet
Pengobatan pasien stroke iskemik dengan penggunaan
antiplatelet 48 jam sejak onset serangan dapat menurunkan risiko
kematian dan memperbaiki luaran pasien stroke dengan cara
mengurangi volume kerusakan otak yang diakibatkan iskemik dan
mengurangi terjadinya stroke iskemik ulangan sebesar 25%.
Antiplatelet yang biasa digunakan diantaranya aspirin,
clopidogrel. Kombinasi aspirin dan clopidogrel dianggap untuk
pemberian awal dalam waktu 24 jam dan kelanjutan selama 21
hari. Pemberian aspirin dengan dosis 81 – 325 mg dilakukan pada
sebagian besar pasien. Bila pasien mengalami intoleransi terhadap
aspirin dapat diganti dengan menggunakan clopidogrel dengan
dosis 75 mg per hari atau dipiridamol 200 mg dua kali sehari. 2,9
3. Terapi antikoagulan
Terapi antikoagulan sering menjadi pertimbangan dalam
terapi akut stroke iskemik, tetapi uji klinis secara acak
menunjukkan bahwa antikoagulan tidak harus secara rutin
diberikan untuk stroke iskemik akut. Penggunaan antikoagulan
harus sangat berhati-hati. Antikoagulan sebagian besar digunakan
untuk pencegahan sekunder jangka panjang pada pasien dengan
fibrilasi atrium dan stroke kardioemboli. Terapi antikoagulan
untuk stroke kardioemboli dengan pemberian heparin yang
disesuaikan dengan berat badan dan warfarin (Coumadin) mulai
dengan 5-10 mg per hari. Terapi antikoagulan untuk stroke
iskemik akut tidak pernah terbukti efektif. Bahkan di antara pasien
dengan fibrilasi atrium, tingkat kekambuhan stroke hanya 5 – 8%
pada 14 hari pertama, yang tidak berkurang dengan pemberian
awal antikoagulan akut. 2,8

25
BAB IV
KESIMPULAN
1.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,
maka dapat ditegakkan diagnosis klinis pasien yaitu hemiparese Dextra, HT , pare
se XII tipe central . Diagnosis Topis pasien Hemisfer cerebri sinistra, subkortikal.
Diagnosis etiologi pasien adalah stroke Infark

Stroke merupakan gangguan fungsi syaraf akut yang disebabkan karena ga


ngguan peredaran darah otak secara mendadak (dalam hitungan detik) atau secara
cepat (dalam hitungan jam) timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fo
kal yang terganggu.1

Diagnosis stroke akut dapat ditegakkan dengan lebih cepat dan akurat den
gan menggunakan MRI terkini (resolusinya lebih tinggi, munculnya gambaran ab
normal lebih cepat, dan dapat menilai lesi di batang otak).

Terapi yang diberikan pada pasien adalah evaluasi 5B, Infus NaCl 0,9% 1
4 tpm, Injeksi Citicolin 250 mg 2dd, Injeksi Omeprazole 40 mg 2dd, Syr Sanmol
1g 3dd CI, CPG 75 mg o.merit pc.

Pasien juga diberikan edukasi untuk Melakukan pergerakan untuk


mencegah dekubitus (miring kiri/miring kanan setiap 2 jam). Melakukan head up
30o , KIE keluarga mengenai hasil Lab dan CT Scan kepala, dan Kontrol HT
secara rutin 

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Puspitasari, P. N. (2020). Hubungan Hipertensi Terhadap Kejadian Stroke. Ju


rnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 9(2), 922-926.
2. Mutiarasari, D. (2019). Ischemic Stroke: Symptoms, Risk Factors, And Preven
tion. Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran Dan I
lmu Kesehatan, 6(1), 60-73.
3. Pepi Budianto. 2020. Dasar Klinis Stroke Iskemik Akut .
4. Sari, D. A., Sutarni, S., & Setyopranoto, I. (2020). Stroke Iskemik Dengan Ma
nifestasi Dizziness/Vertigo Terisolasi. Majalah Kedokteran Neurosains Perhi
mpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, 37(2).
5. Mianoki, A., Setyopranoto, I., & Was’an, M. Faktor Risiko Transformasi Hem
oragik Pada Pasien Stroke Infark. Berkala Neurosains, 18(2), 76-83.
6. Japardi, I. (2002). Patofisiologi Stroke Infark Akibat Tromboemboli. Medan:
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara.
7. Arifianto, A. S., Sarosa, M., & Setyawati, O. (2014). Klasifikasi Stroke Berda
sarkan Kelainan Patologis Dengan Learning Vector Quantization. Jurnal Eecc
is, 8(2), 117-122.
8. Usrin, I. (2013). Pengaruh Hipertensi Terhadap Kejadian Stroke Iskemik Dan
Stroke Hemoragik Di Ruang Neurologi Di Rumah Sakit Stroke Nasional (Rss
n) Bukittinggi Tahun 2011. Kebijakan, Promosi Kesehatan Dan Biostatiskik, 
2(2).
9. Othadinar, K., Alfarabi, M., & Maharani, V. (2019). Faktor Risiko Pasien Stro
ke Iskemik Dan Hemoragik. Majalah Kedokteran Uki, 35(3), 115-120.
10. Ekowati. 2012. Pedoman Pengendalian Stroke

27

Anda mungkin juga menyukai