PENDAHULUAN
Penyakit stroke merupakan penyebab kematian kedua dan penyebab disabilitas ketika di
dunia. Dampak stroke tidak hanya dirasakan oleh penderita, tetapi juga oleh keluarga dan
Definisi stroke menurut WHO adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat
gangguan fungsi otak fokal atau global, dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24
jam atau lebih atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskuler2. Stroke terjadi apabila pembuluh darah otak mengalami penyumbatan atau pecah
yang mengakibatkan otak tidak mendapatkan pasokan darah yang membawa oksigen
sehingga terjadi kematian sel atau jaringan otak. Pembagian stroke berdasarkan patologi
anatomi dan manifestasi klinisinya yaitu stroke non-hemoragik (iskemik) dan stroke
hemoragik3.
Data World Stroke Organization menunjukkan bahwa setiap tahunnya ada 13,7 juta kasus
baru stroke, dan sekitar 5,5 Juta kematian terjadi akibat penyakit stroke. Sekitar 70%
penyakit stroke dan 87% kematian dan disabilitas akibat stroke terjadi pada negara
berpendapatan rendah dan menengah. Lebih dari empat decade terkahir, kejadian stroke
pada negara berpendapatan rendah dan menengah meningkat 2 kali lipat. Data Riskesdas
2013 prevalensi stroke nasional 12,1 per mil, sedangkan pada Riskesdas 2018 prevalensi
stroke 10,9 per mil, tertinggi di Provinsi Kalimantan Timur (14,7 per mil), terendah di
Di Indonesia penyakit ini menduduki posisi ketiga setelah jantung dan kanker. Pada
tahun 2007, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan data 8, 3 per 1000
penduduk menderita stroke. Sedangkan pada tahun 2013, terjadi peningkatan yaitu sebesar
12,1%. Stroke juga menjadi penyebab kematian utama di hampir semua rumah sakit di
Indonesia, yakni sebesar 14,5%. Jumlah penderita stroke di Indonesia menurut diagnosis
tenaga kesehatan (Nakes) pada tahun 2013, diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang dari
seluruh penderita stroke yang terdata, sebanyak 80% merupakan jenis stroke iskemik10.
Sampai saat ini stroke masih merupakan penyebab gangguan fungsional yang pertama,
stroke adalah infark serebral. Sekitar 85% dari semua stroke disebabkan oleh stroke iskemik
atau infark4.
Pada laporan kasus ini akan dilaporkan sebuah kasus laki-laki dengan stroke infark.
1.3 TUJUAN
a. Tujuan Umum
Memberikan pelayanan kesehatan berupa tatalaksana yang tepat pada pasien
tersebut.
b. Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi penyakit pasien.
2) Mengidentifikasi metode penanganan/manajemen pasien.
3) Mengidentifikasi factor-faktor yang berpengaruh.
4) Menganalisis dan membahas (memecahkan masalah/factor risiko) yang dihadapi
pasien.
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
1. Nama pasien : Tn. Buhori
2. Jenis kelamin : Laki - Laki
3. Umur : 44 tahun
4. Alamat : Dsn. Blobo Rt 33 Rw 5 Banjarsari Sumberasih Probolinggo
5. Suku : Jawa
6. Agama : Islam
7. Status marital : Menikah
8. Pendidikan : SMA
9. Pekerjaan : Wiraswasta
10. No RM : 2100XX
11. Ruangan : Kemuning Bawah
12. MRS : 6 September 2021
13. Tanggal pemeriksaan : 7 September 2021
B. SUBYEKTIF (S)
1. Keluhan Utama
Tangan dan kaki kiri lemas sejak hari jumat
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Moh. Saleh dengan keluhan tangan dan kaki kiri
lemas sejak hari Jumat sebelum MRS. Sebelumnya keluhan timbul mendadak jumat pagi
setelah sholat subuh. Sebelumnya pasien sudah merasakan kesemutan dan rasa kaku
pada tangan dan kaki kiri setelah melakukan aktivitas (kerja lembur ±2 hari). Pasien
juga mengatakan sebelumnya pasien sudah mengalami kesusahan saat mengerem sepeda
motor. Pasien mengatakan mata kiri mengalami penurunan pengelihatan. Muntah (-),
sakit kepala sebelumnya (-),kejang (-) ,keluhan nyeri dada (-), nyeri pada tungkai (-).
3. Riwayat Penyakit Dahulu
5. Riwayat Pengobatan
Terakhir 3 bulan yang lalu dan jarang control ke poli syaraf. Obat yang biasa
dikonsumsi Amlodipin dan Aspilet.
6. Riwayat Intoksikasi
Tidak ada alergi obat
7. Riwayat Trauma
Tidak ada riwayat trauma sebelumnya
8. Riwayat Kebiasaan
- Merokok : ±30 Tahun
- Alkohol : Disangkal
- Olaraga : Jarang
9. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien berkerja sebagai penggali kubur yang terkadang mengharuskan pasien
berkerja lembur. Untuk mencapai tempat kerjanya biasanya pasien mengendarai sepeda
motor. Pasien tinggal bersama istri dan anaknya.
C. OBYEKTIF (O)
1. Tanda Vital
a. Tensi : 142/89 mmHg
b. Nadi : 80 x/menit, regular, pulsasi kuat
c. RR : 20 x/menit
d. Suhu : 36,6 ° C
2. Status Generalis
a. Kepala : a/i/c/d : -/-/-/-
b. Leher : Pembesaran tyroid & KGB : -/-
c. Paru-paru : Vesikuler : +/+, Rhonki -/ - , Wheezing :
-/-
d. Jantung : Suara S1S2 tunggal regular, murmur : -,
Gallop : -
e. Abdomen : Supel, Nyeri tekan (-), BisingUsus +
(Normal)
f. Hepar &Lien : Tidak ada pembesaran
g. Ekstremitas : Akral hangat (+), Edema (-), CRT < 2 dtk.
h. Genitalia :Terpasang down chateter dengan produksi
urine±1000 cc
3. Status Neurologis
a. Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran
Kualitatif : Composmentis
Kuantitatif : G C S : E4 – V5- M6
b. Pembicaraan
Afasia :
Motorik : (-)
Sensorik : (-)
Konduksi : (-)
Global : (-)
Transkortikal motorik : (-)
Transkortikal sensorik : (-)
Transkortikal campuran : (-)
Amnestik (anomik) : (-)
c. Kepala
Bentuk /besar : Normochepali
Asimetris : (-)
d. Muka
Mask (Topeng) : (-)
Myopathik : (-)
Fullmoon : (-)
Lain – lain : (-)
D. Pemeriksaan Khusus
1. Rangsangan Selaput Otak
Kaku Kuduk : (-)
Laseque Test : (-)
Kernig Test : (-)
Brudzinski Tanda Leher : (-)
Brudzinski Tungkai Kontra lateral : (-)
Brudzinski Tanda Pipi : (-)
Brudzinski Tanda simpisis pubis : (-)
2. Saraf Otak
Nervus I KANAN KIRI
Anosmia Tidak dievaluasi
Hiposmia Tidak dievaluasi
Parosmia Tidak dievaluasi
Halusinasi Tidak dievaluasi
Palpasi
Nyeri (-) (-)
Kontraktur (-) (-)
Konsistensi padat kenyal padat kenyal
Perkusi
Normal normal normal
Reaksi myotonik (-) (-)
Motorik
Tungkai KANAN KIRI
Flexi artic coxae (tungkai atas) : 5 2
Extensi artic coxae (tungkai atas) : 5 2
Flexi sendi lutut (tungkai bawah) : 5 2
Extensi sendi lutut (tungkai bawah) : 5 2
Flexi plantar kaki : 5 2
Ekxtensi dorsal kaki : 5 2
Gerakan jari-jari : 5 2
Tonus otot tungkai
Hypotoni (-) (-)
Spastik (-) (-)
Rigid (-) (-)
Flaccid (-) (+)
Refleks fisiologis
KPR (+2) (+1)
APR (+2) (+1)
Refleks patologis
Babinski (-) (+)
Chaddok (-) (-)
Oppenheim (-) (-)
Gordon (-) (-)
Gonda (-) (-)
Schaffer (-) (-)
Rossolimo (-) (-)
Mendel-Bechterew (-) (-)
Stransky (-) (-)
SENSIBILITAS
Eksteroseptik
Rasa nyeri superficial Tidak dievaluasi
Rasa suhu Tidak dievaluasi
Rasa raba ringan Tidak dievaluasi
Proprioseptik
Rasa getar Tidak dievaluasi
Rasa tekan Tidak dievaluasi
Rasa nyeri tekan Tidak dievaluasi
Rasa gerak dan posisi Tidak dievaluasi
4. Badan
Inspeksi : Normal
Palpasi
Otot perut : Dalam Batas Normal
Otot pinggang : Dalam Batas Normal
Kedudukan diafragma: gerak : simetris
istirahat : simetris
Perkusi
Thorax : sonor / sonor
Abdomen : Timpani / timpani
Auskultasi
Thorax : vesikuker / vesikuler
Bising usus : (+) normal
5. Kolumna Vertebralis
Kelainan lokal
Skoliosis : (-)
Kifosis : (-)
Kifoskoliosis : (-)
Besar otot
Atrofi : (-)
Pseudohipertrofi : (-)
6. Gerakan-gerakan involunter
Tremor
o Waktu istirahat : (-)
o Waktu gerak : (-)
Chorea : (-)
Athetose : (-)
Myokloni : (-)
Ballismus : (-)
Torsion spasme : (-)
Fasikulasi : (-)
Myokymia : (-)
7. Gait dan keseimbangan
Koordinasi
Jari tangan-jari tangan :Tidak dievaluasi
Jari tangan-hidung : Tidak dievaluasi
Ibu jari kaki-tangan : Tidak dievaluasi
Tumit-lutut : Tidak dievaluasi
Pronasi-supinasi : Tidak dievaluasi
Gait
Jalan diatas tumit : Tidak dievaluasi
Jalan diatas jari kaki : Tidak dievaluasi
Tandem walking : Tidak dievaluasi
Jalan lurus lalu berputar : Tidak dievaluasi
Jalan mundur : Tidak dievaluasi
Hoping : Tidak dievaluasi
Berdiri dengan satu kaki : Tidak dievaluasi
Test Romberg : Tidak dievaluasi
8. Susunan Saraf Otonom
Miksi : normal
Salivasi : normal
Gangguan Tropik
Kulit : (-)
Rambut : (-)
Kuku : (-)
Defekasi : normal
Gangguan vasomotor : (-)
Sekresi keringat : normal
Ortostatik hipotensi : (-)
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi
Foto Thorax PA
Tgl 6 September 2021
Kesimpulan : Cardiomegali
2. Laboratorium
Tgl 6 September 2021
Ekeltrolit
Kalsium 1,3 mmol/L 1,12-1,32 mmol/L
Klorida 104,5 mmol/L 96,0-106,0 mmol/L
Kalium 3,5 mmol/L 3,6-5,5 mmol/L
Natrium 139,5 mmol /L 135-155 mmol /L
Kolesterol
Kolesterol 141 mg/dl <200 mg/dl
HDL-Kolesterol 21 mg/dl >35-55 mg/dl
LDL-Kolesterol 97 mg/dl <150 mg/dl
Trigliserida 179 mg/dl
RFT
BUN 11 mg/dl
Creatinin 0,7 mg/dl
UA 5,3
3. CT-Scan Kepala
Kesimpulan : Acute Cerebral Infarctions di corona radiata dextra/sinistra
F. Scorinng
SIRIRAJ STROKE SCORE:
d. Motorik
52
Kekuatan Motorik :
52
e. Sensoris
Tidak dapat dievaluasi
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI
Otak adalah organ vital yang terdiri dari 100-200 milyar sel aktif yang saling
berhubungan dan bertanggung jawab atas fungsi mental dan intelektual kita. Berat otak
manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun neuron Otak terdiri
dari sel-sel otak yang disebut neuron. Otak merupakan organ yang sangat mudah beradaptasi
meskipun neuron - neuron di otak mati tidak mengalami regenerasi kemampuan adaptif atau
plastisitas. Pada otak dalam situasi tertentu bagian - bagian otak dapat mengambil alih fungsi
dari bagian-bagian yang rusak. Otak sepertinya belajar kemampuan baru. Ini merupakan
Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum (otak
kecil), brainsterm (batang otak), dan diensefalon. Serebrum terdiri dari dua hemisfer serebri,
korpus kolosum dan korteks serebri. Masing-masing hemisfer serebri terdiri dari lobus
frontalis yang merupakan area motorik primer yang bertanggung jawab untuk
gerakangerakan voluntar, lobur parietalis yang berperanan pada kegiatan memproses dan
mengintegrasi informasi sensorik yang lebih tinggi tingkatnya, lobus temporalis yang
merupakan area sensorik untuk impuls pendengaran dan lobus oksipitalis yang mengandung
korteks penglihatan primer, menerima informasi penglihatan dan menyadari sensasi warna.
Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh duramater yang
menyerupai atap tenda yaitu tentorium, yang memisahkannya dari bagian posterior
serebrum. Fungsi utamanya adalah sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi dan
memperhalus gerakan otot, serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk
Bagian-bagian batang otak dari bawak ke atas adalah medula oblongata, pons dan
mesensefalon (otak tengah). Medula oblongata merupakan pusat refleks yang penting untuk
jantung, vasokonstriktor, pernafasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur dan
muntah7.
Pons merupakan mata rantai penghubung yang penting pada jaras kortikosereberalis
yang menyatukan hemisfer serebri dan serebelum. Mesensefalon merupakan bagian pendek
dari batang otak yang berisi aquedikus sylvius, beberapa traktus serabut saraf asenden dan
desenden dan pusat stimulus saraf pendengaran dan penglihatan. Diensefalon di bagi empat
wilayah yaitu talamus, subtalamus, epitalamus dan hipotalamus. Talamus merupakan stasiun
penerima dan pengintegrasi subkortikal yang penting. Subtalamus fungsinya belum dapat
dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus akan menimbulkan hemibalismus yang
ditandai dengan gerakan kaki atau tangan yang terhempas kuat pada satu sisi tubuh.
Epitalamus berperanan pada beberapa dorongan emosi dasar seseorang. Hipotalamus
berkaitan dengan pengaturan rangsangan dari sistem susunan saraf otonom perifer yang
Traktus Pyramidalis adalah serabut-serabut saraf motoris central yang bergabung dalam
suatu berkas yang berfungsi menjalankan impuls motorik yang disadari. Traktus ini
membentuk pyramidal pada medulla oblongata, karena itulah dinamakan system pyramidal
akan bergabung melalui materi putih (korona radiata) otak, membentuk limbus posterior
kapsula interna yang merupakan daerah diantara thalamus dan ganglia basalia (disini
pedunkulus serebri dan diapit oleh daerah-daerah serabut-serabut frontopontin dari sisi
tersebut di atas menduduki pes pontis, dimana terdapat inti-inti tempat serabut-serabut
frontopontin dan parietotemporopontin berakhir. Maka dari itu, bangunan yang merupakan
lanjutan dari pes pontis mengandung hanya serabut-serabut kortikobulbar dan piramidalis
saja.7,8
Diperbatasan pons dan medulla oblongata serabut memanjang terbalik dan menonjol
seperti piramid terbalik, oleh karena itu disebut traktus piramidalis. Pada bagian bawah akhir
medula oblongata, 80-85% serabut traktus piramidalis akan menyilang di garis tengah, yang
kecil yang tidak menyilang turun ke medula spinalis bagian ipsilateral funikulus anterior
yang disebut sebagai traktus piramidalis anterior, lalu menuju bagian yang lebih bawah
(biasanya setingkat dengan segmen yang akan dipersarafi) melalui komisura anterior medula
spinalis. Traktus piramidalis mengontrol semua gerakan volunter yang terdiri dari Upper
Motor Neuron (UMN) dan Lower Motor Neuron (LMN). Kerusakan traktus piramidalis
menghambat semua impuls volunter sepanjang perjalanannya dari korteks serebri turun ke
Fase akut lesi traktus piramidalis, reflek tendon akan hipoaktif, ada flaksid, dan
kelemahan otot. Reflek ini akan kembali dalam beberapa hari atau minggu dan menjadi
hiperaktif karena respon serabut otot lebih sensitif terhadap regangan, terutama sekali pada
Hipersensitifitas ini terjadi akibat kehilangan kontrol inhibitor sentral desenden dari
sel-sel fusimotor (γ motor neuron), yang menginervasi serabut otot, sehingga terjadi aktivasi
yang permanen den respon yang lebih cepat dari normalnya. Gangguan terhadap sistem
pengaturan panjang serabut otot juga terjadi, sehingga otot-otot fleksor ekstrimitas atas, dan
ekstensor ekstrimitas bawah menjadi lebih pendek. Hasil dari semuanya adalah tonus otot
meningkat, terjadi spastik, dan hiperreflek, yang disebut juga tanda traktus piramidalis dan
klonus, selain itu dikenal juga tanda pada jari tangan dan kaki (seperti tanda babinski).8
Pada lesi UMN terjadi paralisis spastik, hipertonia, hiperrefleks, refleks patologis dan
klonus positif. Refleks patologis yang sering didapatkan adalah refleks Babinski. Sedangkan
lesi LMN terjadi karena kerusakan sel-sel kornu anterior atau akson-akson pada ganglion
anterior, serta saraf perifer, gambaran klinisnya berupa paralisis flaksid, hipotonia,
hiporefleks, reflex patologis negatif, atrofi otot-otot bersangkutan yang progresif dan
fasikulasi. Defisit motorik jarang terjadi sendiri sebagai akibat dari lesi sistem saraf,
biasanya bersama dengan kelainan sensorik, otonom, kognitif dan atau beberapa jenis deficit
2.3 DEFINISI
Definisi stroke menurut WHO adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat
gangguan fungsi otak fokal atau global, dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24
jam atau lebih atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskuler2.
Stroke disebabkan terjadinya gangguan aliran darah menuju otak. Biasanya berupa
sumbatan atau pecahnya pembuluh darah ke otak. Berdasarkan penyebab stroke, maka
secara patologis stroke bisa dibagi menjadi stroke perdarahan dan stroke infark/iskemik. Di
mana, stroke infark adalah kematian sebagian jaringan otak yang disebabkan oleh hambatan
Pada Stroke infark, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri
yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteria karotis interna dan dua arteri
vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang dari lengkung aorta jantung. Stroke Iskemik
Emboli serebri terjadi akibat oklusi arteria karotis atau vetebralis atau cabangnya oleh
trombus atau embolisasi materi lain dari sumber proksimal, seperti bifurkasio arteri
karotis atau jantung. Emboli dari bifurkasio karotis biasanya akibat perdarahan ke dalam
plak atau ulserasi di atasnya di sertai trombus yang tumpang tindih atau pelepasan materi
ateromatosa dari plak sendiri. Embolisme serebri sering di mulai mendadak, tanpa tanda-
tanda disertai nyeri kepala4. Sumber emboli cardiogenik termasuk thrombus valvular
(seperti mutral stenosis, endoraditis, katup prostetik), thrombus mural (seperti infark
Trombosis serebri menunjukkan oklusi trombotik arteri karotis atau cabangnya, biasanya
karena arterosklerosis yang mendasari. Proses ini sering timbul selama tidur dan bisa
menyebabkan stroke mendadak dan lengkap. Defisit neurologi bisa timbul progresif
dalam beberapa jam atau intermiten dalam beberapa jam atau hari4. Stroke thrombosis
dapat mengenai pembuluh darah besar termasuk sistem arteri carotis atau pembuluh darah
kecil termasuk percabangan sirkulus wilis dan sirkulasi posterior. Tempat yang umum
terjadi thrombosis adalah titik percabangan arteri serebral khususnya distribusi arteri
carotis interna9. Stenosis arteri dapat mengakibatkan aliran darah yang turbulen dan
juga emboli atau oklusi pada arteri. Penyebab yang umum dari thrombosis adalah
diseksi dari arteri serebral juga dapat menyebabkan stroke thrombosis seperi trauma,
diseksi aorta thoracalis dan arteritis. Hipoperfusi distal akibat stenosis atau oklusi arteri
atau hipoperfusi area diantara dua arteri serebral dapan menyebabkan stroke iskemik6,7,9.
Klasifikasi Stroke Infark Berdasarkan Arteri yang Terkena dan Gejala yang
Ditimbulkannya
Arteri serebral meadial biasanya disebabkan oleh emboli. Stenosis arteri serebral medial
Arteri serebral anteri juga biasa disebabkan oleh emboli. Oklusi cabang arteri serebral
anterior sering tidak begitu mencolok karena adanya aliran darah dari arteri komunikana
anterior. Namun demikian ketika ada oklusi pada percabangan utamanya akan
Carotid dapat menghasilkan symptom melalui 2 cara yaitu melalui hipoperfusi sekunder
akibat stenosis atau oklusi atau dengan adanya emboli. Walau dengan adanya stenotis
yang ringan, ulserasi dan plak ateroma dapat menjadi pembentukan thrombus dan
Lebih jarang terjadi dibandingkan iskemia sirkulasi anterioe, oklusi arteri basilar dan
Infark serebelar biasa menyebabkan pusing, mual, muntah, nistagmus dan ataksia. Sering
terdapat ataksia tumit-lutut dan telunjuk-hidung. Lebih dari 1 sampai 3 hari, akan terjadi
otak seperti conjugate eye, disfungsi N V ipsilateral dan palsy N VII ipsilateral. Kelainan
ini akan berlanjut dengan cepat sampai koma maupun kematian. Pasien dengan
manifestasi klinis tersebut harus dievaluasi dan diobservasi dalam beberapa hari sampai
komplikasi penekanan batang otak dapat di dikurangi dengan dekompresi surgical pada
fossa posterior6,9.
7) Infark Lakunar
Tipe penyakit vascular yang khusus, memiliki karakteristik berupa penebalan hialin pada
penetrasi arteri kecil pada otak (lipohialinosis) dan sering terjadi pada pasien diabetes
mellitus dan hipertensi. Oklusi pada pembuluh darah ini menghasilkan infark cystic yang
kecil dan dalam. Infark ini sering asimptomatis tapi bisa juga menyebabkan gejala seperti
stroke motorik yang murni, stroke sensorik yang murni, clumsy hand-dysarthria
syndrome, ataksia homolateral dan paresis crural, hemiparese motorik yang murni dengan
parese kontralaeral dari gaze lateral dan optalmoplegia internuclear, lacuna sensorimotor,
hemiparesis ataksia dan sebagainya. Diagnosi dapat diarahkan ketika EEG normal dengan
manifestasi klinis seperti di atas. clumsy hand-dysarthria syndrome Oklusi primer arteri-
arteri kecil merupakan mekanisme yang umum, arteri tersebut bisa juga menjadi target
emboli dan mengalami oklusi akibat plak atherosclerosis pembuluh darah besarnya9.
2.5 FAKTOR RESIKO
Ada beberapa faktor risiko stroke yang sering teridentifikasi pada stroke non hemoragik,
diantaranya yaitu faktor risiko yang tidak dapat di modifikasi dan yang dapat di modifikasi.5
1. Usia
Pada umumnya risiko terjadinya stroke mulai usia 55 tahun dan akan
meningkat dua kali dalam dekade berikutnya. 40% berumur 65 tahun dan hampir
2. Jenis kelamin
menyimpulkan bahwa justru lebih banyak perempuan yang meninggal krena stroke.
3. Heriditer
Gen berperan besar dalam beberapa faktor risiko stroke, misalnya hipertensi,
penyakit jantung, diabetes melitus dan kelainan pembuluh darah, dan riwayat stroke
dalam keluarga, terutama jika dua atau lebih anggota keluarga pernah mengalami
stroke pada usia kurang dari 65 tahun, meningkatkan risiko terkena stroke.4
1. Riwayat stroke
Seseorang yang pernah memiliki riwayat stoke sebelumnya dalam waktu lima
tahun kemungkinan akan terserang stroke kembali sebanyak 35% sampai 42%.5
2. Hipertensi
kali ini sering di sebut the silent killer dan merupakan risiko utama terjadinya
JNC 7 yang dimaksud dengan tekanan darah tinggai apabila tekanan darah lebih
tinggi dari 140/90 mmHg, makin tinggi tekanan darah kemungkinan stroke makin
stroke pada orang dengan fibrilasi atrium. Fibrilasi Atrium juga merupakan
4. Diabetes mellitus
Penderita diabetes memiliki risiko tiga kali lipat terkena stroke dan mencapai
tingkat tertinggi pada usia 50-60 tahun. Setelah itu, risiko tersebut akan menurun.
Namun, ada factor penyebab ain yang dapat memperbesar risiko stroke karena
sekitar 40% penderita diabetes pada umumnya juga mengidap hipertensi 4. Pada
5. TIA
akibat iskemik otak fokal yang cenderung membaik dengan kecepatan dan tingkat
penyembuhan berfariasi tapi biasanya 24 jam. Satu dari seratus orang dewasa di
perkirakan akan mengalami paling sedikit satu kali TIA seumur hidup mereka,
jika diobati dengan benar, sekitar 1/10 dari para pasien ini akan mengalami stroke
dalam 3,5 bulan setelah serangan pertama, dan sekitar 1/3 akan terkena stroke
6. Hiperkolesterol
Lipid plasma yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak bebas.
Kolesterol dan trigliserida adalah jenis lipid yang relatif mempunyai makna klinis
penting sehubungan dengan aterogenesis. Lipid tidak larut dalam plasma sehingga
lipid terikat dengan protein sebagai mekanisme transpor dalam serum, ikatan ini
lipoprotein densitas tinggi (HDL). Dari keempat lipo protein LDL yang paling
kolesterol dan atau trigliserida serum di atas batas normal, kondisi ini secara
7. Merokok
Merokok meningkatkan risiko terjadinya stroke hampir dua kali lipat, dan
perokok pasif berisiko terkena stroke 1,2 kali lebih besar. Nikotin dan
arteri cerebral.5
2.6 PATOFISIOLOGI
Sekitar 80% sampai 85% stroke adalah stroke infark, yang terjadi akibat obstruksi
atau bekuan di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Obstruksi dapat
disebabkan oleh bekuan (trombus) yang terbentuk di dalam suatu pembuluh otak atau
pembuluh atau organ distal. Pada trombus vaskular distal, bekuan dapat terlepas, atau
mungkin terbentuk di dalam suatu organ seperti jantung, dan kemudian dibawa melalui
Sumbatan aliran di arteri karotis interna sering merupakan penyebab stroke pada orang
usia lanjut, yang sering mengalami pembentukan plak aterosklerotik di pembuluh darah
sehingga terjadi penyempitan atau stenosis. Pangkal arteri karotis interna (tempat arteri
karotis komunis bercabang menjadi arteri karotis interna dan eksterna) merupakan tempat
Selain itu, stroke infark terjadi akibat berkurangnya aliran darah ke otak sehingga
Secara umum daerah regional otak yang iskemik terdiri dari bagian inti (core) dengan
tingkat iskemia terberat dan berlokasi di sentral. Daerah ini akan menjadi nekrotik dalam
waktu singkat jika tidak ada reperfusi. Di luar daerah core iskemik terdapat daerah
penumbra iskemik. Sel-sel otak dan jaringan pendukungnya belum mati akan tetapi sangat
Di luar daerah penumbra iskemik dapat dikelilingi oleh suatu daerah hyperemic akibat
adanya aliran darah kolateral (Itaury perfusion area). Daerah penumbra iskemik inilah yang
menjadi sasaran terapi stroke iskemik akut supaya dapat direperfusi dan sel-sel otak
berfungsi kembali. Reversibilitas tergantung pada faktor waktu dan jika tak terjadi reperfusi,
Dipandang dari segi biologi molekuler, ada dua mekanisme kematian sel otak. Pertama
proses nekrosis, suatu kematian berupa ledakan sel akut akibat penghancuran sitoskeleton
sel yang berakibat timbulnya reaksi inflamasi dan proses fagositosis debris nekrotik. Proses
kematian kedua adalah proses apoptosis atau silent death, sitoskeleton sel neuron mengalami
penciutan atau shrinkage tanpa adanya reaksi inflamasi seluler. Nekrosis seluler dipicu oleh
exitotoxic injury dan free radical injury akibat bocomya neurotransmitter glutamate dan
Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak bergantung
pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokalisasinya. Sebagian besar kasus
terjadi secara mendadak, sangat cepat, dan menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa
menit. Gejala utama stroke infark akibat trombosis serebri ialah timbulnya defisit neurologik
secara mendadak/subakut, terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran
biasanya tidak menurun. Biasanya terjadi pada usia lebih dari 50 tahun. Sedangkan stroke
infark akibat emboli serebri didapatkan pada usia lebih muda, terjadi mendadak dan pada
Vaskularisasi otak dihubungkan oleh 2 sistem yaitu sistem karotis dan sistem
vertebrobasilaris.
Pada cabangnya yang menuju otak bagian tengah (a.serebri media) dapat terjadi gejala:
1. Gangguan rasa di daerah muka dan sesisi atau disertai gangguan rasa di lengan dan
tungkai sesisi
2. Gangguan gerak dan kelumpuhan dari tingkat ringan sampai total pada lengan dan
3. Gangguan untuk berbicara baik berupa sulit mengeluarkan kata-kata atau sulit
4. Gangguan pengelihatan dapat berupa kebutaan satu sisi, atau separuh lapangan
pandang (hemianopsia)
6. Kesadaran menurun
Pada cabangnya yang menuju otak bagian depan (a.serebri anterior) dapat terjadi gejala:
3. Penurunan kesadaran
Pada cabangnya yang menuju otak bagian belakang (a.serebri posterior), dapat
memberikan gejala:
1. Kebutaan seluruh lapangan pandang satu sisi atau separuh lapangan pandang pada
satu sisi atau separuh lapangan pandang pada kedua mata. Bila bilateral disebut
cortical blindness.
2. Rasa nyeri spontan atau hilangnya persepsi nyeri dan getar pada separuh sisi tubuh.
3. Kesulitan memahami barang yang dilihat, namun dapat mengerti jika meraba atau
mendengar suaranya.
pandangan kabur atau buta bila gangguan pada lobus oksipital, gangguan nervus
kranialis bila mengenai batang otak, gangguan motorik, gangguan koordinasi, drop
attack, gangguan sensorik dan gangguan kesadaran. Selain itu juga dapat menyebabkan:
1. Gangguan gerak bola mata, hingga terjadi diplopia, sehingga jalan sempoyongan
2. Kehilangan keseimbangan
3. Vertigo
4. Nistagmus
Bila lesi di kortikal, akan terjadi gejala klinik seperti afasia, gangguan sensorik
kortikal, muka dan lengan lebih lumpuh, deviasi mata, hemiparese yang disertai
kejang. Bila lesi di subkortikal, akan timbul tanda seperti; muka, lengan dan tungkai
sama berat lumpuhnya, distonic posture, gangguan sensoris nyeri dan raba pada
muka lengan dan tungkai (tampak pada lesi di talamus). Bila disertai hemiplegi, ini
berarti terdapat lesi pada kapsula interna4. Bila lesi di batang otak, gambaran klinis
pendengaran. Selain itu juga dapat terjadi gangguan sensoris, disartri, gangguan
1. Trans Ischemic Attack (TIA) Gangguan neurologis memiliki gejala yang berlangsung
untuk jangka waktu yang lebih singkat, berlangsung sekitar 2 hingga 15 menit dan tidak
24-72 jam
4. Completed stroke, Gangguan neurologis yang memiliki gejala neurologis yang menetap
2.9 DIAGNOSIS
2.9.1 ANAMNESIS
pertama atau berulang. Juga bisa didapatkan informasi mengenai faktor resiko stroke.
Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah usia, jenis kelamin, ras, dan
genetik. Sementara faktor resiko yang dapat diubah adalah hipertensi, diabetes melitus,
penyakit jantung, riwayat TIA/ stroke sebelumnya, merokok, kolesterol tinggi dalam
Skor Siriraj adalah salah satu sistem skoring yang telah dikembangkan tahun 1984-
1985 di Rumah Sakit Siriraj, Universitas Mahidol, Bangkok, Thailand, dan diterima
secara luas serta digunakan di banyak rumah sakit di Thailand sejak tahun 1986. Skor
Siriraj dibuat dengan tujuan mengembangkan suatu alat diagnostik klinis stroke yang
sederhana, reliable, aman dan dapat digunakan di daerah yang tidak memiliki fasilitas
CT scan kepala15.
2.9.3 PEMERIKSAAN FISIK
Salah satu pemeriksaan yang penting dalam bidang neurologi adalah penilaian
isi kesadaran tidak selalu diikuti dengan penurunan tingkat kesadaran. Penurunan
motorik. Cara penilaiannya adalah dengan menjumlahkan nilai dari ketiga aspek
(normal)5.
b. Tanda Meningeal
penderita dilakukan fleksi dan ekstensi. Kaku kuduk positif jika sewaktu
dilakukan gerakan, dagu penderita tidak dapat menyentuh dua jari yang
2. Tanda Brudzinski
letakkan satu tangan dibawah kepala pasien dan tangan lainnya diletakkan di
tungkai atas pasien difleksikan secara pasif pada sendi panggul, dan diikuti
dengan fleksi tungkai lainnya. Apabila sendi lutut lainnya dalam keadaan
3. Tanda Kernig
derajat. Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut sampai
membentuk sudut lebih dari 135 derajat terhadap paha. Bila terdapat tahanan
dan rasa nyeri sebelum atau kurang dari sudut 135 derajat, maka dikatakan
derajat sebelum timbul rasa sakit dan tahanan. Bila sudah timbul rasa sakit
dan tahanan sebelum mencapai 70 derajat maka disebut tanda laseque positif.
Namun pada pasien yang sudah usia lanjut diambil patokan 60 derajat11.
c. Nervus Kranialis
olfaktorius pada bagian atas kavum nasal, fila olfaktoria, bulbus subkalosal
memprovokasi timbulnya nafsu makan dan induksi salivasi serta bau busuk
yang dapat menimbulkan rasa mual dan muntah menunjukkan bahwa sistem
ini ada kaitannya dengan emosi. Serabut utama yang menghubungkan sistem
penciuman dengan area otonom adalah medial forebrain bundle dan stria
limbik13.
optalmika dan bergabung dengan saraf dari sisi lainnya pada dasar otak untuk
bagian fundus masih utuh sehingga serabut-serabut dari bagian bawah retina
pandang12.
medialis, superior, dan inferior, otot oblikus inferior dan otot levator palpebra
sangat sedikit mempersarafi otot-otot mata inferior yaitu spingter pupil dan
otot siliaris13.
Nukleus saraf troklearis terletak setinggi kolikuli inferior di depan
dari sisi dorsal batang otak. Saraf troklearis mempersarafi otot oblikus
derajat kecil12,13.
bawah dekat medula oblongata dan terletak dibawah ventrikel ke empat saraf
mendeteksi apakah ada ptosis atau juling. Lalu pasien diminta untuk duduk
tegak dan tidak menggerakkan kepala, minta pasien untuk melihat gerakan
tangan atau jari ke arah samping kanan kiri, atas, bawah dan diagonal). Bola
mata harus bergerak secara bersamaan dan simetris. Saat mengarahkan tangan
ke samping (arah lateral), perhatikan apakah ada nistagmus pada pasien atau
tidak. Refleks pupil disarafi oleh nervus II (optikus) dan nervus III
nervus III untuk kontraksi otot pupil. Pupil pasien diperiksa dengan
pupil konsensual yang normal adalah kedua pupil akan mengecil secara
sensorik saraf trigeminus dibagi menjadi tiga cabang utama yatu saraf
daerah kulit, dahi, wajah, mukosa mulut, hidung, sinus. Gigi maksilar dan
mandibula, dura dalam fosa kranii anterior dan tengah bagian anterior telinga
Gunakan kapas dan jarum tumpul untuk memeriksa sensorik di wajah. Sentuh
tiga bagian kulit wajah pasien dan tanyakan apakan pasien dapat merasakan
stimulus tersebut dan dapat membedakan sentuhan halus dan nyeri. Reflek
bagian yang lumpuh. Refleks hentakan rahang (jaw jerk reflect) dapat
memukulkan palu refleks dengan ibu jari pasien sebagai alasnya. Refleks
mendapatkan rangsangan11.
motorik berasal dari Nukleus motorik yang terletak pada bagian ventrolateral
berasal dari Nukleus sensorik yang muncul bersama nukleus motorik dan
interna13.
termasuk tersenyum, mengerutkan dahi, terdiri dari otot orbikularis okuli, otot
buksinator, otot oksipital, otot frontal, otot stapedius, otot stilohioideus, otot
pasien secara umum, perhatikan apakah ada asimetri dan gangguan untuk
menutup mata. Minta pasien untuk melakukan berbagai ekspresi wajah untuk
menilai otot wajah. Minta pasien untuk menaikkan alis (otot frontalis),
pendengaran berasal dari organ corti dan berjalan menuju inti koklea di pons.
pendengaran13.
pasien normal maka pasien dapat mengulang kata yang diucapkan oleh
konduksi suara di udara dan di tulang. Garpu tala ukuran 512 Hz dibunyikan,
letakkan gagang garpu tala di tulang mastoid dan minta pasien memberikan
tanda bila pasien sudah tidak mendengar suara. Pindahkan garpu tala di depan
Garpu tala 512 Hz dibunyikan dan diletakkan di puncak kepala (verteks) dan
tanyakan pada pasien apakah ada bagian telinga yang lebih kuat mendengar
bunyi11.
tidak. Atau dapat melakukan tes kesimbangan seperti tandlem walking, tes
Kranialis X)
berlanjut antara arteri karotis interna dan vena jugularis interna ke otot
stilofaringeus. Di antara otot ini dan otot stiloglosal, saraf berlanjut ke basis
lidah dan mempersarafi mukosa faring, tonsil dan sepertiga posterior lidah.
Saraf vagus juga mempunyai dua ganglion yaitu ganglion superior atau
jugulare dan ganglion inferior atau nodosum, keduanya terletak pada daerah
foramen jugularis, saraf vagus mempersarafi semua visera toraks dan
abdomen dan menghantarkan impuls dari dinding usus, jantung dan paru-
paru13.
sengau. Pasien diminta untuk membuka mulut lebar dan mengatakan “aaa”.
Bila terjadi kelumpuhan (palsy) maka uvula akan berdeviasi ke arah yang
sakit11,12
adalah akson dari neuron dalam nukleus ambigus yang terletak dekat neuron
dari saraf vagus. Saraf aksesoris adalah saraf motorik yang mempersarafi otot
inspeksi pada bahu pasien. Lakukan palpasi pada bahu pasien untuk
mengetahui apakah ada atrofi atau tidak. Minta pasien untuk menolehkan
Nukleus saraf hipoglosus terletak pada medula oblongata pada setiap sisi
genioglosus. Fungsi lidah yang normal sangat penting untuk fungsi bicara dan
menelan13.
neuroimaging (CT Scan kepala atau MRI). Stroke dengan lesi yang luas, misalnya di
daerah kortikal atau ganglia basalis, gambaran abnormal CT scan kepala baru akan
muncul setelah 1-3 jam. Pemeriksaan CT Scan kepala dilakukan dalam 24 jam
pertama sejak admisi pasien ke rumah sakit 14. Penggunaan CT-Scan adalah untuk
mendapatkan etiologi dari stroke yang terjadi. Pada stroke non-hemoragik, ditemukan
gambaran lesi hipodens dalam parenkim otak. Sedangkan dengan pemeriksaan MRI
Diagnosis stroke akut dapat ditegakkan dengan lebih cepat dan akurat dengan
lebih cepat, dan dapat menilai lesi di batang otak). Jika penampakan tidak khas atau
tidak menunjukkan stroke, maka seorang klinisi harus tetap menganggap itu adalah
stroke dan dilanjutkan dengan penentuan apakah pasien adalah calon untuk
mendeteksi stroke non hemoragik rigan, bahkan pada stadium dini, meskipun tidak
pada setiap kasus. Alat ini kurang peka dibandingkan dengan CT scan dalam
PEMBAHASAN
Diagnosa Klinis: Hemiparese sinistra , parese NIII, parese N.XII dextra dan hipertensi
Pasien datang ke IGD RSUD Moh. Saleh dengan keluhan tangan dan kaki kiri lemas sejak
hari Jumat sebelum MRS. Sebelumnya keluhan timbul mendadak jumat pagi setelah sholat
subuh. Sebelumnya pasien sudah merasakan kesemutan dan rasa kaku pada tangan dan kaki kiri
setelah melakukan aktivitas (kerja lembur ±2 hari). Pasien juga mengatakan sebelumnya pasien
sudah mengalami kesusahan saat mengerem sepeda motor. Pasien mengatakan mata kiri
mengalami penurunan pengelihatan. Muntah (-), sakit kepala sebelumnya (-),kejang (-) ,keluhan
Dari keluhan utama pasien menunjukkan adanya kelemahan pada daerah ekstremitas,
hal ini dapat merupakan manifestasi klinis dari stroke. Selain itu didapatkan gejala lain
yaitu penurunan pengelihatan pada mata kiri. Stroke dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu stroke
infark atau haemorage. Pemeriksaan klinis tersebut dimasukkan ke dalam rumus siriraj score.
Apabila score <-1 maka pasien kemungkinan menderita stroke infark, apabila score >1 pasien
kemungkinan menderita stroke haemorrage. Pada pasien ini score sirirajnya <- 7, sehingga
Kekuatan motoric pasien pada ekstremitas superior dan inferior sama, sehingga
kemungkinan terjadi penyumbatan pada arteri serebral media. Apabila kekuatan motoric antara
ekstremitas superior dan inferior tidak sama, kemungkinan terjadi penyumbatan pada arteri
cerebri anterior. Adanya gangguan penglihatan mendadak pada mata kiri sehigga
memungkinkan pasien mengalami penyumbatan pada arteri cerebri posterior. Keluhan lemah
kaki dan tangan kanan pasien dirasakan mendadak ketika bangun tidur sehingga kemungkinan
Gejala pada pasien tidak menghilang setelah 24 jam atau lebih sehingga dapat
menyingkirkan diagnosis TIA dan RIND. Gejala pada pasien tidak semakin memberat
sehingga ini bukan merupakan kondisi progressive stroke melainkan complete stroke.
Selain itu, pada pasien ini didapatkan deviasi lidah ke arah parese (sinistra) namun
tidak didapatkan fasikulasi atau atrofi pada lidah sehingga lesi pada pasien merupakan lesi
Pasien menyangkal adanya keluhan sakit kepala hebat, menyangkal adanya mual,
Diagnosa hipertensi ditegakkan dari hasil anamanesis dan pemeriksaan fisik (tensi 142/89
mmHg). Pasien mengeluhkan telah lama menderita darah tinggi. Pasien merupakan
radiate sinistra dan dextra. Hal ini mendukung anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien yang
1. Breathing : Pemantauan saturasi oksigen selama 72 jam, pemberian O2pada saturasi O2 <
95%
2. Blood: Perbaiki sirkulasi darah ke otak dengan pemberian cairan kristaloid isotonis seperti
saline 0,9%.
meninggikan posisi kepala 20-30˚, hindari pemberian cairan glukosa atau hipotonik, jaga
normovolemi, pemberian manitol 20% dengan dosis 0,25-0,5 gr/kgbb selama >20 menit
diulang tiap 4-6 jam dengan target <310 mOsm/L.Atau 6x100mg/ 24 jam atau 100mg tiap 4
jam.
kateter foley dilakukan untuk penderita retensi urin atau ikontinensia urin.
5. Bowel : Memperhatikan intake makanan dan fungsi pencernaan. Makanan harus cukup
mengandung kalori dan vitamin. Pemasangan sonde dilakukan apabila ada gangguan
Pada pasien diberikan citokilin, Citicolin berperan untuk perbaikan membran sel saraf
memori pada pasien dengan luka pada kepala dengan cara membantu dalam pemulihan darah
ke otak. Studi klinis menunjukkan peningkatan kemampuan kognitif dan motorik yang lebih
Selain itu juga diberikan Metilkobalamin yang berperan sebagai koenzim dalam proses
pembentukan methionin dari homosystein. Reaksi ini berguna dalam pembentukan DNA,
serta pemeliharaan fungsi saraf. Metilkobalamin berperan pada neuron susunan saraf melalui
kemungkinan peranan metilkobalamin pada terapi stroke, cedera otak, penyakit Alzheimer,
pada reseptor ADP di platelet, dengan demikian menghambat aktivasi kompleks glikoprotein
GPIIb/IIIa yang dimediasi ADP, yang menimbulkan penghambatan terhadap agregasi platelet.
Clopidogrel juga menghambat agregasi platelet yang diinduksi oleh agonis lain dengan
menghalangi amplifikasi aktivasi platelet dengan merilis ADP. Clopidogrel bertindak dengan
memodifikasi reseptor ADP platelet secara ireversibel. Akibatnya, platelet yang terkena
Clopidogrel terpengaruh untuk sisa jangka hidup mereka dan pemulihan fungsi platelet
nyeri akut atau kronik berat, yang berhubungan dengan spasme otot polos (akut atau kronik)
misalnya spasme otot atau kolik yang mempengaruhi The gastrointestinal tract (GIT), ginjal,
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan/atau gejala hilangnya fungsi sistem
saraf pusat fokal atau global yang berkembang cepat ( dalam detik atau menit). Gejala ini
berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian, berasal dari gangguan aliran
darah otak dan bukan disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak sepintas, tumor otak,
stroke sekunder karena trauma maupun infeksi. Pembagian stroke berdasarkan patologi
anatomi dan manifestasi klinisinya yaitu stroke non-hemoragik (iskemik) dan stroke
hemoragik.
Serangan untuk tipe stroke apa pun akan menimbulkan defisit neurologis yang bersifat
akut. Tanda dan gejala stroke antara lain, hemidefisit motorik , hemidefisit sensorik,
penurunan kesadaran , kelumpuhan nervus VII (fasialis) dan nervus XII (hipoglosus) yang
bersifat sentral, afasia dan demensia, hemianopsia, defisit batang otak. Cara membedakan
jenis patologi stroke dapat dilakukan pemeriksaan neuroimaging (CT Scan kepala atau MRI).
Tujuan terapi adalah memulihkan perfusi ke jaringan otak yang mengalami infark dan
tissue plasminogen activator (rtPA) yang merupakan bukti efektivitas dari trombolisis, obat
antiplatelet dan antikoagulan untuk mencegah referfusi pada pasien stroke iskemik.
DAFTAR PUSTAKA
4. Rabie’ah. 2015. Stroke Iskemik. Kepaniteraan Klinik Ilmu Saraf Fakultas Kedokteran
7. Nurussakinah Daulay. 2017. Struktur Otak dan Keberfungsiannya pada Anak dengan
Psikologi
8. Nodia Adillah Syukri. 2017. Traktus Piramidalis. Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas
Pekanbaru
10. Permatasari, Nia . 2020 . Artikel Penelitian : Perbandingan Stroke Non Hemoragik
Vol 11 Nomor 1
11. Diah Kurnia Mirawati,dkk. 2019. Buku Manual Keterampilan Klinik Topik
12. Ashari Bahar dan Devi Wuysang. 2017. Pemeriksaan Neurologik dan Keterampilan
14. Diah Mutiarasari. 2019. ISCHEMIC Stroke: Symptoms, Risk Factors, And
15. Hanif Fakhruddin dan Lisa Nurmalia. 2019. Perbandingan Uji Diagnostik Siriraj
Stroke Score dan Algoritma Stroke Gadjah Mada Sebagai Prediktor Jenis