Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN KASUS

Ischemic Stroke

Disusun oleh :
dr. Steven Culbert

Pembimbing :
dr. Harist Hamonangan Simanjuntak, MKM

RUMAH SAKIT PERMATA HATI ASAHAN


PERIODE AGUSTUS-FEBRUARI 2024
KISARAN TIMUR, ASAHAN
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

BAB I ILUSTRASI KASUS

1.1 Identitas Pasien

1.2 Anamnesis

1.3 Pemeriksaan Fisik

1.4 Resume

1.5 Diagnosis

1.6 Pemeriksaan Penunjang

1.7 Diagnosis Kerja

1.8 Diagnosis Banding

1.9 Prognosis

1.10 Saran Pemeriksaan Penunjang

1.11 Tatalaksana

1.12 Follow up

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

1.3 Epidemiologi

1.4 Etiologi

1.5 Faktor Risiko

1.6 Patofisiologi

1.7 Manifestasi Klinis


1.8 Diagnosis

1.9 Diagnosis Banding

1.10 Tatalaksana

1.11 Komplikasi

1.12 Prognosis

BAB III ANALISA KASUS

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Elektrokardiogram 20
Gambar 2.1 Siriraj stroke score 38
Gambar 2.2 Gajah mada stroke score 39
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Skoring Siriraj stroke score 38
Tabel 2.2 Skoring Gajah mada stroke score 39
BAB I
PENDAHULUAN

Di seluruh dunia, stroke merupakan penyebab kematian urutan kedua dan


penyebab kecacatan urutan ketiga. Pada stroke terjadi kematian mendadak pada
sel otak yang diakibatkan oleh kurangnya oksigen pada aliran darah ke otak yang
disebabkan olah penyumbatan ataupun pecahnya aliran darah ke otak, hal ini
merupakan penyebab utama terjadinya demensia dan depresi.1Terdapat 3 jenis
stroke berdasarkan CDC yaitu, stroke iskemik, stroke hemoragik, dan transient
ischemic attack.2
Stroke iskemik merupakan suatu keadaan yang terjadi akibat aliran darah
yang memasuki otak tersumbat sehingga otak tidak mendapatkan oksigen yang
cukup. Seringkali penggumpalan darah yang menyebabkan penyumbatan
sehingga terjadi stroke iskemik. Sebanyak 87% dari semua kasus stroke
disebabkan oleh stroke iskemik.2,3,4 Pada stroke iskemik terjadi defisit neurologis
yang mendadak. Penyebab paling umum disebabkan oleh oklusi atherothrombotic
arteri besar, emboli otak, oklusi nonthrombotik pada arteri serebral kecil dan
dalam, dan stenosis arteri proksimal dengan hipotensi sehingga menurunkan aliran
darah otak dari arteri.5
Prevalensi stroke iskemik pada tahun 2016 diseluruh dunia mencapai 67,5
juta jiwa yang menderita stroke iskemik, 61% merupakan orang dengan usia
dibawah 70 tahun, 10% merupakan orang dengan usia dibawah 44 tahun.
Sebanyak 49% penderita stroke iskemik merupakan laki-laki dan 51% merupakan
perempuan. Sebanyak 2,7 juta orang meninggal diakibatkan oleh stroke iskemik.
25% yang meninggal di bawah usia 70 tahun dan 1% yang meninggal di bawah
usia 44 tahun.6
Penanganan stroke sendiri sangat bergantung pada waktu, semakin cepat
stroke mendapatkan perawatan medis, semakin baik prognosisnya. Penanganan
stroke yang cepat dan tepat dapat meminimalkan efek jangka panjang dari stroke
bahkan dapat mencegah kematian.7
BAB II

ILUSTRASI KASUS

1.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 63 tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan: Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. Rekam Medis : 010087
Masuk RS : 11/11/2023

1.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis & alloanamnesis dengan anak
pasien pada tanggal 11 November 2023 di IGD Rumah Sakit Permata hati
pada pukul 09.30 WIB.
a. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan kelemahan anggota gerak kanan sejak 2 hari
SMRS.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan kelemahan anggota gerak kanan sejak 2 hari
SMRS. Mulanya, pasien sedang tertidur di kamar, hingga pada saat pukul
06.00 WIB pasien hendak bangun dari ranjang. Namun, pasien tidak bisa
terbangun dan mengeluhkan munculnnya kelemahan pada anggota gerak
kanan, sehingga pasien segera dibawa ke tukang pijat di dekat rumahnya
untuk dikusuk. Pada keesokan harinya pasien tidak mengalami perbaikan,
melainkan muncul keluhan bicara yang pelo sekitar pukul 22.00 WIB dan
keluarga pasien menyadari bibir yang tampak mencong ke arah kanan.
Oleh karena itu, pasien dibawa ke IGD pada keesokan harinya. Setibanya
di IGD, pasien tidak bisa berjalan sendiri dan harus dibopong ke ranjang
pemeriksaan. Pasien menyangkal adanya nyeri kepala hebat, penurunan
kesadaran, riwayat cedera kepala, gangguan penglihatan atau pandangan
berganda, pingsan, muntah menyembur, maupun kejang. BAB dan BAK
pasien dalam batas normal.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Keluarga pasien menyangkal adanya riwayat keluhan yang serupa
sebelumnya. Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 2 tahun yang lalu
namun tidak rutin mengkonsumsi obat-obatan. Keluarga pasien
menyangkal adanya riwayat diabetes, penyakit ginjal, asma, alergi,
maupun gangguan jantung pada pasien.

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga pasien menyangkal adanya riwayat keluhan yang serupa dengan
pasien. Keluarga pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, diabetes
melitus, penyakit ginjal, asma, alergi maupun gangguan jantung.

e. Riwayat Soasial dan Kebiasaan


Keluarga pasien menyangkal adanya riwayat merokok, mengkonsumsi
alkohol, maupun mengkonsumsi obat-obatan terlarang pada pasien.

f. Riwayat Operasi
Pasien tidak memiliki riwayat operasi sebelumnya.

g. Riwayat Obat-obatan
Pasien tidak memiliki obat-obatan yang rutin dikonsumsi.

1.3 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 11 November 2023 di IGD Rumah
Sakit Permata hati.
● Keadaan umum : Tampak sakit sedang
● Kesadaran : Compos Mentis (E4 M6 V5)
● Tinggi badan : 158 cm
● Berat badan : 72 kg
● IMT : 28.84 kg/m2

a. Tanda-tanda vital
● Tekanan darah : 160/100 mmHg
● Nadi : 86 x/menit
● Pernapasan : 22 x/menit
● Suhu : 36.7 °C
● Saturasi O2 : 96% on RA

b. Status Generalis
Kepala
Tengkorak Normosefali, deformitas (-), luka (-)
Wajah Normofasies, pucat (-), ikterik (-), sianosis (-)
Mata Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Pupil bulat, isokor 3mm/3mm
RCL (+/+), RCTL (+/+)
Telinga Normotia, sekret (-) serumen (-), darah (-/-)
Hidung Polip (-), deviasi septum (-), deformitas (-)
Tidak ada pernapasan cuping hidung
Darah (-/-), sekret (-/-)
Bibir Lembab, sianosis (-)
Leher
Deviasi trakea (-), Pembesaran KGB (-)
Paru Vesikuler (+/+)
Rhonchi (-/-)
Wheezing (-/-)
Jantung S1S2 reguler
Murmur (-)
Gallop (-)
Abdomen Supel, datar, bekas luka (-), BU (+) 6x/menit, nyeri
tekan (-), Jejas (-)
Ekstremitas Akral hangat
CRT < 2 dtk
Sianosis (-)
Edema (-/-)

c. Status Lokalis
● Terpasang IV line pada antebrachii sinistra

d. Status Neurologis
● Kesadaran
o GCS E4M6V5 = 15 (Composmentis)
● Tanda Rangsang Meningeal
o Kaku Kuduk :-
o Tanda Lasegue : >70/>70
o Tanda Kernig : >135/>135
o Brudzinski I : -/-
o Brudzinski II : -/-
● Pemeriksaan Saraf Kranialis
Kanan Kiri
Nervus I (Olfaktorius)
Gangguan Penghidu Sulit dikaji
Nervus II (Optikus)
Visus >1/60 | >1/60
Lapang Padang Sama dengan pemeriksa
Warna Tidak dilakukan
Funduskopi Tidak dilakukan
Nervus III (Okulomotor), IV (Trochlearis), VI (Abducens)
Sikap bola mata Ortoforia Ortoforia
Celah Palpebra Ptosis (-), Ptosis (-),
Lagoptalmos (-) Lagopthalmos (-)
Pupil Bulat isokor 3 Bulat isokor 3
mm mm
Refleks Cahaya Langsung (+) (+)
Refleks cahaya tidak langsung (+) (+)
Nistagmus (+) horizontal (+) horizontal
Pergerakan bola mata Baik ke segala arah
Nervus V (Trigeminus)
Motorik
Inspeksi Normotrofi Normotrofi
Palpasi Normotonus Normotonus
Membuka mulut (+) (+)
Gerakan rahang (+) (+)
Sensorik
Sensibilitas V1 (+) (+)
Sensibilitas V2 (+) (+)
Sensibilitas V3 (+) (+)
Refleks kornea (+) (+)
Nervus VII (Fascialis)
Sikap mulut istirahat Asimetris, mulut mencong ke arah
kanan
Angkat alis, kerut dahi, tutup
(+) (+)
mata dengan kuat
Kembung pipi (-) (+)
Menyeringai (-) (+)
Rasa kecap 2/3 anterior lidah Tidak dilakukan
Nervus VIII
Nervus Cochlearis
Suara bisikan
Terdengar, simetris (+/+)
Suara gesekan jari
Rinne
Webber Tidak dilakukan
Schwabach
Nervus Vestibularis
Nistagmus Horizontal (+) Horizontal (+)
Romberg Test
Fukuda Stepping test Tidak dilakukan
Past Pointing Test
Nervus IX (Glosofaringeus), X (Vagus)
Arkus faring Simetris
Uvula Berada ditengah
Disfonia (-)
Disartria (-)
Refleks faring Tidak dilakukan
Nervus XI (Aksesorius)
Sternocleidomastoideus Simetris, sama kuat
Trapezius Simetris, sama kuat
Nervus XII (Glossopharyngeal)
Sikap lidah dalam mulut
Deviasi (+), deviasi ke arah kiri
Atrofi (-)
Fasikulasi (-)
Tremor (-)
Menjulurkan Lidah (+), deviasi ke arah kanan
Kekuatan Lidah (-/+), menurun
● Pemeriksaan Motorik
Kanan Kiri
Ekstremitas Atas
Inspeksi
Atrofi (-) (-)
Fasikulasi (-) (-)
Palpasi
Tonus Normotonus Normotonus
Sendi bahu 3 5
Biceps 3 5
Triceps 3 5
Pergelangan Tangan 3 5
Gerakan involunter (-) (-)
Ekstremitas Bawah
Inspeksi
Atrofi (-) (-)
Fasikulasi (-) (-)
Palpasi
Tonus Normotonus Normotonus
Gluteus 3 5
Hip Flexor 3 5
Quadriceps hamstring 3 5
Ankle dorsifleksi 3 5
Gastrocnemius 3 5
Gerakan involunter (-) (-)

● Pemeriksaan Refleks
Refleks Fisiologis
Bicep (+2) (+2)
Triceps (+2) (+2)
Brachioradialis (+2) (+2)
Pattela (+2) (+2)
Achiles (+2) (+2)
Refleks Patologis
Babinski (-) (-)
Chaddock (-) (-)
Openheim (-) (-)
Gordon (-) (-)
Schaeffer (-) (-)
Rossolimo (-) (-)
Mendel Becthrew (-) (-)
Hoffman (-) (-)
Tromner (-) (-)

● Pemeriksaan Sensorik
Pemeriksaan Kanan Kiri
Eksteroseptif
Raba (+) (+)
Nyeri (+) (+)
Suhu Tidak dilakukan
Proprioseptif
Posisi sendi
Tidak dilakukan
Getar

● Pemeriksaan Koordinasi
o Tes tunjuk hidung : Tidak dilakukan
o Tes tumit-lutut : Tidak dilakukan
o Disdiadokokinesis : Tidak dilakukan

● Pemeriksaan Otonom
o Miksi : (+)
o Defekasi : (+)
o Sekresi keringat : (+)

● Fungsi Luhur
o MMSE : Tidak dilakukan

1.4 Resume
Pasien Ny. S berusia 63 tahun datang dengan keluhan kelemahan anggota
gerak kanan sejak 2 hari SMRS. Saat hendak bangun dari tidur, pasien tidak
bisa terbangun dari ranjang dan mengeluhkan kelemahan anggota gerak
kanan. Pasien juga mengeluhkan bicara yang pelo dan bibir yang tampak
mencong ke arah kanan sejak 1 hari SMRS. Pasien memiliki riwayar
hipertensi, namun tidak rutin mengkonsumsi obat-obatan.
Pada pemeriksaan fisik, pasien tampak sakit sedang. Pada pemeriksaan
saraf kranial, ditemukan deviasi mulut ke arah kanan, kembung pipi sisi
kanan(-), dan senyum tertinggal pada pipi sisi kanan. Selain itu, kekuatan
lidah menurun, sikap lidah saat istirahat tampak deviasi ke arah kiri dan
deviasi ke arah kanan saat dijulurkan. Pada pemeriksaan motorik, ditemukan
adanya kelemahan ekstremitas superior dan inferior dextra dengan kekuatan 3.
1.5 Diagnosis
Diagnosis Klinis Diagnosis Topis Diagnosis Diagnosis Patologis
Etiologis
Hemiparesis Hemisfer cerebri Vaskular Iskemi
Dextra sinistra
Paresis CN VII Pons atau jaras Vaskular Iskemi
central dextra kortiko-bulbar
Paresis CN XII Medula oblongata Vaskular Iskemi
central dextra atau jaras
kortiko-bulbar
Hipertensi Kardiovaskular Vaskular Peningkatan tekanan
pada dinding
pembuluh darah
1.6 Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 12/11/2023 pukul 09.57WIB.

HEMATOLOGY RESULT UNIT REFERENCE


RANGE

COMPLETE BLOOD COUNT

Hemoglobin 13.2 g/dl 12.0 – 16.0

Hematocrit 40.6 % 36-47

Erythrocyte (RBC) 4.64 10^6/μL 4.10-5.10

Platelet count 404.000 uL 150.000-450.0


00

White Blood Cell 8.140 uL 4.000-11.000


(WBC)

DIFFERENTIAL COUNT

Segment Neutrophil 66 % 50-70

Lymphocyte 22.7 % 20-40

Monocyte 11.3 % 2-8

BIOCHEMISTRY

Blood Random Glucose 175.0 mg/dL <200.0


Elektrokardiogram
Elektrokardiogram diambil pada tanggal 11/11/2023

Gambar 1.1 Elektrokardiogram


Kesan :

1.7 Diagnosis Kerja


● Hemiparesis dextra et parese CN VII, XII central dextra ec stroke
iskemik
● Hipertensi

1.8 Diagnosis Banding


● Stroke hemoragik

1.9 Prognosis
Ad Vitam : Bonam
Ad Functionam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam

1.10 Saran Pemeriksaan Penunjang


CT scan kepala tanpa kontras

1.11 Tatalaksana
Non Medikamentosa :
Primary Survey
Airway Pengkajian :
● Obstruksi (-), benda asing (-), darah (-)
Breathing and Pengkajian :
ventilation
● Pernafasan spontan, statis dan dinamis
simetris, retraksi otot pernapasan (-), cuping
hidung (-)
● Pernapasan 22x/menit
● Saturasi oksigen 96% on RA
Circulation Pengkajian :
● Tekanan darah 160/100
● Nadi 86x/menit regular, kuat angkat, isi
cukup
● Akral hangat, CRT <2 detik
Tindakan :
● Pemasangan IV line pada antebrachii
sinistra
● Pemberian cairan RL 500 cc/8 jam
● Pengambilan darah untuk pemeriksaan lab
Disability Pengkajian :
● GCS E4M6V5 (Composmentis)
● Pupil bulat isokor, 3mm/3mm, RCL (+/+),
RCTL (+/+), Nystagmus horizontal
unidirectional(+/+)
Exposure Pengkajian :
● Suhu 36.5C
● Tidak ada tanda luka maupun jejas

Secondary Survey
Allergies Tidak ada riwayat alergi
Medication History Pasien tidak rutin mengkonsumsi obat-obatan.
Past Illness Hipertensi (+)
Events related to -
injury
Mechanism of injury -
Injury found Tidak ditemukan adanya tanda luka maupun jejas
Sign and Symptoms Kelemahan anggota gerak kanan sejak 2 hari SMRS,
bicara pelo, cadel
Treatment Dikusuk oleh tukang pijat, lalu dibawa ke IGD karena
tidak ada perubahan

● Konsul Sp.N
● Rawat inap untuk pemantauan dan monitor TTV lebih lanjut
● Tirah baring
● Observasi TTV dan GCS
● Edukasi keluarga pasien tentang kondisi pasien serta informed
consent untuk dilakukan rawat inap

Medikamentosa :
● RL 500cc/8 jam
● Piracetam IV 3gr/12jam
● Mecobalaimen IV 500mcg/12jam
● Ranitidine IV 1amp/12jam
● Amlodipin 1x10mg PO
● Paracetamol 3x500mg PO
1.12 Follow up
12 November 2023
S Pasien di ruang rawat inap. Pasien saat ini masih mengeluhkan adanya
kelemahan pada anggota gerak kanan, bicara pelo dan cadel. Pasien dapat
diet peroral. BAB dan BAK dalam batas normal.
O KU : Tampak sakit sedang
GCS : E4M6V5 (Composmentis)
TD : 140/90mmHg
HR : 90x/menit
RR : 16x/menit
Suhu : 36.6C

Status Lokalis :
Terpasang IV line pada antebrachii sinistra

Pemeriksaan Saraf Kranialis :


CN 2 : Visus >1/60|>1/60, lapang pandang sama dengan pemeriksa
CN 3,4,6 : Pupil bulat isokor (3mm/3mm), RCL/RCTL (+/+), ortoforia
(+/+), ptosis (-/-), nystagmus horizontal unidirectional (+/+)
CN 5 dan 7 : Normotrofi (+/+), Normotonus (+/+), gerakan membuka
mulut dan mengunyah asimetris (+/+), sensorik wajah teraba normal dan
simetris (+/+), mengembungkan pipi dan menyeringai asiemtris (-/+),
lagopthalmus (-/-)
CN 9 dan 10 : Arkus faring simetris, uvula berada ditengah, disfoni (-),
disfagia (-), gag reflex tidak dilakukan
CN 12 : Normotrofi (+), deviasi lidah (+) ke arah kanan saat dijulurkan,
kekuatan lidah teraba simetris (-/+)

Pemeriksaan Motorik :
3333|5555
3333|5555

Pemeriksaan Sensorik :
Rabaan & nyeri : Teraba simetris (+/+)
Proprioseptif : Teraba simetris (+/+)

Refleks Fisiologis :
Bicep +2/+2
Triceps +2/+2
Brachioradialis +2/+2
Patella +2/+2
Achilles +2/+2

Refleks Patologis :
Babinski sign (-/-)
Hoffman-Tromner (-/-)
A Klinis : Hemiparesis dextra, paresis CN VII, XII central dextra
Topis : Hemisfer serebri sinistra, pons, medula oblongata
Etiologis : Vaskular
Patologis : Iskemi
P Medikamentosa :
● RL 500cc/8 jam
● Piracetam IV 3gr/12jam
● Mecobalaimen IV 500mcg/12jam
● Ranitidine IV 1amp/12jam
● Amlodipin 1x10mg PO
● Paracetamol 3x500mg PO
13 November 2023
S Pasien di ruang rawat inap. Pasien saat ini masih mengeluhkan adanya
kelemahan pada anggota gerak kanan, bicara pelo dan cadel. Pasien dapat
diet peroral. BAB dan BAK dalam batas normal.
O KU : Tampak sakit sedang
GCS : E4M6V5 (Composmentis)
TD : 140/80mmHg
HR : 80x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36C

Status Lokalis :
Terpasang IV line pada antebrachii sinistra

Pemeriksaan Saraf Kranialis :


CN 2 : Visus >1/60|>1/60, lapang pandang sama dengan pemeriksa
CN 3,4,6 : Pupil bulat isokor (3mm/3mm), RCL/RCTL (+/+), ortoforia
(+/+), ptosis (-/-), nystagmus horizontal unidirectional (+/+)
CN 5 dan 7 : Normotrofi (+/+), Normotonus (+/+), gerakan membuka
mulut dan mengunyah asimetris (+/+), sensorik wajah teraba normal dan
simetris (+/+), mengembungkan pipi dan menyeringai asiemtris (-/+),
lagopthalmus (-/-)
CN 9 dan 10 : Arkus faring simetris, uvula berada ditengah, disfoni (-),
disfagia (-), gag reflex tidak dilakukan
CN 12 : Normotrofi (+), deviasi lidah (+) ke arah kanan saat dijulurkan,
kekuatan lidah teraba simetris (-/+)

Pemeriksaan Motorik :
3333|5555
2222|5555
Pemeriksaan Sensorik :
Rabaan & nyeri : Teraba simetris (+/+)
Proprioseptif : Teraba simetris (+/+)

Refleks Fisiologis :
Bicep +2/+2
Triceps +2/+2
Brachioradialis +2/+2
Patella +2/+2
Achilles +2/+2

Refleks Patologis :
Babinski sign (-/-)
Hoffman-Tromner (-/-)
A Klinis : Hemiparesis dextra, paresis CN VII, XII central dextra
Topis : Hemisfer serebri sinistra, pons, medula oblongata
Etiologis : Vaskular
Patologis : Iskemi
P Medikamentosa :
● RL 500cc/8 jam
● Piracetam IV 3gr/12jam
● Mecobalaimen IV 500mcg/12jam
● Ranitidine IV 1amp/12jam
● Amlodipin 1x10mg PO
● Paracetamol 3x500mg PO
14 November 2023
S Pasien di ruang rawat inap. Pasien saat ini masih mengeluhkan adanya
kelemahan pada anggota gerak kanan, bicara pelo dan cadel. Pasien dapat
diet peroral. BAB dan BAK dalam batas normal.
O KU : Tampak sakit sedang
GCS : E4M6V5 (Composmentis)
TD : 140/90mmHg
HR : 88x/menit
RR : 16x/menit
Suhu : 36.7C

Status Lokalis :
Terpasang IV line pada antebrachii sinistra

Pemeriksaan Saraf Kranialis :


CN 2 : Visus >1/60|>1/60, lapang pandang sama dengan pemeriksa
CN 3,4,6 : Pupil bulat isokor (3mm/3mm), RCL/RCTL (+/+), ortoforia
(+/+), ptosis (-/-), nystagmus horizontal unidirectional (+/+)
CN 5 dan 7 : Normotrofi (+/+), Normotonus (+/+), gerakan membuka
mulut dan mengunyah asimetris (+/+), sensorik wajah teraba normal dan
simetris (+/+), mengembungkan pipi dan menyeringai asiemtris (-/+),
lagopthalmus (-/-)
CN 9 dan 10 : Arkus faring simetris, uvula berada ditengah, disfoni (-),
disfagia (-), gag reflex tidak dilakukan
CN 12 : Normotrofi (+), deviasi lidah (+) ke arah kanan saat dijulurkan,
kekuatan lidah teraba simetris (-/+)

Pemeriksaan Motorik :
3333|5555
2222|5555
Pemeriksaan Sensorik :
Rabaan & nyeri : Teraba simetris (+/+)
Proprioseptif : Teraba simetris (+/+)

Refleks Fisiologis :
Bicep +2/+2
Triceps +2/+2
Brachioradialis +2/+2
Patella +2/+2
Achilles +2/+2

Refleks Patologis :
Babinski sign (-/-)
Hoffman-Tromner (-/-)
A Klinis : Hemiparesis dextra, paresis CN VII, XII central dextra
Topis : Hemisfer serebri sinistra, pons, medula oblongata
Etiologis : Vaskular
Patologis : Iskemi
P Medikamentosa :
● Aff infus
● Piracetam 2x800mg PO
● Mecobalamin 2x500mcg PO
● Ranitidine 2x150mg PO
● Amlodipin 1x10mg PO
● Rx rawat jalan (15/11/2023)
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stroke Iskemik
2.1.1 Definisi
Kumpulan gejala defisit neurologis akibat gangguan fungsi otak akut baik fokal
maupun global yang mendadak, disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya
aliran darah pada parenkim otak, retina atau medulla spinalis, yang dapat
disebabkan oleh penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah arteri maupun vena,
yang dibuktikan dengan pemeriksaan imaging dan/atau patologi.8

2.1.2 Epidemiologi
Prevalensi stroke iskemik pada tahun 2016 diseluruh dunia mencapai 67,5 juta
jiwa yang menderita stroke iskemik, 61% merupakan orang dengan usia dibawah
70 tahun, 10% merupakan orang dengan usia dibawah 44 tahun. Sebanyak 49%
penderita stroke iskemik merupakan laki-laki dan 51% merupakan perempuan.
Sebanyak 2,7 juta orang meninggal diakibatkan oleh stroke iskemik. 25% yang
meninggal di bawah usia 70 tahun dan 1% yang meninggal di bawah usia 44
tahun.6 Berdasarkan hasil penelitian epidemiologi yang diterbitkan pada tahun
2016 menyatakan bahwa negara-negara di Asia Tenggara mengalami peningkatan
kasus stroke dua sampai 3 kali lebih banyak dibandingkan tahun 1999. Ditemukan
kasus stroke iskemik menjadi penyebab stroke terbanyak di seluruh negara yang
diikuti ke dalam penelitian.10Berdasarkan RisKesDas 2018 prevalensi kejadian
stroke di Indonesia mencapai 10,9%, tertinggi pada provinsi Kalimantan Timur
(14,7%) dan terendah ada di provinsi Papua (4,1%). Kelompok umur diatas 75
tahun mencapai 50,2% dan jenis kelamin laki-kali prevalensinya mencapai
11,0%.11
2.1.3 Etiologi
Stroke iskemik dapat terjadi karena thrombosis maupun emboli. Pada stroke
iskemik akibat thrombosis terjadi oklusi pembuluh darah cerebri (carotis interna,
middle cerebral atau basilar, small penetrating arteries, vena cerebri atau sinus
vena). Pada stroke iskemik yang diakibatkan oleh emboli terjadi akibat
tersumbatnya arteri serebral oleh bagian distal bekuan darah dari jantung, arkus
aorta, atau arteri cerebri. Emboli yang terjadi pada anterior cerebri paling sering
menyumbat middle cerebral arteria tau percabangannya. Emboli yang terdapat
dibagian posterior biasanya berada di arteri basilar atau arteri serebral posterior.12

2.1.4 Faktor Resiko


Terdapat 2 jenis faktor resiko terjadinya stroke yaitu yang dapat dimodifikasi dan
tidak dapat dimodifikasi. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi adalah hipertensi,
merokok, stenosis carotid asimptomatik, gangguan arteri perifer, atrial fibrilasi,
gagal jantung kongestif, penyakit jantung coroner, diabetes mellitus, pasca terapi
hormone menopaus, penggunaan kontrasepsi oral, dislipidemia, obesitas, sickle
cell, kurang beraktivitas dan obstructive sleep apnea. Faktor yang tidak dapat
dimodifikasi terdiri dari usia lanjut, jenis kelamin laki-laki, berat badan lahir
rendah dan riwayat keluarga dengan penyakit stroke.12

2.1.5 Patogenesis
Stroke iskemik diawali dengan adanya sumbatan pembuluh darah oleh thrombus
atau emboli sehingga sel otak mengalami gangguan karena tidak mendapat suplai
darah, oksigen dan energi. Thrombus terbentuk oleh adanya proses aterosklerosis
pada arkus aorta, arteri karotis maupun pembuluh darah serebral. Awalnya
terdapat cedera pada endotel dan inflamasi sehingga terbentuk plak yang semakin
lama semakin tebal dan sklerotik. Trombosit yang melekat pada plak akan
melepaskan faktor kaskade koagulasi sehingga terjadi pembentukan thrombus.
Thrombus yang lepas dan menjadi embolus ataupun tidak lepas akan
menyebabkan oklusi dalam pembulu darah. Thrombus yang terlepas akan
menyebabkan emboli dan menyumbat pembuluh darah di bagian distal yang dapat
menyebabkan iskemi jaringan otak sehingga dapat terjadi kerusakan sementara
maupun permanen.
Pada daerah penumbra yang segera dilakukan reperfusi segera dapat
mencegah kerusakan yang lebih luas sehingga dapat mencegah kecacatan maupun
kematian. Daerah penumbra yang tidak segera dilakukan reperfusi dapat
mengalami infark. Pada daerah infark dan daerah sekitarnya terjadi penurunan
aliran darah serebral (CBF). Semakin lama penanganan reperfusi maka daerah
yang akan menjadi infark akan bertambah luas sehingga menyebabkan defisit
neurologis.
Daerah yang mengalami iskemia terjadi penurunan kadar adenosine
triphosphate (ATP) sehingga terjadi kegagalan pompa kalium dan natrium serta
terjadi peningkatan laktat intraselular. Kegagalan pompa kalium dan natrium
menyebabkan depolarisasi dan terjadi peningkatan pelepasan neurotransmitter
glutamate. Depolarisasi akan mengakibatkan peningkatan kadar kalsium
intraselular, glutamate yang dilepaskan akan berikatan dengan reseptor glutamate
N-metil-D-aspartat (NMDA) dan
a-amino-3-hydroxy-5-methyl-4-isonazolipropionid-acid (AMPA) yang akan
menyebabkan masuknya kalsium intraselular. Maka kadar kalsium intraselular
akan semakin meningkat. Kalsium intraselular memicu pembentukkan radikal
bebas NO, inflamasi, kerusakan DNA melalui jalur enzimatik seperti Ca2+ -
ATPase, calcium dependent phospholipase, protease, endonuclease, dan kaspase
yang berkontribusi terhadap kematian sel.13

Gambar 2.1 Patogenesis.14


2.1.6 Manifestasi Klinis
Gejala gangguan fungsi otak pada stroke iskemik sangat bergantung pada daerah
otak yang terdampak. Defisit neurologis yang ditimbulkan dapat bersifat fokal
maupun global, yaitu kelumpuhan satu sisi atau dua sisi, kelumpuhan satu
ekstremitas, kelumpuhan otot-otot penggerak bola mata, kelumpuhan otot untuk
proses menelan, bicara dan sebagainya, gangguan fungsi keseimbangan, gangguan
fungsi penghidu, gangguan fungsi penglihatan, gangguan fungsi pendengaran,
gangguan fungsi somatic sensoris, gangguan fungsi kognitif, gangguan global
berupa gangguan kesadaran.8,13

Gambar 2.2 Manifestasi Klinis Stroke Iskemik.15

2.1.7 Diagnosis
Kriteria diagnosis untuk stroke iskemik adalah dengan ditemukannya gejala
defisit neurologis global atau salah satu atau beberapa defisit neurologis fokal
yang mendadak dengan bukti gambaran pencitraan otak (CT Scan atau MRI).
Pemeriksaan sederhana dengan FAST yang mencakup F (facial drop) dengan
gejala dan tanda mulut mencong atau tidak simetris, A (arm weakness) terdapat
kelemahan pada tangan, S (speech difficulties) terdapat kesulitan berbicara dan T
(time to seek medical help) yang menyatakan waktu tiba di RS secepat mungkin.
Pemeriksaan ini memilikin sensitivitas 85% dan spesifisitas 68% untuk
menegakkan siagnosis stroke. Skoring dengan Siriraj dan Gajah Mada juga dapat
membantu untuk menegakkan diagnosis stroke iskemik. Untuk menegakkan
diagnosis diperlukan anamnesa terarah, pemeriksaan fisik neurologis dan
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk memastikan
diagnosis dan mencari faktor resiko yang mempengaruhi dan etiologinya seperti
EKG, CT Scan kepala non kontras, CT angiografi atau MRI dan MRA, doppler
karotis dan vertebralis, doppler transcranial, pemeriksaan laboratotium seperti
darah rutin, GDS, fungsi ginjal, GDP, TTGO, HbA1C, profil lipid, CRP, dan LED.
Pemeriksaan faktor pembekuan darah juga diperlukan seperti APTT, PT, INR,
troponin, CKMB, fungsi hati, tes uji fungsi trombosit, serta elektrolit.13

2.1.8 Diagnosis Banding


Stroke hemoragik apabila belum dilakukan gambaran pencitraan otak (CT Scan
atau MRI)13
2.1.9 Tatalaksana
a. Tatalaksana Umum
Pada pasien dengan stroke iskemik dapat dilakukan penatalaksanaan yang umum
sesuai dengan tanda dan gejala klinis pasien, hal yang dapat dilakukan sebagai
tatalaksana umum adalah stabilisasi jalan nafas dan hemodinamik,
mengendalikan dan memonitor tekanan intracranial, jika terdapat peningkatan
tekanan intracranial dapat diberikan tatalaksana yang sesuai, mengendalikan
kejang dengan terapi kejang apabila diperlukan, pemberian analgetic dan
antipiretik, pemberian gastroprotektor, manajemen nutrisi, pencegahan DVT dan
emboli paru.8
b. Tatalaksana Spesifik
Dapat dilakukan trombolisis intravena yang menggunakan recombinant tissue
plasminogen activator (rTPA) alteplase pada pasien dengan stroke iskemik
dengan onset kurang dari 6 jam secara intravena dengan dosis 0,6-0,9 mg/kgBB,
terapi endovascular menggunakan kateterisasi untuk menghilangkan thrombus di
pembuluh darah yang teroklusi dengan cara melisiskan thrombus atau dengan
menarik thrombus dengan trombolitik mekanik, pemberian antikoagulan seperti
warfarin dapat digunakan apabila sudah dipastikan tidak ada pendarahan
intracranial dan warfarin dengan dosis 2 mg dapat digunakan sebagai pencegahan
sekunder stroke iskemik dengan melakukan pemantauan INR satu bulan sekali,
pemberian antiagregasi trombosit dengan aspirin 325mg dalam 12 jam setelah
onset dianjurkan untuk setiap kasus stroke iskemik akut, manajemen hipertensi,
manajemen gula darah, pemberian neuroprotector seperti sitikolin, piracetam,
pentoksifilin, neuropeptide dapat dipertimbangkan.8

2.1.10 Komplikasi
Terdapat beberapa komplikasi yang terjadi akibat stroke seperti, pneumonia,
infeksi saluran kemih, thrombosis vena dalam, decubitus, spastisitas dan nyeri,
depresi, gangguan fungsi kognitif, dan komplikasi metabolic lain seperti
gangguna elektrolit.13
2.1.11 Prognosis8
Prognosis pada pasien dengan stroke iskemik bergantung pada kecepatan
revaskularisasi yang mencegah terjadinya infark lebih luas sehingga tidak terjadi
defisit neurologis yang luas
ad vitam : dubia ad bonam
ad sanationam : dubia ad bonam
ad fungsionam : dubia ad bonam

BAB IV

ANALISA KASUS

Ny. S, berusia 63 tahun, berjenis kelamin perempuan, datang ke IGD


dengan keluhan kelemahan anggota gerak kanan sejak 2 hari SMRS. Mulanya,
pasien sedang tidur dikamar, hingga saat akan bangun dari ranjang pasien
mengeluhkan kelemahan pada anggota gerak kanan yang menyebabkan pasien
tidak dapat terbangun. Pasien tidak langsung dibawa ke rumah sakit, melainkan
dikusuk ditukang pijat terlebih dahulu. Setelah itu, pasien mulai mengeluhkan
bicara pelo dan bibir yang tampak mencong ke arah kanan sejak 1 hari SMRS.
Pasien memiliki riwayat hipertensi, namun tidak rutin mengkonsumsi obat-obatan.
Pada pemeriksaan fisik, pasien tampak sakit sedang. Pada pemeriksaan
saraf kranial, ditemukan deviasi mulut ke arah kanan, kembung pipi sisi kanan(-),
dan senyum tertinggal pada pipi sisi kanan. Selain itu, kekuatan lidah menurun,
sikap lidah saat istirahat tampak deviasi ke arah kiri dan deviasi ke arah kanan
saat dijulurkan. Pada pemeriksaan motorik, ditemukan adanya kelemahan
ekstremitas superior dan inferior dextra dengan kekuatan 4.
Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan
laboratorium yang menunjukkan kesan dalam batas normal. Pada pemeriksaan
elektrokardiogram ditemukan adanya sinus rhythm dengan ….
Berdasarkan hasil dari anamnesis terhadap pasien, dipikirkan pasien
mengalami stroke iskemik dengan gejala defisit neurologis berupa adanya
kelemahan pada anggota gerak kanan, bicara pelo, dan cadel. Pada pemeriksaan
fisik juga mendukung diagnosis stroke iskemik dengan ditemukan adanya
hemiparesis ekstremitas dextra dengan kekuatan motorik 3 yang menandakan
adanya lesi pada upper motor neuron (UMN). Selain itu pada pemeriksaan saraf
kranialis ditemukan adanya paresis CN VII central dextra dan CN XII central
dextra. Adanya paresis pada CN VII & XII ini dipikirkan dapat disebabkan akibat
lesi yang terletak pada pons & medula oblongata dimana merupakan lokasi
nukleus itu sendiri maupun jaras kortikobulbar.
Stroke berdasarkan WHO didefinisikan sebagai kumpulan gejala klinis
yang terdiri dari gangguan neurologis fokal atau global yang berkembang secara
cepat dan dapat berlangsung lebih dari 24 jam. Stroke secara garis besar terbagi
menjadi 2 berupa stroke iskemik dan hemoragik.1 Untuk stroke iskemik, dapat
disebabkan karena ada penyumbatan pada pembuluh darah yang membatasi suplai
darah menuju otak, sedangkan pada stroke hemoragik terjadi robekan pada
pembuluh darah yang menyebabkan ekstravasasi darah menuju rongga
intrakranial.2,3 Berdasarkan etiologinya, stroke iskemik disebabkan oleh adanya
gangguan trombus atau embolus yang menyebabkan penurunan aliran darah
menuju otak. Stroke yang disebabkan oleh adanya trombus dapat disebabkan oleh
adanya plak aterosklerosis pada pembuluh darah yang apabila menumpuk dan
pecah dapat menyebabkan pelepasan berbagai mediator inflamasi. Mediator
inflamasi kemudian akan menarik makrofag, growth factor, dan trombosit untuk
menstabilkan plak sehingga terbentuk trombus. Sedangkan, stroke yang
disebabkan oleh adanya embolus umumnya dapat terjadi karena adanya berbagai
gangguan di luar otak, seperti gangguan jantung maupun pembuluh darah berupa
deep vein thrombosis (DVT). Pada gangguan jantung dan DVT dapat terjadi
pembentukan embolus yang merupakan pecahan dari thrombus, kemudian akan
berjalan menuju pembuluh darah otak dan tersumbat pada pembuluh darah yang
kecil. Gangguan trombus umumnya sering terjadi ketika seseorang sedang berada
dalam kondisi istirahat, hal ini dibedakan dengan gangguan embolus yang sering
terjadi ketika sedang beraktivitas.2
Diagnosis stroke hemoragik dapat disingkirkan berdasarkan hasil
anamnesis dan pemeriksaan fisik, dimana pasien menyangkal adanya riwayat
cedera kepala, serta pasien tidak memiliki tanda dari peningkatan tekanan
intrakranial seperti nyeri kepala hebat, muntah proyektil, dan cushing triad
(peningkatan tekanan darah, penurunan laju nadi, dan pernapasan yang irregular),
sehingga dapat dipikirkan pasien mengalami stroke iskemik.3 Untuk membedakan
pasien yang mengalami stroke iskemik ataupun hemoragik dapat dilakukan
skoring berdasarkan gejala-gejala yang dialami pasien. Lalu, gejala-gejala yang
dimiliki pasien dapat dimasukkan kedalam perhitungan dengan skoring Siriraj
ataupun skoring gajah mada.4,5 Untuk perhitungan dengan skor Siriraj pada pasien
didapatkan hasil berupa:4

Gambar 2.1 Siriraj stroke score


Tabel 2.1 Skoring Siriraj stroke score

Untuk perhitungan dengan skor Gajah mada pada pasien didapatkan hasil berupa:5
Gambar 2.2 Gajah Mada stroke score

Tabel 2.2 Skoring Gajah Mada stroke score

Berdasarkan hasil perhitungan dengan skoring Siriraj didapatkan skor -2.


Skor Siriraj <-1 merupakan stroke iskemik, sehingga pasien dipikirkan dapat
mengalami stroke iskemik. Kemudian, dilakukan juga skoring dengan skor Gajah
Mada, dimana pasien tidak mengeluhkan adanya penurunan kesadaran, nyeri
kepala, maupun refleks babinski yang positif. Sehingga, pasien dipikirkan
mengalami stroke iskemik.

Untuk etiologi dari stroke iskemik bisa didapatkan melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik pada pasien. Pada pasien, gejala stroke yang dialami umumnya
terjadi ketika pasien sedang dalam kondisi istirahat, dimana pada saat itu pasien
sedang duduk menonton televisi. Pasien juga memiliki riwayat hipertensi,
diabetes mellitus, dan kolestrol, serta pasien pernah menjalani operasi CABG
dikarenakan penyakit jantung yang dimiliki. Dikarenakan pasien memiliki riwayat
penyakit jantung dan sempat menjalani operasi sehingga dapat dipikirkan stroke
iskemik yang dialami oleh pasien disebabkan oleh adanya embolus.2,4 Untuk
mengkonfirmasi hal tersebut, dilakukan pemeriksaan penunjang berupa
elektrokardiogram serta pemeriksaan laboratorium. Pada elektrokardiogram
tampak adanya sinus rhythm dengan 1st AV block, ST depresi yang minimal,
dengan myocard infark lama pada bagian inferior. Sedangkan, pada pemeriksaan
laboratorium ditemukan adanya peningkatan dari NTproBNP dan Troponin T hs.
NTproBNP merupakan hormon stabil yang dilepaskan oleh jantung ketika
ventrikel mengalami stress atau dilatasi. Umumnya hormon tersebut berperan
dalam mengatur tekanan darah dengan mengkontrol keseimbangan pengeluaran
garam dan air. Sedangkan, troponin T merupakan protein dari otot jantung dan
otot rangka. Kadar troponin T akan meningkat dalam darah apabila terjadi
kerusakan pada otot jantung. Terjadinya peningkatan NTproBNP dan Troponin T
dipikirkan karena pasien mengalami gangguan jantung. Sehingga, hal ini
mengkonfirmasi bahwa stroke iskemik pasien disebabkan oleh adanya embolus
akibat kelainan jantung.1,2,4
Pada MRI kepala juga mengkonfirmasi diagnosis dari stroke iskemik
dengan temuan berupa infark akut multipel pada hemisfer kanan cerebellum
hingga vermis cerebelli sisi kanan, hemisfer kiri cerebellum, serta di lobus
occipital kanan hingga parietal kanan posterior. Kelemahan pada ekstremitas kiri
pasien dikonfirmasi dengan adanya infark akut pada hemisfer kanan serebrum,
dan gangguan vertigo yang bersifat sentral dikonfirmasi dengan temuan infark
multipel pada serebelum bilateral. Selain itu, pada MRI kepala juga terdapat lesi
lacuna pada lobus frontal dan parietal bilateral serta pons, dan atrofi ringan pada
lobus frontoparietal bilateral. Ada lesi lacuna umumnya terjadi apabila sumbatan
terjadi pada pembuluh darah otak yang berukuran sangat kecil. Umumnya lesi
lacuna bersifat asimtomatik, namun juga dapat menyebabkan gejala fokal dan
apabila lesinya banyak juga dapat menyebabkan defisit neurologis. Pada pasien
juga terdapat parese CN VI dextra yang diduga karena terdapat lesi pada sisi
kanan pons, hal tersebut dikonfirmasi dengan temuan berupa lesi lacuna di pons.

Setelah pasien didiagnosis dengan stroke iskemik, dapat dilakukan


perhitungan derajat keparahan yang dimiliki dengan skoring National Institute
Health Stroke Scale (NIHSS). NIHSS dihitung dengan mengukur secara
kuantitatif gangguan defisit neurologis yang dialami pasien. Didalam skoring
dengan NIHSS terdapat 11 parameter yang dinilai dengan nilai maksimal sebesar
42 dan nilai minimal sebesar 0. Untuk skor NIHSS <5 dikategorikan sebagai
stroke ringan, 5-14 stroke sedang, 14-25 stroke berat, >25 stroke sangat berat. 11
parameter yang dinilai pada NIHSS score berupa status kesadaran, Gerakan mata
konjugat, lapang pandang, paresis wajah, motorik lengan, motorik tungkai,
ataksia, sensorik, kemampuan berbahasa, disartria, dan neglect atau inatensi.6
Gambar 2.3 NIHSS score

Pada pasien didapatkan skor NIHSS 5, dimana terdapat paralisis minor


pada wajah dan upaya dalam melawan gravitasi pada ekstremitas superior et
inferior dextra dengan skor masing-masing 2.6
Tatalaksana stroke iskemik umumnya bertujuan untuk memperbaiki aliran
darah sehingga mengurangi terjadinya perluasan infark di otak. Tatalaksana dari
stroke iskemik selain dalam berusaha untuk mengurangi kerusakan otak yang
terjadi dan memperbaiki perfusi otak, juga bertujuan untuk mencegah terjadinya
stroke berulang, dan memodifikasi faktor risiko yang dimiliki. Mulanya, pada
pasien dengan stroke iskemik dapat dilakukan terapi trombilitik dengan
recombinant tissue plasminogen activator (r-TPA) sebesar 0.9mg/kgbb secara
intravena. Pada 1 menit pertama diberikan sebesar 10%, sedangkan sisa dosis
diberikan pada 59 menit berikutnya. Namun, pemberian r-TPA bergantung pada
onset dari stroke beserta kontraindikasi yang dimiliki. Setelah pemberian r-TPA,
dapat dilanjutkan dengan pemberian dual antiplatelet therapy berupa aspilet
maupun clopidogrel setelah 24 jam. Namun, pada pasien tidak diberikan r-TPA
dikarenakan onset stroke yang >4.5jam dan NIHSS score<5.
Dikarenakan onset stroke yang >48jam, pasien diberikan dual antiplatelet
therapy dengan dosis maintenance. Dosis maintenance dari dual antiplatelet
therapy yang diberikan berupa aspilet 80mg dan clopidogrel 75mg.2,10
Saat pasien berada di IGD, juga dilakukan pertolongan pertama
kegawatdaruratan pada pasien berupa primary Survey yaitu :11
A – Airway and C-Spine Control
Menilai patensi jalan nafas pasien, apakah terdapat adanya obstruksi,
seperti : benda asing, darah, dan lain-lain. Pada pasien tidak ditemukan adanya
tanda-tanda pendarahan pada mulut dan kedua hidung. Pasien ini juga tidak
terdapat tanda cedera pada daerah kepala maupun servikal sehingga tidak perlu
dilakukan pemasangan C-spine.
B – Breathing
Melepaskan pakaian pasien sehingga dada terekspos, dan lakukan
penilaian pergerakan dada pasien, bentuk dada, tanda-tanda deviasi trakea, suara
nafas, frekuensi RR, dan pemasangan monitor untuk menilai saturasi oksigen.
Pada pasien pernapasan 22x/menit, dan pengembangan dada simetris kanan dan
kiri, dan tidak terdapat adanya retraksi. Saturasi oksigen pasien adalah 96%
dengan RA.
C – Circulation
Tekanan darah pasien yaitu 160/100mmHg. Sehingga, tekanan darah
pasien pada saat itu sudah tercapai dan tidak perlu diberikan antihipertensi. Pada
pasien juga dilakukan pemasangan akses intravena pada antebrachii sinistra untuk
pemberian cairan RL.
D – Disability
Pada pasien dilakukan pemeriksaan untuk melihat apakah terdapat tanda
defisit neurologis, yaitu seperti : menilai GCS, dan tanda-tanda vital. Pada pasien
ditemukan GCS masih intak E4M6V5, pupil bulat isokor dan refleks cahaya
positif. Namun, ditemukan adanya hemiparesis pada ekstremitas dextra dan
paresis CN VII, XII central dextra.
Tatalaksana medikamentosa yang diberikan pada pasien saat di IGD
berupa RL 500cc/8 jam, Piracetam IV 3gr/12jam, Mecobalamin IV
500mcg/12jam, Ranitidine IV 1amp/12jam, Amlodipin 1x10mg PO, Paracetamol
3x500mg PO. Aspilet dan clopidogrel merupakan obat antiplatelet yang umumnya
diberikan untuk mencegah terjadinya stroke sekunder pada pasien dengan
kecurigaan TIA ataupun stroke iskemik. Pemberian Ranitidine diberikan untuk
mencegah adanya stress ulser yang merupakan salah satu komplikasi utama dari
stroke akut. Serta, piracetam & mecobalamin merupakan obat neuroprotektif yang
digunakan untuk mencegah kematian sel otak sehat yang berada di sekitar otak
yang rusak.1,2,10
DAFTAR PUSTAKA
1. Coupland A, Thapar A, Qureshi M, Jenkins H, Davies A. The definition of
stroke. Journal of the Royal Society of Medicine. 2017;110(1):9-12.
2. Murphy S, Werring D. Stroke: causes and clinical features. Medicine.
2020;48(9):561-566.
3. Hui C, Tadi P, Patti L. Ischemic & Hemorrhagic Stroke [Internet].
Ncbi.nlm.nih.gov. 2022 [cited 25 July 2022].
4. Poungvarin N, Viriyavejakul A, Komontri C. Siriraj stroke score and
validation study to distinguish supratentorial intracerebral haemorrhage
from infarction. BMJ. 1991;302(6792):1565-1567.
5. Saudin D, Rajin M, Kriswanto3 Y. PERBANDINGAN SIRIRAJ SKOR
(SS) DAN ALGORITMA GAJAH MADA (AGM) KASUS STROKE DI
IGD RSUD Dr. SOEDONO MADIUN. Available from:
https://journal.unipdu.ac.id/index.php/edunursing/article/view/2303/1178
6. Chalos V, van der Ende N, Lingsma H, Mulder M, Venema E, Dijkland S et
al. National Institutes of Health Stroke Scale. Stroke. 2020;51(1):282-290.
7. Amraoui O, Mahiou N, Nitassi S, Oujilal A, Essakalli L. Inferior vestibular
neuritis mimicking central vertigo: Interest of VHIT and VEMPs in a case
report. Otolaryngol case rep [Internet]. 2021 [cited 2022 Jul
20];21(100375):100375. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441861/
8. HALMAGYI G, AW S, KARLBERG M, CURTHOYS I, TODD M.
Inferior Vestibular Neuritis. Annals of the New York Academy of Sciences.
2002;956(1):306-313.
9. Lui F, Foris L, Willner K, Tadi P. Central Vertigo [Internet].
Ncbi.nlm.nih.gov. 2022 [cited 25 July 2022].
10. Clark W, Albers G, Madden K, Hamilton S. The rtPA (Alteplase) 0- to 6-Hour
Acute Stroke Trial, Part A (A0276g). Stroke. 2000;31(4):811-816.
11. Laird C. Primary survey. Emergency Medicine Journal : EMJ.
2006;23(12):891.

Anda mungkin juga menyukai