Disusun Oleh :
dr. Alma Gladys Vania
Pembimbing :
dr. Noorlatifah
ILUSTRASI KASUS
1.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu pasien di IGD Rumah Sakit
Umum Bhakti Asih pada Rabu, 23 Maret 2022 pukul 13.10 WIB.
Pasien merupakan anak kedua dari 2 bersaudara. Pasien lahir secara spontan
dengan bidan pada usia kehamilan 38-39 minggu. Pasien lahir dengan berat
lahir 3000 gram, tetapi ibu pasien lupa panjang lahir.
Pemeriksaan Umum
GCS E4 M6 V5
Nadi 133x/menit
Suhu 40,2℃
Rongga leher Faring Arkus faring simetris, Hiperemis (-), petechiae (-)
Thorax
Pemeriksaan Neurologis
Brudzinski I Negatif
Brudzinski II Negatif
Laseque Negatif
Kernig Negatif
Saraf kranial
Saraf otak III, IV, VI (N. - Gerakan bola mata baik dan
Okulomotorius, Troklearis, dan simetris ke segala arah
Abdusen)
Saraf otak VII (N. Fasialis) - Wajah pasien simetris kanan dan
kiri
Saraf otak XII (N. Hipoglosus) - Deviasi lidah (-), atrofi (-)
Saraf otak XII (N. Hipoglosus) - Deviasi lidah (-), atrofi (-)
Sistem Motor
Pemeriksaan Refleks
Refleks Fisiologis
Biceps 2+/2+
Triceps 2+/2+
Patella 2+/2+
Achilles 2+/2+
Refleks Patologis
1.5 Resume
Pasien laki-laki, usia 2 tahun 2 bulan datang dengan keluhan kejang yang disertai
demam di IGD RSBA dengan durasi +- 3 menit. Ibu pasien mengatakan bahwa kejang
sudah dialami oleh pasien dalam perjalanan menuju rumah sakit selama 5 menit.
Kejang dialami dengan kaku kelojotan seluruh badan, mata mendelik ke atas, kepala
menengadah ke atas, dan gigi yang menggigit. Sebelum kejang, ibu mengatakan bahwa
pasien sadar dan menyangkal adanya perubahan perilaku. Setelah kejang pasien sadar,
menangis, kemudian menjadi lelah dan mengantuk. Keluhan kejang juga disertai
dengan demam sejak pagi hari SMRS. Ibu pasien mengatakan bahwa di rumah suhu
tidak diukur. Demam dirasakan terus menerus, tidak ada waktu tertentu demam dirasa
naik ataupun turun. Pasien sudah diberikan obat Paracetamol sirup tetapi keluhan
demam tidak kunjung membaik. BAB dan BAK dalam batas normal. Pasien sehari kira
- kira mengganti pampers sebanyak 4-5 kali. Ibu pasien mengatakan pasien memiliki
riwayat kejang demam sebelumnya sebanyak 3x dengan durasi <1 menit dan
karakteristik kejang kaku kelojotan, kejang pertama dan kedua pada bulan Mei 2023
yang mana kemudian pasien di rawat inap dan kejang ketiga pada 3 minggu SMRS.
Ayah pasien juga pernah mengalami kejadian kejang demam saat kecil. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan kenaikan suhu (40,2℃). Pada pemeriksaan penunjang
laboratorium ditemukan penurunan Hb 11.1, Ht 33.2 serta peningkatan Leukosit 19.86.
1.6 Diagnosa
Diagnosis kerja:
- Kejang Demam Kompleks
- Anemia
Diagnosis banding:
- Meningitis
- Encephalitis
1.7 Tatalaksana
1.7.1 Medikamentosa
Terapi IGD
- Terapi Oksigen Nasal Kanul 3 lpm
- Paracetamol suppositoria 125 mg
Resep Pulang
- Azitromycin 1 x 100 mg (1 x 2.5ml sirup 200 mg/5 ml)
1.7.2 Non-Medikamentosa
- Rawat inap
- Observasi kejadian kejang ulang dan TTV
- Observasi balance cairan dan diuresis per jam
- Edukasi kejang demam
1.8 Prognosis
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
1.9 Follow Up
S Pasien rawat inap hari kedua. Ibu pasien mengatakan pasien tidak ada
kejang ulang maupun demam selama dirawat. Ibu pasien menyatakan
pasien masih lemas dan tidak nafsu makan.
Status Neurologis :
Meningeal Sign: Kaku Kuduk (-), Brudzinski 1 (-), Brudzinski 2 (-),
Kernig (-), Lasegue (-)
Status generalis:
● Kepala : Normosefali
● Mata: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), cekung
(-/-), pupil bulat isokor 2mm/2mm, RCL (+/+), RCTL (+/+),
edema palpebra (-/-)
● Telinga: Normotia, sekret (-/-)
● Hidung: Pernafasan cuping hidung (-), sekret (-/-), perdarahan (-/-) ●
Mulut: Sianosis (-), mukosa lembab, perdarahan gusi (-), arkus faring
tidak hiperemis
● Paru: Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
● Jantung: S1 S2 Reguler, murmur (-), gallop (-)
● Abdomen: Supel, BU (+), Nyeri tekan (-), timpani pada 9
regio abdomen
● Ekstremitas atas: akral hangat: CRT < 2 detik, edema (-/-), sianosis
(- /-)
● Ekstremitas bawah: akral hangat, CRT < 2 detik, edema
(-/-), sianosis (-/-)
A Kejang Demam Kompleks
Anemia
P Medikamentosa
Terapi O2 NK 3 lpm
IVFD RL 15 tpm
Ceftriaxone 1 x 500 mg tab
Methylprednisolone 2 x ½ ampul 40mg/ml
Paracetamol 6 x 100 mg
Diazepam 1 mg selang seling tiap 4 jam dengan Ibuprofen 50 mg
Non Medikamentosa
Observasi kejadian kejang ulangan
Observasi TTV
Edukasi ibu pasien mengenai kejang
Lanjutkan terapi
S Pasien rawat inap hari ketiga. Ibu pasien mengatakan pasien tidak ada
kejang ulang maupun demam selama dirawat. Ibu pasien menyatakan
pasien masih lemas dan tidak nafsu makan.
Status Neurologis :
Meningeal Sign: Kaku Kuduk (-), Brudzinski 1 (-), Brudzinski 2 (-),
Kernig (-), Lasegue (-)
Status generalis:
● Kepala : Normosefali
● Mata: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), cekung
(-/-), pupil bulat isokor 2mm/2mm, RCL (+/+), RCTL (+/+),
edema palpebra (-/-)
● Telinga: Normotia, sekret (-/-)
● Hidung: Pernafasan cuping hidung (-), sekret (-/-), perdarahan (-/-) ●
Mulut: Sianosis (-), mukosa lembab, perdarahan gusi (-), arkus faring
tidak hiperemis
● Paru: Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
● Jantung: S1 S2 Reguler, murmur (-), gallop (-)
● Abdomen: Supel, BU (+), Nyeri tekan (-), timpani pada 9
regio abdomen
● Ekstremitas atas: akral hangat: CRT < 2 detik, edema (-/-), sianosis
(- /-)
● Ekstremitas bawah: akral hangat, CRT < 2 detik, edema
(-/-), sianosis (-/-)
P Medikamentosa
Terapi O2 NK 3 lpm
IVFD RL 15 tpm
Ceftriaxone 1 x 500 mg tab
Methylprednisolone 2 x ½ ampul 40mg/ml
Paracetamol 6 x 100 mg
Diazepam 1 mg selang seling tiap 4 jam dengan Ibuprofen 50 mg
Non Medikamentosa
Observasi kejadian kejang ulangan
Observasi TTV
Edukasi ibu pasien mengenai kejang
Lanjutkan terapi
Hasil Follow Up 19 September 2023
S Pasien rawat inap hari keempat. Rencana pulang hari ini. Ibu pasien
mengatakan pasien tidak ada kejang ulang maupun demam selama
dirawat. Ibu pasien menyatakan pasien masih lemas dan tidak nafsu makan.
Status Neurologis :
Meningeal Sign: Kaku Kuduk (-), Brudzinski 1 (-), Brudzinski 2 (-),
Kernig (-), Lasegue (-)
Status generalis:
● Kepala : Normosefali
● Mata: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), cekung
(-/-), pupil bulat isokor 2mm/2mm, RCL (+/+), RCTL (+/+),
edema palpebra (-/-)
● Telinga: Normotia, sekret (-/-)
● Hidung: Pernafasan cuping hidung (-), sekret (-/-), perdarahan (-/-)
● Mulut: Sianosis (-), mukosa lembab, perdarahan gusi (-), arkus
faring tidak hiperemis
● Paru: Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
● Jantung: S1 S2 Reguler, murmur (-), gallop (-)
● Abdomen: Supel, BU (+), Nyeri tekan (-), timpani pada 9
regio abdomen
● Ekstremitas atas: akral hangat: CRT < 2 detik, edema (-/-), sianosis
(- /-)
● Ekstremitas bawah: akral hangat, CRT < 2 detik, edema
(-/-), sianosis (-/-)
Non Medikamentosa
Observasi kejadian kejang ulangan
Observasi TTV
Edukasi ibu pasien mengenai kejang
Lanjutkan terapi
BAB II
ANALISA KASUS
Pasien laki - laki, usia 2 tahun 2 bulan datang dengan keluhan kejang yang disertai
demam di IGD RSBA dengan durasi +- 3 menit. Ibu pasien mengatakan bahwa kejang sudah
dialami oleh pasien dalam perjalanan menuju rumah sakit selama 5 menit. Kejang dialami
dengan kaku kelojotan seluruh badan, mata mendelik ke atas, kepala menengadah ke atas, dan
gigi yang menggigit. Sebelum kejang, ibu mengatakan bahwa pasien sadar dan menyangkal
adanya perubahan perilaku. Setelah kejang pasien sadar, menangis, kemudian menjadi lelah
dan mengantuk. Keluhan kejang juga disertai dengan demam sejak pagi hari SMRS. Ibu pasien
mengatakan bahwa di rumah suhu tidak diukur. Demam dirasakan terus menerus, tidak ada
waktu tertentu demam dirasa naik ataupun turun. Pasien sudah diberikan obat Paracetamol
sirup tetapi keluhan demam tidak kunjung membaik. BAB dan BAK dalam batas normal.
Pasien sehari kira - kira mengganti pampers sebanyak 4-5 kali. Ibu pasien mengatakan pasien
memiliki riwayat kejang demam sebelumnya sebanyak 3x dengan durasi <1 menit dan
karakteristik kejang kaku kelojotan, kejang pertama dan kedua pada bulan Mei 2023 yang
mana kemudian pasien di rawat inap dan kejang ketiga pada 3 minggu SMRS. Ayah pasien
juga pernah mengalami kejadian kejang demam saat kecil. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
kenaikan suhu (40,2℃). Dari anamnesis ini, dapat dipikirkan diagnosis kerja pasien adalah
kejang demam kompleks. Kejang demam itu sendiri memiliki pengertian bangkitan kejang
yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh diatas 38℃ dan tidak disebabkan oleh proses
intrakranial. Kejang demam juga terjadi pada anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun. Kejang
demam terbagi menjadi dua yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks,
yang memiliki perbedaan sebagai berikut:1,2
Kejang Demam Sederhana Kejang Demam Kompleks
Pada pasien ini dipikirkan kejang demam dikarenakan usia pasien ini adalah 2 tahun 2
bulan dan mengalami demam sebelum kejadian kejang. Usia untuk kejang demam terjadi pada
usia 6 bulan hingga 5 tahun dan kejang yang dialami pasien disertai dengan keluhan demam
sebelumnya. Pasien juga memiliki riwayat kejang demam 4 bulan dan 3 minggu SMRS serta
memiliki faktor risiko dari keluarga yaitu ayah pasien juga mengalami kejang demam saat
kecil. Sesuai epidemiologi, 30% anak dengan riwayat kejang demam berisiko lebih besar
untuk terjadinya kejadian ulang kejang demam di kemudian hari. Berdasarkan anamnesis, ibu
pasien mengatakan adanya kejang berulang terjadi 2x dalam waktu 24 jam sehingga dapat
dikategorikan menjadi kejang demam kompleks.1
Pada pasien dengan kejang demam tidak rutin dilakukan pemeriksaan laboratorium,
tetapi dapat dilakukan untuk mengevaluasi penyebab dari demam, dapat dilakukan
pemeriksaan darah perifer, elektrolit, dan gula darah. Pemeriksaan lainnya seperti pungsi
lumbal dilakukan apabila ada kecurigaan ke arah infeksi sistem saraf pusat seperti
meningitis, elektroensefalografi tidak diperlukan untuk pasien dengan kejang demam kecuali
pasien mengalami bangkitan bersifat fokal merupakan kejang parsial satu sisi untuk
menentukan adanya fokus kejang di otak, CT scan atau MRI kepala juga dilakukan biasanya
pada pasien yang memiliki kelainan neurologis fokal yang menetap seperti adanya
hemiparesis atau paresis nervus kranialis.1,2
Terapi pada pasien ini diberikan diazepam 3x1 mg. Obat diazepam yang diberikan
secara oral digunakan sebagai obat antikonvulsan intermiten yaitu obat yang diberikan hanya
pada saat demam sebagai profilaksis untuk mencegah bangkitan kejang dan diberikan selama
48 jam pertama demam, dosis yang digunakan adalah diazepam oral 0,3mg/kg/kali per oral
atau rektal 0,5mg/kg/kali (5mg untuk BB < 12kg dan 10mg untuk BB ≥ 12kg) sebanyak 3 kali
sehari dengan dosis maksimum diazepam 7,5mg/kali. Pada pasien ini diberikan diazepam
sirup hingga pada hari rawat inap terakhir diduga untuk mencegah kejang berulang dengan
pemberian dosis kecil yaitu 3mg/hari dimana saran yang dianjurkan adalah 3mg/kali pemberian
tetapi hanya diberikan pada 48 jam pertama demam, karena dipikirkan untuk efek samping
dari diazepam tersebut seperti ataksia, iritabilitas, dan sedasi. Apabila pasien datang dalam
keadaan masih kejang, dapat diberikan obat diazepam intravena dengan dosis 0,2-0,5 mg/kg
perlahan - lahan dengan kecepatan 2mg/menit atau dalam waktu 3 - 5 menit, dengan dosis
maksimal 10mg.1,3
Terapi pada pasien ini juga diberikan obat antipiretik berupa paracetamol dengan dosis
6 x 100mg dan Ibuprofen 3 x 50mg. Hal ini sesuai dengan dosis yang dapat diberikan pada
anak yaitu paracetamol 10-15mg/kg/kali diberikan tiap 4-6 jam atau dosis ibuprofen
5-10mg/kg/kali diberikan 3-4 kali sehari. Selain itu, ada obat antikonvulsan rumatan seperti
asam valproat dan fenobarbital, tetapi pada pasien ini tidak diberikan obat antikonvulsan
rumatan karena tidak menunjukkan adanya indikasi pemberian obat ini. Indikasi pemberian
obat antikonvulsan rumatan adalah diberikan pada kasus selektif dan dalam jangka pendek
pada pasien dengan kejang fokal, kejang lama > 15 menit, dan terdapat kelainan neurologis
yang nyata sebelum atau sesudah kejang seperti palsi serebral, hidrosefalus, dan hemiparesis.
Obat fenobarbital atau asam valproat efektif untuk menurunkan risiko berulangnya kejang
tetapi untuk saat ini asam valproat menjadi obat pilihan saat ini dengan dosis 15-40mg/kg/hari
dibagi dalam 2 dosis, untuk usia dibawah 2 tahun dapat memicu gangguan fungsi hati, obat
fenobarbital dengan dosis 3-4mg/kg/hari dalam 1-2 dosis, dapat memicu adanya gangguan
perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus. Pemberian obat jenis ini diberikan selama
satu tahun dan dapat dihentikan tanpa tapering off. Pada pemeriksaan penunjang laboratorium
juga ditemukan adanya peningkatan Leukosit 19.86 yang mengarah pada infeksi bakteri
sehingga pada pasien ini diberikan antibiotik spektrum luas berupa Ceftriaxone 1x500 mg.
Dosis yang diberikan sesuai dengan dosis yang dianjurkan yaitu 50-75 mg/kgbb per hari.
Ceftriaxone merupakan salah satu antibiotik yang paling umum digunakan karena potensinya
yang tinggi, spektrum aktivitasnya yang luas, dan risiko toksisitasnya yang rendah. Antibiotik
ini digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi bakteri termasuk pneumonia, infeksi
tulang, infeksi perut, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi saluran kemih. Sebagai resep
pulang pasien diberikan Azitromisin 1x100mg sesuai dosis yaitu 10 mg/kgbb. Azitromisin
merupakan antibiotik spektrum luas yang telah terbukti efektif mengatasi berbagai penyakit
infeksius dengan sitotoksisitas yang rendah. 1,4,5
Pada pasien ini sudah mengalami kejang 5x dalam hidupnya sehingga penting untuk
diberikan edukasi mengenai kejang demam. Kejang demam merupakan hal yang sangat umum
terjadi pada anak dengan patofisiologi yang belum diketahui, belum ada penyebab demam
yang spesifik untuk terjadinya kejang demam tetapi dapat dipikirkan adanya infeksi bakteri
atau virus sebagai penyebab paling umum yang berhubungan dengan kejang demam.
Prognosis untuk kejang demam juga umumnya sangat baik, tidak menimbulkan kecacatan,
tidak mengganggu perkembangan anak, menjelaskan mengenai cara penanganan kejang
demam pada anak dan kemungkinan berulangnya kejang demam.1,3
Edukasi yang dapat diberikan kepada orangtua apabila terjadi kejang demam berulang
yaitu tetap tenang dan tidak panik, melonggarkan pakaian terutama pada bagian leher,
memposisikan anak dalam kondisi miring dan membersihkan muntahan atau lendir yang keluar
dari mulut/hidung, dan tidak diperbolehkan untuk memasukkan sesuatu ke dalam mulut. Orang
tua pasien harus melihat bentuk dan berapa lama kejang itu terjadi dan mengukur suhu dan
orang tua dapat memberikan diazepam rektal apabila kejang masih berlangsung > 5 menit,
hanya diberikan apabila masih kejang dan hanya diperbolehkan diberikan satu kali. Apabila
pasien masih terus kejang, suhu > 40, kejang hanya satu sisi, setelah kejang anak tidak sadar,
dan tidak membaik dengan diazepam rektal, langsung dibawa ke dokter atau rumah sakit
terdekat untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut.1,3
Pasien dipulangkan pada hari perawatan keempat dengan pertimbangan suhu sudah
tidak demam yaitu 36,6℃, sudah terdapat kondisi klinis yang baik dan stabil, dan sudah tidak
ada kejadian ulangan kejang. Ibu pasien juga teredukasi bahwa kejang demam bisa
memungkinkan ada rekurensi, tidak perlu panik dalam menangani kejang di rumah, dan pada
umumnya mempunyai prognosis yang baik.
DAFTAR PUSTAKA