Disusun oleh :
dr. Wulan Ayu Astari Suhardi
Pembimbing :
dr. Andri Saputra Sp. A
BAB I
LAPORAN KASUS
1.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan orang tua
kejang dirumah 4x , 1x kejang kurang lebih 3 menit , setelah kejang os sadar
Kembali , kejang didahului demam , demam sejak tadi pagi.
Keluhan Utama
Kejang
2
muntah (-), nyeri telan (-), nafsu makan berkurang (+), keluar cairan dari telinga
(-/-), BAB mencret (-), BAK normal, tidak menangis saat BAK.
Saat kejang Pertama Os sempat dibawa ke klinik terdekat dan
diberikan obat dari anus yang berwarna agak kekuningan, setelah membaik os
diperbolehkan pulang oleh dokter diklinik, dan diberikan obat penurun panas.
Ayah bekerja sebagai Karyawan Pabrik, Ibu bekerja sebagai ibu rumah
tangga, kondisi rumah baik, Pembiayaan pengobatan menggunakan biaya BPJS.
Kesan : Riwayat social baik, ekonomi menengah, kondisi lingkungan baik.
Pemeliharaan prenatal (ANC) di bidan lebih dari 4x. Selama hamil ibu
pasien tidak sakit, tidak pernah minum jamu. Minum vitamin dan tablet
tambah darah yang diberikan bidan, tidak pernah mengonsumsi obat diluar
resep dokter.
3
No Kehamilan dan Persalinan Usia sekarang
Riwayat Kelahiran
Bayi laki-laki lahir dari ibu G2P1A0, usia saat melahirkan 29 tahun,
lahir normal, trauma dalam kehamilan disangkal, infeksi selama kehamilan
disangkal, riwayat tekanan darah tinggi selama kehamilan disangkal, riwayat
kejang selama kehamilan disangkal, riwayat minum jamu-jamuan disangkal,
riwayat demam tinggi disangkal, riwayat foto rontgen selama hamil disangkal.
Riwayat Imunisasi
4
1.3 Pemeriksaan Fisik
Tanggal 22/10/ 2021
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang, tidak kejang, tidak sesak nafas, nafas
spontan adekuat.
Kesadaran : GCS 15 (E4 M6 V5), compos mentis
Status Generalis
Sistem Deskripsi
Kulit Warna kuning kecoklatan, lesi (-), perdarahan (-)
Kepala Mesosefal, Hitam, cukup banyak , tidak mudah lepas,
Wajah Normofacies
Konjungtiva anemis -, sclera ikterik -, injeksi konjungtiva
-/-, pupil bulat isokor 3mm, Reflek cahaya +/+, Refleks
Kornea +/+, air mata (+), mata cowong (-/-)
pergerakan bola mata
Mata
OD OS
5
Leher Pembesaran KGB (-)
Dada
Inspeksi : pergerakan dada simetris pada saat statis maupun
stridor -/-
Iktus kordis tidak terlihat ataupun teraba
Jantung
Bunyi jantung S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Inspeksi : bentuk cembung, distensi (-)
Auskultasi : BU (+), metallic sound (-)
Abdomen Perkusi : Tympani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), turgor baik, hepatomegali (-),
splenomegaly (-),ascites (-)
Genital laki-laki, OUE hiperemis (-), fimosis (-)
Ekstremitas Superior Inferior
Pemeriksaan Motorik
6
Tanda rangsang meningeal
Kaku kuduk (-)
Brudzinski I (-)
Brudzinski II (-)
STATUS ANTHROPOMETRI
BB : 9,5 kg
TB : 80 cm
LK : 49 cm
WAZ : -0,88 SD
HAZ : -1,46 SD
WHZ : -0,17SD
7
Hematologi
Hasil Unit Reference Range
Hemoglobin 11.1 g/dL 10.8 – 12,8
Hematocrit 35.50 % 35 – 43
Leukosit (WBC) 9.700 μL 5.500 – 15.500
Trombosit 245.000 μL 150.000– 450.000
Basofil 0 % 0-1
Eusinofil 0 % 1-3
Neutrophil batang 0 % 2-6
Neutrophil segmen 60 % 50-70
Limfosit 29 % 20-40
Monosit 11 % 2-8
DD
1. Meningitis
2. Encephalophati dengue
1.6 Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanactionam : bonam
1.7 Tatalaksana
O2 Nc 1 LPM prn
IVFD D5 ¼ NS 4cc/jam
Paracetamol 100mg/4jam iv prn
Diazepam 3-5mg iv (Bolus pelan) bila kejang
Sanvita syr 1x5mg
Diet lunak 3kali/hari
Edukasi :
8
- Menjelaskan kepada orangtua untuk melapor kepada petugas kesehatan
bila kejang berulang.
- Bila anak panas segera kompres air hangat pada dahi, leher, ketiak, dan
lipat paha.
1.8 Follow Up
22/10/2021
Hari perawatan ke-1
S Demam saat malam hari kejang (-) muntah (-) gusi berdarah (-)
mimisan(-) BAK berdarah (-), BAB mencret 3 kali air> ampas, batuk (-)
O - KU: TSS, Kes: CM
- N: 115x/menit, RR: 25x/menit, S: 36,3C
Mata: anemis (-/-), mata cowong -/- Leher : kaku kuduk (-),
Thorax: simetris, retraksi (-),
Pulmo: dalam batas normal Cor: BJ I-II normal, bising (-)
Abdomen:
datar, supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba, BU (+)
meningkat, turgor kulit cukup
Genital : OUE hiperemis(-), fimosis (-) Ekstremitas : akral hangat,
edema -/-
9
RR 26x/menit
Suhu 37.1oC
Mata : CA -/- SI -/- Mata cowong -/-
Hidung : sekret -/-, konka edema -/-, konka hiperemis -/-
Mulut : mukosa lembab
Thorax : Cor : S1 S2 reguler, mumur (-), gallop (-)
Pulmo : vesikuler +/+ rh -/- wh -/- slem -/-
Abdomen : supel, BU (+) meningkat, NT (-)
Ektremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
A Kejang Demam Kompleks
P
– O2 Nc 1 LPM prn
– IVFD D5 ¼ NS 4cc/jam
– Paracetamol 100mg/4jam iv prn
– Diazepam 3-5mg iv (Bolus pelan) bila kejang
– Sanvita syr 1x5mg
– Diet lunak 3kali/hari
Obat pulang :
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kejang Demam
Kejang
demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6
bulan sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di atas 38 oC,
dengan metode pengukuran suhu apa pun) yang tidak disebabkan oleh proses
10
intrakranial. Kejang terjadi karena kenaikan suhu tubuh, bukan karena gangguan
keseimbangan elektrolit atau metabolik lainnya. Bila ada riwayat kejang tanpa demam
sebelumnya (unprovoked seizure) maka tidak disebut kejang demam. Bayi berusia
kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam rekomendasi ini melainkan termasuk dalam
kejang neonatus.1,4
2. Epidemiologi
Angka kejadian kejang demam bervariasi diberbagai negara. Hampir 1,5 juta
kejadian kejang demam terjadi di USA tiap tahunnya, dan sebagian besar terjadi
dalam rentang usia 6 hingga 36 bulan, dengan puncak padausia 18 bulan. 4 Prevalensi
kejang demam di daerah Eropa Barat dan Amerika berkisar 2 - 4% tahun.9
Prevalensi meningkat dua kali lipat di Asia. Angka kejadian demam di India sebesar
5- 10% dan di Jepang 8,3% - 9,9%.4,5
11
Beberapa kondisi yang dapat menimbulkan kejang demam : 4,7
a. Faktor usia
Umur sebagai faktor risiko kejang demam terkait dengan fase perkembangan
otak yaitu masa developmental window. Masa developmental window merupakan
masa perkembangan otak fase organisasi yaitu pada waktu anak berumur kurang
dari 2 tahun. Anak pada umur di bawah 2 tahun mempunyai nilai ambang kejang
(threshold) yang rendah sehingga mudah terjadi kejang demam. Anak berumur
dibawah 2 tahun dengan otak yang belum matang juga mempunyai excitability
neuron lebih tinggi dibandingkan otak yang sudah matang. Regulasi ion Na +, K+,
dan Ca++ belum sempurna, sehingga mengakibatkan gangguan repolarisasi paska
depolarisasi dan meningkatkan excitability neuron.8
Usia rata-rata mulainya kejang demam berkisar antara 18- 22 bulan dan
penelitian Lumbantobing memperlihatkan bahwa usia waktu terjadinya kejang
12
demam pertama yang terbanyak mengalami kejang demam pada umur 1 - 6 bulan
(25%) dan 6 - 12 bulan(30%) dan umur 1 - 2 tahun (28,6%), serta2 - 3 tahun
(6,3%).9
b. Jenis kelamin
Dari berbagai penelitian didapatkan bahwa kejang demam lebih sering dijumpai
pada anak laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan sekitar 1,4:1 dan
1,2:1.9
c. Sifat kejang
Pada sebagian besar kejang demam, kejang bersifat umum atau simetris.9
d. Lama kejang
Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang
sebelumnya normal. Penelitian lain secara restrospektif melaporkan kelainan
neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini biasanya terjadi pada
kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum maupun fokal.6
Suhu
yang dapat mencetuskan kejang adalah suhu sebelum terjadinya kejang.
Umunya orang tua membawa anaknya ke rumah sakit setelah terjadinya kejang.
Menurut penelitian Lumbantobing, suhu rata-rata per rektal setelah terjadi
kejang adalah 39ºC.9
g. Riwayat kelahiran
13
Bayi yang lahir premature mempunyai risiko untuk menderita kejang demam 4,9
kali lebih besar dibanding anak yang lahir tidak premature. Bayi yang
mengalami trauma lahir dapat mengalami pendarahan intraventrikuler, keadaan
ini akan menimbulkan gangguan struktur serebral dengan kejang sebagai salah
satu manifestasi klinisnya.9
Kejang umum tonik dan atau Kejang fokal atau parsial satu sisi,
klonik, umumnya berhenti sendiri, atau kejang umum didahului kejang
tanpa gerakan fokal parsial
Jika
kejang demam berlangsung lebih dari 30 menit (baik kejang tunggal
maupun kejang berulang) tanpa pulihnya kesadaran di antara kejang,
diklasifikasikan sebagai febrile status epilepticus.12
Pada saat kejang demam kebutuhan konsumsi energi di otak, jantung, otot
akan meningkat serta terjadi gangguan pusat pengatur suhu yang akan
menyebabkan kejang bertambah lama sehingga kerusakan otak akan semaki
bertambah. Kejang demam yang berlangsung lama dapat menimbulkan
14
kerusakan anatomi otak berupa kehilangan neuron dan gliosis pada daerah yang
merupakan prekursor timbulnya epilepsi yang berlatar belakang kejang demam.
Evaluasi
awal harus terfokus pada penentuan sumber demam, riwayat
keluarga dengan kejang demam atau epilepsi, imunisasi, penggunaan antibiotik,
durasi kejang dan pemanjangan fase postictal. Ketika terjadi kejang demam, hal
hal yang harus diperhatikan adalah adanya tanda meningeal dan level kesadaran
anak.13
Anamnesis7
15
media akut/OMA, dan sebagainya)
- Riwayat perinatal, riwayat perkembangan, riwayat kejang demam dan
epilepsi dalam keluarga
Pemeriksaan Fisik7
8. Pemeriksaan penunjang1,10
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pungsi lumbal
16
Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi
lumbal.
3. Elektroensefalografi
4. Pemeriksaan radiologis
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah
diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam
rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg
untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg
17
untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3
tahun (lihat bagan penatalaksanaan kejang demam)
Indikasi Rawat
- Kejang demam kompleks
18
- Hiperpireksia
a. Antipiretik
b. Antikonvulsan
19
o Kelainan neurologis berat, misalnya cerebral palsy
Antikonvulsan rumatan
o Kejang fokal
Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam
menurunkan risiko berulangnya kejang. Pemakaian fenobarbital setiap hari
dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada 40 – 50%
20
kasus. Obat pilihan saat ini adalah asam valproat. Pada sebagian kecil
kasus, terutama yang berumur kurang dari 2 tahun, asam valproat dapat
menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis asam valproat adalah 15-40
mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kgBB/hari
dalam 1-2 dosis.
21
DAFTAR PUSTAKA
22
pengendalian penyaki da penyehatan lingkungan, 2011
15. d L wong, Wilson D, Schwartz P, : Buku ajar Keperawatan Pedriatric ,
penerbit buku kedokteran EGC, edisi 6, 2009
23