MENINGIOMA
Pembimbing :
dr. Suhariyanto, Sp. BS
Disusun Oleh :
Nihayatuz Ayu Maulida
Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan kasus individu yang berjudul ”
Meningioma”.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada dr. Suhariyanto, Sp.BS
atas waktu dan bimbingan yang telah diberikan sehingga penyusun dapat menyelesaikan
laporan kasus ini. Penyusun menyadari bahwa di dalam presentasi kasus ini masih jauh dari
telah berusaha sebaik mungkin. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun diharapkan
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
Meningioma merupakan tumor otak jinak pada jaringan pembungkus otak atau
meningens.Meningioma tumbuh dari sel arachnoid cap yang berasal dari arachnoid villi atau
lapisan tengah meningens. Tumor otak primer yang paling sering didiagnosa adalah
meningioma yaitu sebesar 33,8% dari seluruh tumor otak primer. Di Amerika Serikat, insiden
meningioma yang dikonfirmasi dengan pemeriksaan patologi diperkirakan sebesar 97,5 per
100.000 jiwa. Namun jumlah ini diperkirakan lebih rendah dari yang sebenarnya karena
meningioma diperkirakan sebesar 5,3 per 100.000 jiwa dan tetap stabil selama 12 tahun ini
Beberapa faktor resiko terjadinya meningioma adalah usia, radiasi, genetik dan
hormonal. Insiden meningioma meningkat seiring pertambahan usia dengan puncak pada usia
70 hingga 80 tahun. Tumor ini sangat jarang terjadi pada anak-anak.Penelitian terbaru
meningioma bersifat sporadis yaitu terjadi tanpa adanya riwayat tumor otak pada keluarga
lainnya.Meningioma yang terjadi akibat warisan genetik sangat sedikit dan jarang, misalnya
Insiden meningioma pada wanita lebih tinggi dibandingkan pada laki-laki. Di inggris,
insiden meningioma pada wanita adalah 7,19 per 100.00 jiwa sedangkan pada pria adalah
3,05 per 100.00 jiwa per tahun. Hal ini tidak berbeda jauh di Amerika, insiden meningioma
pada wanita dua kali lipat dibandingkan pada laki-laki, yaitu 8,36 dan 3,61 per 100.000 jiwa
untuk wanita dan laki-laki. Hal ini menunjukkan adanya kemungkinan hubungan antara
terletak di krista sphenoid, parasellar, dan baso-frontal biasanya gepeng atau kecil bundar.
penipisan pada tulang tengkorak sedangkan yang gepeng justru menimbulkan hyperostosis.
menimbulkan manifestasi klinis yang sangat bervariasi sesuai dengan bagian otak yang
terganggu.Sekitar 40% meningioma berlokasi di lobus frontalis dan 20% menimbulkan gejala
mengatur perilaku seperti impulsif, apati, disorganisasi, defisit memori dan atensi, disfungsi
LAPORAN KASUS
Umur : 48 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan :-
2.2 ANAMNESIS
b. RPS :
c. RPS : pasien datang dengan keluhan anggota gerak kanan terasa berat untuk
digerakkan sejak 2 minggu SMRS. Namun pasien merasa keluhan tersebut
memberat sekitar 1 minggu SMRS, berjalan terasa berat sehingga kaki kanan
diseret saat berjalan. Selain itu pasien juga mengeluh telinga berdenging dan
pandangan kabur sejak beberapa bulan terakhir. Pasien juga mengeluh sering
nyeri kepala sejak 1 tahun. Menurut keluarganya, semakin hari pasien sering
berbicara agak lambat dan sulit untuk memahami sesuatu. Mual muntah disangkal.
Penurunan kesadaran disangkal. Riwayat kontrasepsi –
trauma kepala-
d. RPK : keluarga mengalami penyakit serupa (-)
e. RPSos. :-
Vital Sign :
o Nadi : 121x/menit
o Suhu : 36 C
o Pernafasan : 20x/menit
Status General :
Kepala/Leher: a-/i-/d-/c-
Pulmo :
Auscultation :
Suara Nafas:
Ves Ves
Ves Ves
Ves Ves
Rhonki - -
- -
- -
Wheezing
- -
- -
- -
Palpasi : dbn
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Cor :
Palpasi :-
Percussion :-
Abdomen :
Perkusi : timpani
Extremity:
STATUS NEUROLOGIK
A. Kesan Umum
Monoton : (-)
Scanning : (-)
Sensorik : (-)
Asimetri : (-)
Tortikolis : (-)
Mypathik : (-)
Fullmoon : (-)
B. Pemeriksaan Khusus
2. Saraf Otak
N. III, IV, VI
ke temporal : dbn
ke atas : dbn
ke bawah : dbn
Exophthalmus : -
Celah mata (ptosis) : (-)
PUPIL :
Bentuk : bulat
Lebar : 3 mm/ 3 mm
N. V Cabang Motorik
Cabang Sensorik
- Oftalmikus : dbn
- Maksilaris : dbn
- Mandibularis : dbn
N. VII
Waktu diam
- Kerutan dahi : N/N
Waktu gerak
- Bersiul : tde
Vestibular
- Vertigo : -
- Nistagmus :-
Cochlearis
- Rinne : tdl
- Weber : tdl
- Schwabah : tdl
N. IX, X
Bagian Motorik
- Suara : N
- Menelan : N
- Detak jantung : N
- Bising Usus : N
Bagian Sensorik
N. XI
N. XII
Atrofi : (-/-)
Sistem Motorik
3 5
3 5
3. Refleks-Refleks
Reflex fisiologis
Tungkai
Lengan
Miksi : N
Defekasi : N
Sekresi keringat : N
Salivasi : N
- Wanita
- 49 tahun
- GCS 456
- Telinga berdenging
- Pandangan kabur
- Intelegensi menurun
2.5 ASSESMENT
- Darah Lengkap
- Foto thoraks
- ECG
Foto Thorax
Hasil pemeriksaan
Cor : besar dan bezntuk normal
Pulmo : tak nampak fibroinfiltrat
Sinus phreniscostalis kanan kiri tajam, tulang dan soft tissue tak nampak kelainan
Kesimpulan : foto thorax tak nampak kelainan
CT Scan Kepala
Hasil pemeriksaan
Tampak heterogenous enchancing mass batas tegas tepi irreguler uk. 5,7 x 8 x 5,6 cm
kesan di cornu posterior ventrikel lateralis kiri dengan dilatasi ventrikel lateralis kanan
kiri, dan III yang menyebabkan midline shift 1,6 cm kearah kanan
Sulcy dan gyri tampak baik
Sisterna tampak baik
Tak tampak kalsifikasi abnormal
Pons dan serrebelum tak nampak kelainan
Orbkta dan mastoid kanan kiri nampak baik
Sinus frontalis, sinus ethmoidalis, sinus maxillaris, dan sphenoidalis kanan kiri tak
tampak kelainan
Calvaria tampak baik
Kesimpulan : heterogenous enchancing mass batas tegas tepi irreguler uk. 5,7 x 8 x
5,6 cm kesan di cornu posterior ventrikel lateralis kiri dengan dilatasi ventrikel
lateralis kanan kiri, dan III yang menyebabkan midline shift 1,6 cm kearah kanan :
susp intraventrikular mass (meningioma)
Pemeriksaan Laboratorium:
Hematologi:
- RDW : 12 % (10-16,5%)
- MPV : 7 (5-10)
-Hbs Ag : negative
-LED 1 : 56 ( 0 – 1)
-LED 2 : 81 (1 – 7)
EKG
2.8 Re-Assesment
Keluhan pasien
GCS
Dokumentasi operasi
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah meningioma pertama kali dipopulerkan oleh Harvey Cushing pada tahun
1922.Meningioma merupakan tumor jinak ekstra-aksial atau tumor yang terjadi di luar
jaringan parenkim otak yaitu berasal dari meninges otak.Meningioma tumbuh dari sel-sel
3.2 Epidemiologi
histopatologi diperkirakan sekitar 97,5 penderita per 100.000 jiwa di Amerika Serikat.
Prevalensi ini diperkirakan lebih rendah dari yang sebenarnya karena tidak semua
Beberapa hal yang memengaruhi insiden adalah usia, jenis kelamin dan ras. Insiden
terjadinya meningioma meningkat dengan pertambahan usia dan mencapai puncak pada usia
di atas 60 tahun. Insiden meningioma pada anak-anak sekitar 4% dari seluruh kejadian tumor
intrakranial.Beberapa penelitian melaporkan bahwa insiden meningioma pada ras hitam Non-
hispanics sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan ras putih Non-Hispanics dan
Hispanics.Jenis kelamin juga memengaruhi prevalensi dari meningioma, yaitu dua kali lebih
tinggi pada wanita dibandingkan dengan pria (Wiemels, 2010; Rockhill, 2007).
histopatologi. Berdasarkan lokasi tumor dan urutan paling sering adalah konveksitas,
parasagital, tuberkulum sella, falks, sphenoid rigde, cerebellopontine angle, frontal base,
petroclival, fosa posterior, tentorium, middle fossa, intraventricular dan foramen magnum.
Meningioma juga dapat timbul secara ekstrakranial walaupun sangat jarang, yaitu pada
medula spinalis, orbita , cavum nasi, glandula parotis, mediastinum dan paru-paru (Al-Mefty,
Pola pertumbuhan meningioma terbagi dalam bentuk massa (en masse) dan pertumbuhan
memanjang seperti karpet (en plaque). Bentuk en masse adalah meningioma globular klasik
sedangkan bentuk en plaque adalah tumor dengan adanya abnormalitas tulang dan perlekatan
Grade I:
− Meningothelial meningioma
− Psammomatous meningioma
− Angiomatous meningioma
− Mycrocystic meningioma
− Lymphoplasmacyte-rich meningioma
− Metaplastic meningioma
− Secretory meningioma
Grade II:
− Atypical meningioma
− Chordoid meningioma
Grade III:
− Rhabdoid meningioma
− Papillary meningioma
1. Meningioma falx dan parasagital (25% dari kasus meningioma). Falx adalah selaput
yang terletak antara dua sisi otak yang memisahkan hemisfer kiri dan kanan. Falx cerebri
2. Meningioma Convexitas (20%). Tipe meningioma ini terdapat pada permukaan atas otak.
5. Meningioma fossa posterior (10%). Tipe ini berkembang di permukaan bawah bagian
belakang otak.
6. Meningioma suprasellar (10%). Terjadi di bagian atas sella tursica, sebuah kotak pada
7. Spinal meningioma (kurang dari 10%). Banyak terjadi pada wanita yang berumur antara
40 dan 70 tahun. Akan selalu terjadi pada medulla spinalis setingkat thorax dan dapat
menekan spinal cord. Meningioma spinalis dapat menyebabkan gejala seperti nyeri
8. Meningioma Intraorbital (kurang dari 10%). Tipe ini berkembang pada atau di sekitar
9. Meningioma Intraventrikular (2%). Terjadi pada ruangan yang berisi cairan di seluruh
bagian otak.
Radiasi ionisasi merupakan salah satu faktor resiko yang telah terbukti menyebabkan
perkembangan tumor akibat paparan radiasi disebabkan oleh perubahan produksi base-pair
dan kerusakan DNA yang belum diperbaiki sebelum replikasi DNA. Penelitian pada orang
yang selamat dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki menemukan bahwa terjadi
meningioma terutama dosis radiasi melebihi 30 Gy.Selain itu, paparan radiasi untuk
adalah penelitian Claus et al (2012) yang membuktikan adanya peningkatan resiko yang
signifikan terjadinya meningioma setelah mendapatkan dental X-ray lebih dari enam kali
antara usia 15 hingga 40 tahun (Calvocoressi & Claus, 2010; Claus, 2012).
radiasi adalah usia muda saat didiagnosis, periode latensi yang pendek, lesi multipel,
rekurensi yang relatif tinggi, dan kecenderungan meningioma jenis atipikal dan anaplastik
Radiasi yang dihasilkan oleh telepon genggam adalah energi radiofrequency (RF) yang
tidak menyebabkan ionisasi molekul dan atom.Energi RF berpotensi menimbulkan panas dan
diketahui secara pasti. Penelitian metaanalisis yang dilakukan oleh Lahkola et al (2005)
menemukan bahwa tidak terdapat hubungan antara penggunaan insiden
yang dilakukan pada 13 negara juga memberikan laporan bahwa tidak dijumpai hubungan
antara penggunaan telepon genggam dan insiden meningioma (Wiemels, 2010; Barnholtz-
Sejak masa Harvey Cushing, Cedera kepala merupakan salah satu resiko terjadinya
penderita cedera kepala dan fraktur tulang kepala menunjukkan adanya hubungan dengan
terjadinya meningioma secara signifikan. Penelitian ole Phillips et al (2002) juga menemukan
hasil bahwa adanya hubungan antara cedera kepala dengan resiko terjadinya meningioma,
terutam riwayat cedera pada usia 10 hingga 19 tahun. Resiko meningioma berdasarkan
banyaknya kejadian cedera kepala dan bukan dari tingkat keparahannya (Wiemels, 2010;
Phillips, 2002).
3.4.4 Genetik
Umumnya meningioma merupakan tumor sporadik yaitu tumor yang timbul pada
pasien yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan penderita tumor otak jenis
dan jarang. Meningioma sering dijumpai pada penderita dengan Neurofibromatosis type 2
(NF2), yaitu Kelainan gen autosomal dominan yang jarang dan disebabkan oleh mutasi
germline pada kromosom 22q12 (insiden di US: 1 per 30.000-40.000 jiwa). Selain itu, pada
meningioma sporadik dijumpai hilangnya kromosom, seperti 1p, 6q, 10, 14q dan 18q atau
tambahan kromosom seperti 1q, 9q, 12q, 15q, 17q dan 20q (Evans, 2005; Smith, 2011).
Penelitian lain mengenai hubungan antara kelainan genetik spesifik dengan resiko
terjadinya meningioma termasuk pada perbaikkan DNA, regulasi siklus sel, detoksifikasi dan
jalur metabolisme hormon. Penelitian terbaru fokus pada variasi gen CYP450 dan GST, yaitu
gen yang terlibat dalam metabolisme dan detoksifikasi karsinogen endogen dan eksogen.
Namun belum dijumpai hubungan yang signifikan antara resiko terjadinya meningioma dan
variasi gen GST atau CYP450. Penelitian lain yang berfokus pada gen supresor tumor TP53
juga tidak menunjukkan hubungan yang signifikan (Lai, 2005; Malmer, 2005; Choy, 2011).
3.4.5 Hormon
adanya pengaruh ekspresi hormon seks.Terdapat laporan adanya pengaruh ukuran tumor
hormon eksogen seperti kontrasepsi oral dan terapi hormon pengganti dengan resiko
status menopause, paritas, dan usia pertama saatmenstruasi, tetapi masih menjadi kontroversi
3.4 Etiologi
Para ahli tidak memastikan apa penyebab tumor meningioma, namun beberapa teori
telah diteliti dan sebagian besar menyetujui bahwa kromoson yang jelek yang meyebabkan
kemungkinan asal usul meningioma. Di antara 40% dan 80% dari meningiomas berisi
kromosom 22 yang abnormal pada lokus gen neurofibromatosis 2 (NF2). NF2 merupakan
gen supresor tumor pada 22Q12, ditemukan tidak aktif pada 40% meningioma sporadik.
Pasien dengan NF2 dan beberapa non-NF2 sindrom familial yang lain dapat berkembang
menjadi meningioma multiple, dan sering terjadi pada usia muda. Disamping itu, deplesi gen
ini tidak diketahui.Meningioma juga sering memiliki salinan tambahan dari platelet
radiasi ke kepala, sejarah payudara kanker, atau neurofibromatosis tipe 2 dapat risiko faktor
untuk mengembangkan meningioma. Multiple meningioma terjadi pada 5% sampai 15% dari
reseptor yang berinteraksi dengan hormon seks progesteron, androgen, dan jarang
estrogen.Ekspresi progesteron reseptor dilihat paling sering pada meningioma yang jinak,
baik pada pria dan wanita.Fungsi reseptor ini belum sepenuhnya dipahami, dan demikian,
sering kali menantang bagi dokter untuk menasihati pasien perempuan mereka tentang
penggunaan hormon jika mereka memiliki sejarah suatu meningioma. Meskipun peran tepat
hormon dalam pertumbuhan meningioma belum ditentukan, peneliti telah mengamati bahwa
kadang-kadang mungkin meningioma tumbuh lebih cepat pada saat kehamilan (6,7).
3.5 Patofisiologi
parasagital.Yang terletak di Krista sphenoid, paraselar dan baso-frontal biasanya gepeng atau
Para ahli tidak memastikan apa penyebab tumor meningioma, namun beberapa teori
telah diteliti dan sebagian besar menyetujui bahwa kromoson yang jelek yang meyebabkan
timbulnya meningioma. Selain itu Meningioma memiliki reseptor yang berhubungan dengan
hormone estrogen, progesterone, dan androgen, yang juga dihubungkan dengan kaknker
payudara.Hal ini dibuktikan dengan adanya perubahan ukuran tumor pada fase lutheal siklus
haid dan kehamilan.Ekspresi progesteron reseptor dilihat paling sering pada jinak
meningiomas, baik pada pria dan wanita.Fungsi reseptor ini belum sepenuhnya dipahami, dan
demikian, sering kali menantang bagi dokter untuk menasihati pasien perempuan mereka
tentang penggunaan hormon jika mereka memiliki sejarah suatu meningioma.Meskipun peran
tepat hormon dalam pertumbuhan meningioma belum ditentukan, peneliti telah mengamati
bahwa kadang-kadang mungkin meningioma tumbuh lebih cepat pada saat kehamilan (9).
Selain peningkatan usia, faktor lain yang dinilai konsisten berhubungan dengan risiko
terjadinya meningioma yaitu sinar radiasi pengion; factor lingkungan berupa gaya hidup dan
genetik telah dipelajari namunnya perannya masih dipertanyakan. Faktor lain yang telah
diteliti yaitu penggunaan hormone endogen dan eksogen, penggunaan telepon genggam, dan
variasi genetik atau polimorfisme. Faktor lain yang dinilai berperan adalah keadaan penyakit
yang sudah ada seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan epilepsi; pajanan timbale, pemakaian
pewarna rambut; pajanan gelombang micro atau medan magnet, merokok; trauma kepala; dan
alergi (9).
Gejala meningioma dapat bersifat umum (disebabkan oleh tekanan tumor pada otak
dan medulla spinalis) atau bisa bersifat khusus (disebabkan oleh terganggunya fungsi normal
dari bagian khusus dari otak).Secara umum, meningioma tidak bisa didiagnosa pada gejala
awal (9).
Gejala umumnya seperti (9): Sakit kepala, dapat berat atau bertambah buruk saat
beraktifitas atau pada pagi hari; Perubahan mental; Kejang; Mual muntah; Perubahan visus,
mental
Meningioma fossa posterior : nyeri tajam pada wajah, mati rasa, dan spasme otot-otot
MR angiografi (scan MRI pembuluh darah) atau arteriogram (X-ray dari pembuluh
pembuluh darah di tumor. Digunakan untuk tumor yang memiliki suplai darah yang luas,
menimbulkan manifestasi klinis yang sangat bervariasi sesuai dengan bagian otak yang
terganggu.Sekitar 40% meningioma berlokasi di lobus frontalis dan 20% menimbulkan gejala
mengatur perilaku seperti impulsif, apati, disorganisasi, defisit memori dan atensi, disfungsi
kontras.Meninioma tampak sebagai masa yang homogen dengan densitas tinggi, tepi bulat
dan tegas.Dapat terlihat juga adanya hiperostosis kranialis, destruksi tulang, udem otak yang
memiliki derajat kepercayaan yang tinggi. Gambaran yang sering terlihat plak yang
Kalsifikasi tanpa adanya tumor pada foto polos kepala dapat menunjukkan hasil false-
negatif pada meningioma.Banyak pasien dengan meningioma otak dapat ditegakkan secara
meningioma.Tampak gambaran isodense hingga hiperdense pada foto sebelum kontras, dan
gambaran peningkatan densitas yang homogen pada foto kontras.Tumor juga memberikan
gambaran komponen kistik dan kalsifikasi pada beberapa kasus.Udem peritumoral dapat
terlihat dengan jelas.Perdarahan dan cairan intratumoral sampai akumulasi cairan dapat
terlihat (11).
serebri sering muncul akibat provokasi dari respon osteoblas, yang menyebabkan
meningioma; dapat dilihat pada gambar-gambar berikut. The CT nature of the calcification
may be nodular, fine and punctate, or dense. Penelitian histologi membuktikan bahwa proses
meningioma. MRI memperlihatkan lesi berupa massa, dengan gejala tergantung pada lokasi
tumor berada. Kelebihan MRI dalam memberikan gambaran meningioma adalah resolusi 3
c. Ultrasonografi (USG)
perubahan kista yang terdapat di bagian dalam dan luar massa tumor, kalsifikasi, invasi
parenkim oleh meningioma malignan, dan massa lobus atau multi lobules yang hanya dapat
d. Angiografi
“spoke wheel appearance”. Selanjutnya arteri dan kapiler memperlihatkan gambaran vascular
yang homogen dan prominen yang disebut dengan mother and law phenomenon (15).
Magnetic resonance angiography (MRA and MRV) merupakan pemeriksaan penunjang yang
berkembang dari ilmu angiografi klasik, yang belakangan ini merupakan alat diagnostik yang
kuat untuk mengetahui embolisasi dan perencanaan untuk operasi.Agiografi masih bisa
Meningioma mendapat asupan makanan oleh meningeal branches dari arteri carotid
internal dan external. Basal meningiomas pada anterior dan fossa cranial media dan
meningioma pada tulang sphenoid umumnya mendapat vaskularisasi dari arteri carotid
(15).
Angiografi dapat menunjukkan peta distribusi arterial yang berguna untuk persiapan
preoperasi embolisasi.
3.8 Penatalaksanaan
Beberapa faktor yang mempengaruhi operasi removal massa tumor ini antara lain lokasi
tumor, ukuran dan konsistensi, vaskularisasi dan pengaruh terhadap sel saraf, dan pada kasus
rekurensi, riwayat operasi sebelumnya dan atau radioterapi. Lebih jauh lagi, rencana operasi
dan tujuannya berubah berdasarkan faktor resiko, pola, dan rekurensi tumor.Tindakan operasi
tidak hanya mengangkat seluruh tumor tetapi juga termasuk dura, jaringan lunak, dan tulang
Pengobatan standar untuk pasien dengan meningioma atipikal atau anaplastik adalah
reseksi bedah saraf.Dengan pendekatan ini, kontrol lokal berkisar antara 50% dan 70%,
tergantung pada status reseksi.Sebuah seri atau studi lebih kecil telah menunjukkan bahwa
radioterapi pasca operasi pada populasi pasien ini dapat meningkatkan harapan hidup, yang
sebagai tumor radioresisten, dan radiasi dosis 60 Gy atau lebih tinggi telah ditunjukkan
untuk elektif. Reseksi tumor lengkap dikaitkan dengan tingginya tingkat harapan hidup bebas
penyakit.
untuk dioperasi (seperti sinus cavernous meningioma), tumor yang tidak dapat direseksi,
gejala penyakit sisa, atau tumor berulang. Diagnosis radiologi mungkin cukup dalam kasus
ini.
stereotactic.
5. Terapi sistemik lainnya dapat dipertimbangkan untuk tumor yang tidak dapat
Rencana Preoperatif
profilaksis pada semua pasien untuk organisme stafilokokkus, dan pemberian cephalosporin
generasi III yang memiliki aktifitas terhadap organisem pseudomonas, serta pemberian
•Grade III : Reseksi total tumor, tanpa reseksi atau koagulasi dari perlekatan dura atau
mungkin perluasan ekstradural (misalnya sinus yang terserang atau tulang yang hiperostotik)
3.9 Radioterapi
Radiasi memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan meningioma.Sekitar
4% dari semua meningioma diinduksi radiasi. Menariknya, ini biasanya tidak disertai dengan
mutasi gen NF2. Sering tumor ini berasal dari pinggiran lapangan terpancar. Bukti untuk
1. Korban tumor yang telah menerima radiasi pada mata atau leher memiliki insiden
2. Sebuah studi kohort pada pasien yang diikuti di Israel yang memiliki medan radiasi
rendah untuk kurap kulit kepala telah mengembangkan beberapa meningioma 20 dan 30
tahun kemudian.
3. Korban di pinggiran ledakan bom atom menjadi menderita meningioma sebagai efek
4. Bukti epidemiologis menunjukkan bahwa mulut penuh gigi yang di x-ray yang
Ada kebutuhan untuk bekerja yang lebih tepat pada efek dari radiasi pada pembentukan
meningioma (19).
untuk terapi.External beam irradiation dengan 4500-6000 cGy dilaporkan efektif untuk
melanjutkan terapi operasi meningioma reseksi subtotal, kasus-kasus rekurensi baik yang
didahului dengan operasi sebelumnya ataupun tidak.Pada kasus meningioma yang tidak dapat
dioperasi karena lokasi yang sulit, keadaan pasien yang buruk, atau pada pasien yang
akan efektif pada kasus meningioma yang agresif (atyppical, malignan), tetapi informasi yang
mengalami kerusakan akibat radioterapi. Komplikasi lain yang dapat ditimbulkan berupa
Radiasi Stereotaktik
tahun 1960an menggunakan alat Harvard proton beam. Setelah itu penggunaan stereotaktik
radioterapi ini semakin banyak dilakukan untuk meningioma. Sumber energi yang digunakan
didapat melalui teknik yang bervariasi, yang paling sering digunakan adalah sinar foton yang
berasal dari Co gamma (gamma knife) atau linear accelerators (LINAC) dan partikel berat
(proton, ion helium) dari cyclotrons. Semua teknik radioterapi dengan stereotaktik ini dapat
mengurangi komplikasi, terutama pada lesi dengan diameter kurang dari 2,5 cm. Steiner dan
koleganya menganalisa pasien meningioma yang diterapi dengan gamma knife dan
diobservasi selama 5 tahun. Mereka menemukan sekitar 88% pertumbuhan tumor ternyata
tumor dalam 2 tahun pada 96 % kasus. Baru-baru ini peneliti yang sama melakukan studi
dengan sampel 99 pasien yang diikuti selama 5 hingga 10 tahun dan didapatkan pengontrolan
pertumbuhan tumor sekitar 93 % kasus dengan 61 % massa tumor mengecil. Kejadian defisit
neurologis baru pada pasien yang diterapi dengan stereotaktik tersebut kejadiannya sekitar 5
% (13).
Kemoterapi
efikasinya untuk terapi meningioma jinak maupun maligna. Kemoterapi sebagai terapi ajuvan
untuk rekuren meningioma atipikal atau jinak baru sedikit sekali diaplikasikan pada pasien,
tetapi terapi menggunakan regimen kemoterapi (baik intravena atau intraarterial cis-platinum,
decarbazine (DTIC) dan adriamycin) menunjukkan hasil yang kurang memuaskan (DeMonte
dan Yung), walaupun regimen tersebut efektifitasnya sangat baik pada tumor jaringan lunak.
adriamycin, dan vincristine dapat memperbaiki angka harapan hidup dengan rata-rata sekitar
5,3 tahun. Pemberian obat kemoterapi lain seperti hydroxyurea sedang dalam penelitian.
Pertumbuhan sel pada meningioma dihambat pada fase S dari siklus sel dan menginduksi
apoptosis dari beberapa sel dengan pemberian hydroxyurea.Dan dilaporkan pada satu kasus
pemberian hydroxyurea ini memberikan efek pada pasien-pasien dengan rekurensi dan
juga terapi ini kurang menimbulkon toksisitas dibanding pemberian dengan kemoterapi (13).
Pemberian hormon antogonis mitogen telah juga dilakukan pada kasus dengan
meningioma.Preparat yang dipakai biasanya tamoxifen (anti estrogen) dan mifepristone (anti
kali/hari) telah digunakan oleh kelompok onkolologi Southwest pada 19 pasien dengan
meningioma yang sulit dilakukan reseksi dan refrakter. Terdapat pertumbuhan tumor pada 10
pasien, stabilisasi sementara pertumbuhan tumor pada 6 pasien, dan respon minimal atau
Pada dua studi terpisah dilakukan pemberian mifepristone (RU486) 200 mg perhari
selama 2 hingga 31 bulan. Pada studi yang pertama didapatkan 5 dari 14 pasien menunjukkan
perbaikan secara objektif yaitu sedikit pengurangan massa tumor pada empat pasien dan satu
pasien gangguan lapang pandangnya membaik walaupun tidak terdapat pengurangan massa
tumor; terdapat pertumbuhan ulang pada salah satu pasien tersebut. Pada studi yang kedua
dari kelompok Netherlands dengan jumlah pasien 10 orang menunjukkan pertumbuhan tumor
berlanjut pada empat pasien, stabil pada tiga pasien, dan pengurangan ukuran yang minimal
pada tiga pasien.Tiga jenis obat tersebut sedang dilakukan penelitian dengan jumlah sampel
yang lebih besar pada meningioma tetapi sampai sekarang belum ada terapi yang menjadi
PEMBAHASAN
Pasien mengelami penurunan kesadaran sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Awalnya pasien sering mengeluh nyeri kepala sejak 3 minggu sebelum masuk rumah
sakit, nyeri kepala dirasa hilang timbul dan di seluruh kepala, tidak membaik dengan
istirahat. Pasien juga kadang merasa sakit gigi. Pasien sudah pergi berobat ke spesialis
saraf karena nyeri kepalanya namun tidak kunjung membaik. 5 hari sebelum masuk
rumah sakit, nyeri kepala pasien memberat dan pasien MRS di RSM Babat . 2 hari
setelah dirawat, pasien mengalami penurunan kesadaran disertai dengan muntah 2 kali
berisi makanan dan minuman yang dikonsumsi. Lalu pasien dirujuk ke RSML. Pasien
tidak mengalami kejang selama ini. Tidak ada demam, tidak ada sesak .Riwayat
Pada kasus didapatkan gejala dan tanda klinis dari pasien nyeri kepala, muntah
dan penurunan kesadaran. Dari teori dikemukakan gejala-gejala umum, seperti juga
pada tumor intracranial yang lain misalnya sakit kepala, muntah-muntah, perubahan
Gejala klinis lain yang paling sering adalah kejang-kejang, gangguan visus, gangguan
mental, dan gangguan fokal. Tetapi timbulnya tanda-tanda dan gejala-gejala ini
tergantung pada letak tumor dan tingginya tekanan intrakranial. Tanda-tanda fokal
fungsi jaringan otak yang ditekan atau dirusak, dapat perlahan-lahan atau cepat.
menggambarkan meningioma. Invasi sepanjang dura serebri sering muncul akibat provokasi
dari respon osteoblas, yang menyebabkan hiperostosis. Gambaran CT-scan paling baik untuk
menunjukkan kalsifikasi dari meningioma. Pada kasus hasil CT-Scan menunjukkan isodense
wing, temporoparietal kanan. Lesi tampak mendesak ventrikel lateralisdan ventrikel III serta
Pada kasus penatalaksaan dilakukan pengangkatan tumor. Ini sesuai dengan teori
dimana terapi meningioma masih menempatkan reseksi operatif sebagai pilihan pertama.
Beberapa faktor yang mempengaruhi operasi removal massa tumor ini antara lain lokasi
tumor, ukuran dan konsistensi, vaskularisasi dan pengaruh terhadap sel saraf, dan pada kasus
rekurensi, riwayat operasi sebelumnya dan atau radioterapi. Lebih jauh lagi, rencana operasi
dan tujuannya berubah berdasarkan faktor resiko, pola, dan rekurensi tumor. Tindakan
operasi tidak hanya mengangkat seluruh tumor tetapi juga termasuk dura, jaringan lunak, dan
KESIMPULAN
Telah dilaporkan sebuah kasus wanita usai 49 tahun, dengan keluhan utama penurunan
kesadaran, sebelumnya nyeri kepala kronis disertai muntah. Dari pemeriksaan fisik dan penunjang
didapatkan diagnosis meningioma. Terapi yang dilakukan pada pasien ini adalah operasi. Pada saat
operasi ditemukan tumor dengan klasifikasi simpson grade I. Pasien diperbolehkan pulang 1 minggu
setelah operasi dengan keadaan umum baik. Prognosis pada pasien ini dubia ad bonam.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mardjono M, Sidharta P. Dalam: Neurologi klinis dasar. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universtas Indonesia, 2003; Hal 393-4.
2. Harsono. Tumor Otak. Dalam : Buku Ajar Neurologi Klinis Edisi pertama. Yogyakarta:
UGM Press, 1999; 201-201.
3. Wonoyudo, Tri Astuti. Peran CT Scan Pada Diagnosis Tumor Otak.Cermin Dunia
Kedokteran, 1992;77:12-18.
5. Luhulima JW. Menings. Dalam: Anatomi susunan saraf pusat. Makassar: Bagian
Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, 2003.
9. Peter Black, M.D., Ph.D., Andrew Morokoff, M.D., Ph.D., Jacob Zauberman, M.D.,
et.al. Meningiomas: Science and Surgery. Clinical Neurosurgery, 2007;54:91-99.
11. Barnholtz-Sloan, J. S., & Kruchko, C. (2007). Meningiomas : Causes and Risk Factors.
Neurosurg Focus .
12. Claus, E. B., Park, P. J., Carroll, R., Chan, J., & Black, P. M. (2008). Specific Genes
Expressed in Association with Progesterone. Cancer Research .
13. Wiemels, J., Wrensch, M., & Claus, E. B. (2010). Epidemiology and Etiology of
Meningioma. Neurooncol .