INSTALASI LAUNDRY
Disusun oleh:
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
1
2
infeksius.
(4 buah) dikeringkan.
cuci.
1. Memasukkan linen ke
dilakukan prewash
bahan kimia)
2. Kemudian dibilas
60oC.
3. Memasukkan larutan
takar masing-masing +-
100 cc.
proses pencucian
membilas kemudian
dikeringkan di mesin
pengering.
kemudian mesin
dimatikan.
mempertemukan bagian
masuk
2.Lingkungan Kerja
Unit Ling.
No Ling. Fisik Ling. Biologi Ling. Kimia Ling. Sos-Bud
Kerja Ergonomi
1. Unit - Unit Laundry - Ventilasi yang - Petugas - Karyawan - Kegiatan
Laundry berada di lantai kurang menggunak bekerja pengambila
6, seharusnya memadai an APD sambil n linen
jika sesuai disertai untuk sudah
mengobrol
standart di penempatan mencegah ergonomis
sehingga
lantai 1. Hal ini unit di lantai 6 terpaparnya yaitu posisi
suasana kerja
berpengaruh membuat zat kimia, punggung
menjadi
terhadap lingkunganle seperti lurus
hidup.
lingkungan mbab Detergent namun
kerja yang sehingga alkali, sesekali
terasa panas berpotensi Oxygen petugas
karena pada bleach, membungk
berbatasan pertumbuhan emulsifier, ukan
langsung bakteri dan Softener. punggung
dengan atap jamur. Namun saat
yang terbuat - Tata letak masih mengambil
dari bahan ruang sudah sering linen,
konduktor. berurutan petugas dengan
- Pencahayaan mulai dari menggunak posisi
ruangan baik, proses an APD berdiri
ventilasi pengumpulan yang tidak bertumpu
kurang linen kotor lengkap. pada kedua
memadai. hingga - Tidak ada kaki.
- Unit laundry pendistribusia tempat - Karyawan
juga belum nlinen bersih. khusus selalu
dilengkapi Hal tersebut untuk berdiri
8
Sistem Manajemen
Problem K3
No. Komponen Kebijakan Manajemen
Internal Eksternal
1 Proses - Karyawan - - Menyediakan APD
Industri/Kerja laundry masih
di setiap tempat
jarang
proses laundry dan
menggunakan
APD lengkap. menempelkan
Terutama jarang
gambar di dinding
menggunakan
mengenai tata cara
apron.
- Adanya tugas dan resiko tidak
ganda pada
menggunakan APD.
karyawan.
- Manambah jumlah
karyawan sehingga
ganda pada
karyawan.
- Mengadakan rotasi
tugas supaya
karyawan tidak
- Menyediakan meja
Lingkungan - Karyawan selalu
dan kursi yang
Ergonomi berdiri saat
nyaman untuk
menyetrika linen
karyawan
menyetrika sehingga
tidak berdiri terlalu
12
lama..
3 Karyawan Resiko terjadinya - Promotif
penyakit saat proses
Memberi penyuluhan
kerja : dermatitis
dan pelatihan kepada
kontak, LBP, heat
stroke pekerja tentang
pengenalan,
penilaian,dan
pengendalian resiko
pelindung diri.
Preventif
-Melakukan
pemeriksaan kesehatan
bulan sekali.
sekali.
-Keharusan penggunaan
kimia (penggunaan
saat pencucian)
Kuratif
Memberi pengobatan
secara menyeluruh
kesehatan pekerja.
langsung mendapat
pengobatan dengan
gratis
Rehabilitasi
4. Regulasi/Undang-Undang
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia NOMOR
Rumah Sakit
III. PEMBAHASAN
a. Pendahuluan
menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman dan mencapai tujuan yaitu
yang terlibat dalam suatu pekerjaan berisiko terkena bahaya kesehatan kerja.
atau orang lain dalam tempat kerja. Menurut Dewan Keamanan Nasional
paparan biologis, kimia, dan fisika agen berbahaya serta paparan berulang,
pekerja rumah sakit yang berisiko tinggi yaitu pekerja laundry karena untuk
antara lain faktor fisik seperti kebisingan, kemudian faktor kimia seperti
penggunaan detergen atau pewangi, faktor biologi seperti infeksi dari baju
yang telah digunakan oleh pasien penderita penyakit infeksi dan tertusuk
jarum atau peralatan lain bekas kegiatan bedah, dan faktor ergonomi seperti
serta faktor psikososial seperti beban kerja yang berlebih dan hubungan
antar pekerja. Oleh karena itu, sumber bahaya yang ada di Instalasi laundry
pergi/pulang dari tempat kerja. Dalam hal ini kecelakaan kerja dapat terjadi
proses produksi, sifat pekerjaan, dan cara kerja. Kecelakaan kerja bisa juga
terjadi akibat tindakan berbahaya yang dalam beberapa hal dapat dilatar
keletihan dan kelelahan/kelesuan, sikap dan tingkah laku yang tidak aman
manusia (unsafe human acts), berupa tindak perbuatan manusia yang tidak
bekerja tidak sesuai prosedur, bekerja sambil bergurau, menaruh alat atau
barang tidak benar, sikap kerja yang tidak benar, bekerja di dekat alat yang
lingkungan yang tidak aman, seperti mesin tanpa pengaman, peralatan kerja
yang sudah tidak baik tetapi masih dipakai, penerangan yang kurang
memadai, tata ruang kerja tidak sesuai, cuaca, kebisingan, dan lantai kerja
pekerja yang tidak memakai alat pelindung diri (Waruwu S. dan Yuamita
F., 2016).
a. Kapasitas kerja adalah status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta
b. Beban kerja adalah beban fisik dan mental yang harus di tanggung oleh
b. Laundry
19
Laundry Service baik yang berada dalam perhotelan atau rumah sakit,
sangat berkaitan dengan bahan kimia yang kuat, mengangkut beban yang
berat, dan juga jam bekerja dengan jadwal yang sudah di sesuaikan dengan
a) Pengertian
b) Persyaratan :
1. Suhu air panas untuk pencucian 70 °C dalam waktu 25 menit atau 95°C
ramah lingkungan agar limbah cair yang dihasilkan mudah terurai oleh
lingkungan
3. Standar kuman bagi linen yang bersih setelah keluar dari proses tidak
c) Tata laksana
1. Di tempat laundry tersedia keran air bersih dengan kualitas dan tekanan
pembuangan air limbah serta tersedia mesin cuci yang dapat mencuci jenis-
3. Tersedia ruangan dan mesin cuci yang terpisah untuk linen infeksius dan
non infeksius
20
pengolahan limbah
ruang linen kotor, ruang linen bersih, ruang untuk perlengkapan kebersihan,
ruang perlengkapan cuci, ruang kereta linen, kamar mandi dan ruang peniris
dapat bekerjasama dengan pihak lain dan pihak lain tersebut harus
a. Pengumpulan, dilakukan :
Pemilahan antara linen infeksius dan non-infeksius dimulai dari sumber dan
memasukkan linen ke dalam kantong plastic sesuai jenis serta diberi label
b. Penerimaan
Mencatat linen yang diterima dan telah terpilah antara infeksius dan non-
infeksius
c. Pencucian
Membersihkan linen kotor dari tinja, urin, arah, dan muntahan kemudian
d. Pengeringan
e. Penyetrikaan
f. Penyimpanan
h. Pengangkutan
Menggunakan kereta dorong yang berbea dan tertutup antara linen bersih an
khusus
d) Ergonomi
bersih.
23
perlu mencapai dan menarik keluar laundry berat basah secara manual.
1. Bahaya mikrobiologi
B, HIV/AIDS
laundry.
desinfektan, berlapis ganda, tahan tusukan, kedap air dan berwarna khusus
Pertolongan pertama :
- Kulit: cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang terkontaminasi.
Tindakan pencegahan:
- Pemakaian APD.
dibawah kondisi kering, ventilasi baik, jauhkan dari asam dan suhu yang
3. Bahaya Fisik
a. Bising, pengendalian:
- Rotasi pekerja untuk periode waktu tertentu antara lingkungan kerja yang
b. Cahaya
c. Listrik
Kecelakaan tersengat listrik dapat terjadi pada petugas laundry oleh karena
Pengendalian:
d. Panas
Panas dirasakan bila suhu udara di atas suhu nyaman (26-28 derajat celcius)
Pengendalian :
bertujuan menarik udara panas keluar ruangan dapat digunakan kipas angin
ruangan.
- Menyediakan persediaan air minum yang cukup dan memenuhi syarat dekat
e. Getaran
Getaran atau vibrasi adalah faktor fisik yang ditimbulkan oleh subyek
dengan getaran isolasi. Vibrasi yang terjadi dapat local atau seluruh tubuh.
Mesin cuci yang bergetar dapat memajani petugas melalui transmisi atau
Pengendalian :
padaproses pencucian.
Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan
bagian tubuh yang lain, misalnya genu valgum, genu varum, coxa valgum
dalam waktu yang lama juga dapat mengakibatkan terjadinya LBP (Panjabi,
2003).Selain itu suatu gerakan yang sama yang dilakukan terus menerus
mengakibatkan otot kaku. Adanya spasme otot ini dapat menimbulkan rasa
29
Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut
bawah kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri
juga bisa menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal
paha LBP atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan
obatan, istirahat dan modalitas, pemberiaan obat anti inflamasi non steroid
2. DERMATITIS
imunologik pada kulit yang disebabkan oleh kontak dengan faktor eksogen
maupun bilogik) dan faktor endogen (genetik, usia, jenis kelamin, riwayat
atopi, ras) memegang peranan penting pada penyakit ini (Wolff et al, 2012).
Bahan-bahan iritan :
Bahan pelarut
Deterjen
Minyak pelumas
Asam / alkali
30
Serbuk kayu.
dan kelembapan. Pada DKI, pajanan pertama terhadap iritan telah mampu
menyebabkan respons iritasi pada kulit. Sel T memori tidak berperan dalam
dalam kejadian DKI: kehilangan lipid dan substansi pengikat air epidermis,
reaksi inflamasi berupa vasodilatasi dan infiltrasi sel pada dermis dan
kerusakan kulit. Sel-sel yang berperan dalam proses ini adalah keratin,
faktor luar, dalam hal ini iritan dan alergen. Iritan merupakan senyawa
yang berukuran kecil. Iritan harus mampu melakukan penetrasi pada stratum
Suhu tinggi
Kelembaban
Gesekan
Deterjen
Pelarut organik
Garam organik
3. MIALGIA
Mialgia atau nyeri otot adalah suatu keadaan dimana badan terasa
kerja otot yang berlebihan, serta cedera otot dari latihan atau pekerjaan yang
tertentu dan terjadi selama atau setelah aktivitas. Penyebab mialgia yang
paling sering antara lain: cedera atau trauma termasuk keseleo atau terkilir;
kerja yang berlebihan, menggunakan otot terlalu banyak, terlalu cepat dan
terlalu sering ketegangan atau stres (White, 2008). Untuk nyeri otot karena
setelah cedera untuk mengurangi rasa sakit dan peradangan. Nyeri otot
pendinginan sesudahnya.
berat.
Jika bekerja di posisi yang sama sepanjang hari (seperti duduk di depan
2013).
pelindung diri, namun untuk beberapa alat pelindung diri yang digunakan
seperti sarung tangan masih kurang dikatakan aman, karena sarung tangan
mash kurang panjang dan masih dapat menyebabkan dermatitis kontak pada
pekerja
dan jendela yang ada selalu terbuka agar aliran udara dapat masuk dan tidak
membuat ruangan pengap dan lembab. Di dalam ruangan juga terdapat kipas
angin yang dapat membantu lancarnya aliran udara di dalam tempat pekerja
- Posisi ergonomi yang tidak nyaman saat bekerja karena harus berdiri,
jongkok, dan membungkuk dalam waktu yang lama, hal tersebut dapat
lain. Untuk pembagian tiap shift, yaitu shift pagi dan siang, masing-masing
petugas harus bekerja selama 7 jam dimana hal ini akan menyebabkan
Pekerja bekerja dari jam 07.00 sampai jam 14.00 (untuk shift 1) sebanyak 2
orang sedangkan dari jam 10.00 sampai jam 17.00 (untuk shift 2) sebanyak
2 orang.
IV. INTERVENSI
1. Proses Kerja
distribusi linen, mengganti troli linen dengan yang lebih memudahkan dan juga
mengganti APD sarung tangan dengan yang lebih tebal dan panjang untuk
mencegah resiko dermatitis kontak iritan dengan bahan kimia. Kemudian para
petugas laundry lebih memperhatikan hal keamanan dan keselamatan diri serta
posisi yang ergonomis saat bekerja dan mematuhi peraturan yang ada dengan
2. Lingkungan Kerja
belakang rumah sakit sehingga tidak bisa langsung menggunakan troli, melainkan
34
diangkat oleh petugas menggunakan ember, dalam hal ini kepala instalasi karena
tidak mengangkut beban terlalu berat karena mereka harus mengeluarkan tenaga
lebih untuk menaiki tangga manual, memberikan jalur seperti lift untuk
3. Kondisi Karyawan
makasegerapergikedokteruntukdilakukanpemeriksaanlebihlanjut. Untukpetugas
petugas, perludiadakanpemeriksaankesehatansecaraberkala.
4. Kebijakan Manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja, lalu mewajibkan setiap pekerja untuk mentaati
peraturan tersebut dalam bentuk perjanjian yang mengikat, dan bila tetap tidak
35
mematuhi, maka pihak rumah sakit dapat memberikan sanksi. Dan bila terjadi
suatu masalah kesehatan dalam kerja, pihak rumah sakit harus memastikan apakah
masalah tersebut oleh karena penyakit akibat kerja atau penyakit yang
saat di tempat kerja. Untuk karyawan yang sakit dapat berobat di RS Universitas
Muhammadiyah Malang.
perundangan dan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah dengan tujuan untuk
Daftar Acuan :
Rumah Sakit
DAFTAR PUSTAKA
Pedoman
Depkes RI. 2004. Pedoman Mnajemen Linen di Rumah Sakit. Direktoral Jendral
Kesehatan
652-653.
AIDS and Related Disorders. In: Kasper, Dennis S., ed. Harrison’s
Manajemen
38
1204/MENKES/SK/X/2004
Kompier, Michiel AJ, and Allard J. van der Beek. "Psychosocial factors at work
Lyne M, 2015, Healthcare Laundry and Textiles in the United States: Review and
Nurdjanah Siti. Sirosis Hati. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Panjabi MM, Clinical Spinal Instability and Low Back Pain. J Electromyogr
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2000 Tentang Upaya
Kesehatan
39
Perdani, 2010. Pengaruh Postur dan Posisi Tubuh Terhadap Timbulnya Nyeri
Sakit
Prasetyo et al. 2007. Family and Children Affected by HIV and AIDS in
Samara D, 2004. Lama dan Sikap Duduk Sebagai Faktor Resiko Terjadinya Nyeri
Sjamsuhidajat, R., de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC
Smith A., and Sonesh S. 2011. How Hazards and Safety Training Influence
Dermatitis Kontak Iritan dan Alergi pada Geriatri. MDVI Vol. 38 No. 1.
Jakarta Pusat: FK UI
40
Encyclopedia
https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/19676.htm
Waruwu, Saloni dan Ferida Yuamita. 2016. Analisis Faktor Kesehatan dan
Yogyakarta
Wolff K, Johnson RA. 2009. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical
Zein U dan Habib. 2007. 111 Pertanyaan Seputar HIV/AIDS Yang Perlu Anda
LAMPIRAN DOKUMENTEASI
43
44
45