Pembimbing :
dr. Rubayat Indradi, M.OH
Disusun oleh :
Tesa Yovi Pratama
201710401011080
Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang
2019
1
I. IDENTITAS
A. PENDERITA
2
C. INTERAKSI DALAM KELUARGA
Status Keterangan
Nama Usia Pekerjaan Hubungan Keluarga
No Sex Perkawinan Domisili Serumah
(Inisial) (Bln/Th) (deskripsi lengkap) (S, I, AK, AA)
(TK, K, J, D)
Ya Tdk
1 Tn. S L 48 th TNI S K V
2 Ny. S P 44 th Ibu Rumah Tangga I K V
3 Sdr. J L 19 th Mahasiswa AK TK V
4 An. R L 14 th Pelajar AK TK V
3
D. GENOGRAM (minimal 4 generasi)
4
Tn. S/-/ -th Ny K/-/ -th Tn. P/-/ -th Ny A/-/ -th Tn. I/-/ -th Ny D/-/ -th Tn. S/-/ -th Ny H/-/ -th
Ny G/-/ -th
Tn. M/-/ -th Tn. R/-/ -th Ny S/-/ -th Tn. A/-/ -th
Tn. P/ -/ - th
Ny. S/ SD Tn. M/ SD
45 42 38
48 44 39 42 50
Tn. S/ TNI / +- 5 juta Ny.S/ S1/ IRT Tn. Y/ SMA Ny. P/ SMA Tn. J/ S1
19 14
5
II. DATA DASAR KESEHATAN
KU : Sesak
Anamnesis :
sesak dirasakan bila dibuat beraktifitas ringan seperti jalan sebentar langsung
sesak. Pada malam hari tidak bisa tidur karena sesak nya, jika tidur harus dengan 2
bantal ditumpuk. Pasien juga mengeluhkan perutnya membesar dan terasa sebah,
pasien tidak mengeluhkan nyeri dada sebelah kiri, tidak ada nyeri menjalar ke
lengan. Selain itu kedua tungkai pasien bengkak sudah 2 minggu ini. Keluhan lain
seperti mual muntah tidak ada, nafsu makan menurun, BAB normal, BAK hanya
sedikit.
RPD :
- Riwayat keluhan serupa (-)
- HT disangkal
- DM disangkal
- Gastritis (+)
RPK :
Pem. Fisik :
6
RR : 22 x/menit
t : 36,7o C
SpO2 : 98%
GDS : 178
Status Generalis :
- KU : Composmentis
- K/L :
Inspeksi :
- Mata : Anemis -/- ; ikterus -/- ; sianosis -/- ; Pupil : bulat,
isokor 3mm/3mm, RC : +/+
Palpasi : pembesaran KGB (-); trakea simetris; JVP meningkat
- Thorax :
Paru :
Palpasi : pelebaran ics (-), krepitasi (-), expansi dinding dada normal,
fremitus taktil normal.
Perkusi : sonor/sonor
Jantung :
Perkusi : batas kanan ics IV sternal line dextra, batas kiri ics VI
anterior axillary line sinistra
Abdomen :
7
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : soefl, nyeri tekan (-), hepar teraba 3 jari dibawah arc costae
Perkusi : timpani
Ekstremitas :
Akral HKM, + +
+ +
Edema - -
+ +
Pem Penunjang :
EKG
8
Thorax :
9
Lab:
10
11
UPAYA & PERILAKU KESEHATAN
KETERANGAN
NO KOMPONEN URAIAN UPAYA & PERILAKU (RASIONAL ATAU
IRRASIONAL)
Pasien kekurangan informasi mengenai kesehatan karena tidak pernah
1 Promotif mengikuti kegiatan penyuluhan maupun posyandu, selain itu pasien juga tidak R
teratur melakukan cek kesahatan
Pasien tidak pernah menjaga pola makan, dan tidak pernah memeriksakan
2 Preventif R
kesehatannya secara rutin.
Pasien dibawa ke fasilitas kesehatan oleh keluarga saat keadaan sudah parah
3 Kuratif R
yaitu terjadi sesak dan bengkak pada kedua kaki
Pasien beristirahat lebih banyak, dengan semua perawatan intensif dan
4 Rehabilitatif R
memenuhi semua advice dokter
Riwayat Sosial, Budaya, Ekonomi, Lingkungan dll
12
STATUS SOSIAL
13
FAKTOR RESIKO LINGKUNGAN
KOMPONEN
NO KETERANGAN
LINGKUNGAN
- Tanah dan bangunan rumah milik sendiri
- Luas bangunan 9x20 m2
- Jenis lantai : keramik
- Jenis dinding : tembok
1 Fisik
- Atap terbuat dari genteng
- MCK : 1 didalam rumahnya
- Sumber penerangan : Listrik
- Ventilasi : baik
2 Biologi Pasien tidak memiliki hewan peliharaan dirumahnya
- Sampah biasanya dikumpulkan dalam kantung kresek dan dibuang oleh tukang sampah
3 Kimia - Limbah cucian biasanya disalurkan melalui pipa dan dibuang ke sungai
- Sumber air : PDAM
- Hubungan dengan keluarga cukup baik
4 Sosial - Hubungan dengan tetangga sekitar cukup baik, pasien sering bersosialisasi dengan tetangga
sekitar dan turut berpartisipasi jika terdapat acara tertentu.
5 Budaya Pasien jarang memeriksakan kesehatannya ke dokter.
6 Psikologi -
14
7 Ekonomi - Sumber penghasilan: Rp. 3.000.000 – 5.000.000 per bulan
15
III. DIAGNOSIS HOLISTIK (Lima ASPEK)
Aspek 1:
- Keluhan utama : sesak
- Pihak keluarga takut akan terjadi sesuatu yang serius dan segera mencari
pertolongan ke rumah sakit agar istri dapat segera mendapat pertolongan
Aspek 2:
Diagnosis klinis : Congestive Heart Failure (I50.9) (NYHA III)
Aspek 3:
Pasien tidak pernah menjaga pola makan dengan baik dan jarang
memeriksakan diri ke dokter untuk cek kesehatan.
Aspek 4:
Pasien tidak pernah mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan
Aspek 5:
Tingkat 1
16
IV. PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF:
17
Kuratif:
- MRS
- Nasal Canul 2 lpm
- Infus NaCl 0,9% 7 tpm
- Injeksi furosemid 40 mg 3x1
- Po CPG 1x1
- Po Digoxin 1x1
- Po simvastatin 0-0-20
Rehabilitatif:
- Istirahat cukup
- Mengurangi input cairan kurang lebih 1 liter per hari
18
V. RESUME KASUS
1. Epidemiologi
Gagal jantung adalah suatu sindroma klinis yang kompleks yang disebabkan oleh
kelainan struktur dan fungsional jantung sehingga terjadi gangguan pada ejeksi dan
pengisian. Pada keadaan ini jantung tidak lagi mampu memompa darah secara cukup ke
dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan
nutrient dikarenakan adanya kelainan fungsi jantung yang berakibat jantung gagal
kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri
(Sylvia, 2006).
Menurut data dari WHO dilaporkan bahwa ada sekitar 3000 warga Amerika
menderita CHF. Menurut American Heart Association ( AHA ) tahun 2012 dilaporkan
bahwa ada 5,7 juta penduduk Amerika Serikat yang menderita gagal jantung ( Padila,
2012 ). Penderita gagal jantung atau CHF di Indonesia pada tahun 2012 menurut data
dari Departemen Kesehatan mencapai 14.449 jiwa penderita yang menjalani rawat inap
di rumah sakit. Pada tahun 2012 di Jawa Tengah terdapat 520 penderita CHF dan
menjalani rawat inap Selain itu, penyakit yang paling sering memerlukan perawatan
ulang di rumah sakit adalah gagal jantung, walaupun pengobatan dengan rawat jalan
telah diberikan secara optimal. Hal serupa juga dibenarkan oleh Rubeinstein (2007)
bahwa sekitar 44 % pasien Medicare yang dirawat dengan diagnosis CHF akan dirawat
kembali pada 6 bulan kemudian. Pada umumnya CHF diderita lansia yang berusia lebih
dari 50 tahun, CHF merupakan alasan yang paling umum bagi lansia untuk dirawat di
rumah sakit ( usia 65 – 75 tahun mencapai persentase sekitar 75 % pasien yang dirawat
19
dengan CHF ). Resiko kematian yang diakibatkan oleh CHF adalah sekitar 5-10 % per
tahun pada kasus gagal jantung ringan, dan meningkat menjadi 30-40% pada gagal
jantung berat. Menurut penelitian, sebagian besar lansia yang didiagnosis menderita
2. Etiologi
Ada beberapa penyebab dimana fungsi jantung dapat terganggu. Yang paling
resistensi vaskuler dengan hipertensi, atau adanya takiaritmia seperti atrial fibrilasi
(AF). Penyakit jantung koroner adalah yang paling sering menyebabkan penyakit
miokard, dan 70% akan berkembang menjadi gagal jantung. Masing -masing 10% dari
penyakit jantung katup dan kardiomiopati akan menjadi gagal jantung juga.
Penyebab dari gagal jantung dapat diklasifikasikan berdasarkan gagal jantung kiri
atau gagal jantung kanan dan gagal low output atau high output.
20
ventrikel kanan disebabkan
penyakit paru sekunder
Sumber: Concise Pathology 3rd Editionpp
Gagal jantung kongestif dapat disebabkan oleh :
1. Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan
fungsi otot mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan penyakit
degeneratif atau inflamasi.
2. Aterosklerosis coroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot
jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan gagal
jantung karena kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung
menyebabkan kontraktilitas menurun.
3. Hipertensi sistemik atau pulmonal
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi
serabut otot jantung (peningkatan afterload), mengakibatkan hipertropi serabut otot
jantung. Efek tersebut (hipertropi miokard) dianggap sebagai kompensasi karena
meningkatkan kontraktilitas jantung, karena alasan yg tidak jelas hipertropi otot
jantung dapat berfungsi secara normal, akhirnya terjadi gagal jantung.
4. Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif,
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak
serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
5. Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang
secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme yang biasanya terlibat
mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katup semiluner),
ketidak mampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade, perikardium,
perikarditif konstriktif, atau stenosis AV), peningkatan mendadak after load.
6. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya
gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (misal : demam, tirotoksikosis),
21
hipoksia dan anemia memerlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi
kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan suplai
oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau metabolik dan abnormalitas
elektrolit dapat menurunkan kontraktilitas jantung
3. Faktor risiko
a. Faktor resiko mayor meliputi usia, jenis kelamin, hipertensi, hipertrofi pada LV,
4. Patogenesis
Beberapa mekanisme kompensasi alami terjadi pada pasien gagal jantung untuk
organ – organ vital. Mekanisme tersebut adalah (1) mekanisme Frank-Straling, (2)
1. Mekanisme Frank-Starling
22
end-diastolik. Bila terjadi peningkatan pengisian diastolik, berarti ada peningkatan
peregangan dari serat otot jantung, lebih optimal pada filamen aktin dan miosin,
output. Cardiac output mungkin akan normal pada penderita gagal jantung yang
ketika jantung mengalami pengisian yang berlebihan dan serat otot mengalami
Hal penting yang menentukan konsumsi energi otot jantung adalah ketegangan
2. Neurohumeral
Pasien dengan gagal jantung terjadi penurunan curah jantung dikenali oleh
simpatis, aktivasi sistem saraf simpatis ini akan menaikkan kadar norepinefrin
23
Curah jantung yang menurun, akan terjadi aktivasi sistem renin-
a. Diet : Pasien gagal jantung dengan diabetes, dislipidemia atau obesitas harus
diberi diet yang sesuai untuk menurunkan gula darah, lipid darah, dan berat
badannya. Asupan NaCl harus dibatasi menjadi 2-3 g Na/hari, atau < 2 g/hari
untuk gagal jantung sedang sampai berat. Restriksi cairan menjadi 1,5-2 L/hari
c. Aktivitas fisik olahraga yang teratur seperti berjalan atau bersepeda dianjurkan
untuk pasien gagal jantung yang stabil (NYHA kelas II-III) dengan intensitas
atau lembab
24
B. Terapi farmakologi
a. Algoritme
1. Diuretik
KELAS DAN CONTOH: KEUNTUNGAN KERUGIAN
THIAZIDES: Perananannya telah Dihubungkan dengan
Hydrochlorothi dikembangkan dalam hypomagnes-aemia,
azide pengobatan hipertensi, hyperuricaemia , hyper-
Indapamide khususnya pada orang- glycemia, atau
Chlorthalidone tua. hyperlipidaemia.
25
Furosemide kuat, onset cepat hypokalemia atau
Ethacrynic hypomagnesaemia
acid dihubung-kan dengan
Bumetamide kekurang patuhan
pemakaian obat.
POTASSIUM-SPARING Hasil positif terhadap Dapat menyebabkan
DIURETICS: survival tampak pada hyperkalemia dan azotemia,
Spironolactone pemakaian spirono- khususnya jika pasien juga
Amiloride lactone; menghindari memakai ACE-inhibitor.
Triamterene kehilangan potassium
dan magnesium
2. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors
sistolik, dengan tidak memandang beratnya gejala. Tetapi, dengan pertimbangkan side
effects seperti simtomatik hipotensi, perburukan fungsi ginjal, batuk dan angioedema,
underdosing obat tersebut, khususnya pada orang-orang tua. Pada penelitian klinik
ditemui, dikarenakan obat tersebut diberikan dengan dosis yang rendah dan dititrasi
pelahan sampai mencapai dosis target memberi hasil yang efektif sehingga ACE-
26
Indikasi pemakaian angiotensin II receptor antagonists (ARAs) pada CHF
yang telah diterima saat ini adalah pada pasien-pasien yang intolerans terhadap ACE
inhibitor yang menyebabkan batuk. Manfaat ARAs pada populasi ini telah
of reduction in Mortality and Morbidity- Alternative study). Pada penelitian ini, ARA
Dua perbandingan langsung antara ARA dan ACE inhibitor yang dilaksanakan
pada pasien CHF. Penelitian yang lebih besar , ELITE II (the Evaluation of Losartan
in the Elderly II) melaporkan bahwa tidak ditemukan perbedaan antara pemakaian
yang lebih baik pada pemakaian ACE inhibitor. Penelitian yang di-design serupa pada
pasien gagal jantung setelah miokard infark akut OPTIMAAL (the Optimal Trial in
penelitian besar pada pasien Gagal Jantung post-AMI melaporkan terdapat ‘survival
outcome’ yang identik antar 3 group pengobatan :”Valsartan (suatu ARA) dosis
tinggi”, ”Captopril dosis tinggi” dan ”Kombinasi keduanya”. Dua penelitian besar lain
(the CHARM Added Trial and the Valsartan Heart Failure Trial [Val-Heft]) meneliti
impact ‘penambahan suatu ARA pada ACE inhibitor pada pasien CHF’. Kedua
tidak tegas.
27
Kesimpulan dari penelitian-penelitian diatas bersama-sama, menunjukkan
bahwa ARAs dan ACE inhibitor bilamana dipakai dengan dosis yang ekuivalent, akan
memberi outcome yang sama, bila dipakai sebagai terapi alternatif pada pasien CHF.
Manfaat utama yang didapat dengan penggabungan terapi ini pada pasien CHF
4. β Receptor Blockers
menyebabkan peburukan gejala yang berat, makanya sudah sejak lama pemakaian
bukti bahwa pemberian secara kronik dari β-bloker memperbaiki fungsi jantung dan
pemakaian β-bloker pada pasien CHF yang ditunjukkan pada banyak randomized
controlled trials jauh lebih banyak daripada dengan trial-trial ACE inhibitor.
succinate. Setiap jenis obat tersebut telah menunjukkan penurunan mortalitas dan
hospitalisasi pasien CHF seperti ditunjukkan pada suatu trial besar placebo-controlled.
Manfaat seperti ini tidak selalu ditampakkan pada pemakaian β-bloker lain.
dan standard-release metoprolol tartrate, didapat hasil survival yang lebih baik pada
5. Additional Therapies
- Digitalis
28
Faktor keamanan dan efektifitas digoxin yang telah dipakai dalam pengobatan gagal
jantung selama 300 tahun, baru akhir-akhir ini diketahui. Penelitian The Digitalis
menurunkan hospitalisasi pada pasien CHF yang sinus rhythm sejak awalnya dan
pada pasien-pasien CHF yang telah dengan maintenans ACE inhibitor dan diuretik.
pemakaian digoxin pada pasien CHF adalah sebagai pereda simptom-simptom yang
masih tetap ada walau sudah memakai ACE inhibitor dan diuretika.
Dosis median harian adalah 0,25 mg/hari dan trough blood level digoxin pada
DIG study adalah 0,9 ng/mL. Terdapat bukti bahwa peningkatan risiko intiksikasi
digoxin (termasuk kematian) meningkat dengan cepat bilamana dosis harian rata-rata
melebihi 0,25 mg/hari atau bila trough serum digoxin level melebihi 1,0 ng/mL.
Pemakaian dosis maintenans digoxin yang rendah (0,125 sampai 0,25 mg/hari)
kususnya penting pada pasien wanita dan pasien usia lanjut, dikarenakan terdapatnya
dikarenakan pada praktek klinik pasien populasi gagal jantung usia lanjut merupakan
porsi yang terbesar.Selain itu, intoksikasi digoxin pada usia lanjut sukar dikenali.
Adanya obat-obat lain yang dipakai bersamaan (misal amiodarone, verapamil) yang
maintenans.
Digoxin dapat juga dipakai untuk meng-kontrol atrial fibrillasi, yang terdapat
pada sampai sepertiga pasien CHF. Perlunya pemakaian digoxin untuk meng-kontrol
heart rate pada pasien-pasien atrial fibrilasi telah dipertanyakan sejak ditemukannya
b-bloker; tetapi pada penelitian pada pasien CHF dan atrial fibrilasi kronis baru-baru
29
ini menunjukkan outcome yang lebih baik didapat pada pemakaian digoxin bersama
jenis komplikasi yang sangat serius. Komplikasi yang paling serius adalah kematian
dengan penyakit jantung struktural dan mekanisme yang paling umum adalah fibrilasi
ventrikel. Kebanyakan kematian karena latihan pada pasien jantung terjadi pada saat
aktivitas yang melebihi latihan normal karena kurangnya perhatian akan gejala-gejala
6. Komplikasi
metabolik, katabolisme dan masukan diit berlebih. 3. Perikarditis: Efusi pleura dan
tamponade jantung akibat produk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat. 4.
Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin-angiotensin-
aldosteron. 5. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah
merah.
7. Prognosis
30
KEPUSTAKAAN
1. Prodjosudjadi W. 2006. Sindrom Nefrotik dalam. Jilid III. Ed IV. Jakarta : Pusat
Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
2. Mansjoer Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2, Media Aesculapius : Jakarta.
3. P R Marantz et al. 2012. The relationship between left ventricular systolic function and
congestive heart failure diagnosed by clinical criteria. Circulation Journal Of The
American Heart Association. Available from : http://circ.ahajournals.org
4. Sudoyo A W dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III ed.IV, Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta
5. Sudoyo A W dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I ed.IV, Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta
6. Nicholas J. Talley, Nimish Vakil. 2005. Guidelines for the Management of Dyspepsia,
Practice Parameters Committee of the American College of Gastroenterology. American
Journal of Gastroenterology
7. Djojodibroto R Darmanto. 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta
8. McPhee S and Papadakis M A. 2008. Current Medical Diagnosis & Treatment 47th
Edition. Mc Graw Hill
9. Brashers V L. 2008. Aplikasi Klinis Patofisiologi Pemeriksaan & Manajemen. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta
10. Rani A A, dkk. 2009. Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis
Penyakit Dalam Indonesia. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta
11. Lelosutan S A R. 2009. Kapita Selekta Gastroentero-Hepatologi Ilmu Penyakit Dalam.
Sub SMF Gastrentero-Hepatologi Departemen Penyakit Dalam RSPAD Gatot Soebroto
Jakarta. JC Institute. Jakarta
12. Smeltzer, Suzanne C, 2001, Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, edisi 8,
Volume 2, EGC : Jakarta.
13. Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Ed. 3. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
14. Hartoko b. 1979. Patologi Anatomi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
15. Meadow Roy dan Simon Newell. 2003. Lecuture Pediatrika. Ed.7. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
16. Sylvia Anderson Price, RN, Phd; Lorraine Mccarty Wilson, RN, PhD. 2005.
Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. EGC: Jakarta
31
17. Huon H.Gray; Keith D. Dawkins, John M.Morgan; dkk. 2003.Lecture Notes Kardiologi.
Erlangga : Jakarta
18. Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Ed. V. Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
19. Dickstain A, Filippatos G, Cohen SA, et al. 2008. Guidelines for the diagnosis and
treatment of acute and chronic heart failure . European heart journal.
20. http://emedicine.medscape.com/article/163062-overview . Di akses 3 april
2012
21. Katzung BG. Farmakologi Dasar Klinik. Salemba Medika. 2001
32
Lampiran:
33
34