Anda di halaman 1dari 38

RESPONSI

PERSALINAN SUNGSANG PERVAGINAM

Pembimbing :
dr.Frans OHP, Sp.OG (K)

Penyusun:

M. Nurwahyudi, S. Ked 2007.04.0.0030


Arif Cholifaurrahman, S. Ked 2007.04.0.0035
Rani Virlia ,S.Ked 2008.04.0.0059
Jessica Christina T, S. Ked 2008.04.0.0065
Elia Nur Azizah, S. Ked 2008.04.0.0067
Yovita Likewati Harsoyo, S. Ked 2008.04.0.0068
Mahresya Kamajaya,S.Ked 2008.04.0.0070

ILMU KEBIDANAN & PENYAKIT KANDUNGAN


FK UNIV. HANG TUAH
SURABAYA
2013
Responsi Persalinan Sungsang Pervaginam
Ilmu Kebidanan & Penyakit Kandungan
FK UHT Surabaya, 2013
Pembimbing : dr.Frans OHP, Sp.OG (K)
Penyusun :
M. Nurwahyudi, S. Ked

Arif Cholifaurrahman, S. Ked

Rani Virlia ,S.Ked

Jessica Christina T, S. Ked

Elia Nur Azizah, S. Ked

Yovita Likewati Harsoyo, S. Ked

Mahresya Kamaaya,S.Ked

I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. R
Umur : 27 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
MRS : 30 juli 2013 jam 18.00 WIB

II. ANAMNESA
2.1 Keluhan Utama
Penderita mengeluh keluar cairan jernih dari kemaluan sejak
pkl.16.00
2.2 Keluhan tambahan
Kenceng-kenceng, keluar lendir bercampur darah dari kemaluan
2.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke kamar bersalin Dr.Ramelan Surabaya pada
tanggal 30 Juli 2013 pkl 18.00 WIB dengan keluhan keluar cairan
jernih dari kemaluannya sejak pukul 16.00. Pasien mengatakan
sebelum keluar cairan jernih tsb kenceng-kenceng dirasakan
meningkat, disertai keluar lendir bercampur darah pkl.15.30.
kenceng-kenceng dirasakan 3-4x per 10menit, durasi 40dtk. Saat
kenceng-kenceng pasien merasa nyeri pada perut bag. bawah
menjalar ke punggung.

2.4 Riwayat Penyakit Dahulu


- Hipertensi : disangkal
- Diabetes mellitus : disangkal
- Asma : disangkal
- Alergi : disangkal
- Riwayat abortus : disangkal
- Kehamilan anggur : disangkal
- Gemeli : disangkal

2.5 Riwayat Penyakit Keluarga


- Hipertensi : disangkal
- Diabetes mellitus : disangkal
- Asma : disangkal
- Alergi : disangkal

2.6 Riwayat Pernikahan


- Usia saat menikah: 23 tahun
- Menikah : 1 kali
- Lama menikah : 4 tahun
2.7 RiwayatHaid
- HPHT : 8 november 2013
- TP : 15 agustus 2013
- UK : 37-38 minggu
- Menarche : 14 tahun
- Siklus : 28 hari, teratur
- Lama : 7 hari
- Dismenorhea : (-)
2.8 Riwayat Kehamilan dan Persalinan
1. Laki-laki/ aterm / Spt B / klinik / 3200 gram / 2,5 tahun
2. Hamil ini
2.9 Riwayat KB (-)
2.10 Riwayat ANC: Sp.OG 6x; USG 4x

III. PEMERIKSAAN FISIK

3.1 Pemeriksaan Umum


Keadaan umum :Baik
Kesadaran : Compos mentis
GCS :456
Tekanan darah : 120/ 80 mmHg
Nadi : 80 x/ min, regular
Respiratory rate : 20 x/ min
Temperatur : 36,5 C, Axilar
Gizi/ BB / TB : baik / 60 Kg / 150 cm

Berat badan sebelum hamil: 52 Kg

3.2 Status Generalis


- Kepala : A/I/C/D= -/-/-/-
Cloasma gravidarum (-)
- Leher : Pembesaran KGB (-)
Struma gravidarum (-)
- Thorax : Bentuk normal, gerak simetris
- Pulmo : Suara nafas vesikuler, ronchi - / - ,
wheezing - / -
- Cor : S1S2tunggal, murmur (-), gallop (-)
- Abdomen : I : membesar,bekas jahitan operasi(-),striae
lividae (+), stria alba (+)
P : supel ,Hepar Lien renal tidak teraba
P : timpani
A : BU dalam batas normal
+ +

+ +
- Ekstremitas : akral hangat oedem

3.3 Status Lokalis (obstetrik)


Leopold I: TFU 3jari di bawah PX
Teraba bag.besar janin, keras, bulat, batas tegas,
melenting.
Kesan: KEPALA
Leopold II: Teraba bag. keras dan memanjang di sisi kanan ibu.
Kesan : PUNGGUNG KANAN
Leopold III: Teraba bag. besar, lunak, batas tdk tegas, tidak
melenting, terfiksir.
Kesan: BOKONG SUDAH MASUK PAP
Leopold IV: Divergen

TFU: 32cm
HIS: 3-4X/10menit durasi 40
DJJ: 12-12-12, Doppler 146
VT: 3cm/eff50%/bokong murni/Sacrum kanan depan/H-
II/Ket-/UPD~N
Zahtoni Andros Breech Scoring : 6
4 RESUME
Pasien perempuan berusia 27tahun dengan umur kehamilan
37-38 minggu datang ke kamar bersalin Dr.Ramelan Surabaya pada
tanggal 30 Juli 2013 pkl 18.00 WIB dengan keluhan keluar cairan
jernih dari kemaluannya sejak pukul 16.00. Pasien mengatakan
sebelum keluar cairan jernih tsb kenceng-kenceng dirasakan
meningkat, disertai keluar lendir bercampur darah pkl.15.30.
kenceng-kenceng dirasakan 3-4x per 10menit, durasi 40dtk. Saat
kenceng-kenceng pasien merasa nyeri pada perut bag. bawah
menjalar ke punggung.
KU: Baik, CM, 4-5-6
Vital sign : TD : 120/ 80 mmHg, Nadi: 80 x/ min, regular
RR : 20 x/ min , T: 36,5 C, Axilar
HPHT : 8 november 2013
TP : 15 agustus 2013
UK : 37-38 minggu
TFU: 32cm
HIS: 3-4X/10menit durasi 40
DJJ: 12-12-12, Doppler 146
VT: 3cm/eff50%/bokong murni/Sacrum kanan depan/H-
II/Ket-/UPD~N
Zahtoni Andros Breech Scoring : 6

DIAGNOSA KERJA

GII P1001/ 37-38mgg/T/H/IU/Letsu+sacrum kanan depan/inpartu


kala1fase latent/TBJ 3100gram

5 PLANNING
- NST (tdk bisa karena alat rusak)
- Pasang infus RL
- Observasi CHPB
- Evaluasi 6jam pro Spt Bracht
- Menjelaskan kepada penderita dan suaminya mengenai kondisi
penderita saat ini, serta prognosisnya.

6 FOLLOW UP
Tanggal/pkl SOAP
30/07/13 S: Kenceng-kenceng>>>
Pkl.20.00 O:
VT: 7cm/eff75%/bokong murni/Sacrum kanan
depan/HII+/Ket-/UPD~N

A: GII P1001/ 37-38mgg/T/H/IU/Letsu+sacrum kanan


depan/inpartu kala1fase aktif/TBJ 3100gram

P:
obs CHPB
Evaluasi 2 jam pro sptBracht
Pkl. 20.55 S: ibu ingin mengejan
O:
VT: lengkap/eff100%/bokong murni/Sacrum kanan
depan/HIII+/Ket-/UPD~N

A: GII P1001/ 37-38mgg/T/H/IU/Letsu+sacrum kanan


depan/inpartu kala2/TBJ 3100gram

P:
Ibu dipimpin mengejan
Obs. DJJ
Pkl.21.07 Lahir bayi perempuan/2950gram/50cm/AS 8-9 (sptBracht)
Plasenta lahir lengkap dengan Brandt Andrew Manuever.
Pkl. 23.00 S: Kel-
O:
STU: CM; A/I/C/D=-/-/-/-;
TD: 120/80 N:84x/menit RR:18x/menit tax:36,6 C
STO: TFU~pusat; kontraksi uterus +baik;
v/v: Fluxus aktif (-)
A: P2002 PP Spt Bracht 2jam
P:
Pindah ruangan nifas
Diet TKTP
Mobilisasi bertahap
As.mefenamat 3x500g
SF 2x1g
31/07/13 S: Kel-, Belum BAB
Pkl.06.00 O:
STU: CM; A/I/C/D=-/-/-/-;
TD: 120/80 N:82x/menit RR:20x/menit tax:36,4 C
STO: TFU~pusat; kontraksi uterus +baik;
v/v: Fluxus aktif (-)
A: P2002 PP Spt Bracht H1
P:
Diet TKTP
Mobilisasi bertahap
As.mefenamat 3x500g
SF 2x1g
KIE ASI eksklusif
KIE vulva/vagina higiens
01/08/13 S: Kel-
Pkl.08.00 O:
STU: CM; A/I/C/D=-/-/-/-;
TD: 110/70 N:82x/menit RR:20x/menit tax:36,2 C
STO: TFU~pusat; kontraksi uterus +baik;
v/v: Fluxus aktif (-)
A: P2002 PP Spt Bracht H2
P:
Pro KRS
TINJAUAN PUSTAKA
PERSALINAN SUNGSANG PERVAGINAM

1. Definisi

Letak sungsang merupakan letak membujur dengan kepala janin di


fundus uteri (Manuaba, 2001). Letak sungsang adalah janin yang letaknya
membujur atau memanjang dalam rahim, kepala berada di fundus dan
bokong di bawah (Mochtar, 1998). Letak sungsang adalah janin letak
memanjang dengan bagian terendahnya berupa bokong, kaki, atau kombinasi
keduanya (Saifuddin, 2010). Presentasi bokong terjadi bila bokong atau
tungkai janin berpresentasi ke dalam pelvis ibu (Hacker, 2001, Cunningham,
2010). Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa letak
sungsang adalah janin yang letaknya membujur dengan posisi kepala berada
di fundus uteri dan bagian yang berpresentasi ke dalam pelvis ibu berupa
bokong, kaki, atau kombinasi keduanya.

2. Klasifikasi

Berdasarkan Mochtar (1998), Cunningham (2010), dan Oxorn (1996),


letak sungsang dibagi menjadi :

1. Letak bokong murni (frank breech) merupakan letak bokong dengan


ekstrimitas bawah mengalami fleksi pada sendi panggul dan ekstensi
pada sendi lutut.

Gambar 1 Letak bokong murni (frank breech)


2. Letak bokong sempurna (complete breech) merupakan letak bokong di
mana satu atau kedua lutut dalam keadaan fleksi.

Gambar 2 Letak bokong sempurna (complete breech)

3. Letak bokong tidak sempurna (incomplete breech) adalah letak bokong


di mana satu atau kedua sendi panggul tidak berada dalam keadaan
fleksi, dan satu atau kedua kaki atau lutut terletak di bawah bokong,
sehingga kaki atau lutut merupakan bagian terendah dari janin, terdiri
atas :
a. Footling breech
Kedua kaki = letak kaki sempurna.
Satu kaki = letak kaki tidak sempurna.
b. Kedua lutut = letak lutut sempurna.
Satu lutut = letak lutut tidak sempurna.

Gambar 3 Letak bokong tidak sempurna (incomplete breech)


3. Etiologi

Penyebab terjadinya presentasi bokong tidak diketahui, tetapi terdapat


beberapa faktor risiko, yaitu (Cunningham, 2010; Saifuddin, 2010) :

1) Prematuritas.
2) Multiparitas.
3) Hamil kembar.
4) Anomali janin (anensefalus, hidrosefalus).
5) Polihidramnion.
6) Plasenta previa.
7) Kelainan struktural uterus.
8) Mioma uteri.
9) Berbagai tumor dalam panggul.
10)Riwayat presentasi bokong sebelumnya.

4. Diagnosis

Diagnosis letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Pada


pemeriksaan luar, di bagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian keras
dan bulat, yaitu kepala, tapi kepala teraba di fundus. Denyut jantung janin
pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada
umbilikus. Diagnosis dapat juga ditegakkan berdasarkan pemeriksaan dalam.
Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai
dengan adanya sacrum, tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat diraba kaki,
maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan
pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain
dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan. Pada
presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba di samping
bokong, sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak sempurna, hanya
teraba satu kaki di samping bokong (Saifuddin, 2010).

1. Pemeriksaan abdomen.
Presentasi bokong dapat diketahui melalui pemeriksaan palpasi
abdomen. Manuver Leopold perlu dilakukan pada setiap kunjungan
perawatan antenatal bila umur kehamilannya 34 minggu. (Saifuddin, 2010)
Biasanya, dengan perasat Leopold I, kepala janin yang kerasn bulat,
dan dapat diraba dengan balotemen sudah menempati bagian fundus uteri.
Perasat Leopold II, menunjukkan punggung sudah berada pada satu sisi
abdomen dan bagian-bagian kecil berada pada sisi yang lain. Pada perasat
Leopold III, bila engagement belum terjadi (diameter intertrokanterika panggul
janin belum melewati pintu atas panggul) bokong janin masih dapat
digerakkan di pintu atas panggul. Setelah terjadi engagement, perasat
Leopold IV menunjukkan posisi bokong yang mapan di bawah simfisis. Suara
jantung janin biasanya terdengar paling keras pada daerah sedikit di atas
umbilikus, sedangkan bila telah terjadi engagement kepala janin, suara
jantung terdengar paling keras di bawah umbilikus. (Cunningham, 2001)

Apabila masih terdapat keraguan pada pemeriksaan palpasi, dapat


dilakukan pemeriksaan dalam vagina dan/atau pemeriksaan ultrasonografi.
Keberhasilan untuk menemukan adanya presentasi bokong pada masa
kehamilan sangat penting oleh karena adanya prosedur versi luar yang
direkomendasikan guna menurunkan insidensi persalinan dengan presentasi
selain kepala dan persalinan bedah sesar. (Saifuddin, 2010)

2. Pemeriksaan dalam (vagina touche).


Tuberositas ischiadicum, sacrum dan anus biasanya dapat dipalpasi
pada presentasi frank breech. Setelah janin semakin turun, genitalia eksterna
dapat diidentifikasi. Pada persalinan yang lama akan menyebabkan bokong
bengkak dan akan sulit dibedakan antara muka dan bokong. Dalam beberapa
kasus, anus dapat salah diperiksa sebagai mulut dan tuberositas ischiadicum
disangka sebagai ementia malar, namun dengan pemeriksaan yang seksama,
jari akan merasakan resistensi muskular pada anus, sedangkan pada mulut
akan teraba rahang yang lebih keras dan kurang lentur.

Sacrum dan prosesus spinosus dipalpasi untuk menentukan posisi dan


presentasi janin. Posisi janin terdiri atas :

a. Sakrum kiri anterior (LSA)


b. Sakrum kanan anterior (RSA)
c. Sakrum kiri posterior (LSP)
d. Sakrum kanan posterior (RSP)
e. Sakrum tranversal (ST)

3. Teknik pencitraan.
USG idealnya digunakan untuk memastikan perkiraan klinis presentasi
bokong dan bila mungkin, untuk mengetahui adanya anomali janin. Dimensi
pelvis juga harus dinilai sebelum kelahiran pervaginam untuk mencegah
terjebaknya kepala janin saat kelahiran sungsang. Selain itu derajat ekstensi
leher harus diidentifikasi. Ada berbagai teknik pencitraan :

a. USG
b. Pelvimetri radiologik
c. Pelvimetri CT-scan
d. Pelvimetri MRI

5. Penanganan selama kehamilan.


Tujuan penanganan pada masa kehamilan adalah mencegah
malpresentasi pada waktu persalinan. Pada saat ini, ada 3 cara yang dipakai
untuk mengubah presentasi bokong menjadi presentasi kepala, yaitu versi
luar, moksibusi dan/atau akupuntur, dan posisi dada-lutut pada ibu. Bukti-bukti
tentang manfaat dan keamanan tindakan versi luar sudah cukup, tetapi masih
belum bagi tindakan moksibusi dan/atau akupuntur, dan posisi dada-lutut.
Dengan demikian, baru tindakan versi luar yang direkomendasikan.
(Saifuddin, 2010)

Versi luar adalah prosedur yang dilakukan dengan menggunakan


tekanan dan manuver tertentu pada perut ibu untuk mengubah presentasi
janin menjadi presentasi kepala. Perubahan spontan menjadi presentasi
kepala sebagian besar akan terjadi pada umur kehamilan 34 minggu,
sehingga penemuan adanya presentasi bokong mulai umur kehamilan 34
minggu akan bermanfaat untuk pertimbangan untuk melakukan tindakan versi
luar. (Saifuddin, 2010)

Prosedur versi luar cukup aman dan efektif, sehingga dianjurkan agar
semua perempuan dengan presentasi selain kepala yang memenuhi
persyaratan pada umur kehamilan mendekati atau saat cukup bulan, diberi
tawaran untuk dilakukan versi luar. Keadaan yang harus diketahui sebelum
menawarkan versi luar adalah perkiraan berat janin, volume air ketuban, letak
plasenta, dan morfologi janin normal. Tingkat keberhasilan versi luar
mencapai 50-70%, dan akan semakin meningkat pada multiparitas,
presentasi selain bokong murni, volume air ketuban normal, letak lintang, atau
oblik. Meskipun perempuan dengan riwayat bedah sesar memiliki tingkat
keberhasilan versi luar yang setara dengan perempuan tanpa riwayat bedah
sesar, tapi keamanan versi luar pada perempuan dengan riwayat bedah sesar
masih belum cukup didukung bukti.

Indikasi kontra dilakukannya versi luar adalah semua keadaan indikasi


kontra persalinan vaginal, misalnya panggul sempit, plasenta previa, dan
keadaan hiperekstensi kepala janin (disebut stargazer fetus atau flying fetus).
Terdapat pula indikasi kontra yang sifatnya relatif, yaitu ketuban pecah dini,
oligohidramnion, perdarahan uterus yang tidak diketahui sebabnya, atau
dalam persalinan kala I fase aktif. Komplikasi yang mungkin dapat terjadi
adalah bradikardi janin yang bersifat sementara, solusio plasenta, komplikasi
pada tali pusat, perdarahan feto-maternal dengan kemungkinan sensitisasi,
dan ketuban pecah dini. Kejadian bedah sesar atas indikasi gangguan denyut
jantung janin (non-reassuring) atau solusio plasenta setelah versi luar adalah
< 1%.

Umur kehamilan terbaik untuk melakukan versi luar belum begitu jelas.
Pada dasarnya, semakin tua umur kehamilan, akan semakin kecil tingkat
keberhasilannya. Pada umumnya, versi luar efektif dilakukan pada umur
kehamilan 34-36 minggu. Versi luar dapat dipertimbangkan untuk diulang bila
sebelumnya gagal atau sudah berhasil tapi kembali menjadi presentasi
bokong. Proses versi luar dapat dipermudah dan rasa tidak nyaman bagi
pasien dapat dikurangi dengan penggunaan tokolitik (terbutalin 0,125-0,250
mg subkutan).

Dianjurkan untuk melakukan versi luar di tempat yang memiliki fasilitas


melakukan bedah sesar emergensi. Informed consent diperoleh setelah
memberikan konseling yang berisi informasi tentang kemungkinan komplikasi,
pilihan lain (bedah sesar), prognosis, dan bagaimana prosedur akan
dilakukan. Pemeriksaan NST (non-stress test) perlu dilakukan sebelum dan
sesudah prosedur dilakukan.

Versi luar yang dilakukan untuk mengubah bagian terendah janin dari
satu kutub ke kutub yang berlawanan (letak sungsang diubah menjadi letak
kepala), terdiri dari 4 tahap, yaitu: (Wiknjosastro, 2010)

1. Tahap mobilisasi
Mengeluarkan bagian terendah dari pintu atas panggul.
2. Tahap eksenterasi
Membawa bagian terendah ke fosa iliaka agar radius rotasi lebih pendek.
3. Tahap rotasi
Memutar bagian terendah janin ke kutub yang dikendaki.
4. Tahap fiksasi
Memfiksasi badan janin agar tidak memutar kembali.

Tahap mobilisasi dan eksenterasi

1. Ibu tidur terlentang dengan posisi Trendelenburg dan tungkai fleksi pada
sendi paha dan lutut. Kandung kemih sebaiknya kosong.
2. Ibu tidak perlu diberi narkosis. Jika perut ibu atau tangan operator basah,
perut ibu harus ditaburi talk. Penolong berdiri di samping kiri ibu
menghadap ke arah kaki ibu. Mobilisasi bagian terendah janin dilakukan
dengan meletakkan kedua telapak tangan penolong pada pintu atas
panggul dan mengangkat bagian terendah janin keluar dari pintu atas
panggul, yakni bokong dikeluarkan dari pelvis dan diarahkan lateral
sedikitnya sebesar 90. Dengan langkah ini, biasanya kepala akan
bergerak 90 ke arah yang berlawanan dengan bokong. Setelah itu,
dilakukan eksenterasi, yaitu membawa bagian terendah janin ke tepi
panggul (fosa iliaka) agar radius pemutaran lebih pendek. (Wiknjosastro,
2010; Saifuddin, 2010; Oxorn, 1996)

Tahap rotasi

1. Pada waktu hendak melakukan rotasi, penolong mengubah posisi


berdirinya, yaitu menghadap ke muka ibu. Satu tangan penolong
memegang bagian terendah, satu tangan memegang bagian atas, dan
dengan gerakan yang bersamaan dilakukan manuver pada kepala dan
bokong untuk mengarahkan kepala ke arah kaudal dan bokong ke arah
kranial. Apabila digunakan tokolitik (pastikan tidak ada indikasi kontra
dalam penggunannya), pemberiannya antara 5-10 menit sebelum
prosedur dilakukan.
2. Pemutaran dilakukan ke arah:
a. Yang paling rendah tahanannya (ke arah perut) atau
b. Presentasi yang paling dekat.

A B
Gambar 4

A = pemutaran terhadap kutub janin yang mengikuti arah jarum jam.

B = tindakan versi luar yang berhasil ditandai dengan terabanya kepala di


atas simfisis saat pemeriksaan Leopold.

3. Setelah tahap rotasi selesai, penolong mendengarkan detak jantung janin


dan detak jantung janin diobservasi selama 5-10 menit.
4. Bila dalam observasi tersebut terjadi gawat janin maka janin harus segera
diputar kembali ke presentasi semula. Bila pada pemutaran dijumpai
tahanan, perlu dikontrol detak jantung janin. Bila terdapat tanda-tanda
detak jantung janin tidak teratur dan meningkat, pemutaran jangan
dilangsungkan. (Wiknjosastro, 2010; Saifuddin, 2010)

Tahap fiksasi

Bila rotasi sudah dikerjakan dan penilaian detak jantung janin baik
maka dapat dilanjutkan dengan fiksasi janin. Fiksasi dapat dikerjakan dengan
memakai gurita. Ibu diminta tetap memakai gurita setiap hari sampai saat
pemeriksaan 1 minggu kemudian. (Wiknjosastro, 2010)

Dalam satu kali sesi versi luar direkomendasikan dilakukan tidak lebih
dari dua kali upaya versi luar. Apabila belum berhasil, dapat diulang pada sesi
berikutnya, tergantung umur kehamilan dan keadaan persalinan waktu itu.
(Saifuddin, 2010)

6. Penanganan selama persalinan

Ada perbedaan mendasar antara proses persalinan presentasi kepala


dengan presentasi bokong. Pada presentasi kepala, setelah kepala
dilahirkan, biasanya dengan sendirinya akan diikuti oleh seluruh badan tanpa
kesulitan. Sedangkan pada presentasi bokong, secara berturut turut bagian
bagian bayi yang semakin besar dan semakin padat akan dilahirkan.

Pada persalinan sungsang, baik ibu maupun janin menghadapi resiko


yang lebih besar daripada presentasi kepala. Pemeriksaan cepat harus
dilakukan untuk menentukan keadaan selaput ketuban, kala persalinan dan
kondisi janin.

Penilaian terhadap dilatasi dan pendataran serviks serta station bagian


terbawah janin sangat diperlukan untuk merencanakan rute pelahiran. Adanya
kelainan janin yang nyata selayaknya dipastikan dengan pemeriksaan USG
atau sinar X. Upaya tersebut dapat membantu memastikan bahwa tindakan
seksio sesarea tidak perlu dilakukan dalam kondisi darurat. Jika direncanakan
pelahiran pervaginam, kepala janin tidak boleh berada dalam keadaan
ekstensi. Bila selaput ketuban pecah, risiko prolaps tali pusat akan meningkat
secara nyata. Sehingga pemeriksaan dalam harus segera dilakukan setelah
ketuban pecah untuk memeriksa kemungkinan prolaps tali pusat.
Pemeriksaan frekuensi deyut jantung janun untuk 5 10 menit pertama
setelah ketuban pecah harus dilakukan untuk memastikan tidak ada prolaps
tali pusat yang terselubung.

Pilihan pelahiran perabdominam atau pervaginam didasarkan pada


jenis presentasi bokong, fleksi kepala janin, berat janin, kualitas kontraksi
uterus dan ukuran panggul ibu. Pada umumnya persiapan untuk tindakan
ekstraksi sungsang harus dimulai pada saat bokong atau kaki bayi tampak di
vulva.

A. Metode Pelahiran Pervaginam

Terdapat tiga metode yang lazim digunakan untuk pelahiran sungsang lewat
vagina :

1. Persalinan sungsang Spontan

Kelahiran bayi sepenuhnya terjadi secara spontan tanpa tarikan atau pun
manipulasi selain untuk menyangga bayi.

2. Ekstraksi Sungsang Parsial

Bayi dilahirkan secara spontan sampai umbilikus, tetapi bagian tubuh


lainnya diekstraksi / dilahirkan dengan traksi oleh penolong dan perasat
perasat untuk membantu dengan atau tanpa gaya dorong ibu.

3. Ekstraksi Sungsang Total

Seluruh tubuh bayi diekstraksi oleh penolong.

B. Prosedur Pertolongan Persalinan Spontan

Tahapan

1. Tahapan pertama : fase lambat, yaitu mulai lahirnya bokong sampai


pusar (skapula depan). Disebut fase lambat karena fase ini hanya
melahirkan bokong, yaitu bagian janin yang tidak berbahaya.

2. tahap kedua : fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusar sampai
lahirnya mulut. Disebut fase cepat karena pada fase ini kepala janin
mulai masuk pintu atas panggul, sehingga kemungkinan tali pusat
terjepit. Oleh karena itu fase ini harus segera diselesaikan dan tali
pusat segera dilonggarkan. Bila mulut sudah lahir janin dapat
bernafas lewat mulut.

3. Tahap ketiga : fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai


seluruh kepala lahir. Disebut fase lambat, karena kepala akan
keluar dari ruangan yang bertekanan tinggi (uterus), ke dunia luar
yang tekanannya lebih rendah, sehingga kepala harus dilahirkan
secara perlahan - lahan untuk menghindari terjadinya perdarahan
intra kranial (adanya ruptura tentorium serebelli).

Teknik

1. Sebelum melakukan pimpinan persalinan penolong harus


memperhatikan sekali lagi persiapan untuk ibu, janin, maupun
penolong. Pada persiapan kelahiran janin harus selalu disediakan
cunam Piper.

2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, sedang penolong berdiri di depan


vulva. Ketika timbul his ibu disuruh mengejan dengan merangkul
kedua pangkal paha. Pada waktu bokong mulai membuka vulva
(crowning) disuntukkan 2 - 5 unit oksitosin intra muskulus.
Pemberian oksitosin ini ialah untuk merangsang

3. kontraksi rahim sehingga fase cepat dapat diselesaikan dalam 2 his


berikutnya.

Gambar 5 Pangkal paha depan telah mulai lahir


4. Episiotomi dikerjakan pada saat bokong membuka vulva. Segera
setelah bokong lahir, bokong dicengkam secara Bracht, yaitu kedua
ibu jari penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jari - jari
lain memegang panggul

Gambar 6 Cara mencengkam bokong janin secara Bracht

5. Pada setiap his ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusar lahir
dan tampak sangat teregang, tali pusat dikendorkan lebih dahulu.

6. Kemudian penolong melakukan hiperlordosis pada badan janin


guna mengikuti gerakan rotasi anterior, yaitu punggung janin
diletakkan di perut ibu. Penolong hanya mengikuti gerakan ini tanpa
melakukan tarikan, sehingga gerakan tersebut hanya disesuaikan
dengan gaya berat badan janin. Bersamaan dengan dimulainya
gerakan hiperlordosis ini, seorang asisten melakukan ekpresi
Kristeller pada fundus uterus, sesuai dengan sumbu panggul.

Maksud ekspresi Kristeller ini adalah :

a. Agar tenaga mengejan lebih kuat, sehingga fase cepat dapat


segera diselesaikan (berakhir).

b. Menjaga agar kepala janin tetap dalam posisi fleksi.

c. Menghindari terjadinya ruang kosong antara fundus uterus dan


kepala janin, sehingga tidak terjadi lengan menjungkit.
Gambar 7 Gerakan hiperlordosis

7. Dengan gerakan hiperlordosis ini berturut - turut lahir pusar, perut


bahu dan lengan, dagu, mulut dan akhirnya seluruh kepala.

8. Janin yang baru lahir diletakkan di perut ibu. Seorang asisten


segera menghisap lendir dan bersamaan itu penolong memotong
tali pusar.

Gambar 8 Gerakan hiperlordosis sampai kepala lahir

Keuntungan

Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir, sehingga


mengurangi bahaya infeksi. Cara ini adalah cara yang paling
mendekati persalinan fisiologik, sehingga mengurangi trauma pada
janin.

Kerugian

5 - 10% persalinan secara Bracht mengalami kegagalan sehingga tidak


semua persalinan letak sungsang dapat dipimpin dengan cara Bracht.
Persalinan secara Bracht mengalami kegagalan terutama dalam
keadaan panggul sempit, janin besar, jalan lahir kaku misalnya pada
primigravida, adanya lengan menjungkit atau menunjuk.

C. Ekstraksi Sungsang Parsial (Partial Breech Extraction)

Indikasi

1. Persalinan secara Bracht mengalami kegagalan, misalnya bila


terjadi kemacetan baik pada waktu melahirkan bahu atau kepala.

2. Dari semula memang hendak melakukan pertolongan secara


manual aid. Di negara Amerika sebagian besar ahli kebidanan
cenderung untuk melahirkan letak sungsang secara manual aid,
karena mereka menganggap bahwa sejak pusar lahir adalah fase
yang sangat berbahaya bagi janin, karena pada saat itulah kepala
masuk kedalam pintu atas panggul dan kemungkinan besar tali
pusat terjepit di antara kepala janin dan pintu atas panggul.

Tahapan

1. Tahap pertama, lahirnya bokong sampai tali pusar yang dilahirkan


dengan kekuatan tenaga ibu sendiri.

2. Tahap kedua, lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga


penolong. Cara/teknik untuk melahirkan bahu dan lengan ialah
secara :
a. Klasik (yang seringkali disebut Deventer)
b. Mueller
c. Lovset
d. Bickenbach
3. Tahap ketiga, lahirnya kepala.

4. Kepala dapat dilahirkan dengan cara :


a. Mauriceau (Veit-Smellie)
b. Najouks.
c. Wigand Martin-Winckel
d. Prague
e. Cunam Piper

Teknik

1. Tahap pertama : dilakukan persalinan secara Bracht sampai pusar


lahir.

2. Tahap kedua : melahirkan bahu dan lengan oleh penolong.

a. Cara Klasik

i. Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini ialah melahirkan lengan
belakang lebih dahulu, karena lengan belakang berada di ruangan yang lebih
luas (sakrum), baru kemudian melahirkan lengan depan yang berada di
bawah simfisis. Tetapi bila lengan depan sukar dilahirkan, maka lengan depan
diputar menjadi lengan belakang, yaitu dengan memutar gelang bahu ke arah
belakang dan baru kemudian lengan belakang ini dilahirkan.

ii. Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada pergelangan
kakinya dan dielevasi ke atas sejauh mungkin, sehingga perut janin
mendekati perut ibu.

iii. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir
dan dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fosa
kubiti kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah - olah
lengan bawah mengusap muka janin.

iv. Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin
diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga
punggung janin mendekati punggung ibu.
v. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan.

Gambar 9 Proses melahirkan lengan

vi. Bila lengan depan sukar dilahirkan, maka harus diputar menjadi lengan
belakang. Gelang bahu dan lengan yang sudah lahir dicengkam dengan
kedua tangan penolong sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari tangan
penolong sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari tangan penolong terletak
di punggung dan sejajar dengan sumbu badan janin sedang jari - jari lain
mencengkam dada. Putaran diarahkan ke perut dan dada janin, sehingga
lengan depan terletak dibelakang. Kemudian lengan belakang ini dilahirkan
dengan teknik tersebut diatas.

vii. Deventer melakukan cara klasik ini dengan tidak mengubah


lengan depan menjadi lengan belakang, cara ini lazim
disebut cara Deventer.

Keuntungan
Pada umumnya dapat dilakukan pada semua persalinan
letak sungsang.

Kerugian

Lengan janin masih relatif tinggi di dalam panggul, sehingga


jari penolong harus masuk ke dalam jalan lahir yang dapat
menimbulkan infeksi.

b. Cara Mueller

i. Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara Mueller ialah melahirkan bahu
dan lengan depan lebih dahulu dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan
bahu dan lengan belakang.

ii. Bokong janin dipegang secara femuro-pelviks (duimbekken greep) yaitu


kedua ibu jari penolong diletakkan sejajar spina sakralis media dan jari
telunjuk pada krista illiaka dan jari - jari lain mencengkam paha bagian depan.
Dengan pegangan ini badan ditarik curam ke bawah sejauh mungkin sampai
bahu depan tampak di bawah simfisis dan lengan depan dilahirkan dengan
mengait lengan bawahnya.

iii. Setelah bahu depan dan lengan depan lahir, maka badan janin yang masih
dipegang secara femuro - pelviks ditarik ke atas, sampai bahu belakang lahir.
Bila bahu belakang tidak lahir dengan sendirinya, maka lengan bawah
dengan kedua jari penolong.

Keuntungan

Tangan penolong tidak masuk jauh ke dalam jalan lahir


sehingga bahaya infeksi minimal.

c. Cara Lovset

i. Prinsip persalinan secara Lovset ialah memutar badan


janin dalam setengah lingkaran bolak - balik sambil
dilakukan traksi curam ke bawah sehingga bahu yang
sebelumnya berada di belakang akhirnya lahir di bawah
simfisis. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa adanya
inklinasi antara pintu atas panggul dengan sumbu panggul
dan bentuk lengkungan panggul yang mempunyai
lengkungan depan lebih pendek dari lengkungan di
belakang, sehingga setiap saat bahu belakang selalu
dalam posisi lebih rendah dari bahu depan.

ii. Badan janin dipegang secara femuro - pelvis dan sambil


dilakukan traksi curam ke bawah badan janin diputar
setengah lingkaran, sehingga bahu belakang menjadi bahu
depan. Kemudian sambil dilakukan traksi, badan janin
diputar kembali ke arah yang berlawanan setengah
lingkaran, demikian seterusnya bolak balik, sehingga bahu
belakang tampak di bawah simfisis dan lengan dapat
dilahirkan.

iii. Bila lengan janin tdak dapat lahir dengan sendirinya, maka
lengan janin ini dapat dilahirkan dengan mengait lengan
bawah dengan jari penolong.

Keuntungan

a. Teknik yang sederhana dan jarang gagal

b. dapat dilakukan pada segala macam letak sungsang


tanpa memperhatikan posisi lengan .

c. Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir,


sehingga bahaya infeksi minimal.

Cara Lovset ini dianjurkan dalam memimpin persalinan


letak sungsang pada keadaan - keadaan dimana
diharapkan akan terjadi kesukaran, misalnya :

a. Primigravida
b. Janin yang besar

c. Panggul yang realtif sempit

d. Cara Bickenbach's

Prinsip persalinan secara Bickenbach's ialah merupakan


kombinasi antara cara Mueller dengan cara Klasik. Teknik ini
hampir sama dengan cara klasik.

Melahirkan Lengan Menunjuk (Nuchal Arm)

i. Yang dimaksud lengan menunjuk ialah bila salah satu lengan janin melingkar
di belakang leher dan menunjuk ke suatu arah. Berhubung dengan posisi
lengan semacam ini tidak mungkin dilahirkan karena tersangkut di belakang
leher, maka lengan tersebut harus dapat diubah sedemikian rupa, sehingga
terletak didepan dada.

ii. Bila lengan belakang yang menunjuk, maka badan atas janin dicengkam
dengan kedua tangan penolong, sehingga kedua ibu jari diletakkan pada
punggung janin sejajar sumbu panjang badan. Sedang jari - jari lain
mencengkam dada. Badan anak diputar searah dengan arah lengan
menunjuk ke arah belakang (sakrum), sehingga lengan tersebut terletak
didepan dada dan menjadi lengan belakang. Kemudian lengan ini dilahirkan
dengan cara Klasik.

iii. Bila lengan depan yang menunjuk, maka dilahirkan dengan cara yang sama,
hanya cara memegang badan atas dibalik, yaitu ibu jari diletakkan di dada
dan jari lain mencengkam punggung.
Gambar 10 Melahirkan lengan menunjuk

Melahirkan lengan menjungkit

Yang dimaksud lengan menjungkit ialah bila lengan


dalam posisi lurus ke atas di samping kepala. Cara terbaik untuk
melahirkan lengan menjungkit adalah dengan cara Lovset. Perlu
diingat, bila sedang melakukan pimpinan persalinan secara
Bracht, kemmudian terjadi kemacetan bahu dan lengan, maka
harus dilakukan periksa dalam apakah kemacetan tersebut
karena kelainan posisi lengan tersebut diatas.

3. Tahap ketiga : Melahirkan kepala yang menyusul (after coming


head)

a. Cara Mauriceau (Veit-Smellie)

i. Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalan
lahir. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk, dan jari
keempat mencengkam fosa kanina, sedang jari lain mencengkam leher.
Badan anak diletakkan di atas lengan bawah penolong, seolah - olah janin
menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ketiga penolong yang lain
mencengkam leher janin dari arah punggung.
ii. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil
seorang asisten melakukan ekspresi Kristeller. Tenaga tarikan terutama
dilakukan oleh tangan penolong yang mencengkam leher janin dari arah
punggung. Bila suboksiput tampak di bawah simfisis, kepala janin di elevasi
ke atas dengan suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut - turut lahir
dagu, mulut, hidung, mata, dahi, ubun - ubun besar dan akhirnya lahirlah
seluruh kepala janin.

Gambar 11 Cara melahirkan kepala dengan teknik Mauriceau

b. Cara Naujoks

Teknik ini dilakukan bila kepala masih tinggi, sehingga jari


penolong tidak dapat dimasukkan ke dalam mulut janin. Kedua
tangan penolong mencengkam leher janin dari arah depan dan
belakang. Kedua tangan penolong menarik bahu curam ke
bawah dan bersamaan dengan itu seorang asisten mendorong
kepala janin ke arah bawah. Cara ini tidak dianjurkan karena
menimbulkan trauma yang berat pada sumsum tulang di daerah
leher.

c. Cara Prague terbalik

Dipakai bila oksiput dengan ubun ubun kecil berada di


belakang dekat sakrum dan muka janin menghadap simfisis.
Satu tangan penolong mencengkam leher dari arah bawah dan
punggung janin diletakkan pada telapak tangan penolong.
Tangan penolong yang lain memegang kedua pergelangan kaki.
Kaki janin ditarik keatas bersamaan dengan tarikan pada bahu
janin, sehingga perut janin mendekati perut ibu. Dengan laring
sebagai hipomoklion, kepala janin dapat dilahirkan.

Gambar 12 Melahirkan kepala secara Prague terbalik

d. Cara Cunam Piper

i. Cunam Piper dibuat khusus untuk melahirkan kepala janin


pada letak sungsang, sehingga mempunyai bentuk khusus :
a. Daun daun berfenestra, yang mempunyai lengkungan
panggul yang agak mendatar (baik untuk pemasangan
yang tinggi)
b. Tangkainya panjang, melengkung ke atas dan terbuka,
keadaan ini dapat menghindari kompresi yang berlebihan
pada kepala janin.
ii. Seorang asisten memegang badan janin pada kedua kaki
dan kedua lengan janin diletakkan di punggung janin.
Kemudian badan janin dielevasi ke atas, sehingga punggung
janin mendekati punggung ibu.
iii. Pemasangan cunam pada after coming head tekniknya
sama dengan pemasangan cunam pada letak belakang
kepala. Hanya pada kasus ini cunam dimasukkan dari arah
bawah, yaitu sejajar dengan pelipatan paha belakang.
Setelah suboksiput tampak di bawah simfisis, maka cunam
dielevasi keatas dan dengan suboksiput sebagai
hipomoklion, berturut turut lahir dagu, mulut, muka, dahi
dan akhirnya seluruh kepala lahir.

Gambar 13 Melahirkan kepala dengan ekstraksi Cunam Piper

D. Prosedur Ekstraksi Sungsang Total

1. Teknik ekstraksi kaki

a. Setelah persiapan selesai, tangan yang searah dengan bagian


bagian kecil janin dimasukkan secara obstetrik ke dalam jalan lahir,
sedang tangan yang lain membuka labia. Tangan yang didalam
mencari kaki depan dengan menelusuri bokong, pangkal paha
sampai lutut, kemudian melakukan abduksi dan fleksi pada paha
janin sehingga kaki bawah menjadi fleksi. Tangan yang diluar
mendorong fundus uterus ke bawah. Setelah kaki bawah fleksi
pergelangan kaki dipegang oleh jari kedua dan jari ketiga dan
dituntun keluar dari vagina sampai batas lutut.

Gambar 14 Menurunkan kaki pada ekstraksi kaki

b. Kedua tangan penolong memegang betis janin, yaitu kedua ibu jari
diltekkan di belakang betis sejajar sumbu panjang betis dan jari
jari lain didepan betis. Dengan pegangan ini kaki janin ditarik curam
ke bawah sampai pangkal paha lahir.
c. Pegangan dipindahkan pada pangkal paha setinggi mungkin
dengan kedua ibu jari dibelakang paha sejajar sumbu panjang paha

dan jari jari lain di depan paha.


d. Pangkal paha ditarik curam ke bawah sampai trokanther depan
lahir. Kemudian pangkal paha dengan pegangan yang sama
dielevasi ke atas sehingga trokanter belakang lahir. Bila kedua
trokanter telah lahir berarti bokong lahir.
e. Sebaliknya bila kaki belakang yang dilahirkan lebih dulu maka yang
akan lahir lebih dulu ialah trokanter belakang dan untuk melahirkan
trokanter depan maka pangkal paha ditarik terus curam ke bawah.
f. Setelah bokong lahir maka untuk melahirkan janin selanjutnya
dipakai teknik pegangan femiro-pelviks. Dengan pegangan ini
badan janin ditarik curam ke bawah sampai pusar lahir.
g. Selanjutnya untuk melahirkan badan janin yang lain dilakukan cara
persalinan yang sama saperti pada manual aid.

2. Teknik ekstraksi Bokong

a. Ekstraksi bokong dikerjakan bila jenis letak sungsang adalah letak


bokong murni (frank breech) dan bokong sudah berada di dasar
panggul sehinga sukar untuk menurunkan kaki.
b. Jari telunjuk tangan penolong yang searah dengan bagian kecil
janin dimasukkan ke dalam jalan lahir dan diletakkan di pelipatan
paha depan. Dengan jari telunjuk ini, pelipatan paha dikait dan
ditarik curam ke bawah. Untuk memperkuat tenaga tarikan ini,
maka tangan penolong yang lain mencengkam pergelangan tangan
tadi dan turut menarik curam ke bawah.
c. Bila dengan tarikan ini trokanter depan mulai tampak di bawah
simfisis maka jari telunjuk penolong yang lain segera mengait
pelipatan paha ditarik curam ke bawah sampai bokong lahir.
d. Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara femuro-pelviks
kemudian janin dapat dilahirkan dengan manual aid.

E. Prosedur Persalinan Sungsang per Abdominam

1. Persalinan letak sungsang dengan seksio sesarea sudah tentu


merupakan cara yang terbaik ditinjau dari janin. Persalinan pervaginam
dapat memberi trauma yang sangat berarti bagi janin yang gejalanya
akan tampak pada waktu persalinan atau kemudian hari.
2. Namun hal ini tidak berarti bahwa letak sungsang harus lahir per
abdominam.
3. Beberapa kriteria yang dipakai sebagai pegangan untuk letak
sungsang dilahirkan perabdominam adalah :
a. Primigravida tua
b. Nilai sosial janin tinggi
c. Riwayat persalinan buruk
d. Janin besar, lenih dari 3,5 4 kg
e. Dicurigai adanya kesempitan panggul
f. Prematuritas
Zatuchni dan Andros telah membuat suatu indeks prognosis untuk
menilai lebih tepat apakah persalinan dapat dilahirkan pervaginam atau per
abdominam.

0 1 2

Paritas Primi Multi

Umur Kehamilan 39 mg 38 mg < 37 mg

Taksiran berat
3630 g 3629 3176 g < 3176 g
janin

Pernah letak
Tidak 1 kali 2 kali
sungsang (2500 g)

Pembukaan
< 2 cm 3 cm 4 cm
serviks

-1 atau lebih
Station < -3 -2
rendah

Arti Nilai

3 : persalinan per abdominam


4 : evaluasi lagi secara cermat, khususnya berat janin, bila tetap
dapat lahir pervaginam
5 : persalinan per vaginam

F. Penyulit
1. Sufokasi. Bila sebagian besar badan jani sudah lahir, terjadilah
pengecilan rahim sehingga terjadi gangguan sirkulasi plasenta dan
menimbulkan anoksia janin. Keadaan ini merangsang janin untuk
bernafas. Akibatnya darah, mukus, cairan amnion dan mekonium akan
diaspirasi yang dapat menimbulkan sufokasi. Badan janin yang sudah
berada diluar rahim juga merupakan rangsangan yang kuat janin untuk
bernafas.
2. Asfiksia fetalis. Selain akibat mengecilnya uterus pada waktu badan
janin lahir yang menimbulkan anoksi maka akan diperberat lagi dengan
bahaya terjepitnya tali pusar pada waktu kepala masuk panggul (fase
cepat)
3. Kerusakan jaringan otak. Trauma pada otak janin dapat terjadi
khususnya pada panggul sempit atau adanya disproporsi sefalo-
pelviks, serviks yang belum terbuka lengkap atau kepala janin yang
dilahirkan secara mendadak sehingga timbul dekompresi.
4. Fraktur pada tulang- tulang janin.
Kerusakan pada tulang janin dapat berupa :
a. Fraktur tulang tulang kepala
b. Fraktur humerus ketika hendak melahirkan lengan yang menjungkit
c. Fraktur klavikula ketika melahirkan bahu yang lebar
d. Paralisis brakialis
e. Fraktur femur
f. Dislokasi bahu
g. Dislokasi panggul terutama pada waktu melahirkan tungkai yang
sangat ekstensi
h. Hematoma otot otot

Mengingat penyulit pada janin akibat persalinan pervaginam cukup


berat maka perlu dilakukan evaluasi obstetrik dengan teliti sebelum
memutuskan untuk melahirkan janin pervaginam. Bila telah diputuskan
secara pervaginam maka penolong sudah harus menguasai teknik
persalinannya secara terampil. Cara persalinan secara ekstraksi total
merupakan cara persalinan dengan penyulit janin yang sangat buruk,
yaitu kematian janin 3 kali lebih banyak dibanding persalinan spontan.
Kematian perinatal pada letak sungsang dibanding dengan letak belakang
kepala rata rata 5 kali lebih banyak.

7. Rekomendasi untuk pelahiran

Pemeriksaan yang cermat terhadap setiap komplikasi lain, baik yang


sudah dipastikan maupun yang baru diperkirakan, yang dapat membenarkan
tindakan seksio sesar, telah menjadi salah satu fitur filosofi dalam mengelola
pelahiran sungsang. Persalinan secara seksio sesar biasanya, namun tidak
secara eksklusif, dilakukan pada keadaan-keadaan berikut ini : (Cunningham,
2010)
a. Janin berukuran besar
b. Setiap derajat kontraksi atau bentuk pelvis tidak wajar yang ditentukan
secra klinik atau dengan pelvimetri CT.
c. Kepala janin hiperekstensi.
d. Ketika pelahiran diindikasikan pada keadaan tidak ada persalinan
spontan.
e. Disfungsi uterus: beberapa ahli menggunakan augmentasi oksitosin.
f. Presentasi bokong inkonplete atau kaki.
g. Janin kurang bulan yang tampak sehat dan viable dengan ibu yang
mengalami persalinan aktif atau diindikasikan untuk melahirkan.
h. Restriksi pertumbuhan janin yang berat.
i. Riwayat kematian perinatal atau anak mengalami trauma pelahiran.
j. Permintaan untuk sterilisasi.
k. Kurangnya operator yang berpengalaman.

8. Komplikasi

Pada presentasi bokong persisten, dapat terjadi peningkatan frekuensi


komplikasi sebagai berikut : (Cunningham, 2001)

a. Morbiditas dan mortalitas perinatal akibat pelahiran yang sulit.


b. Berat lahir rendah pada pelahiran preterm, pertumbuhan terhambat, atau
keduanya.
c. Prolaps tali pusat.
d. Plasenta previa.
e. Anomali janin, neonatus, dan bayi.
f. Anomali dan tumor uterus.
g. Janin multipel.
h. Intervensi operatif, terutama seksio sesar.

9. Prognosa

Prognosa kehamilan yang merugikan dapat meningkat pada ibu


maupun janin : (Cunningham, 2010)

1. Morbiditas maternal
Karena frekuensi pelahiran operatif semakin besar, terdapat
peningkatan angka morbiditas meternal untuk kehamilan dengan
presentasi bokong persisten. Hal yang paling mengkhawatirkan adalah
laserasi jalan lahir. Manuver intrauterin, terutama pada segmen bawah
rahim yang tipis atau pelahiran aftercoming head melalui serviks yang
belum dilatasi lengkap, dapat menyebabkan ruptur uterus, laserasi
dinding cervix dan vagina, atau keduanya. Manipulasi tersebut dapat
megakibatkan perluasan episiotomi dan robekan perineum yang dalam.
Pemberian obat anastesi cukup untuk menginduksi relaksasi uterus yang
dapat mengakibatkan atonia uterus dan selanjutnya terjadi perdarahan
postpartum. Pada akhirnya manipulasi manual di dalam jalan lahir dapat
meningkatkan resiko infeksi.

2. Morbiditas dan mortalitas perinatal


Kontributor penting pada kematian perinatal adalah pelahiran
kurang bulan, kelainan kongenital, dan trauma kelahiran. Schutte dkk
(1985) melaporkan bahwa perinatal neonatus dengan presentasi bokong
memiliki angka mortalitas lebih tinggi daripada presentasi kepala dalam
sebuah analisis 57.819 kehamilan di Belanda yang ditinjau menurut usia
kehamilan, defek kongenital, dan berat lahir. Pada penelitian tersebut
disimpulkan bahwa presentasi bokong mungkin tidak terjadi secara
kebetulan tetapi akibat dari kualitas janin yang buruk. Prognosa semakin
membaik karena dilakukan penilaian secara seksama sebelum persalinan
pervaginam dan karena meningkatnya jumlah persalinan sesar yang
melebihi 60%.
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham GF et al, 2001. Williams Obstetrics, 21st Ed. Philadelphia:


The McGraw-Hill Companies, Inc.
2. Cunningham GF et al, 2010. Williams Obstetrics, 23rd ed. Philadelphia:
The McGraw-Hill Companies, Inc.
3. Oxorn H, Foote WR, 1996. Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi
persalinan. Human Labor and Birth. Yogyakarta: Yayasan Essentia
Medica.
4. Saifuddin AB dkk, 2010. Ilmu Kebidanan, Ed. 4, Cet. 3. Jakarta: PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
5. Wikojosastro H dkk, 2010. Ilmu Bedah Kebidanan, Ed. 1, Cet. 8. Jakarta:
PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
6. Manuaba IBG, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
7. Mochtar R, 1998. Sinopsi obstetric. Jakarta: EGC.
8. Hacker dan Moore, 2001. Essensial Obstetri dan Ginekologi, Ed. 2.
Jakarta: Hipokrates.

Anda mungkin juga menyukai