Anda di halaman 1dari 26

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Metode Pembelajaran


Metode dapat diartikan dari dua sudut pandang. Adapun secara
etimologis, istilah metode berasal dari bahasa Yunani yaitu “metodos”. Kata ini
terdiri dari dua suku kata yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati dan
kata “hodos” yang berarti jalan. Dengan kata lain metode adalah cara kerja
yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai
tujuan yang diinginkan.1
Adapun secara terminologi, metode diartikan sebagai cara-cara yang
dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, yaitu perubahan-
perubahan pada keadaan yang lebih baik dari sebelumnya. Jadi bila dipandang
secara lebih jelasnya, metode dapat diartikan sebagai cara melakukan suatu
kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan
konsep-konsep secara sistematis. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode
adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan
kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa.
Namun berbeda dengan strategi mengajar, metode mengajar tidak
langsung berhubungan dengan hasil belajar yang dikehendaki. Artinya,
dibandingkan dengan strategi metode pada umumnya kurang berorientasi pad
tujuan karena metode dianggap sebagai konsep yang lebih luas daripada
strategi. Gagasan ini tidak berarti mengurangi signifikansi metode mengajar,
lantaran strategi mengajar itu ada dan berlaku dalam kerangka metode
mengajar.2
Pada prinsipnya, tidak ada satupun metode mengajar yang dapat
dipandang sempurna dan cocok dengan semua pokok bahasan yang ada dalam
setiap bidang studi. Oleh karena itu, guru yang professional dan kreatif akan
memilih suatu metode mengajar yang lebih tepat setelah menetapkan topik

1
Muhibbin. Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru ( Bandung: Remaja Rosda
Karya. 1995), hlm. 31
2
Ibid., hlm. 32
pembahasan materi dan tujuan pelajaran serta jenis kegiatan belajar siswa yang
dibutuhkan.
1. Kedudukan metode dalam belajar mengajar
Bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen
yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar
merupakan salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan.
Kedudukan metode dalam belajar mengajar adalah sebagai berikut:
a. Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik
Menurut Sardiman A. M, Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang
aktif dan berfungsi, karena adanya perangsang dari luar. Karena itu,
metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat
membangkitkan belajar seseorang.3
b. Metode sebagai strategi pengajaran
Menurut Dra. Roetiyah. N. K, guru harus memiliki strategi agar anak
didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengenai pada tujuan
yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu
adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut
dengan metode mengajar.
c. Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan
Tujuan adalah pedoman yang memberi arah kemana kegiatan belajar
mengajar akan dibawa. Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak
akan pernah tercapai selama komponen-komponen lainnya tidak
diperlukan. Salah satunya adalah komponen metode. Ketika tinjauan
dirumuskan agar anak didik memiliki keterampilan tertentu, maka
metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan. Guru
sebaiknya menggunakan metode yang dapat menunjang kegiatan
belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif
untuk mencapai tujuan pengajaran.

3
Ibid., hlm. 32
2. Pemilihan dan Penentuan Metode
Masalah pemilihan dan penentuan dalam kegiatan belajar mengajar
diantaranya adalah:
a. Nilai strategis metode
Nilai strategis dari metode adalah metode dapat mempengaruhi
jalannya kegiatan belajar mengajar.4 Apabila metode yang digunakan
oleh guru tidak sesuai dengan tujuan pengajaran maka pelajaran yang
diberikan oleh guru akan kurang memberikan motivasi kepada anak
didik dan menyebabkan suasana kelas yang kurang bergairah serta
kondisi anak didik yang kurang kreatif.
b. Efektivitas penggunaan metode
Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan
menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Akan
banyak bahan pelajaran yang terbuang dengan percuma hanya karena
penggunaan metode menurut kehendak guru dan mengabaikan
kebutuhan siswa, fasilitas, serta situasi kelas. Karena itu, efektivitas
penggunaan metode dapat terjadi bila ada kesesuaian antara metode
dengan semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam
satuan pelajaran.5
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode
a) Tujuan yang hendak dicapai
Setiap guru diharapkan memperhatikan tujuan pembelajaran,
adapun tujuan pembelajaran dalam penelitian ini adalah agar
peserta didik mampu mengetahui, menghafal, menunjukkan
perilaku dan contoh sebagaimana sesuai dengan beberapa uraian
surat-surat yang telah dijelaskan dalam materi. Landasan Al-
Qur’an yang menyebutkan bahwa tujuan yang hendak dicapai
juga mempengaruhi dalam pemilihan metode terdapat dalam QS.
An Nahl ayat 125.

4
O. Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2011), hlm. 8
5
Ibid., hlm. 9
  
 

 
 
   
  
   
  
 

Artinya: “(manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah


dan pelajaran yang baik dan bahtahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.”(QS. An Nahl ayat 125)
b) Materi pelajaran
Materi pelajaran ialah sejumlah materi yang hendak disampaikan
oleh guru untuk bisa dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik.
c) Peserta didik
Peserta didik sebagai subyek belajar memiliki karakteristik yang
berbeda-beda, baik minat, minat, kebiasaan, motivasi, dan
lingkungan keluarga. Semua perbedaan ini berpengaruh terhadap
penentuan metode pembelajaran.6
d) Situasi

6
Muhibbin. Syah, Op. cit., hlm. 33
Situasi kegiatan belajar merupakan setting lingkungan
pembelajaran dinamis. Guru harus teliti dalam melihat situasi.
e) Fasilitas
Fasilitas dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode
mengajar. Ketiadaan fasilitas akan sangat mengganggu pemilihan
metode yang tepat, seperti tidak adanya laboratorium untuk
praktek materi.
f) Guru
Guru yang berlatar belakang pendidikan keguruan biasanya lebih
terampil dalam memilih metode dan tepat dalam menerapkannya.7

B. Metode Pembelajaran Make A Match


1. Pengertian Make A Match
Make a match dikembangkan oleh Lorna Current. Make a match atau
mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan
kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa
disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal
sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi
poin. Agus Suprijono menyebutkan bahwa “hal-hal yang perlu
dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan Make A Match
adalah kartu-kartu”. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu berisi
pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Langkah berikutnya adalah guru membagi komunitas kelas menjadi 3
kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu-kartu
berisi pertanyaan-pertanyaan. Kelompok kedua adalah kelompok
pembawa kartu berisi jawaban-jawaban. Kelompok ketiga adalah
kelompok penilai, dengan mengatur posisi kelompok-kelompok tadi
berjajar saling berhadapan.

7
Muhibbin. Syah, Op. cit., hlm. 34
Jika masing-masing kelompok sudah berada di posisi yang telah
ditentukan, maka guru membunyikan peluit sebagai tanda agar kelompok
pertama maupun kelompok kedua saling bergerak mereka bertemu,
mencari pasangan pertanyaan jawaban yang cocok. Berilah kesempatan
kepada mereka untuk berdiskusi. Ketika mereka berdiskusi alangkah
baiknya jika ada musik instrumentalia yang lembut mengiringi aktivitas
belajar mereka. Hasil diskusi ditandai oleh pasangan-pasangan antara
anggota kelompok pembawa kartu pertanyaan dan anggota kelompok
pembawa kartu jawaban.8
2. Kedudukan Make a Match dalam pembelajaran
Menurut Gagne menyebutkan “belajar adalah perubahan disposisi atau
kemampuan yang dicapai melalui aktivitas.” Perubahan disposisi tersebut
bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara
alamiah. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu sebagai
hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan. Belajar
bukan hanya sekedar menghafal, melainkan suatu proses mental yang
terjadi dalam diri seseorang.
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi
antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung yaitu dengan
menggunakan berbagi media pembelajaran. Didasari oleh adanya
perbedaan interaksi tersebut, maka kegiatan pembelajaran dapat dilakukan
dengan menggunakan berbagai pola pembelajaran.
3. Langkah-langkah Penerapan Make A Match
Anita Lie (2008:55), langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif
Make A Match:
a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau
topik, kartu tersebut terdiri dari dua bagian yang berisi soal, dan yang
kedua berisi jawaban.

8
Muhaimin, Arah Baru Pendidikan Islam, Pemberdayaan, Pengembangan Kurikulum Hingga
Redefinisi Pengetahuan (Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia), hlm. 85
b. Guru membagi siswa kedalam tiga kelompok. Kelompok pertama
memegang pertanyaan, kelompok kedua memegang jawaban, dan
kelompok yang ketiga yaitu sebagai penilai.
c. Guru menentukan kelompok yang memegang soal dan kelompokyang
memegang jawaban, serta kelompok yang dijadikan sebagai penilai.
d. Setiap siswa dari masing-masing kelompok mendapat satu buah kartu
soal untuk kelompok yang memegang soal, dan satu buah jawaban
untuk kelompok yang memegang jawaban.
e. Setiap siswa memikirkan jawaban / soal dari kartu yang dipegang.
f. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok
dengan kartunya (soal jawaban).
g. Setiap siswa yang sudah mendapatkan soal / jawaban, diharapkan
memperlihatkan pertanyaan-jawabannya kepada kelompok penilai.
h. Setelah satu babak kartu di kocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu
yang berbeda dari yang sebelumnya.
i. Setelah selesai tahap itu, guru menyebutkan kembali pembahasan
yang ada dalam pertanyaan-jawaban.9
4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Make A Match
Kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe Make
A Match, yaitu sebagai berikut:
a. Kelebihan
- Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan.
- Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian
siswa.
- Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf
ketuntasan belajar.
b. Kekurangan
- Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan.
- Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu
banyak bermain-main dalam proses pembelajaran.

9
Muhaimin, Op. Cit., hal 190
- Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai.
Berdasarkan kegiatan proses belajar mengajar, siswa nampak
lebih aktif mencari pasangan kartu antara jawaban dan soal. Dengan
metode pencarian kartu ini siswa dapat mengidentifikasi permasalahan
yang terdapat di dalam kartu yang ditemukannya dan menceritakannya
dengan sederhana dan jelas secara bersama-sama.10
C. Hakikat Motivasi
a. Pengertian Motivasi
Sebelum sampai pada motivasi, maka penulis terlebih dahulu akan
menjelaskan kata “motiv” terlebih dahulu, karena kata “motiv” muncul
terlebih dahulu sebelum kata “motivasi”. Kedua hal tersebut merupakan
daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motiv
dapat diartikan sebagai suatu kondisi internal (kesiapan, dan kesiagaan).
Yang berawal dari kata “motiv” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai
daya penggerak yang telah aktif pada saat-saat tertentu terutama apabila
kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan mendesak.11
Sujono Trimo memberikan pengertian motivasi adalah suatu kekuatan
penggerak dalam perilaku individu baik yang akan menentukan arah
maupun daya tahan (perintence) setiap perilaku manusia yang di dalamnya
terkandung pula unsur-unsur emosional insan yang bersangkutan. Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi secara etimologi adalah
dorongan atau daya penggerak yang berada dalam diri seseorang untuk
melakukan suatu tindakan untuk mencapai sebuah tujuan. Sedangkan
secara terminologi banyak para ahli yang memberikan batasan tentang
pengertian motivasi diantaranya adalah:
- Menurut Sartain, Motivasi adalah suatu pertanyaan yang kompleks
dimana dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku
terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang.

10
Wahidmurni dan Nur Ali, Penelitian Tindakan Kelas pendidikan Agama dan Umum dari
Teori Menuju Praktik (Malang: UM Press, 2008), hlm. 33
11
Partanto dan Dahlan, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 1994), hlm. 71
- Menurut Chifford T. Morgan, motivasi bertalian dengan tiga hal yang
sekaligus merupakan aspek-aspek daripada motivasi. Ketiga hal
tersebut adalah keadaan yang mendorong tingkah laku (Moving
states), yaitu tingkah laku yang didorong oleh keadaan tersebut
(Motiving Behavior), dan tujuan dari tingkah laku tersebut (Goal or
Endsof Such Behavior).
- Menurut Fredrick J. Mc Donal, memberikan sebuah pernyataan yaitu
motivasi adalah perubahan energi pada diri dari seseorang yang
ditandai dengan perasaan dan juga reaksi untuk mencapai sebuah
tujuan.
- Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi
dapat dipandang sebagai fungsi, berarti motivasi berfungsi sebagai
daya penggerak dari dalam individu untuk melakukan aktivitas
tertentu dalam mencapai tujuan. Motivasi dipandang dari segi proses,
berarti motivasi dapat dirangsang oleh faktor luar, untuk menimbulkan
motivasi dalam diri siswa yang melalui proses rangsangan belajar
sehingga dapat mencapai tujuan yang dikehendaki. Motivasi
dipandang dari segi tujuan, berarti motivasi merupakan sasaran
stimulus yang akan dicapai. Jika seorang mempunyai keinginan untuk
belajar suatu hal, maka dia akan termotivasi untuk mencapainya.12
b. Macam-macam Motivasi
Para ahli psikologi berusaha menggolongkan motivasi yang ada dalam
diri manusia atau suatu organisme kedalam beberapa golongan. Amir Dien
Indra Kusuma dalam bukunya “ Pengantar Ilmu Pendidikan” membagi
motivasi menjadi dua bagian, yaitu: motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri
anak itu sendiri, dan motivasi ekstrinsik adalah motivasi dari luar anak.
Sedangkan Sudarman AM. Mengemukakan bahwa motivasi intrinsik
adalah motiv-motiv yang menjadi aktif atau yang berfungsi tidak perlu

12
Ibid., hlm. 72
rangsangan dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan
untuk melakukan sesuatu.
Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata, motivasi intrinsik adalah
motiv-motiv yang fungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. Sedangkan
definisi dari motivasi intrinsik menurut pendapat lain tentang motivasi
adalah tenaga pendorong yang berasal dari luar diri anak. Berdasarkan
definisi diatas, maka dapat dipahami bahwa motivasi ekstrinsik pada
hakekatnya adalah dorongan yang berasal dari luar seseorang. Motivasi
ekstrinsik yang positif seperti ganjaran, pujian, hadiah, dan lain sebagainya
dapat merangsang kegiatan anak untuk giat belajar.13
c. Fungsi Motivasi
Menurut M. Ngalim Purwanto ada tiga fungsi motivasi dalam belajar,
yaitu:
- Mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak. Motif itu berfungsi
sebagai penggerak atau motor yang memberi energi (kekuatan)
seseorang untuk melakukan suatu tugas.
- Motif itu merupakan arah perbuatan, yakni kearah perwujudan atau
suatu tujuan.
- Motiv itu menyeleksi suatu perbuatan kita, artinya menentukan
perbuatan-perbuatan yang mana harus dilakukan, yang serasi, guna
mencapai tujuan itu dengan mengenyampingkan perbuatan yang tidak
bermanfaat bagi tujuan itu.
Hal itu dipertegas lagi oleh pendapat Dr. Nasution, MA. Bahwa fungsi
motivasi adalah sebagai berikut. Mendorong manusia untuk berbuat.
Jadi sebagai penggerak atau motor yang memerlukan energi.
- Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang ingin dicapai.
- Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dilakukan yang serasi guna mencapai tujuan itu, dengan
mengeyampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu.14

13
Ibid., hlm. 73
14
Oemar, Hamalik, Media Pembelajaran (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1994), hlm. 83
d. Hal-hal yang dapat menimbulkan Motivasi belajar
Diatas telah dibahas macam-macam motivasi. Bahwa motivasi itu ada dua
macam, yang motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Hal-hal yang
dapat menimbulkan motivasi intrinsik adalah:
- Adanya Kebutuhan
Dengan adanya kebutuhan maka hal ini menjadi motivasi bagi anak
didik untuk berbuat dan berusaha, misalnya: anak ingin mengetahui isi
cerita dari buku sejarah, keinginan untuk mengetahui isi tersebut
menjadi pendorong yang kuat bagi anak untuk belajar membaca.
- Adanya Pengetahuan tentang Kemajuan Sendiri
Dengan mengetahui hasil dan presentasi diri, seperti apakah ia
mendapat kemajuan atau tidak, hal ini menjadi pendorong bagi anak
untuk belajar lebih giat lagi. Jadi dengan adanya pengetahuan sendiri
tentang kemajuannya, maka motivasi tersebut akan timbul.15
- Adanya Aspirasi atau Cita-cita
Bahwa manusia itu tidak akan terlepas dari cita-cita, hal ini
tergantung dari tingkat umur manusia itu sendiri. Mungkin anak kecil
belum mempunyai cita-cita, akan tetapi semakin besar usia seseorang
semakin jelas dan juga tegas dan semakin mengetahui jati dirinya dan
juga cita-citanya yang ingin ia capainya.

Adapun hal-hal yang dapat menimbulkan motivasi ekstrinsik adalah:


- Ganjaran
Menurut Amir Dien Indra Kusuma, ganjaran adalah merupakan alat
pendidikan represif dan positif. Ganjaran adalah juga merupakan alat
motivasi, yaitu alat yang bisa menimbulkan motivasi Ekstrinsik.
- Hukuman
Menurut Amir Dien Indra Kusuma, satu-satunya hukuman yang dapat
diterima dalam dunia pendidikan adalah hukuman yang bersifat

15
Asnawir dan Usman B, Media Pembelajaran (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 35
memperbaiki hukuman yang bisa menyadarkan anak kepada
keinsyafan atas kesalahan yang telah diperbuatnya.
- Persaingan
Sudah jelas bahwa persaingan ini mempunyai insentif yang penting
dalam pengajaran. Apabila persaingan diadakan dalam suasana yang
fair, maka hal ini akan merupakan motivasi dalam “Academic
Achievement” akan tetapi persaingan akan mempunyai yang lainnya.16
e. Prinsip Motivasi dalam belajar
Prinsip-prinsip ini disusun atas dasar penelitian yang seksama dalam
rangka mendorong motivasi belajar peserta didik di sekolah. Dalam hal ini
keneth H. Hover mengemukakan prinsip-prinsip motivasi antara lain:
a. Pujian lebih efektif daripada hukuman. Hukuman bersifat
menghentikan suatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai
apa yang telah dilakukan. Oleh karena itu, pujian lebih besar nilainya
bagi motivasi belajar peserta didik.
b. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif daripada
motivasi yang dipaksakan dari luar. Sebabnya ialah karena kepuasan
yang diperoleh individu itu sesuai dengan ukuran yang ada dalam
dirinya.
c. Motivasi itu mudah menjalar atau tersebar kepada orang lain. Guru
yang berminat tinggi dan antusias pula. Demikian pula peserta didik
yang antusias akan mendorong motivasi peserta didik lainnya.
d. Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan
minat yang lebih besar untuk mengerjakannya daripada apabila tugas-
tugas itu dipaksakan oleh guru. Apabila peserta didik diberi
kesempatan untuk menemukan masalah secara mandiri dan
memecahkannya sendiri, hal itu akan mengembangkan motivasi dan
disiplin lebih baik.
e. Tekanan kelompok peserta didik (peer group) kebanyakan lebih
efektif dalam memotivasi daripada tekanan atau paksaan dari orang

16
Ibid., hlm. 36
dewasa. Peserta didik, terutama para adoselen, sedang mencari
kebebasan dari orang dewasa, ia menempatkan hubungan kawan
sebayanya yang lebih tinggi. Ia bersedia melakukan apa yang akan
dilakukan oleh kelompok sebayanya, dan demikian sebaliknya. Oleh
karena itu, kalau guru hendak membimbing peserta didik belajar,
arahkanlah anggota-anggota kelompok itu kepada nilai-nilai belajar,
baru peserta didik tersebut akan belajar dengan baik.17
f. Cara Mengukur Motivasi
Pada umumnya ada dua cara untuk mengukur motivasi, yaitu:
1) Mengukur faktor-faktor luar tertentu yang diduga menimbulkan
dorongan dalam diri seseorang.
2) Mengukur aspek tingkah laku tertentu yang mungkin menjadi
ungkapan dari motif tertentu.
Laboratorium penelitian tentang motivasi umumnya menggunakan
cara yang pertama, yaitu berusaha menciptakan kondisi yang dapat
menimbulkan dorongan/ kebutuhan tertentu. Dapat juga dengan cara
pemberian hadiah/ insentif, insentif verbal berupa pengarahan-
pengarahan yang dapat memperkuat motif seseorang.
Salah satu cara yang lebih tepat mengetahui motif seseorang yang
sebenarnya adalah mengamati objek-objek yang menjadi pusat
perhatiannya. Objek yang selalu dikejar itulah yang menjadi cermin
atas motif yang sedang menguasainya, selain itu bisa juga dikenal
melalui hadiah yang paling mengenang baginya. Ada tidaknya motif
yang sedang menguasai seseorang juga bisa dijadikan ukuran,
misalnya: kekuatan tenaga yang dikeluarkan (usahanya) frekuensinya,
kecepatan reaksinya, tema pembicaraannya, fantasi dan impiannya.18
g. Indikator Siswa Termotivasi
Diantara indikator yang bisa dijadikan patokan siswa termotivasi adalah:

17
Tabrani Rusyan, dkk. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja
Karya, 1989), hlm.124
18
Martin H, Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Yogyakarta, hlm. 61-62
a) Keinginan, keberanian menampilkan minat, kebutuhan dan
permasalahan yang dihadapi ketika belajar.
b) Keinginan dan keberanian serta kesempatan untuk berpartisipasi
dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar.
c) Penampilan berbagai usaha belajar dalam menjalani dan
menyelesaikan kegiatan belajar sampai mencapai hasil.
d) Siswa bergairah belajar.
e) Kemandirian belajar.19
Adapun ciri-ciri siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar
termotivasi:
a) Mencari dan memberikan informasi.
b) Bertanya pada guru atau siswa lain.
c) Mengajukan pendapat atau komentar kepada guru atau siswa lain.
d) Diskusi atau memecahkan masalah.
e) Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
f) Memanfaatkan sumber belajar yang ada.
g) Menilai dan memperbaiki nilai pekerjaannya.
h) Membuat kesimpulan sendiri tentang pelajaran yang diterimanya.
i) Dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan guru dengan tepat saat
pelajaran berlangsung.
j) Memberikan contoh dengan benar.
k) Dapat memecahkan masalah secara tepat.
l) Ada usaha dan motivasi dalam mempelajari bahan.
m) Senang bila diberi tugas.
n) Bekerja sama dengan berhubungan dengan siswa lain.
o) Dapat menjawab pertanyaan di akhir pelajaran.
Sardiman memberikan penjelasan ciri-ciri seseorang termotivasi
diantaranya:
a) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu
yang lama dan tidak berhenti sebelum selesai).

19
Tafsir, Metodologi Pengajaran Pendidikan Islam (Bandung: Rosda Karya, 1993), hlm.146
b) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).
c) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah.
d) Lebih senang belajar mandiri.

e) Cepat bosan dengan tugas rutin (kurang kreatif).


f) Sering mencari dan memecahkan soal-soal.
g) Tidak mudah melepaskan hal-hal yang sudah diyakini.
h) Dapat mempertahankan pendapatnya.
Apabila seseorang memiliki ciri-ciri diatas berarti ia telah memiliki
motivasi yang kuat dalam proses belajar mengajar. Ciri-ciri tersebut
akan menjadi penting karena dengan motivasi yang kuat siswa akan
bisa belajar dengan baik, lebih mandiri dan tidak terjebak pada sesuatu
yang rutinitas dan mekanis.
BAB III
METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom research)


model kolaboratif, karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah
pembelajaran di kelas yang melibatkan beberapa pihak, yaitu peneliti dan guru itu
sendiri yang secara bersama melakukan penelitian ini. Penelitian ini termasuk
jenis penelitian kuantitatif, karena penelitian ini membuktikan apakah metode
pembelajaran Make A Match pembelajaran dapat diterapkan dan bagaimana hasil
yang diinginkan dapat tercapai.
Tempat penilitian ini bertempat di MTs Negeri Mojosari Mojokerto tahun
pelajaran 2014/2015. Adapun penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober-
November semester ganjil 2014/2015.
A. Perencanaan
1. Refleksi Awal
Pada tahap refleksi awal dilakukan identifikasi kesulitan siswa.
Dalam hal ini. Kesulitan siswa adalah rendahnya motivasi belajar siswa
kelas VII A MTs Negeri Mojosari pada mata pelajaran IPS bab
Mobilitas Penduduk Indonesia. Hal ini karena guru hanya
menggunakan metode ceramah pada saat menjelaskan materi tersebut.
Sehingga motivasi belajar siswa MTs Negeri Mojosari kelas VII A pada
mata pelajaran IPS bab Mobilitas Penduduk Indonesia rendah.
2. Rancangan Tindakan
Rendahnya motivasi belajar siswa kelas VII A MTs Negeri
Mojosari pada mata pelajaran IPS bab Mobilitas Penduduk Indonesia
akan diatasi dengan menggunakan metode pembelajaran Make A
Match.
Metode pembelajaran Make A Match merupakan suatu metode
pembelajaran yang dikembangkan oleh Lorna Current.
Langkah-langkah dalam metode pembelajaran Make A Match
adalah sebagai berikut :
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep
atau topik, kartu tersebut terdiri dari dua bagian yang berisi soal,
dan yang kedua berisi jawaban.
2) Guru membagi siswa kedalam tiga kelompok. Kelompok
pertama memegang pertanyaan, kelompok kedua memegang
jawaban, dan kelompok yang ketiga yaitu sebagai penilai.
3) Guru menentukan kelompok yang memegang soal dan
kelompok yang memegang jawaban, serta kelompok yang
dijadikan sebagai penilai.
4) Setiap siswa dari masing-masing kelompok mendapat satu buah
kartu soal untuk kelompok yang memegang soal, dan satu buah
jawaban untuk kelompok yang memegang jawaban.
5) Setiap siswa memikirkan jawaban / soal dari kartu yang
dipegang.
6) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang
cocok dengan kartunya (soal jawaban).
7) Setiap siswa yang sudah mendapatkan soal / jawaban,
diharapkan memperlihatkan pertanyaan-jawabannya kepada
kelompok penilai.
8) Setelah satu babak kartu di kocok lagi agar tiap siswa mendapat
kartu yang berbeda dari yang sebelumnya.
9) Setelah selesai tahap itu, guru menyebutkan kembali
pembahasan yang ada dalam pertanyaan-jawaban.
B. Prosedur pelaksanaan tindakan dan pengamatan
1. Implementasi metode pembelajaran Make A Match pada mata pelajaran
IPS bab Penduduk Indonesia dan Pemanfaatan Potensi Sumber Daya
Alam.
a. Guru terlebih dahulu menyiapkan beberapa kartu yang berisi
topik atau materi tentang Mobilitas Penduduk Indonesia, kartu
tersebut terdiri dari dua bagian yang berisi soal, dan yang kedua
berisi jawaban.
b. Kemudian siswa membentuk menjadi 3 kelompok. Masing-
masing kelompok anggotanya terdiri jumlah siswa dalam kelas
tersebut dibagi menjadi 3. Kelompok pertama memegang
pertanyaan, kelompok kedua memegang jawaban, dan kelompok
yang ketiga yaitu sebagai penilai.
c. Kemudian guru harus menentukan mengenai kelompok mana
yang memegang soal dan kelompok mana yang memegang
jawaban, serta kelompok mana yang dijadikan sebagai penilai.
d. Setelah itu guru membagikan satu buah kartu soal kepada setiap
siswa dari masing-masing kelompok untuk kelompok yang
memegang soal, dan satu buah kartu jawaban untuk kelompok
yang memegang jawaban.
e. Setelah semua anggota kelompok sudah mendapatkan satu buah
soal/jawaban, maka setiap siswa disuruh untuk memikirkan
jawaban/ soal dari kartu yang mereka pegang tersebut kemudian
mencocokkannya antara keduanya.
f. Lalu guru menyuruh setiap siswa untuk mencari pasangan yang
mempunyai kartu yang cocok dengan kartu mereka (soal
jawaban).
g. Setelah itu bagi siswa yang sudah mendapatkan pasangan
antara soal dan jawaban, diharapkan memperlihatkan
pertanyaan-jawabannya tersebut kepada kelompok penilai.
h. Setelah satu babak selesai, maka kartu akan di kocok lagi agar
tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari yang sebelumnya.
i. Setelah selesai tahap itu, maka guru harus menyebutkan kembali
mengenai pembahasan yang ada dalam pertanyaan-jawaban
tersebut.

2. Cara Melakukan Pengamatan Motivasi Belajar siswa kelas VII A pada


mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) dan Instrumen yang
digunakan.
Guru mengamati dengan seksama proses pembelajaran mata
pelajaran IPS bab Mobilitas Penduduk Indonesia dengan menerapkan
metode Make A Match. Guru melakukan evaluasi dengan memberikan
tes yaitu tes awal tindakan (pre test) dan tes akhir tindakan (post test).
Peningkatan motivasi belajar siswa dianalisis dengan melihat rata-rata
dari kedua tes tersebut yang telah diperoleh pada siklus 1. Data hasil tes
awal (pre test) dan tes akhir (post test) digunakan untuk mengetahui
peningkatan motivasi belajar siswa. Untuk indikator motivasi belajar
siswa dalam kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah
minimal 75 % dengan peningkatan sebelum dan sesudah pelaksanaan
metode adalah 10 %.
Sedangkan distribusi frekuensi motivasi belajar belajar dihitung
dengan menggunakan rumus data kuantitatif dalam penelitian tindakan
kelas yakni sebagai berikut:

P = Post test – pre test x 100 %


Pre test

Keterangan :
P : prosentase peningkatan
Post test : nilai rata-rata setelah tindakan
Pre test : nilai rata-rata sebelum tindakan
(Rumus data kuantitatif dalam penelitian tindakan kelas).

C. Refleksi
Refleksi adalah kegiatan mengulas secara kritis tentang perubahan yang
terjadi, baik pada siswa, suasana kelas, maupun guru.20 Dalam penelitian ini,
setelah metode pembelajaran Make A Match diimplementasikan, dan proses
evaluasi pembelajaran telah dilaksanakan, peneliti akan melakukan refleksi
secara kolaboratif bersama dengan guru yaitu dengan mengadakan diskusi
mengenai kondisi siswa dan keunggulan di dalam kelas saat proses
pembelajaran dengan menggunakan motode pembelajaran Make A Match
berlangsung. Unsur yang terlibat dalam proses refleksi adalah peneliti, guru
mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial), siswa kelas VII A MTs Negeri
Mojosari Mojokerto.

D. Subyek Penelitian
Subyek pada penelitian ini antara lain siswa kelas VII A MTs Negeri
Mojosari Mojokerto dan guru IPS kelas VII A MTs Negeri Mojosari
Mojokerto.
1. Siswa kelas VII A MTs Negeri Mojosari Mojokerto merupakan
responden pada penelitian ini, karena siswa kelas VII A MTs Negeri
Mojosari Mojokerto merupakan sasaran diterapkannya metode
pembelajaran Make A Match.
2. Guru mata pelajaran IPS kelas VII A MTs Negeri Mojosari Mojokerto.
Hal ini karena guru mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)
yang mengetahui dan memahami dengan benar kondisi kelas.
E. Instrumen Penelitian

20
Basrowi dan Suwandi, Prosedur penelitian tindakan Kelas (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008),
hlm. 135.
Sebelum PTK dilaksanakan maka dibuat beberapa instrumen yang
akan digunakan untuk memberlakukan dalam PTK, yaitu rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan dijadikan PTK.
Selain itu, untuk mendapatkan data yang valid dan dapat
dipertanggung jawabkan, dalam penelitian ini digunakan beberapa instrumen
pembantu, seperti: lembar pengamatan partisipasi siswa di kelas, soal pre test
dan post test, lembar observasi siswa dan guru di kelas, pedoman wawancara
siswa dan daftar skor tes siswa.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Observasi
Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan jalan
mengadakan pengamatan dan pencatatan sistematis terhadap kenyataan-
kenyataan yang akan diselidiki.
Metode observasi sering diartikan sebagai pengamatan, yaitu
kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan
seluruh alat indra (penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap dan
peraba).21
Dilihat dari hubungan antara observasi dan observan (yang
diobservasi), dapat dibedakan menjadi observasi partisipan dan observasi
non partisipan.
a) Observasi Partisipan
Dalam observasi partisipan, observer berperan ganda yaitu
sebagai pengamat sekaligus menjadi bagian dari yang diamati.
b) Observasi Nonpartisipan

21
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Yogyakarta: Rineka
Cipta, 2012), hlm.146.
Observer hanya memerankan diri sebagai pengamat. Perhatian
peneliti terfokus pada bagaimana mengamati, merekam, memotret,
mempelajari, dan mencatat tingkah laku atu fenomena yang diteliti.22
Berkaitan dengan judul Penelitian Tindakan Kelas ini maka
peneliti melakukan kegiatan observasi dengan cara partisipatif. Jadi
peneliti terjun langsung ke lapangan dengan mengadakan pengamatan
terhadap subyek terteliti dengan mengambil bagian dalam suatu
kegiatan.
Melalui teknik observasi ini diperoleh data tentang: keadaan
MTs Negeri Mojosari Mojokerto sebagai obyek penelitian, yang
meliputi: proses pembelajaran di kelas, keadaan guru dan keadaan
peserta didik, serta keadaan sarana dan prasarananya.
Selain itu metode observasi ini juga dilakukan pada saat proses
pembelajaran pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang
berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui perilaku siswa yang
berkaitan dengan motivasi siswa belajar Ilmu Pengetahuan Sosial.
b. Wawancara (Interview)
Menurut Hadi, wawancara adalah metode pengumpulan data dengan
jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik, dan
berlandaskan kepada tujuan penyelidikan.23
Sementara Suharsimi menjelaskan bahwa: Interview yang sering
juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan adalah sebuah dialog
yang dilakukan oleh pewawancara (interview) untuk memperoleh
informasi dari terwawancara (interview).24
Dari kedua rujuan di atas, dapat memberi arahan dan landasan bagi
peneliti bahwa melalui kegiatan wawancara diharapkan memperoleh
pemahaman yang sama antara peneliti dengan subyek peneliti tentang
berbagai hal yang berkaitan dengan informasi yang diperlukan.

22
Iin Tri Rahayu dan Tristiadi Ardi Ardani, Observasi dan Wawancara (Malang: Banyumedia,
2004), hlm. 15
23
Op Cit., hlm. 63
24
Suharsimi, op.cit., hlm.132
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data melalui interview
dengan kepala sekolah, waka kurikulum, guru pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) serta siswa kelas IXG setiap di akhir
pembelajaran atau di awal pembelajaran tentang tanggapan siswa
mengenai metode yang telah diterapkan oleh seorang guru.

c. Tes
Tes ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan
motivasi belajar, tes tersebut juga sebagai salah satu rangkaian kegiatan
dalam aplikasi metode Make A Match.
Tes yang dimaksud meliputi tes awal/ pre test, yang akan digunakan
untuk mengetahui penguasaan konsep materi pelajaran sebelum pemberian
tindakan. Selanjutkan pre test tersebut juga akan dijadikan sebagai acuan
tambahan dalam mengelompokkan siswa dalam kelompok-kelompok
belajar, disamping menggunakan nilai raport selanjutnya skor pre test ini
juga akan dijadikan sebagai skor awal bagi penentuan poin perkembangan
individu siswa.
Selain pre test juga dilakukan tes pada setiap akhir tindakan, hasil tes
ini akan digunakan untuk mengetahui tingkat motivasi dan pemahaman
siswa terhadap materi pelajaran pendidikan IPS melalui penerapan metode
Make A AMatch.
d. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah yaitu data mengenai hal-hal atau
variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.25
Metode dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan
jalan memanfaatkan dokumen yang ada (bahan tertulis, gambar-gambar
penting atau film yang mendukung objektivitas peneliti).26

25
Suharsimi, op.cit., hlm.236
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang:

1. Latar belakang Sekolah MTs Negeri Mojosari Mojokerto.


2. Data guru, siswa, karyawan dan struktur organisasi MTs Negeri
Mojosari Mojokerto.
3. Data program-program sekolah yang direncanakan dalm
pembelajaran.
4. Nilai prestasi belajar siswa.
G. Teknik Analisis Data
Data yang telah didapat dari proses implementasi pembelajaran Make A
Match perlu dianalisis guna mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa
setelah diterapkan metode pembelajaran Make A Match. Peningkatan motivasi
belajar siswa dianalisis dengan melihat rata-rata dari kedua tes tersebut yang
telah diperoleh pada siklus 1. Data hasil tes awal (pre test) dan tes akhir (post
test) digunakan untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa.
Untuk indikator motivasi belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah minimal 75 % dengan peningkatan sebelum
dan sesudah pelaksanaan metode adalah 10 %.
Sedangkan distribusi frekuensi motivasi belajar belajar dihitung
dengan menggunakan rumus data kuantitatif dalam penelitian tindakan kelas
yakni sebagai berikut:

P = Post test – pre test x 100 %


Pre test

Keterangan :
P : prosentase peningkatan

26
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005),
hlm. 103
Post test : nilai rata-rata setelah tindakan
Pre test : nilai rata-rata sebelum tindakan
(Rumus data kuantitatif dalam penelitian tindakan kelas).

Peningkatan motivasi belajar dapat diketahui pada penelitian ini dengan


melihat pada prosentase peningkatan antara tes awal (pre test) dan tes akhir
(post test).

H. Penyiapan Partisipan
Jadwal Penelitian
Jadwal Kegiatan Penelitian Tindakan (Action Research)

No Kegiatan Okt 2014 Nop 2014 Des 2014


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Penyusunan
Proposal
2 Revisi
Penyusunan
Proposal
3 Penggalian Data
Awal
4 Penyempurnaan
Proposal
5 Perencanaan
Umum
SIKLUS 1
6 Tindakan 1
7 Observasi dan
Evaluasi 1
8 Refleksi
9 Penyusunan
Laporan
10 Pameran hasil
Penelitian

Anda mungkin juga menyukai