Anda di halaman 1dari 66

STATUS KEDOKTERAN INDUSTRI

RS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

INSTALASI LAUNDRY

Disusun oleh:

Zahrina Dewi Ahadian (201710401011001)

Pratiwi Sudarsono (201710401011006)

Tesa Yovi Pratama (201710401011080)

Pembimbing:

dr. Rubayat Indradi, M.OH

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2019

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, shalawat

serta salam terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para

sahabatnya. Syukur Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan status kedokteran

industri di instansi laundry RS Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam penyelesaian status kedokteran industri ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Yoyok Subagio Sp.BS dan dr. Ayu Prima Kusuma Puti selaku

dokter pembimbing di RS Universitas Muhammadiyah Malang.

2. dr. Rubayat Indradi, M.OH selaku dokter pembimbing fakultas

kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Seluruh tenaga medis maupun non-medis RS Universitas

Muhammadiyah Malang khususnya bagian instalasi laundry.

4. Seluruh teman-teman dokter muda RS Universitas Muhammadiyah

Malang atas dukungan, kerja sama serta do’anya.

Status kedokteran industri ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan

kerendahan hati penulis mohon maaf dan mengharapkan saran dan kritik yang

membangun.

Semoga status kedokteran industri ini dapat menambah wawasan dan

bermanfaat bagi semua pihak.

2
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Malang, Agustus 2019

Penyusun

3
STATUS KEDOKTERAN INDUSTRI

I. STATUS UMUM TEMPAT KERJA (FACTORY VISIT)

A. Identitas

1. Nama Perusahaan : Instalasi Laundry RS UMM

2. Alamat : Jl. Raya Tlogomas No.45, Dusun Rambaan,

Tlogomas, Kec. Lowokwaru, Malang.

3. Jenis usaha : Laundry Rumah Sakit

4. Jumlah tenaga kerja: 7 orang (5 pria dan 2 wanita)

B. Analisis Komponen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1. Proses Industri/Proses Kerja

No Unit Kerja Bahan Alat Kerja Cara Kerja Bahan

Baku Berbahaya

1. Pengambilan - - Troli linen  Petugas mengambil linen -Cairan

dan kotor secara umum terbagi dua tubuh

pengumpulan - Handscoon shift. pasien, feses

linen kotor - Masker  Terdapat dua kategori pasien, darah

- Baju kerja ruangan, yaitu ruangan pasien, dan

operasi dan bangsal. duh tubuh

 Untuk ruangan bangsal pasien.

pengambilan dilaksanakan

pagi hari pukul 07.30

WIB.

4
 Khusus ruang operasi

linen kotor diambil pukul

11.30 WIB.

 Sebelum memulai

pengambilan, petugas

linen memakai

perlengkapan APD berupa

masker dan handscoon.

 Petugas mengambil semua

linen kotor baik infeksius

dan non infeksius.

Pemisahan linen infeksius

dan non infeksius sudah

dilakukan di ruangan oleh

perawat dan ada

tempatnya masing-

masing.

 Linen yang infeksius dan

non infeksius dimasukkan

ke dalam 4 mesin cuci non

infeksius dan 3 mesin cuci

infeksius

5
2. Pencucian - Deterge - Baju  Menyiapkan bahan dan - Cairan

nt seragam alat pencucian tubuh

alkali - Masker  Pencucian linen non pasien,

- Oxygen - Handscoon infeksius: darah

bleach - Celemek 1. Memasukkan linen ke pasien, dan

- Penetra plastik mesin cuci non duh

l - Sepatu boots infeksius pasien.

- Softene karet 2. Mengisi air - Bahan

r - Ember linen 3. Memasukkan larutan pencucian

- Air infeksius detergent, oxygen bersifat

bersih - Ember linen bleach dan penetral alkali dan

(air non infeksius kemudian bila sudah korosif

panas - Mesin cuci selesai diberikan - Area kerja

60 oC linen larutan softener saat yang licin

dan infeksius finishing ke mesin

dingin) - Mesin cuci cuci dengan gelas

non infeksius takar masing-masing

+- ukuran 100 cc.

4. Menyalakan mesin

cuci

5. Melakukan

pembilasan

menggunakan air

dingin sebanyak 2 kali

6
6. Melakukan proses

pemerasan

7. Bila telah selesai buka

mesin cuci, angkat

linen, kemudian

matikan mesin cuci.

 Pencucian linen infeksius :

1. Memasukkan linen ke

dalam mesin cuci

infeksius

2. Merendam dengan air

panas 60oC dan

dilakukan prewash

(mencuci tidak

memakai bahan kimia)

3. Kemudian dibilas

menggunakan air

panas 60oC.

4. Memasukkan larutan

detergent, oxygen

bleach, penetral ke

mesin cuci dan

softener saat finishing

dengan gelas takar

7
masing-masing +-100

cc.

5. Menyalakan mesin

cuci dan mesin

menjalankan proses

pencucian kembali.

Mesin cuci dapat

mencuci dan membilas

kemudian dikeringkan

di mesin pengering.

6. Bila selesai, mesin

dibuka dan cucian

dikeluarkan, kemudian

mesin dimatikan.

3 Pengeringan - - Mesin  Linen dimasukkan ke - Sinar UV

dan pengering dalam mesin pengering

penjemuran dengan kapasitas 5-6 buah

linen, kecuali perlak,

selimut dan handuk.

 Proses pengeringan

dengan mesin pengering

 Linen yang sudah

dikeringkan di mesin

8
pengering dapat langsung

di setrika

 Linen lainnya yang tidak

masuk di mesin pengering

Kemudian dijemur

dibawah sinar matahari.

3. Penyetrikaan - - Meja setrika - Pelaksana laundry - Setrika

yang memisahkan linen yang listrik

beralaskan harus disetrika dengan (Trauma

kain selimut linen tanpa penyetrikaan termis dan

- Setrika - Linen yang tanpa perlu trauma

Listrik penyetrikaan seperti elektrik)

- Kursi handuk, selimut dan

perlak, maka langsung

dilipat di ruang pelipatan

linen

- Linen yang akan melalui

proses penyetrikaan

diklasifikasikan sesuai

dengan jenisnya

- Kemudian linen dilipat

rapi

- Linen disusun dan

dikelompokkan kedalam

9
almari penyimpanan linen

sesuai nama unit kerja

sebelum dilakukan

pendistribusian.

4. Pelipatan dan - - Lemari - Membentangkan linen, -

penyimpanan penyimpana bagian luar di posisi

linen bersih n linen bawah.

- Melipat dengan

mempertemukan bagian

sudut sudutnya, sehingga

tanda tulisan ruangan

dapat terlihat dengan jelas

- Linen ditata dan disusun

rapi dalam rak

penyimpanan sesuai kode

tempat, kemudian linen

yang siap antar dikemas

menggunakan plastik.

5. Penyerahan - - Linen bersih - Penyerahan linen bersih -

linen bersih yang akan dilakukan pada jam 07.30

diserahkan WIB shift pagi, dan jam

ke ruangan 11.30 WIB shift sore.

jumlahnya

disesuaikan

10
dengan - Khusus ruang operasi,

pemasukan penyerahan jam 11.30

linen kotor WIB

yang masuk .

2. Lingkungan Kerja

No Unit Kerja Ling. Fisik Ling. Biologi Ling. Ling. Ling.

Kimia Sos- Ergonomi

Bud

1. Pengambilan - Petugas - Peletakan dan - - - Posisi kerja

dan mengambil pengambilan sudah

pengumpulan semua linen linen kotor ke ergonomis

linen kotor. kotor baik dalam troli yaitu posisi

infeksius dan sudah sesuai punggung lurus

non infeksius. dengan namun sesekali

Pemisahan menggunakan petugas

linen infeksius APD yang membungkuka

dan non diperlukan n punggung

infeksius oleh petugas saat

sudah seperti mengambil

dilakukan di handscoon linen, dengan

ruangan oleh dan masker. posisi berdiri

perawat dan bertumpu pada

ada tempatnya kedua kaki.

11
masing- Lama posisi

masing. berdiri dan

Linen yang berjalan ± 30

infeksius dan menit.

non infeksius

dimasukkan ke

dalam 4 mesin

cuci non

infeksius dan 3

mesin cuci

infeksius.

2. Pencucian Tata ruang -Tempat -Petugas - - Setiap orang

laundry untuk pencucian menggun melakukan

mencuci belum di beri akan pekerjaan

sebesar 7 x 3 batas antara APD sesuai dengan

meter dan linen infeksius untuk unit kerja

cukup bersih. dan yang non mencegah sesuai dengan

Berisi 3 buah infeksius. terpaparn jadwal yang

mesin cuci Menyiapkan ya zat sudah dibuat

infeksius, 4 bahan dan alat kimia, secara

mesin cuci pencucian seperti bergantian.

infeksius, dan 7 - Pencucian Detergent - Posisi kerja

mesin cuci linen non alkali, sudah

pengering. infesius: Oxygen ergonomis

12
Pencahayaan Memasukkan bleach, yaitu posisi

ruangan baik, linen ke mesin Penetral, punggung lurus

ventilasi baik. cuci non Softener. namun sesekali

infeksius, petugas

Mengisi air, membungkuk

Memasukkan untuk

larutan memindahkan

detergent, linen ke mesin

oxygen bleach pengering.

dan penetral

kemudian bila

sudah selesai

diberikan

larutan

softener saat

finishing ke

mesin cuci

dengan gelas

takar masing-

masing +-

ukuran 100 cc,

Menyalakan

mesin cuci,

Melakukan

13
pembilasan

menggunakan

air dingin

sebanyak 2

kali,

Melakukan

proses

pemerasan,

Bila telah

selesai buka

mesin cuci,

angkat linen,

kemudian

matikan mesin

cuci.

-Pencucian

linen infeksius:

Memasukkan

linen ke dalam

mesin cuci

infeksius,

Merendam

dengan air

panas 60oC

14
dan dilakukan

prewash

(mencuci tidak

memakai

bahan kimia),

Kemudian

dibilas

menggunakan

air panas 60oC,

Memasukkan

larutan

detergent,

oxygen bleach,

penetral ke

mesin cuci dan

softener saat

finishing

dengan gelas

takar masing-

masing +-100

cc,

Menyalakan

mesin cuci dan

mesin

15
menjalankan

proses

pencucian

kembali,

Mesin cuci

dapat mencuci

membilas 2

kali serta

mengeringkan

dalam satu

proses, Bila

selesai, mesin

dibuka dan

cucian

dikeluarkan.m

esin dimatikan.

3. Pengeringan -Ada 7 mesin - Bakteri - - - Pekerja

dan pengering - Jamur melakukan

penjemuran  Linen - Parasit penjemuran

dimasukkan ke - Virus degan berdiri

dalam mesin - Sinar UV di bawah sinar

pengering matahari yang

dengan terik, dan

kapasitas 5-6 ketika petugas

16
buah linen, melakukan

kecuali perlak, penjemuran

selimut dan harus

handuk. mengambil

 Proses jemuran dari

pengeringan troli dengan

dengan mesin posisi

pengering membungkuk

 Linen yang ke berdiri

sudah untuk

dikeringkan di menjemur

mesin handuk, perlak

pengering dapat dan selimut.

langsung di

setrika

Linen lainnya

yang tidak

masuk di mesin

pengering

Kemudian

dijemur

dibawah sinar

matahari.

17
4. Penyetrikaan Ada 1 ruang - - - Posisi kerja

setrika dengan ergonomis

ukuran ruangan yaitu posisi

3 x 3 m, meja punggung lurus

setrika dengan dan pusat

ukuran p: 150 sejajar dengan

cm, l: 50cm, t: tinggi meja

100cm, kursi p: setrika. Petugas

50cm, l: 50cm, menyetrika

t:75 cm, dan 1 dengan posisi

buah setrika duduk di kursi

listrik. dan kadang

diselingi

dengan berdiri.

- Setrika listrik

dapat

menimbulkan

(Trauma

termis dan

trauma

elektrik)

4. Pelipatan dan Terdapat dua - - - Untuk

penyimpanan buah lemari mengambil

linen bersih untuk tempat linen bersih,

18
penyimpanan petugas

linen bersih laundry cukup

ukuran berdiri ataupun

p:150cm, l:60 berjinjit

cm, t:1500 cm

- Untuk pelipatan

linen bersih

dengan

membentangka

n linen, bagian

luar di posisi

bawah, melipat

dengan

mempertemuka

n bagian sudut

sudutnya,

sehingga tanda

tulisan ruangan

dapat terlihat

dengan jelas.

Linen ditata

dan disusun

rapi dalam rak

penyimpanan

19
sesuai kode

tempat,

kemudian linen

yang siap antar

dikemas

menggunakan

plastik.

5. Penyerahan - Saat - - - Posisi kerja

linen bersih pendistribusian ergonomis

linen bersih ke yaitu posisi

ruangan- punggung

ruangan petugas lurus, sesekali

dengan membungkukk

mendorong troli an punggung

ke pos ruang saat

masing- meletakkan

masing. dan mengambil

- Linen bersih linen di dalam

yang akan troli, petugas

diserahkan ke lebih banyak

ruangan posisi berdiri

jumlahnya dan jalan.

disesuaikan

dengan

20
pemasukan

linen kotor yang

masuk .

3. Karyawan

Juml Rata-

Inisial Popul rata Status Resiko Penanganan


No Unit kerja
asi Lama Kesehatan Kesehatan resiko

L P kerja

1. Pengambilan Tn. L L 4 th Normal Dermatitis Pengecekan

linen kotor, (36th) kontak, darah

Pencucian, Myalgia, lengkap,

Pengeringan, Low back kolesterol,

Penyetrikaan, pain asam urat,

dan Tn. F L 4 th Normal Dermatitis dan HbsAg

pendistribusi (34th) kontak, secara

an Myalgia, berkala pada

Low back tiap 1 tahun

pain sekali dan

Sdr.M L 4 th Normal Dermatitis pemberian

(24th) kontak, vaksin

myalgia, hepatitis.

21
Low back -Jika

pain karyawan

Tn. Y L 3 th Normal Dermatitis sakit pasien

(30th) kontak, langsung

myalgia, berobat.

Low back

pain

Sdr. A L 3 th Normal Dermatitis

(24th) kontak,

myalgia,

Low back

pain

Sdr. C P 3 bln Normal Dermatitis

(19th) kontak,

myalgia,

Low back

pain

Sdri. P 5 th Normal Dermatitis

F kontak,

(25th) myalgia,

Low back

pain

22
Sistem Manajemen

No Komponen Problem K3 Kebijakan Manajemen

Internal Eksternal

1 Proses - Para pekerja laundry -Melakukan pembagian

industri/kerja masih sering terlihat tugas saat bekerja agar

tidak menggunakan tidak ada pekerja yang

APD lengkap pada merangkap beberapa

saat melakukan tugas, kemudian

proses kerja unit pembagian tugas tersebut

laundry seperti dapat disosialisasikan

contoh tidak pada petugas laundry dan

menggunakan ditempel ditempat yang

celemek plastik saat mudah dilihat pada

pengambilan linen ruangan laundry.

kotor, tidak Pembagian tugas ini

menggunakan topi sebaiknya juga dilakukan

dan handscone saat rotasi agar petugas

penyetrikaan dan laundry tidak merasa

pelipatan serta jenuh.

handscone yang -pihak RS menyarankan

digunakan adalah pekerja untuk selalu

handscone pendek memakai alat pelindung

saat pencucian.

23
- Pekerja selalu diri dan berusaha

bekerja dengan menyediakannya

posisi berdiri dan -pihak RS

terkadang memperbolehkan pekerja

membungkuk dan untuk beristirahat

jongkok sebentar.

- Ruangan laundry

berada di lantai

teratas rumah sakit

sehingga

menyulitkan

pengambilan linen

kotor di tiap

ruangan

- Peletakan instumen

APD seperti lemari

khusus untuk APD

masih belum ada

- Peletakan drigen

cairan kimia

pembersih saat

digunakan masih

berserakan

24
- Peletakan Linen

kotor dan infeksius

di koridor ruangan

2 Lingkungan

kerja

 Lingkungan -Tata ruang setrika Manajemen rumah sakit

fisik dan pelipatan liner menyediakan 1 buah

bersih tidak terdapat mesin pengering yang

sekat terpisah dari mesin cuci

-Tata ruang mesin

pengering dengan

mesin cuci infeksius

ringan masih menjadi

satu ruangan dan tidak

terdapat sekat

- Tersedianya ruang

 penyimpanan namun

 begitu banyaknya

 linen sehinngga

lemari penyimpanan

tidak mencukupi.

-Faktor cuaca yang


Lingkungan
tidak menentu dapat
Biologi

25
mengganggu proses

penjemuran

-Debu pada bagian

penjemuran

Lingkungan -Resiko terpapar Pihak RS menyarankan

Kimia penyakit menular pekerja untuk selalu

Penggunaan larutan memakai alat pelindung

pembersih dapat diri dan berusaha

menyebabkan menyediakannya

penyakit kulit.

Lingkungan Saat adzan dzuhur Memberikan waktu yang

Sosbud pegawai loundry cukup bagi pekerja untuk

mendapat waktu istirahat

istirahat, sholat dan

makan selama satu

jam

Lingkungan Beberapa karyawan

Ergonomi kurang

memperhatikan posisi

26
ergonomi dalam

menjalankan

pekerjaannya

3 Karyawan Resiko Dermatitis Promotif

kontak iritan, Memberi penyuluhan dan

Myalgia, resiko low pelatihan kepada pekerja

back pain tentang posisi kerja

secara ergonomis serta

pengenalan, penilaian,

dan pengendalian resiko

penggunaan bahan dan

alat dalam proses industri

serta alat pelindung diri.

Preventif

- melakukan pekerjaan

dengan posisi yang

ergonomis

-Melakukan pemeriksaan

kesehatan secara berkala

setiap 1 tahun sekali.

- melakukan cek HbsAg

dan vaksinasi yang

27
dilakukan tiap 1 tahun

sekali.

-Keharusan penggunaan

alat pelindung diri saat

bekerja, terutama saat

terpapar bahan bahan

kimia (penggunaan

sarung tangan dan tebal

saat pencucian)

Kuratif

Memberi pengobatan

secara menyeluruh sesuai

hasil pemeriksaan

kesehatan pekerja.

Pekerja yang sakit dapat

langsung mendapat

pengobatan dengan gratis

Rehabilitasi

Rehabilitasi dini secara

tepat untuk memperbaiki

kualitas hidup pekerja.

28
5. Regulasi/Undang-Undang

a. Nasional:

 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia NOMOR

1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Rumah Sakit

 Departemen Kesehatan Rl Direktorat Jenderal Pelayanan Medik 2004

tentang Pedoman Manajemen Linen di Rumah Sakit

 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia NOMOR

432/MENKES/SK/IV/2007 tentang Pedoman Managemen Kesehatan

dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit

 Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2009 tentang

Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Instalasi Sterilisasi Sentra

29
II. OCCUPATIONAL DIAGNOSIS (DIAGNOSIS KESEHATAN KERJA)

1. Dermatitis Kontak Iritan

2. Myalgia

3. Low back pain

No Nama Penyakit akibat Penyakit berhubungan dengan

kerja kerja

1. Tn. L - -

2. Tn. F - -

3. Tn. Y - -

4. Sdr. A - -

5. Sdr. M - -

6. Sdri. F - -

7. Sdri. K -

Intervensi faktor Intervensi upaya


Diagnosis Intervensi biomedik
resiko kesehatan

Dermatitis  Hidrokortison krim Memakai alat  Memberikan

Kontak pelindung saat fasilitas alat


 Prednisone 30mg/hari 
Iritan bekerja seperti sepatu pelindung yang
keluhan membaik lakukan
boot, sarung tangan, lengkap dan
tapp off
dan masker memadai
 Kompres dengan larutan

air salisilat 1:1000

30
 Istirahat dan

memberikan

waktu libur kerja

Low Back  Medikamentosa :  Mengubah posisi  Pemeriksaan

Pain NaDiklofenak oral/ salep kerja yang ergonomis kesehatan setiap

dan Neurovitamin bulan


 Melakukan

peregangan otot dan  Memberikan

beristirahat disela- fasilitas yang

sela kerja ergonomis

 Istirahat dan

memberikan

waktu libur kerja

Myalgia  Istirahat  Mengubah posisi Istirahat dan

kerja yang memberikan waktu


 Asam Mefenamat/
ergonomis. libur kerja
ibuprofen 3x 1 tablet 500

mg  Melakukan

peregangan otot
 Kompres es 24-72 jam
dan beristirahat
pertama
disela-sela kerja

31
III. PEMBAHASAN

a. Pendahuluan

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan upaya untuk

menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman dan mencapai tujuan yaitu

produktivitas setinggi-tingginya. Kesehatan dan Keselamatan Kerja sangat

penting untuk dilaksanakan pada semua bidang pekerjaan, karena dapat

mencegah dan mengurangi resiko terjadinya kecelakaan maupun penyakit

akibat melakukan kerja (Waruwu S. dan Yuamita F., 2016).

K3 adalah upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan

meningkatkan derajat kesehatan pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan

dan Penyakit Akibat Kerja (PAK), pengendalian bahaya di tempat kerja,

promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi. Setiap orang yang terlibat

dalam suatu pekerjaan berisiko terkena bahaya kesehatan kerja. Jika

diabaikan, dapat menyebabkan penyakit kerja.

Kesehatan dan keselamatan kerja (OHS) didefinisikan oleh OHS layanan

konsultasi 18001 (OHSAS 18001) sebagai "kondisi dan faktor-faktor yang

mempengaruhi, atau dapat mempengaruhi, kesehatan dan keselamatan

karyawan, pekerja sementara, personil kontraktor, pengunjung atau orang lain

dalam tempat kerja. Menurut Dewan Keamanan Nasional AS, upaya

keselamatan kerja yang efektif melibatkan kontrol dan penghapusan bahaya

di tempat kerja diakui untuk mencapai tingkat risiko yang dapat diterima dan

untuk mempromosikan kesehatan pekerja. Untuk mendapatkan hasil optimal

32
dari keselamatan kerja adalah proses proaktif terus menerus mengantisipasi,

mengidentifikasi, merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi praktek

pengurangan risiko. Keselamatan dan kesehatan kerja adalah sama

pentingnya dalam pengaturan perawatan kesehatan seperti di setiap

pengaturan industri atau pertanian. Petugas kesehatan berisiko dari paparan

biologis, kimia, dan fisika agen berbahaya serta paparan berulang, kekerasan

dan kelelahan. Paparan agen berbahaya tergantung pada kategori pekerjaan

dan lingkungan kerja dari petugas kesehatan tersebut (Keputusan Menteri

Kesehatan RI No.1087, 2010).

Rumah Sakit merupakan salah satu tempat kerja dengan berbagai

ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan. Salah satu

pekerja rumah sakit yang berisiko tinggi yaitu pekerja laundry karena untuk

menjadi pekerja laundry tidak dibekali keahlian khusus. Instalasi Laundry

Rumah Sakit merupakan tempat pencucian linen dengan bahaya potensial

antara lain faktor fisik seperti kebisingan, kemudian faktor kimia seperti

penggunaan detergen atau pewangi, faktor biologi seperti infeksi dari baju

yang telah digunakan oleh pasien penderita penyakit infeksi dan tertusuk

jarum atau peralatan lain bekas kegiatan bedah, dan faktor ergonomi seperti

pekerjaan yang dilakukan dengan posisi yang salah (angkat-angkut linen)

serta faktor psikososial seperti beban kerja yang berlebih dan hubungan antar

pekerja. Oleh karena itu, sumber bahaya yang ada di Instalasi laundry Rumah

Sakit harus diidentifikasi dan dinilai untuk menentukan tingkat risiko

sehingga dapat dilakukan upaya pengendalian yang tepat (Dwiastuti Y. R.,

Suroto, Kurniawan B., 2015).

33
Smith dan Sonesh (2011) mengemukakan bahwa pelatihan kesehatan

dan kelelamatan kerja (K3) mampu menurunkan resiko terjadinya kecelakaan

kerja. Semakin besar pengetahuan karyawan akan K3 maka semakin kecil

terjadinya resiko kecelakaan kerja, demikian sebaliknya semakin minimnya

pengetahuan karyawan akan K3 maka semakin besar resiko terjadinya

kecelakaan kerja.

Kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja disebut kecelakaan

berhubung dengan hubungan kerja yang artinya kecelakaan tersebut terjadi

akibat pekerjaannya baik yang terjadi di tempat kerja maupun hendak

pergi/pulang dari tempat kerja. Dalam hal ini kecelakaan kerja dapat terjadi

akibat kondisi bahaya yang berkaitan dengan mesin, lingkungan kerja, proses

produksi, sifat pekerjaan, dan cara kerja. Kecelakaan kerja bisa juga terjadi

akibat tindakan berbahaya yang dalam beberapa hal dapat dilatar belakangi

oleh kurangnya pengetahuan dan keterampilan, cacat tubuh, keletihan dan

kelelahan/kelesuan, sikap dan tingkah laku yang tidak aman (Waruwu S. dan

Yuamita F., 2016).

Sedangkan faktor penyebab kecelakaan kerja disebabkan oleh faktor

manusia (unsafe human acts), berupa tindak perbuatan manusia yang tidak

mengalami keselamatan seperti tidak memakai Alat Pelindung Diri (APD),

bekerja tidak sesuai prosedur, bekerja sambil bergurau, menaruh alat atau

barang tidak benar, sikap kerja yang tidak benar, bekerja di dekat alat yang

berputar, kelelahan, kebosanan dan sebagainya. Selain faktor manusia juga

disebabkan faktor lingkungan (unsafe condition), berupa keadaan lingkungan

yang tidak aman, seperti mesin tanpa pengaman, peralatan kerja yang sudah

34
tidak baik tetapi masih dipakai, penerangan yang kurang memadai, tata ruang

kerja tidak sesuai, cuaca, kebisingan, dan lantai kerja licin. Pengendalian

risiko yang dapat dilakukan pada risiko terjadinya kecelakaan kerja adalah

inspeksi K3 harian untuk pemakaian APD (Alat Pelindung Diri) lengkap,

memperketat pengawasan manajemen terhadap pekerja yang tidak

memakai alat pelindung diri (Waruwu S. dan Yuamita F., 2016).

Manajemen K3 RS merupakan upaya terpadu dari seluruh SDM RS,

pasien, serta pengunjung atau pengantar orang sakit untuk menciptakan

lingkungan kerja RS yang sehat, aman dan nyaman termasuk pemukiman

masyarakat sekitarnya (Kepmenkes RI, 2010).

Agar K3RS dapat dipahami secara utuh, perlu diketahui pengertian 3

(tiga) komponen yang saling berinteraksi, yaitu :

a. Kapasitas kerja adalah status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta

kemampuan fisik yang prima setiap pekerja agar dapat melakukan

pekerjaannya dengan baik.

b. Beban kerja adalah beban fisik dan mental yang harus di tanggung oleh

pekerja dalam melaksanakan tugasnya.

c. Lingkungan kerja adalah lingkungan terdekat dari seorang pekerja.

(Kemenkes RI, 2010).

b. Laundry

Laundry Service baik yang berada dalam perhotelan atau rumah sakit,

sangat berkaitan dengan bahan kimia yang kuat, mengangkut beban yang

berat, dan juga jam bekerja dengan jadwal yang sudah di sesuaikan dengan

tempat bekerja ( Sukumar dan Karthiga, 2014; Lyne M, 2015)

35
a) Pengertian

Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian yang dilengkapi dengan sarana

penunjang berupa mesin cuci, alat dan desinfektan, mesin uap,pengering,

meja dan mesin setrika.

b) Persyaratan :

1. Suhu air panas untuk pencucian 70 °C dalam waktu 25 menit atau 95°C dalam

waktu 10 menit

2. Penggunaan jenis detergen dan desinfektan untuk proses pencucian yang

ramah lingkungan agar limbah cair yang dihasilkan mudah terurai oleh

lingkungan

3. Standar kuman bagi linen yang bersih setelah keluar dari proses tidak

mengandung 6x10³ spora spesies Bacillus per inci persegi

c) Tata laksana

1. Di tempat laundry tersedia keran air bersih dengan kualitas dan tekanan aliran

memadai, air panas untuk desinfeksi dan desinfektan

2. Peralatan cuci dipasang permanen dan diletakkan dekat dengan saluran

pembuangan air limbah serta tersedia mesin cuci yang dapat mencuci jenis-

jenis linen yang berbeda

3. Tersedia ruangan dan mesin cuci yang terpisah untuk linen infeksius dan non

infeksius

4. Laundry harus dilengkapi saluran limbah air tertutup yang dilengkapi dengan

pengelolahan awal )pre-treatment) sebelum dialirkan ke instalasi pengolahan

limbah

36
5. Laundry harus disediakan ruang-ruang terpisah sesuai kegunaannya yaitu

ruang linen kotor, ruang linen bersih, ruang untuk perlengkapan kebersihan,

ruang perlengkapan cuci, ruang kereta linen, kamar mandi dan ruang peniris

atau pengering untuk alat-alat termasuk linen

6. Untuk rumah sakit yang tidak mempunyai laundry sendiri , pencuciannya

dapat bekerjasama dengan pihak lain dan pihak lain tersebut harus mengikuti

persyaratan dan tatalaksana yang telah ditetapkan

7. Perlakuan terhadap linen:

a. Pengumpulan, dilakukan :

 Pemilahan antara linen infeksius dan non-infeksius dimulai dari sumber dan

memasukkan linen ke dalam kantong plastic sesuai jenis serta diberi label

 Menghitung dan mencatat linen di ruangan

b. Penerimaan

 Mencatat linen yang diterima dan telah terpilah antara infeksius dan non-

infeksius

 Linen dipilah berdasarkan tingkat kekotorannya

c. Pencucian

 Menimbang berat linen untuk menyesuaikan dengan kapasitas mesin cuci dan

kebutuhan etergrn dan desinfektan

 Membersihkan linen kotor dari tinja, urin, arah, dan muntahan kemudian

merendamnya dengan menggunakan desinfektan

 Mencuci dikelompokkan berdasarkan tingkat kekotorannya

d. Pengeringan

e. Penyetrikaan

37
f. Penyimpanan

 Linen harus dipisahkan sesuai jenisnya

 Linen baru yang iterima ditempatkan di lemari bagian bawah

 Pintu lemari yang tertutup

g. Distribusi dilakukan berdasarkan kartu tanda terima ari petugas penerima,

kemudian petugas menyerahkan linen bersih kepada petugas ruangan sesuai

kartu tana terima

h. Pengangkutan

 Kantong untuk membungkus linen bersih harus dibedakan dengan kantong

yang digunakan untuk membungkus linen kotor

 Menggunakan kereta dorong yang berbea dan tertutup antara linen bersih an

linen kotor. kereta dorong harus dibersihkan dengan desinfektan setelah

mengambil linen kotor

 Waktu pengangkutan linen bersih dan kotor tidak dilakukan secara

bersamaanrumah sakit yang tidak mempunyai laundry tersendiri ,

pengangkutannya dari dank e tempat laundry harus menggunakan mobil

khusus

8. Petugas yang bekerja dalam pengolaan laundry linen harus menggunakan

pakaian kerja khusus, alat pelindung diri dan dilakukan pemeriksaan

kesehatan secara berkala, serta dianjurkan untuk memperoleh imunisasi

hepatitis B (Kemenkes RI, 2004)

d) Ergonomi

Ergonomi merupakan ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam

kaitan dengan pekerjaan mereka. Tujuan ergonomi adalah

38
menyesuaikanpekerjaan dengan kondisi tubuh manusia melaluiupaya

penyesuaian ukuran tempat kerja dengandimensi tubuh, pengaturan suhu,

cahaya dankelembaban yang sesuai dengan kebutuhantubuh manusia.

Masalah yang berkaitan dengan ergonomi pegawai laundry adalah

musculoskeletal disorder, yaitu myalgia, low back pain, atau kelainan bentuk

tulang belakang seperti kifosis. Berlebihan mencapai, mendorong atau

mengangkat laundry berat basah dapat menyebabkan gangguan

muskuloskeletal Solusi ergonomi yang memungkinkan untuk dilakukan

adalah sebagai berikut :

1. Gunakan teknik mengangkat yang benar

2. Hindari mengangkat benda besar

3. Hindari mengangkat, mencapai dengan menopang pada bahu.

4. Hindari postur canggung, seperti memutar sambil mengangkat.

5. Mengangkat barang dekat dengan tubuh.

6. Membatasi berat barang yang akan diangkat.

7. Gunakan troli dengan roda resistansi rendah, yang dapat mudah memutar.

8. Menggunakan alat bantu mekanik untuk mengurangi kebutuhan untuk

mengangkat, seperti:Spring-Loaded Platform Laundry atau katrol untuk

membantu mengangkat laundry berat basah, dan menjaga laundry tetap

bersih.

9. Pencuci yang secara otomatis mengeringkan linen sehingga pekerja tidak

perlu mencapai dan menarik keluar laundry berat basah secara manual.

39
Gambar 1.1 Cara Mendorong Troly dengan benar

Gambar 1.2 Spring loaded platform

40
Gambar 1.3 Automatic dumping washer

e) Potensi bahaya pada Instalasi Laundry

1. Bahaya mikrobiologi

Contoh bahaya mikrobiologi : Mycobacterium tuberculosis, virus hepatitis B,

HIV/AIDS

Pencegahan dari bahaya mikrobiologi :

- Meningkatkan pengetahuan dan kepedulian petugas rumah sakit terhadap

penyakit yang mungkin bias timbul

- Mengupayakan ventilasi dan pencahayaan yang baik dalam ruangan laundry.

- Menggunakan alat pelindung diri sesuai SPO.

- Melakukan tindakan dekontamoinasi, desinfeksi dan sterilisasi terhadap

bahan dan alat yang digunakan.

- Linen yang terkontaminasi berat ditempatkan di kantong plastik keras berisi

desinfektan, berlapis ganda, tahan tusukan, kedap air dan berwarna khusus

serta diberi label bahan menular / AIDS selanjutnya dibakar.

- Secara tehnis setiap petugas harus melaksanaka tugas pekerjaannya sesuai

SPO (Depkes RI, 2004).

2. Bahaya bahan kimia

Penanganan zat kimia di instalasi laundry :

- Iritasi mata dan kulit.

- Bila terhirup akan mengakibatkan edema paru.

- Bila tertelan menyebabkan kerusakan hebat pada selaput lendir.

Pertolongan pertama :

- Mata: cuci secepatnya dengan air sebanyak- banyaknya.

41
- Kulit: cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang terkontaminasi.

- Terhirup: jauhkan dari jangkauan.

- Tertelan : cuci mulut, minum air atau susu.

Tindakan pencegahan :

- Kontrol teknis, gunakan ventilasi yang cukup.

- Pemakaian APD.

- Penyimpanan dan pengangkatan: simpan ditempat aslinya, wadah tertutup,

dibawah kondisi kering, ventilasi baik, jauhkan dari asam dan suhu yang

ekstrim. (Depkes RI, 2004).

3. Bahaya Fisik

a. Bising, pengendalian:

- Menggunakan mesin atau alat yang kurang bising.

- Menjauhkan sumber dari pekerja.

- Mengabsorbsi dan mengurangi pantulan bising secara akustik pada dinding,

langit-langit dan lantai.

- Menutup sumber bising dengan barrier.

- Pekerja Menggunakan APD ( ear plug atau ear muff).

- Ruang isolasi untuk istirahat.

- Rotasi pekerja untuk periode waktu tertentu antara lingkungan kerja yang

bising dengan yang tidak bising.

- Pengendalian secara administrative dengan menggunaka jadwal kerja

(Depkes RI, 2004).

b. Cahaya

42
Pencahayaan di laundry sangat penting karena berhubungan dengan

keselamatan pekerja, peningkatan pencermatan, kesehatan yang lebih baik,

suasana nyaman. Petugas yang terpajan gangguan pencahayaan akan

mengeluh kelelahan mata dan keluhan laian berupa iritasi (konjungtivitis),

ketajaman penglihatan terganggu, akomodasi dan konvergensi terganggu,

sakit kepala. Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain dengan

mengadakan pencahayaan yang cukup sesuai dengan standart rumah sakit (

minimal 200 lux) (Depkes RI, 2004).

c. Listrik

Kecelakaan tersengat listrik dapat terjadi pada petugas laundry oleh karena

dukungan pengetahuan listrik yang belum memadai. Pada umumnya yang

terjadi di rumah sakit adalah kejutan listrik microshock dimana listrik

mengalir ke badan petugas melalui system peralatan yang tidak baik.

Pengendalian:

- Pengukuran jaringan atau instalasi listrik.

- Pemasangan pengaman atau alat pengamanan sesuai ketentuan.

- Pemasangan tanda-tanda bahaya dan indicator.

- Penempatan pekerja sesuai ketrampilan.

- Waktu kerja petugas digilir.

- Memakai sepatu atau sandal isolasi (Depkes RI, 2004).

d. Panas

Panas dirasakan bila suhu udara di atas suhu nyaman (26-28 derajat celcius)

dengan kelembaban antara 60-70%. Pada instalasi laundry panas yang terjadi

adalah panas lembab.

43
Pengendalian :

- Isolasi peralatan yang menimbulkan panas.

- Menyempurnakan ventilasi yang ditempatkan diatas sumber panas yang

bertujuan menarik udara panas keluar ruangan dapat digunakan kipas angin

ruangan.

- Menyediakan persediaan air minum yang cukup dan memenuhi syarat dekat

tempat kerja dan kalau perlu disediakan extra salt.

- Hindarkan petugas yang harus bekerja dilingkungan panas apabila berbadan

gemuk dan berpenyakit kardiovaskuler.

- Pengaturan waktu kerja dan istirahat (Depkes RI, 2004).

e. Getaran

Getaran atau vibrasi adalah faktor fisik yang ditimbulkan oleh subyek dengan

getaran isolasi. Vibrasi yang terjadi dapat local atau seluruh tubuh. Mesin cuci

yang bergetar dapat memajani petugas melalui transmisi atau penjalaran, baik

getaran yang mengenai seluruh tubuh ataupun setempat yang merambat

melalui tangan atau lengan operator.

Pengendalian :

- Terhadap sumber diusahakan menurunkan getaran dengan bantalan anti

vibrasi atau isolator den pemeliharaan mesin yang baik.

- Terhadap pekerja tidak ada pelindung khusus hanya dianjurkan menggunakan

sarung tangan untuk menghangatkan tangan dan perlindungan gangguan

vaskuler (Depkes RI, 2004).

c. Resiko penyakit kecelakaan kerja pada instalansi laundry

1. LBP (Low Back Pain)

44
LBP merupakan salah satu gangguan muskuloskletal yang disebabkan

oleh aktivitas tubuh yangkurang baik. LBP, disebabkan karena posisi kerja

yang tidak benar/tidak ergonomis (seperti jongkok, membungkuk) terutama

pada proses pencucian.

Banyak faktor yang menyebabkan nyeri pinggang bawah antara lain :

 Posisi berdiri yang terlalu lama dan janggal

 Kesalahan postur sewaktu mengangkat beban berat

 Posisi duduk yang terlalu lama.

 Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan

Gaya berat yang berpengaruh terhadap posisi dapat mengakibatkan rasa nyeri

pada punggung/pinggang dan dapat menimbulkan komplikasi pada bagian

tubuh yang lain, misalnya genu valgum, genu varum, coxa valgum dan

sebagainya. Beberapa pekerjaan yang mengharuskan berdiri dan duduk dalam

waktu yang lama juga dapat mengakibatkan terjadinya LBP (Panjabi, 2003).

Selain itu suatu gerakan yang sama yang dilakukan terus menerus

mengakibatkan otot kaku. Adanya spasme otot ini dapat menimbulkan rasa

nyeri. Apabila berdiri secara terus–menerus dapat menyebabkan tekanan pada

bantalan saraf tulang belakang yang mengakibatkan hernia nukleus pulposus

(HNP) (Perdani, 2010).

Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut

bawah kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri

juga bisa menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal

paha LBP atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan

muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik

45
(Samara, 2004). Nyeri pinggang dapat diatasi dengan pemberiaan obat-

obatan, istirahat dan modalitas, pemberiaan obat anti inflamasi non steroid

diperlukan untuk jangka waktu pendek. Tidak dianjurkan penggunaan muscle

relaxant karena memiliki efek depresan (Van, 2004).

2. DERMATITIS

DKI (Dermatitis Kontak Iritan) merupakan reaksi peradangan non

imunologik pada kulit yang disebabkan oleh kontak dengan faktor eksogen

maupun endogen. Faktor eksogen berupa bahan-bahan iritan (kimiawi, fisik,

maupun bilogik) dan faktor endogen (genetik, usia, jenis kelamin, riwayat

atopi, ras) memegang peranan penting pada penyakit ini (Wolff et al, 2012).

Bahan-bahan iritan :

 Bahan pelarut

 Deterjen

 Minyak pelumas

 Asam / alkali

 Serbuk kayu.

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah lama kontak, frekuensi, adanya

oklusi menyebabkan kulit lebih permeabel, factor gesekan, trauma, suhu, dan

kelembapan. Pada DKI, pajanan pertama terhadap iritan telah mampu

menyebabkan respons iritasi pada kulit. Sel T memori tidak berperan dalam

timbulnya DKI. Terdapat empat mekanisme utama yang saling berinteraksi

dalam kejadian DKI: kehilangan lipid dan substansi pengikat air epidermis,

kerusakan membran sel, denaturasi keratin pada epidermis, dan efek

46
sitotoksik langsung. Telah dibuktikan bahwa sistem imun nonspesifik

berperan dalam patogenesis DKI. Pajanan terhadap iritan menyebabkan

reaksi inflamasi berupa vasodilatasi dan infiltrasi sel pada dermis dan

epidermis akibat pelepasan sitokin proinflamatorik IL-1 sebelum terjadi

kerusakan kulit. Sel-sel yang berperan dalam proses ini adalah keratin,

makrofag, netrofil, eosinofil, dan sel T. Gambaran histologis respons

inflamasi DKI berupa spongiosis dan pembentukan mikrovesikel.

Dermatitis kontak merupakan respons kulit terhadap kontak dengan faktor

luar, dalam hal ini iritan dan alergen. Iritan merupakan senyawa kimia, bahan

biologik, pajanan suhu tinggi, maupun tekanan/trauma fisik yang dapat

menyebabkan disintegrasi membran atau mengganggu proses metabolik pada

dermis dan epidermis. Umumnya iritan merupakan molekul yang berukuran

kecil. Iritan harus mampu melakukan penetrasi pada stratum korneum,

kemudian mencapai lapisan hidup dari epidermis yang menyebabkan respons

inflamasi diperantarai sistem imun nonspesifik.

Iritan yang sering ditemui sehari-hari berupa: (Wolff et al, 2012).

 Suhu tinggi

 Kelembaban

 Gesekan

 Deterjen

 Asam dan alkali

 Pelarut organik

 Garam organik

47
3. MIALGIA

Mialgia atau nyeri otot adalah suatu keadaan dimana badan terasa pegal-

pegal. Nyeri otot paling sering dihubungkan dengan ketegangan atau kerja

otot yang berlebihan, serta cedera otot dari latihan atau pekerjaan yang

mengandalkan fisik. Dalam kondisi ini, rasa sakit mengenai otot-otot tertentu

dan terjadi selama atau setelah aktivitas. Penyebab mialgia yang paling sering

antara lain: cedera atau trauma termasuk keseleo atau terkilir; kerja yang

berlebihan, menggunakan otot terlalu banyak, terlalu cepat dan terlalu sering

ketegangan atau stres (White, 2008). Untuk nyeri otot karena kerja yang

berlebihan atau karena cedera, dapat diatasi dengan mengistirahatkan bagian

tubuh atau otot yang sakit dan meminum acetaminophen atau ibuprofen.

Kompres dengan es 24 - 72 jam pertama setelah cedera untuk mengurangi

rasa sakit dan peradangan. Nyeri otot karena kerja berlebihan dan

fibromyalgia sering berespon baik dengan pemijatan. Latihan peregangan

secara perlahan setelah istirahat yang lama juga dapat membantu (Kompier,

2008).

Myalgia dapat dicegah dengan cara:

 Pemanasan sebelum berolahraga atau beraktivitas fisik yang berat, dan

pendinginan sesudahnya.

 Peregangan sebelum dan setelah berolahraga atau beraktivitas fisik yang

berat.

 Minum yang cukup sebelum, selama, dan setelah berolahraga atau

beraktivitas fisik yang berat.

48
 Jika bekerja di posisi yang sama sepanjang hari (seperti duduk di depan

komputer), maka lakukan peregangan setidaknya satu jam sekali (Vorvick,

2013).

d. Kesesuaian/Ketidaksesuaian terhadap Pustaka

- Karyawan yang bekerja pada instalasi laundry sudah memakai alat pelindung

diri, namun untuk beberapa alat pelindung diri yang digunakan seperti sarung

tangan masih kurang dikatakan aman, karena sarung tangan mash kurang

panjang dan masih dapat menyebabkan dermatitis kontak pada pekerja

- Ventilasi sudah cukup memadai karena pekerja selalu membiarkan pintu dan

jendela yang ada selalu terbuka agar aliran udara dapat masuk dan tidak

membuat ruangan pengap dan lembab. Di dalam ruangan juga terdapat kipas

angin yang dapat membantu lancarnya aliran udara di dalam tempat pekerja

melakukan pekerjaan seperti setrika

- Posisi ergonomi yang tidak nyaman saat bekerja karena harus berdiri,

jongkok, dan membungkuk dalam waktu yang lama, hal tersebut dapat

merupakan faktor resiko terjadinya LBP.

- Pada instalasi laundry RS Muhammadiyah Malang, setiap petugas melakukan

pekerjaan dapat sekaligus merangkap ke semua unit kerja yang lain. Untuk

pembagian tiap shift, yaitu shift pagi dan siang, masing-masing petugas harus

bekerja selama 7 jam dimana hal ini akan menyebabkan faktor resiko

beberapa penyakit yang mungkin terjadi.

- Durasi waktu kerja pekerja di rumah sakit ini yaitu

 Hari senin - Hari minggu

49
 Pekerja bekerja dari jam 07.00 sampai jam 14.00 (untuk shift 1) sebanyak 2

orang sedangkan dari jam 10.00 sampai jam 17.00 (untuk shift 2) sebanyak

2 orang.

 Untuk jadwal libur diberikan kepada pekerja sebanyak 1x perminggu.

IV. INTERVENSI

1. Proses Kerja

Memperbaiki proses kerja dengan memberikan tambahan alat seperti kursi

untuk memberikan posisi ergonomis, memperbaiki jalur pengambilan dan distribusi

linen, mengganti troli linen dengan yang lebih memudahkan dan juga mengganti

APD sarung tangan dengan yang lebih tebal dan panjang untuk mencegah resiko

dermatitis kontak iritan dengan bahan kimia. Kemudian para petugas laundry lebih

memperhatikan hal keamanan dan keselamatan diri serta posisi yang ergonomis

saat bekerja dan mematuhi peraturan yang ada dengan menggunakan sarana dan

prasarana yang disediakan.

2. Lingkungan Kerja

Jalur pengambilan linen kotor masih melalui tangga manual bagian belakang

rumah sakit sehingga tidak bisa langsung menggunakan troli, melainkan diangkat

oleh petugas menggunakan ember, dalam hal ini kepala instalasi karena masih

terbatasnya sarana prasarana, menganjurkan kepada para petugas untuk tidak

mengangkut beban terlalu berat karena mereka harus mengeluarkan tenaga lebih

untuk menaiki tangga manual, memberikan jalur seperti lift untuk mengurangi

resiko LBP.

50
3. Kondisi Karyawan

Kondisi karyawan dengan durasi kerja 7 jam/ hari dengan pekerjaannya

sering berdiri, berjalan, membungkuk. Hal ini akan menyebabkan adanya gangguan

seperti myalgia ataupun LBP. Di sini strategi penatalaksanaannya adalah dengan

menambah jam waktu istirahat kurang lebih 60 menit untuk menghindari posisi

yang tetap dalam waktu lama dan dapat dengan menambahkan jumlah karyawan.

Penambahan asupan gizi dan juga reward juga bias diberikan agar menambah

semangat bekerja dan tetap memperhatikan keselamatan kerja. Jika setelah

dilakukan seperti itu tetapi keluhan terus menerus, maka segera pergi ke dokter

untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Untuk petugas yang memliki resiko

vulnus scissum diperlukan penyuluhan untuk pemakaian APD seperti sarung tangan

dan penatalaksanaan awal. Untuk deteksi dini kesehatan petugas, perlu diadakan

pemeriksaan kesehatan secara berkala.

4. Kebijakan Manajemen

Mensosialisasikan mengenai undang-undang yang mengatur perlindungan

keselamatan dan kesehatan kerja, lalu mewajibkan setiap pekerja untuk mentaati

peraturan tersebut dalam bentuk perjanjian yang mengikat, dan bila tetap tidak

mematuhi, maka pihak rumah sakit dapat memberikan sanksi. Dan bila terjadi suatu

masalah kesehatan dalam kerja, pihak rumah sakit harus memastikan apakah

masalah tersebut oleh karena penyakit akibat kerja atau penyakit yang berhubungan

dengan kerja.

Meninjau kembali Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Instalasi

Laundry Rumah Sakit dengan menyesuaikan lingkungan kerja di instalasi laundry.

Sedangkan terhadap karyawan sebaiknya dilakukan pemeriksaan kesehatan secara

51
berkala sehingga dapat mencegah kemungkinan penyakit pada saat di tempat kerja.

Untuk karyawan yang sakit dapat berobat di RS Universitas Muhammadiyah

Malang.

5. Regulasi yang Berlaku

Pada instalansi laundry perijinan sudah dilengkapi, sesuai, dan sudah

banyak yang memenuhi standar seperti tempat, APD, dan fasilitas memadai.

Penanganan masalah kesehatan kerja dilakukan melalui upaya pelaksanaan yang

berdasarkan perundangan dan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah dengan

tujuan untuk keselamatan kerja karyawan.

Daftar Acuan :

 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia NOMOR

1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan

Rumah Sakit

 Departemen Kesehatan Rl Direktorat Jenderal Pelayanan Medik 2004

tentang Pedoman Manajemen Linen di Rumah Sakit

 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia NOMOR

403/MENKES/SK/IV/2007 tentang Pedoman Managemen Kesehatan dan

Keselamatan Kerja di Rumah Sakit

 Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2009 tentang Pedoman

Teknis Bangunan Rumah Sakit Instalasi Sterilisasi Sentra

 Depkes, editor. Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit

(K3-IFRS). Jakarta; 2009.

52
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Rl Direktorat Jenderal Pelayanan Medik 2004 tentang

Pedoman

Manajemen Linen di Rumah Sakit

Depkes RI. 2004. Pedoman Mnajemen Linen di Rumah Sakit. Direktoral Jendral

Pelayanan Medik. Jakarta

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Kementerian

Kesehatan

Republik Indonesia Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Bangunan Rumah

Sakit Instalasi Sterilisasi Sentra

Dwiastuti Y. R., Suroto, Kurniawan B. 2015. Evaluasi Manajemen Alat Pelindung

Diri (APD) di Instalasi Laundry RS X. Bagian Keselamatan dan

Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Diponegoro. Volume 3, Nomor 3, April 2015, ISSN: 2356-3346. Hal. 652-

653.

Fauci, Anthony S, Lane HC. 2011. Human Immunodeficiency Virus Disease: AIDS

and Related Disorders. In: Kasper, Dennis S., ed. Harrison’s Principles of

Internal Medicin 18th edition. United States of America: Mc Graw

Hill;1076, 2372-2390

Keputusan Menteri Kesehatan R.I. No. 1204/Menkes/SK/X/2004, Persyaratan

Kesehatan Lngkungan Rumah Sakit

Keputusan Menteri Kesehatan R.I. No. 1087/Menkes/SK/VIII/2010, Standar

Manajemen

53
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit, Jakarta

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia NOMOR

1204/MENKES/SK/X/2004

tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia NOMOR

403/MENKES/SK/IV/2007 tentang Pedoman Managemen Kesehatan dan

Keselamatan Kerja di Rumah Sakit

Kepmen LH No.58/MENLH/1/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi

Kegiatan Rumah Sakit

Kliegman: Nelson Textbook of Pediatrics, 18th ed.chapter 355 viral hepatitis ,

Copyright © 2007 Saunders, An Imprint of Elsevier

Kompier, Michiel AJ, and Allard J. van der Beek. "Psychosocial factors at work

and musculoskeletal disorders." Scandinavian journal of work,

environment & health (2008): 323-325

Lyne M, 2015, Healthcare Laundry and Textiles in the United States: Review and

Commentary on Contemporary Infection Prevention Issues.Infection

Control & Hospital Epidemiology Journal. Vol : 00 pp 1- 16

Nurdjanah Siti. Sirosis Hati. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam

Jilid I. EdisiIV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit

Dalam FKUI, 2006. 443-4463

Panjabi MM, Clinical Spinal Instability and Low Back Pain. J Electromyogr

Kinesneol. Aug 2003;13(4):371-9

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2000 Tentang Upaya

Kesehatan

54
Perdani, 2010. Pengaruh Postur dan Posisi Tubuh Terhadap Timbulnya Nyeri

Punggung Bawah. Program Pendidikan Sarjana Kedokteran, Fakultas

Kedokteran Universitas Diponegoro.

Permenkes no 986/Menkes/Per/XI/1992 tentang Penyehatan Lingkungan Rumah

Sakit

PP No. 85/1999 tentang perubahan pp No. 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan

limbah Berbahaya dan Racun

Prasetyo et al. 2007. Family and Children Affected by HIV and AIDS in Indonesia.

Jakarta: Pusat Penelitian Kesehatan UI.

Samara D, 2004. Lama dan Sikap Duduk Sebagai Faktor Resiko Terjadinya Nyeri

Pinggang Bawah. J Kedokter Trisakti. April 2004. Vol23 No2

Sjamsuhidajat, R., de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC

Smith A., and Sonesh S. 2011. How Hazards and Safety Training Influence

Learning and Performance. Journal of Applied Psychology 2011

American Psychological Association. Tulane University, Amerika. Vol.

96, No. 1, Pp. 46–70.

Stockholm Convention on Persisten Organic Pollutants (UNEP, 2004).

Sukumar, Khartiga, 2014. A Study on Laundry Workers Attitude towards Health

Care Industry in Trichy City.International Journal of Scientific and

Research Publications. Vol : 4 pp 2-8.Sulistiyaningrum et al. 2011.

Dermatitis Kontak Iritan dan Alergi pada Geriatri. MDVI Vol. 38 No. 1.

Jakarta Pusat: FK UI

55
Van PM, Hoofman. An Update of a Systematic Review of Controlled Clinical Trial

on The Primary Prevention of Back Pain at The Workplace. Occup Med

(lond). Aug 2004;54(5):342-52

Vorvick LJ, 2013. Muscle Pain. U.S. National Library of Medicine. Medical

Encyclopedia

https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/19676.htm

Waruwu, Saloni dan Ferida Yuamita. 2016. Analisis Faktor Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (K3) yang Signifikan Mempengaruhi Kecelakaan

Kerja pada Proyek Pembangunan Apartement Student Castle. Departemen

Teknik Industri. Universitas Teknologi Yogyakarta. Yogyakarta

White, Leigh Ann, et al. "Employees with fibromyalgia: medical comorbidity,

healthcare costs, and work loss." Journal of Occupational and

Environmental Medicine 50.1 (2008): 13-24.

Wolff K, Johnson RA. 2009. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical

Dermatology. 6th ed. New York: The McGraw-Hill Companies; h. 20-33.

Zein U dan Habib. 2007. 111 Pertanyaan Seputar HIV/AIDS Yang Perlu Anda

Ketahui. Medan: USU press.

56
Lampiran :

Tempat Masuk Linen Kotor

57
Tempat Pencucian Non Infeksius

58
Tempat Pencucian Infeksius

Tempat Mesin Pengeringan

59
Pengeringan dengan Matahari

60
Tempat Penyetrikaan

Tempat Pelipatan

61
Tempat Penyimpanan

62
Troli Linen Kotor

63
Troli linen Bersih

64
Alat Pelindung Diri

65
66

Anda mungkin juga menyukai