Anda di halaman 1dari 39

STATUS

KEDOKTERAN INDUSTRI
INSTALASI GIZI
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MALANG

Pembimbing:

dr. Rubayat Indradi, MOH

Disusun oleh:

Adi Chandra Q 201710401011003


Indri Sulviana Prihatiningtyas 201620401011087

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019

1
STATUS KEDOKTERAN INDUSTRI

I. STATUS UMUM TEMPAT KERJA (FACTORY VISIT)


A. IDENTITAS:
1. Nama Perusahaan/tempat kerja : Instalasi Gizi Rumah Sakit Universitas
Muhammadiyah Malang
2. Alamat : Jl. Raya Tlogomas No. 45, Kec. Lowokwaru, Kota
Malang, Jawa Timur 65144
3. Jenis usaha : Efektifitas Pelayanan Gizi Pasien Rawat Inap
4. Jumlah tenaga kerja : 19 orang

B. Analisis Komponen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1. Proses Industri/Proses Kerja

No Unit Kerja Bahan Alat Kerja Cara Kerja Bahan


Baku Berbahaya
1. Office -  Komputer  Menyusun program  CPU
 Printer kerja computer
 Kabel olor  Menyusun sistem  Pemotong
 Meja SPO, catatan kertas
 Kursi kegiatan gizi rumah  Kabel olor
 Layar sakit, assessment  Penggaris
pemantau pasien gizi rumah besi
CCTV sakit, mengelola  Gunting
 Telfon pelayanan gizi
 Kalender rumah sakit
meja  Merencanakan &
 Buku menetapkan
kebijakan
 Map
 Membuat &
 Kertas
mengevaluasi
 Bolpoin
prosedur pelayanan
 Pensil
 Merencakan &
 Penggaris mengevaluasi
besi prosedur
 Isolasi pengembangan,
 Gunting pengadaan &
 Staples pemakaian alat
 Kalkulator  Membuat &
menyajikan laporan
kegiatan
 Merencanakan

2
kebutuhan
sumberdaya yang
dibutuhkan
 Membuat
permintaan
kebutuhan
sumberdaya, ATK,
Kebutuhan lain
untuk pelaksanaan
kegiatan
 Membuat jadwal
kerja, mengatur shif
dinas, jadwal cuti &
libur
 Membuat laporan
intern
 Mengawasi kegiatan
pelaksanaan
 Membuat laporan
kegiatan

2. Ruang -  Meja  Melakukan kegiatan -


konsultasi  Kursi konsultasi gizi oleh
gizi  Timbangan ahli gizi atau dokter
badan ahli gizi terhadap
 Kertas pasien atau keluarga
 Bolpoint pasien
 Pensil  Melakukan kegiatan
 Pamphlet konsultasi dan
gizi pengarahan gizi dari
 Mangkok dokter ahli gizi
kepada ahli gizi
 Antiseptik
 Gelas
 Miniatur
bahan
makanan

3. Ruang -  Tempat Pelaksana tugas  Gunting


penerimaan pencucian Penggunaan APD :  Pisau
& bahan 1. Melakukan Cuci
penimbangan  Meja tangan 6 langkah
bahan  Troli 2. Memakai baju kerja
makanan  Lemari 3. Memakai alas kaki
penyimpan 4. Memakai apron
alat 5. Memakai penutup
 Timbangan kepala
 Nampan 6. Menggunakan
sarung tangan
 Baki

3
 Apron Tugas dan tanggung
 Sarung jawab
tangan  Mengecek barang di
 Alas kaki ruang penerimaan
 Penutup sesuai dengan daftar
kepala pesanan.
 Gunting  Mencocokan &
 Pisau menimbang bahan
makanan yang telah
dibeli / dipesan.
 Mencuci bahan
yang kotor
 Apabila bahan
makanan akan
langsung diolah,
maka langsung
dibawa ke ruang
persiapan &
pengolahan.
 Menentukan
spesifikasi bahan
makanan yang
sesuai dengan jenis
yang dipesan.
 Memeriksa,
meneliti, mencatat,
memutuskan, dan
melaporkan tentang
macam, jumlah
bahan makanan
sesuai dengan
pesanan dan
spesifikasi yang
telah ditetapkan
serta waktu
penerimaannya.
4. Ruang Bahan  Tempat  Melakukan cuci  Gunting
penyimpanan baku pencucian tangan 6 langkah  Pisau
bahan nabati : buah dan  Memakai APD
makanan Sayuran sayur  Memasukkan bahan
kering & & Rempah-  Lemari sesuai dengan jenis
basah rempah pendingin nya pada tempat
(freezer dan penyimpanan
Bahan chiller) masing-masing
baku  Meja  Mencuci bahan
hewani :  Rak makanan yang akan
 Telur  Timbangan di olah sesuai
 Baskom dengan jenisnya.
Bahan  Tempat  Memotong bahan
yang

4
disimpan sampah makanan yang telah
di lemari  Kursi di cuci
pendingin  Gunting
(Freezer) :  Pisau
 Daging-
daging
 Ikan
 Ayam

Bahan
yang
disimpan
di lemari
pendingin
(chiller)
 Tahu
 Tempe
 Sayuran
 Cabe
5. Ruang -  Rak  Melakukan cuci  Blender
penyimpanan penyimpana tangan 6 langkah  Pemarut
alat masak n alat masak  Menggunakan APD  Pisau
 Panci  Menempatkan alat  Gunting
 Baskom masak pada tempat
 Loyang yang sesuai dengan
 Blender tempatnya masing-
 Keranjang masing
plastik
 Wadah
plastik
 Alat peniris
 Centong
sayur
 Palu daging
 Pemarut
 Pisau
 Gunting
 Sendok

6. Ruang masak  Bahan  Kompor  Melakukan cuci  Blender


/ pengolahan makanan besar tangan 6 langkah  Pisau
yang  Kompor  Menggunakan APD  Gas
akan di kecil  Mempersiapkan  Kompor
masak  Gas bahan makanan yang
 Bumbu  Panci akan diolah
 Minyak  Wajan disesuaikan dengan
 Air  Ember siklus menu
 Pisau  Mempersiapkan

5
 Gelas peralatan untuk
 Piring pengolahan seperti:
 Blender panci, wajan, dll
 Gayung  Mengolah jenis
 Sendok makanan sesuai
 Spatula dengan menu
 Tempat  Memberi cita rasa
sampah pada masakan
 Lampu  Mencicipi makanan
elektrik yang telah matang
dengan
menggunakan
sendok
7. Ruang  Buah-  Lemari  Melakukan cuci  Gunting
penyajian buahan pendingin tangan 6 langkah  Pisau
makanan yang khusus buah  Memakai APD
sudah  Meja  Petugas
dipotong  Baskom mempersiapkan bon
 Menu  Nampan makanan dari
makanan  Piring keperawatan ruang
yang  Mangkok inap
telah di  Gelas  Petugas
olah dan  Sendok mempersiapkan
siap di peralatan makan
 Plastik
kemas pasien mulai piring,
 Pisau
 Air mangkok, gelas,
 Gunting
minum sendok, nampan, dll
mineral  Petugas
botol mempersiapkan
makanan (nasi,
bubur, lauk, &
sayur serta buah)
 Petugas
menempatkan menu
yang telah selesai
diolah pada wadah
makanan per-
pasien sesuai
dengan diit masing-
masing pasien
 Petugas penyaji
mengkrep /
membungkus menu
makanan yang telah
selesai ditata
 Petugas gizi
mengecek diet
sesuai dengan
nama, no RM, ttl,

6
dan diet penyakit
 Setelah dilakukan
pengecekan maka
makanan siap
diberikan kepada
pasien oleh petugas
distribusi
8. Tempat  Troli - -
penyimpanan distribusi
troli makanan
 Troli piring
kotor

9. Tempat  Beras  Rak tempat  Melakukan cuci -


penyimpanan  Tepung bahan tangan 6 langkah
bahan  Minyak  Air  Menggunakan APD
makanan  Mie Conditioner  Menginput data
kemasan kering  Termometer pengeluaran dan
 Saos ruangan pemasukan bahan
 Biskuit  Kertas  Pemberian label
 Sereal checklist tanggal pemasukan
 Bumbu barang bahan
 Gula  Penempatan bahan
 Susu pada tempat yang
bubuk sesuai

10. Office tempat -  Meja  Melakukan cuci  Gunting


penyimpanan  Kursi tangan 6 langkah
bahan  Rak Map  Memakai alat
 Buku pelindung diri
 Bolpiont  Mencatat data
 Kertas label pengeluaran dan
 Kalkulator pemasukan bahan
 Isolasi  Pengecekan bahan
 Gunting yang akan masuk ke
dalam ruang
penyimpanan
 Pemilahan bahan
sesuai dengan
jenisnya

11. Ruangan  Nampan  Tempat cuci  Melakukan cuci -


pencucian kotor piring tangan 6 langkah
alat makan  Piring  Sabun  Memakai APD
kotor pencuci  Pembuangan sisa
 Mangkuk piring makanan di tempat
kotor  Spons sampah
 Gelas  Alat  Pencucian alat

7
kotor pensteril makan non
 Sendok alat makan infeksius dengan
dan  Rak untuk sabun pencuci
garpu meniriskan piring kemudian
kotor alat makan dibilas dengan air
dilanjutkan dengan
pencucian alat
makan infeksius
dengan sabun
pencuci piring
kemudian dibilas
dengan air
 Pensterilan alat
makan di dalam alat
pensteril
 Meniriskan alat
makan di rak alat
makan

12. Tempat -  Karpet - -


istirahat  Lemari loker
petugas  Alat solat
 Rak sepatu
 Sandal

2. Lingkungan Kerja

No Unit Kerja Ling. Fisik Ling. Biologi Ling. Ling. Sos-Bud Ling.
Kimia Ergonomi
1. Office  Ruang - -  Ruang  Lama kerja
kantor kantor pekerja
terletak di terletak kantor adalah
sisi depan terpisah dari pukul 7
gedung dengan sampai pukul
selatan, proses 4 sore.
 Luas produksi  Pekerja di
ruangan 7 m sehingga front office
x 5 m mudah bekerja
dengan dua dijangkau. dengan duduk
pintu, yakni  Karyawan lebih lama
pintu masuk kantor lebih dibanding
dan pintu memilih orang lain,
masuk ke untuk dan
ruang menggunaka membaca,
konsultasi. n pintu menulis serta
 Penataan utama untuk menatap
meja dan keluar komputer
kursi serta masuk. dalam waktu

8
perabotan  Karyawan lebih lama.
rapi. kantor lebih  Jarak
sering komputer
berinteraksi dengan mata
dengan terlalu dekat.
sesama
karyawan di
kantor
dibandingka
n dengan
karyawn
produksi
karena
tempatnya
yang
terpisah.
2. Ruang  Terletak - -  Ruangan ini  Sistem
konsultasi diantara hanya pencahayaan
gizi ruang office digunakan yang kurang
dan ruang saat ada karena hanya
produksi. konsultasi mengandalka
 Dengan luas dari ahli gizi n lampu
3 m x 5 m atau dokter utama.
dengan spesialis sehingga
penataan gizi, untuk melihat
perabotan sehingga detail dari
dan bahan jarang bahan contoh
contoh yang digunakan. kurang jelas.
rapi.
 Pencahayaan
utama dari
lampu
karena tidak
ada jendela
yang besar.

3. Ruang  Ruang  Risiko -  Di ruangan  Durasi kerja


penerimaan penerimaan penyakit ini, proses adalah 7 jam
& dan dari bahan penerimaan namun pada
penimbangan penimbanga makanan berlangsung proses ini
bahan n merupakan yang singkat hanya terjadi
makanan ruangan belum sehingga sebentar pada
pertama bersih kurang beberapa
untuk bahan adanya waktu.
makanan interaksi  Karena pada
sebelum yang lama proses ini
diolah. dari para diperlukan
 Luas petugas. tenaga untuk
ruangan 5 m  Petugas mengangkat,
x 3,5 m berinteraksi jadi para

9
dengan dengan petugas
timbangan distributor mengangkat
dan meja dari berbagai bahan
serta tempat macam makanan
pencucian tempat. mentah dari
bahan kotor. truk ke
 Penataan dalam. Posisi
barang dan petugas
alat sangat dalam
rapih dan mengangkat
bersih. kurang
ergonomis
karena
mengangkat
barang
dengan
punggung
yang
posisinya
tidak lurus.
4. Ruang  Ruang  Bahan -  Ruangan ini  Dalam jam
penyimpanan penyimpana makanan sekaligus kerja 7 jam,
bahan n bahan disimpan sebagai proses ini
makanan makanan sesuai ruangan biasanya
kering & dibagi dengan untuk memakan
basah menjadi 4 jenis bahan mempersiap waktu sekitar
ruangan. makanan kan 3-4 jam
Yakni ruang masing- makanan, karena
untuk bahan masing. seperti persiapan
makanan  Untuk memotong yang
nabati, nabati sayur dan dilakukan
bahan seperti mengupas cukup
makanan sayur, kentang dan banyak.
hewani, hewani bumbu,  Proses
freezer, serta seperti sehingga persiapan
cooler. telur, dan interaksi makanan
 Untuk dalam antara dilakukan
penyimpana freezer karyawan dengan duduk
n bahan untuk sangat di kursi kecil
makanan daging banyak di bawah
nabati serta dilakukan sehingga
dengan luas cooler disini. ergonominya
3 m x 3 m, untuk tahu  Para tidak terlalu
sedangkan dan tempe. karyawan bagus. Serta
hewani 3 m sering pencahayaan
x 2 m, ruang membicarak yang kurang.
freezer dan an banyak
cooler hal di
masing ruangan ini.
masing 2,5

10
m x 3 m.
 Pencahayaan
ruangan ini
kurang
karena
hanya ada
beberapa
lampu
utama.
5. Ruang  Ruangan ini - -  Pada  Para petugas
penyimpanan terletak ruangan ini selalu
alat masak diantara jarang sekali meletakkan
ruangan terjadi alat masak
penyimpana interaksi secara rapi
n bahan karena hanya dan pada
makanan sebagai tempatnya,
dan ruang pengambilan karena telah
produksi. dan menjadi
 Ruangan ini penempatan kebudayaan
memiliki alat masak untuk
luas 3 m x melakukanny
2,5 m a dengan baik
dengan dua sehingga
rak besar mudah untuk
digunakan
kembali.
6. Ruang  Ruangan ini  Bahan  Gas  Para  Jam kerja
masak / memiliki makanan LPG karyawan adalah 7 jam
pengolahan luas 4,5 m x yang telah  Minyak bekerja dari pukul 4
10 m dengan lama goreng dengan pagi sampai
sekat di berada di yang menggunaka 11 siang
tengah untuk ruang sudah n APD saat untuk shift
kompor produksi diguna produksi. pertama dan
besar. dapat kan  Interaksi pukul 11
Terdapat menjadi dalam sampai 6 sore
tempat basi ruangan ini untuk shift
untuk cukup bagus kedua.
menata untuk  Dalam
snack buah menunjang mengolah
beserta ketepatan makanan,
kulkas besar dalam para pegawai
untuk buah produksi. kurang
di ujung memeperhatik
ruangan. an ergonomi
 Kompor- sehingga
kompor pekerja sering
besar berada membungkuk
di tengah saat memasak
dan terdapat atau
kompor- mengolah

11
kompor makanan.
kecil di
samping
serta
beberapa
tabung gas
kecil.
 Di atas
kompor
terdapat
exhaust fan
yang
digunakan
untuk
menampung
dan
menyalurkan
asap dari
proses
produksi.
 Sumber
cahaya
utama pada
ruangan ini
adalah
cahaya
lampu.
7. Ruang  Ruangan ini - -  Ruangan  Jam kerja
penyajian adalah dengan alat adalah 7 jam
makanan lorong yang cukup. dari pukul 4
dengan luas  Para pagi sampai
3 m x 7 m karyawan 11 siang
dengan saling untuk shift
sebagian berinteraksi pertama dan
bagian ada dengan baik. pukul 11
di ruang sampai 6 sore
produksi di untuk shift
sebelah kedua.
sekat dari  Dalam
kompor mengolah
dengan luas makanan,
2 m x 4 m. para pegawai
 Penataan kurang
ruang telah memeperhatik
rapid an an ergonomi
bersih. sehingga
pekerja sering
membungkuk
saat menata
makanan.

12
8. Tempat  Ruangan ini - - - -
penyimpanan diperuntuka
troli n untuk
meletakkan
trolli
maknaan ata
piring kotor
yang sedang
tidak
dipakai.
9. Tempat  Ruangan ini - - -  Pegawai
penyimpanan memiliki melakukan
bahan luas 3 m x 4 pekerjaannya
makanan m dengan dengan
kemasan pendingin ergonomi
ruangan yang cukup
yang telah bagus karena
disesuaikan rak yang
suhunya disediakan
serta cukup sesuai
penerangan dengan tinggi
utama dari karyawan.
lampu
ruangan.
10 Office  Ruangan ini - - -  Jam kerja
tempat terletak di adalah 7 jam
penyimpanan luar tempat dari pukul 4
bahan penyimpana pagi sampai
n bahan 11 siang
makanan. untuk shift
Dengan luas pertama dan
2 m x 1,5 m. pukul 11
sampai 6 sore
untuk shift
kedua.
 Pegawai
melakukan
pekerjaannya
dengan
banyak
duduk.
Terkadang
kurang
memperhatika
n ergonomi.
11 Ruangan  Ruangan ini  Bahan  Sabun -  Jam kerja
pencucian memiliki makanan pencuci adalah 7 jam
alat makan luas 3 m x 4 sisa yang piring shift 1: pukul
m dengan berpotensi 4 pagi sampai
penataan menyebab 11 siang

13
yang rapid kan Shift 2: pukul
an memiliki penyakit 11 sampai
alat 16.00
sterilisasi  Pegawai
dan rak melakukan
peniris. pekerjaannya
dengan
berdiri.
Terkadang
kurang
memperhatika
n ergonomi.
12 Tempat  Ruangan ini - -  Para pegawai  Loker yang
istirahat memiliki sering digunakan
petugas luas 5 m x 4 berbincang sudah sesuai
m dengan di ruangan dengan tinggi
kamar ini sembari badan para
mandi dan beristirahat karyawan
loker sejenak. sehingga
 Tempat ini karyawan
juga tidak
digunakan mengalami
untuk kesulitan
beribadah. dalam
menjangkau

3. Karyawan
Juml.
Rata-rata Status Penangan
No. Unit kerja Populasi Resiko Kesehatan
Lama kerja Kesehatan an Resiko
L P
1. Instalasi Gizi 5 14 Lama bekerja 7 Keluhan - Risiko terjadinya Tersediany
RS Universitas jam/hari, yang keracunan a jaminan
Muhammadiyah dimulai dari diutarakan makanan akibat kesehatan
Malang jam 04.00 WIB petugas pengolahan/pemili
pagi sampai jam adalah han/penyimpanan
11.00 WIB pegal bahan makanan
siang. (myalgia), yang salah
Pembagian shift nyeri - Risiko terjadinya
terbagi menjadi punggung kontaminasi silang
2, shift pertama (LBP) dan antara bahan
jam 04.00- iritasi pada makanan mentah,
11.00, shift kulit makanan masak
kedua jam (dermatitis melalui orang
11.00-18.00. kontak (tangan), alat
Hari aktif 7 iritan) makan dan alat
hari/minggu, dapur.
setiap petugas - Resiko penyakit
mendapat jatah akibat kerja:

14
libur 1 - LBP
hari/minggu berhubungan
yang diatur dengan ergonomi
internal oleh tempat kerja,
Instalasi Gizi mengangkat
RS Universitas beban berat saat
Muhammadiyah berbelanja.
Malang - Dermatitis
kontak iritan
berhubungan
dengan bahan
kimia yang
digunakan dalam
proses pencucian
dan tidak
menggunakan
APD.

4. Sistem Manajemen
 Upaya atau kebijakan pimpinan pada kegiatan K3

Problem K3 Kebijakan
No. Komponen
Internal Eksternal Manajemen
1. Proses - Masih ada - Risiko penyakit - Proses kerja sesuai
Industri/Kerja beberapa petugas akibat kerja dengan SOP yang
yang tidak - Risiko penyakit ditetapkan oleh
menggunakan yang pihak Rumah Sakit
APD yang berhubungan Universitas
disediakan dengan kerja Muhammadiyah
- Alat-alat Malang
memasak - SOP mengacu pada
sebagian masih standart Pedoman
menggunakan Pelayanan Gizi
alat tradisional Rumah Sakit yang
- Tidak adanya dikeluarkan
perlengkapan Kementerian
P3K Kesehatan RI 2013
yang juga
tercantum pada
Peraturan Menteri
Kesehatan RI tahun
2013
2 Lingkungan Kerja

15
a. Lingkungan - Ruangan instalasi - - Pedoman
Fisik baik namun pada Pelayanan Gizi
ruangan Rumah Sakit yang
penerimaan dan dikeluarkan
penimbangan Kementerian
bahan makanan Kesehatan RI 2013
dekat dengan
pengelolaan
limbah sehingga
terkadang tercium
bau menyengat
dari ruang
pengelolaan
limbah
b. Lingkungan - Penggunaan - - Pedoman
Kimia sabun pencuci Pelayanan Gizi
piring sudah Rumah Sakit yang
sesuai dikeluarkan
- Penggunaan Kementerian
minyak goreng Kesehatan RI 2013
sudah sesuai
c. Lingkungan - Bahan makanan - Bahan - Pedoman
Biologi yang berubah makanan dari Pelayanan Gizi
menjadi distributor Rumah Sakit yang
terkontaminasi yang dikeluarkan
bakteri akibat terkontaminasi Kementerian
proses bakteri Kesehatan RI 2013
pengolahan
yang kurang
baik
d. Lingkungan - Hubungan - - Pedoman
Sosio-Ekonomi- antara sesama Pelayanan Gizi
Budaya petugas instalasi Rumah Sakit yang
gizi maupun dikeluarkan
antara petugas Kementerian
dengan pasien Kesehatan RI 2013
sudah baik.
Hubungan
atasan dengan
bawahan sudah
baik
e. Lingkungan - Posisi kerja - - Pedoman
Ergonomi yang tidak Pelayanan Gizi
ergonomis, Rumah Sakit yang
petugas sering dikeluarkan
membungkuk Kementerian
Kesehatan RI 2013
3 Karyawan - Jumlah - - Pengaturan jadwal
karyawan hanya yang adil dan
19 orang merata

16
- Risiko penyakit - Promotif
akibat kerja dan Memberi
penyakit yang penyuluhan dan
berhubungan pelatihan kepada
dengan kerja, pekerja terhadap
seperti : APD
- Myalgia - Preventif
- CTS Membiasakan
- Low back pain memakai APD
- DKI demi kebaikan dan
- Luka bakar keselamatan diri
- Vulnus scissum petugas masing-
- Hepatitis masing.
- Kuratif
Memberi
pengobatan secara
menyeluruh sesuai
hasil pemeriksaan
kesehatan akibat
kecelakaan kerja
- Rehabilitasi
Rehabilitasi dini
secara tepat untuk
memperbaiki
kualitas hidup
pekerja

5. Regulasi/Undang-Undang

 Regulasi yang diterapkan oleh industri yang bersangkutan

Pelayanan Gizi Rumah Sakit adalah pelayanan yang diberikan dan disesuaikan

dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan status metabolisme

tubuh (Damajanti, 2014). Pelayanan gizi yang baik menjadi salah satu penunjang rumah

sakit dalam penilaian standar akreditasi untuk menjamin keselamatanpasien yang

mengacu pada The Joint Comission Internasional (JCI) forHospital Accreditation.

Semakin baik pelayanan gizi yang diberikanoleh rumah sakit, maka semakin baik pula

standar akreditasi rumah sakit tersebut (PMK, 2013).


a. Lokal atau Regional:
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit-Kementerian Kesehatan RI 2013
b. Nasional:

17
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 78 tahun 2013

tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, dengan Dasar Undang-Undang

yaitu:

1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah

diubah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2008 tentang Perubahan kedua Atas UndangUndang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintaan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4844);

2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

3) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);

4) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga

Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);

5) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4737);

18
6) Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air

Susu Ibu Eksklusif (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012

Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5291);

7) Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi

Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012

Nomor 24);

8) Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan

Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 193);

9) Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional

Perbaikan Gizi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor

100);

10) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 741/Menkes/SK/VII/2008 tentang

Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota;

11) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 922/Menkes/SK/X/2008 tentang

Pedoman Teknis Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Kesehatan antara

Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota;

12) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang

Organisasi dan Tatalaksana Kementerian Kesehatan sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2013 (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 741);

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan

Pekerjaan dan Praktik Tenaga Gizi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2013 Nomor 477);

c. Internasional:
Pedoman ini telah disesuaikan dengan perkembangan peraturan perundang-

undangan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di bidang gizi, kedokteran,

19
dan kesehatan, dan standar akreditasi rumah sakit 2012 untuk menjamin

keselamatan pasien yang mengacu pada The Joint Comission Internasional (JCI)

for Hospital Accreditation.

II. OCCUPATIONAL DIAGNOSIS (DIAGNOSIS KESEHATAN KERJA)


Occupational diagnosis pada instalasi Gizi Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah

Malang adalah :

1. Penyakit Akibat Kerja


- Low Back Pain
- CTS
2. Penyakit yang Berhubungan Dengan Kerja
- Myalgia
- Dermatitis kontak iritan

III. PEMBAHASAN
a. Tinjauan Pustaka
1) Pelayanan Gizi Rumah Sakit (RS)
Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan persaingan dalam berbagai

aspek, diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas tinggi agar mampu

bersaing dengan negara lain. Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena

secara langsung berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu negara, yang

digambarkan melalui pertumbuhan ekonomi, usia harapan hidup, dan tingkat

pendidikan. SDM yang berkualitas tinggi hanya dapat dicapai oleh tingkat kesehatan

dan status gizi yang baik.Untuk itu diperlukan upaya perbaikan gizi yang bertujuan

untuk meningkatkan status gizi masyarakat melalui upaya perbaikan gizi di dalam

keluarga dan pelayanan gizi pada individu yang karena kondisi kesehatannya harus

dirawat di suatu sarana pelayanan kesehatan misalnya Rumah Sakit (Permenkes,

2013).

Gizi merupakan faktor penting dalam upaya perawatan dan penyembuhan

pasien di rumah sakit. Pelayanan gizi yang baik pada akhirnya bertujuan

20
meningkatkan status kesehatan sehingga mempercepat kesembuhan pasien. Dalam

memberikan pelayanan gizi di rumah sakit, Standar Pelayanan Minimal harus

dicapai agar pasien lebih cepat sembuh, hari rawat inap diperpendek dan kepuasan

pasien terhadap pelayanan rumah sakit meningkat (Dewi, Kartasurya, & Sriatmi,

2015).
Tenaga SDM yang berkualitas tinggi hanya dapat dicapai oleh tingkat

kesehatan dan status gizi yang baik, sehingga diperlukan adanya upaya perbaikan

gizi yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat melalui upaya

perbaikan gizi di dalam keluarga dan pelayanan gizi pada individu yang karena

kondisi kesehatannya harus dirawat di suatu sarana pelayanan kesehatan misalnya

Rumah Sakit (Kemenkes, 2013).


Pelayanan Gizi suatu upaya memperbaiki, meningkatkan gizi, makanan, dietetik

masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan yang

meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi

gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal

dalam kondisi sehat atau sakit (Kemenkes, 2013).

Pelayanan gizi di rumah sakit sebagai salah satu komponen penunjang

diselenggarakan oleh instalasi gizi yang bertujuan untuk menyelenggarakan

makanan bagi pasien. Penyelenggaraan makanan di rumah sakit adalah suatu

rangkaian mulai dari perencanaan sampai dengan pendistribusian makanan kepada

pasien. Penyelenggaraan makanan di rumah sakit dilaksanakan dengan tujuan

untuk menyediakan makanan yang kualitasnya baik, jumlah sesuai kebutuhan serta

pelayanan yang baik, dan layak sehingga memadai bagi klien atau konsumen yang

membutuhkan (Jufri, Hamzah, & Bahar, 2012).

Masalah gizi di rumah sakit dinilai sesuai kondisi perorangan yang secara

langsung maupun tidak langsung mempengaruhi proses penyembuhan.

Kecenderungan peningkatan kasus penyakit yang terkait gizi (nutrition-related

21
disease) pada semua kelompok rentan mulai dari ibu hamil, bayi, anak, remaja,

hingga lanjut usia (Lansia), memerlukan penatalaksanaan gizi secara khusus. Oleh

karena itu dibutuhkan pelayanan gizi yang bermutu untuk mencapai dan

mempertahankan status gizi yang optimal dan mempercepat penyembuhan

(Permenkes, 2013).

Kementrian Kesehatan RI telah mengeluarkan kebijakan pedoman pelayanan

gizi di rumah sakit. Pelayanan gizi rumah sakit antara lain asuhan gizi,

penyelenggaraan makan, penelitian, dan pengembangannya (Herawati, Nurparida,

& Arisanti, 2014).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 78 mekanisme

Pelayanan Gizi Rumah Sakit berdasarkan pengorganisasian Pelayanan Gizi

Rumah Sakit mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 983 Tahun 1998

tentang Organisasi Rumah Sakit dan Peraturan Menkes Nomor

1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di

lingkungan Departemen Kesehatan.

Kegiatan Pelayanan Gizi Rumah Sakit, meliputi:

1. Asuhan Gizi Rawat Jalan;

2. Asuhan Gizi Rawat Inap;

3. Penyelenggaraan Makanan;

4. Penelitian dan Pengembangan.

22
Gambar 1. Mekanisme Pelayanan Gizi di Rumah Sakit

Pelayanan gizi yang baik menjadi salah satu penunjang rumah sakit dalam

penilaian standar akreditasi untuk menjamin keselamatan pasien yang mengacu

pada The Joint Comission Internasional (JCI) for Hospital Accreditation. Semakin

baik pelayanan gizi yang diberikan oleh rumah sakit, maka semakin baik pula

standar akreditasi rumah sakit tersebut. Hal ini dapat terlaksana bila tersedia tenaga

gizi yang profesional dalam memberikan pelayanan gizi. Profesionalisme tenaga

gizi dalam memberikan pelayanan gizi diatur berdasarkan Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 26 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktek

Tenaga Gizi. Dalam upaya menjamin pelaksanaan pelayanan gizi yang optimal di

rumah sakit diperlukan adanya standar kebutuhan tenaga gizi secara lebih rinci

yang memuat jenis dan jumlah tenaga gizi. Dalam melaksanakan pelayanan gizi di

rumah sakit, selain tenaga gizi dibutuhkan juga tenaga pendukung meliputi tenaga

23
jasa boga, logistik, pranata komputer, tenaga administrasi dan tenaga lainnya

(PMK, 2013).

Tenaga gizi dalam pelayanan gizi rumah sakit adalah profesi gizi yang terdiri

dari Registered Dietisien (RD) dan Teknikal Registered Dietisien (TRD).

Registered Dietisien bertanggung jawab terhadap pelayanan asuhan gizi dan

pelayanan makanan dan dietetik, sementara TRD bertanggung jawab membantu

RD dalam melakukan asuhan gizi dan pelayanan makanan serta dietetik serta

melaksanakan kewenangan sesuai dengan kompetensi (Kemenkes, 2013).

Produktivitas kerja dipengaruhi oleh beberapa hal seperti halnya kapasitas

kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja. Lingkungan kerja berisiko menimbulkan

beban tambahan terhadap jasmani dan rohani karyawan (Lisrianti, Naiem, & Muis,

2014).

Berdasarkan Penelitian Badan Pendayagunaan Sumber Daya Manusia

kesehatan tahun 2012 mengenai kebutuhan tenaga gizi dengan metode perhitungan

Analisis Beban Kerja atau WISN (Worsk Load Indicator Staf Need), diperoleh

jumlah optimal tenaga RD dan TRD menurut kelas rumah sakit agar dapat

melaksanakan pelayanan gizi yang baik dan berkualitas untuk menjamin keamanan

pasien. Kebutuhan RD dan TRD digambarkan pada table berikut:

Tabel 1 Kebutuhan Tenaga Gizi Berdasarkan Kelas Rumah Sakit

24
Kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit dapat berjalan dengan optimal bila
didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai untuk melaksanakan
pelayanan gizi rawat jalan, rawat inap dan penyelenggaraan makanan

Gambar 2 Sumber: Pusat Sarana dan Prasarana dan Peralatan Kesehatan Kemenkes.
2010

Makanan merupakan salah satu komponen penting dalam rantai penyembuhan

pasien di RS. Makanan yang diberikan tidak hanya harus memenuhi unsur gizi

tetapi juga unsur keamanannya, dalam arti harus bebas dari komponen-komponen

yang menyebabkan penyakit. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28

Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Makanan (Permenkes, 2013).

25
Keamanan makanan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk

mencegah makanan dari kemungkinan cemaran biologis, kimiawi dan benda lain

yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan, sehingga

menjadi hal yang mutlak harus dipenuhi dalam proses pengolahan makanan di

rumah sakit. Makanan yang tidak aman dapat menyebabkan penyakit yang disebut

foodborne disease, yaitu gejala penyakit yang timbul akibat mengkonsumsi

makanan yang mengandung atau tercemar bahan/senyawa beracun atau organisme

pathogen (Permenkes, 2013).

Upaya untuk menjamin keamanan makanan adalah dengan menerapkan

jaminan mutu yang berdasarkan keamanan makanan. Prinsip Keamanan makanan

meliputi; 1). Good Manufacturing Practices (GMP); 2). Hygiene dan sanitasi

makanan (Penyehatan Makanan); dan 3). Penggunaan bahan tambahan makanan.

Upaya tersebut merupakan program dan prosedur proaktif yang bersifat antisipasi

dan preventif, perlu didokumentasikan secara teratur agar dapat menjamin

keamanan makanan (Kemenkes, 2013).

1) Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Berhubungan dengan Kerja

Kesehatan dan keselamatan kerja mempunyai kegiatan yang sangat berkaitan

erat dengan kejadian yang disebabkan kelalaian petugas dapat pula mengakibatkan

kontaminasi terhadap makanan. Pekerjaan yang terorganisir, dikerjakan sesuai

dengan prosedur, tempat kerja yang terjamin dan aman, istirahat yang cukup dapat

mengurangi bahaya dan kecelakaan dalam proses penyelenggaraan makanan dalam

jumlah banyak. Kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi dapat dicegah,

terjadi dengan tiba-tiba dan tentunya tidak direncanakan ataupun tidak diharapkan

oleh pegawai, yang dapat menyebabkan kerusakan pada alat-alat, makanan dan

menyebabkan cedeera pada karyawan/ pegawai (Permenkes, 2013).

26
Sumber daya manusia sebagai tenaga kerja dalam perusahaan tidak terlepas

dari adanya masalah yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3). Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan

lingkungan kerja. Faktor risiko PAK antara lain: Golongan fisik, kimiawi, biologis

atau psikososial di tempat kerja(Salawati, 2015).

Kejadian Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di

Indonesia tahun 2011 tercatat 96.314 kasus dengan korban meninggal 2.144 orang

dan cacat 42 orang. Pada tahun 2012 kasus PAK dan KAK meningkat menjadi

103.000 kasus. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Indonesia belum berjalan dengan

baik (Salawati, 2015).

Beberapa Penyakit akibat kerja yang berisiko terjadi di Instalasi Gizi RS


Universitas Muhammadiyah Malang antara lain yaitu:

CTS (Carpal Tunnel Syndrome)

Carpal tunnel terletak di bagian bawah pergelangan tangan yang terdiri dari

tulang-tulang carpal di median, dorsal, dan sisi lateral dan terselubungi secara

ventral oleh flexor retinaculum. Carpal tunnel syndrome (CTS) atau disebut juga

entrapment neuropathy adalah keadaan dimana nervus medianus tertekan di daerah

pergelangan tangan sehingga menimbulkan rasa nyeri, parastesia, dan kelemahan

pada pergelangan tangan. Hal ini biasanya berkaitan dengan penggunaan tangan

yang eksesif tak terbatas dan trauma repetitif akibat paparan okupasi berkelanjutan.

Beberapa penyebabnya telah diketahui seperti trauma, infeksi dan lain-lain, tetapi

sebagian tetap tidak diketahui penyebabnya. CTS lebih umum dijumpai pada

wanita, dengan puncak usia 42 tahun (40-60 tahun). Resiko untuk menderita CTS

sekitar 10% pada usia dewasa. Sindrom ini biasanya timbul pada orang­orang yang

27
sering bekerja menggunakan tangan, seperti memeras baju, koki, orang yang sering

bertepuk,   pengendara   motor,   mengetik   dan   sering   bermain   game. Perempuan

beresiko lebih tinggi dibandingkan laki – laki dengan tingkat perbandingan sebesar

3:1 pada usia antara 45 – 60 tahun. Hanya sebesar 10% kasus CTS yang dilaporkan

ditemukan pada usia yang lebih muda di usia 30-an tahun. Kaum perempuan

diduga memiliki ukurang canalis carpi yang lebih kecil dibandingkan kaum laki –

laki (M.Brust, 2012).

Low Back Pain


Low Back Pain (LBP) adalah kelainan heterogen termasuk pada pasien dengan

dominant nociceptive (myofascial low back pain), neuropati (Radiculopathy

lumbar), dan nyeri sensitisasi sentral. LBP sangatlah umum, dimana tulang

belakang merupakan salah satu bagian terkuat pada tubuh manusia dan pada tulang

belakang dikelilingi oleh otot serta ligament yang berfungsi untuk membantu dan

melindungi tulang belakang (Oxford, 2016).Banyak pasien pada episode nyeri

punggung akut tidak mencari perawatan karena gejala seringkali singkat dan

terbatas pada diri sendiri. Di antara mereka yang mencari perawatan medis,

perbaikan rasa sakit yang cepat (peningkatan rata-rata 58% pada skor awal),

kecacatan (peningkatan rata-rata 58% dari skor awal), dan kembali bekerja (82%

dari mereka yang pada awalnya tidak bekerja kembali bekerja) terlihat pada bulan

pertama (Chou & Huffman, 2011). Low Back Pain merupakan penyebab utama

kecacatan, hal ini terjadi dalam proporsi yang sama di semua budaya, mengganggu

kualitas hidup dan kinerja kerja, dan merupakan alasan paling umum untuk

konsultasi medis. Beberapa kasus nyeri punggung disebabkan oleh penyebab

spesifik namun pada kebanyakan kasus penyebabnya tidak spesifik (Ehrlich, 2003).

28
Dermatitis Kontak Iritan
Dermatitis kontak didefinisikan sebagai kelainan kulit yang disebabkan oleh

adanya kontak kulit dengan zat eksogen yang menimbulkan respons alergi dan/atau

iritan. Sebagian besar kasus dermatitis kontak disebabkan dermatitis kontak iritan.

Dermatitis kontak ini merupakan salah satu penyebab kecacatan yang berarti di

tempat kerja (Fonacier, et al., 2015). Dermatitis kontak merupakan peradangan

akut atau kronik yang disebabkan oleh suatu zat yang bersentuhan dengan kulit.

Dermatitis kontak iritan disebabkan oleh zat kimia (Croton oil, phenols, kerosene,

organic solvents, sodium dan potassium hydroxide, lime acids), bersifat akut

setelah satu kali paparan, tetapi pada kasus yang parah dapat menyebabkan

nekrosis jaringan (Klaus & Richard, 2016).

Myalgia
Myalgia adalah suatu rasa nyeri yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat.

Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan

eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya. Myalgia termasuk

salah satu keluhan yang cukup sering diderita manusia. Ada yang mengalami hanya

sesaat (keram otot) atau sampai beberapa hari, beberapa bulan bahkan menahun.

Nyeri yang timbul hanya sesaat tentu saja tidak sampai mengganggu aktivitas

hidup. Tetapi nyeri yang timbul terus menerus dapat membuat frustasi penderita,

karena menghambat aktivitas baik dalam mencari nafkah keseharian, maupun

rekreasi (Rimas, 2013).

b. Kesesuaian/Ketidaksesuaian terhadap Pustaka


Secara garis besar Instalasi Gizi RS Universitas Muhammadiyah Malang
sudah sesuai dengan Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit yang dikeluarkan
Kementerian Kesehatan RI 2013.

29
IV. INTERVENSI (menggunakan 5 langkah penatalaksanaan gangguan kesehatan
akibat kerja)
LANGKAH 1: Sistem Produksi dan Proses Kerja
Berdasarkan hasil pengamatan pada sistem produksi dan proses kerja didapatkan

beberapa masalah yaitu alat-alat yang tersedia pada instalasi gizi masih terdapat

beberapa kendala sehingga kurang ergonomis seperti tempat memasak yang terlalu

tinggi sehingga kurang ergonomis bagi petugas, pengangkutan barang belanjaan kurang

sehingga disarankan untuk diberikan alat bantu dan masih belum lengkapnya alat

pelindung diri seperti baju kerja, celemek, topi, sandal yang tidak licin, sarung taangan

yang tebal dan lain-lain, yang digunakan para karyawan sehingga berdampak pada

beberapa risiko yaitu seperti risiko terjadinya dermatitis kontak maupun kecelakaan

kerja. Pada Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit tahun 2013, menyebutkan bahwa

penyehatan dan keselamatan kerja mempunyai kegiatan yang sangat berkaitan erat

dengan kejadian yang disebabkan kelalaian petugas dapat pula mengakibatkan

kontaminasi terhadap makanan. Pekerjaan yang terorganisir, dikerjakan sesuai dengan

prosedur, tempat kerja yang terjamin dan aman, istirahat yang cukup dapat mengurangi

bahaya dan kecelakaan dalam proses penyelenggaraan makanan banyak. Kecelakaan

tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi dapat dicegah, terjadi dengan tiba-tiba dan

tentunya tidak direncanakan ataupun tidak diharapkan oleh pegawai, yang dapat

menyebabkan kerusakan pada alat-alat, makanan dan “melukai” karyawan/ pegawai.


LANGKAH 2: Lingkungan Kerja
Berdasarkan hasil pengamatan pada lingkungan kerja, beberapa hal sudah

cukup baik, tetapi untuk tingkat keergonomisan terhadap pengangkutan barang

belanjaan kurang, sehingga disarankan untuk diberikan alat bantu, pada Pedoman Gizi

Rumah Sakit tahun 2013 menyebutkan bahwa “Barang yang berat selalu ditempatkan

dibagian bawah dan angkatlah dengan alat pengangkut yang tersedia untuk barang

tersebut, tidak mengangkat barang berat, bila tidak sesuai dengan kemampuan anda, dan

30
tidak mengangkat barang dalam jumlah yang besar, yang dapat membahayakan badan

dan kualitas barang.”


LANGKAH 3: Kondisi Karyawan
Diadakan pemeriksaan kesehatan kesehatan secara berkala agar bisa mendeteksi

lebih dini gangguan kesehatan pada karyawannya. Dapat juga diberikan jaminan

kesehatan dan keselamatan kerja.


LANGKAH 4: Kebijakan Manajemen
Manajemen menggunakan Standart Operasional Prosedur (SOP) yang ditetapkan

oleh pihak Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Malang yaitu mengacu pada

standart Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit yang dikeluarkan Kementerian

Kesehatan RI 2013 yang juga tercantuma pada Peraturan Menteri Kesehatan RI tahun

2013. Memberlakukan program reward dan punishment kepada karyawan yaitu

memberikan reward kepada karyawan beprestasi dan memberikan sanksi pada

karyawan yang melakukan pelanggaran.


LANGKAH 5: Regulasi yang Berlaku
Regulasi yang dipakai spesifik tentang laoratorium klinik disini adalah Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 78 tahun 2013 tentang Pedoman

Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Dalam regulasi disini Instalasi Gizi RSI Universitas

Muhammadiyah Malang secara umum sudah sesuai dengan regulasi yang berlaku

seperti bangunan, alur pelayanan, sarana dan prasarana. Namun masih terdapat

beberapa hal yang belum memenuhi regulasi tersebut seperti belum lengkapnya

penggunaan APD saat bekerja dan jumlah karyawan Instalasi Gizi yang belum sesuai

dengan regulasi berdasarkan kelas Rumah Sakit, Adapun strategi penatalaksaan dalam

regulasi ini yaitu dengan mengusulkan untuk ditinjau kembali kelengkapan dan

penggunaan APD sebagaimana mestinya dan penambahan jumlah tenaga dengan

jobdesk yang terperinci sesuai pedoman yang telah ditetapkan karena hal ini

berpengaruh terhadap mutu pelayanan, kesehatan dan keselamatan kerja, serta

berpengaruh terhadap akreditasi Instalasi Gizi dan akreditasi Rumah Sakit.

31
DAFTAR PUSTAKA

CDC. 2013. Viral Hepatitis-The Silent Disease Facts and Treatment Guidelines. Natioanl
Centre for Diasease Control.
Chou, R., & Huffman, L. H. 2011. Guideline for the Evaluation and Management Evidence
Review. Research Education Treatment Advocacy.
Damajanti, M. 2014, November 27). http://file.persagi.org/share/22%20Marina
%20Damajanti.pdf. Diakses 26 Agustus, 2019, from
http://file.persagi.org/share/22%20Marina%20Damajanti.pdf
Dewi, E. S., Kartasurya, M. I., & Sriatmi, A. 2015. Analisis Implementasi Pelayanan Gizi di
RSUD Tugurejo Semarang. Manajemen Kesehatan Indonesia, 91-99.
Dzulfikar. 2012. Penanganan Luka Bakar di Ruang Perawatan Intensif Anak. Majalah
Kedokteran Terapi Intensif.
Ehrlich, G. E. 2003. Low Back Pain. Bulletin of the World Health Organization.

32
Fonacier, L., Bernstein, D. I., Pacheco, K., Holness, D. L., Blessing-Moore, J., Khan, D., et
al. 2015. Contact Dermatitis: A Practice ParametereUpdate 2015. Allergy Clin
Immunol Pract.
Herawati, D. M., Nurparida, I. S., & Arisanti, N. 2014. Analisis Kebijakan Outsourcing
Penyelenggaraan Makan Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Sumedang. MKB.
Infodatin. 2014. Situasi dan Analisis Hepatitis. Pusat Data dan Informasi Kementrian
Kesehatan RI.
Jufri, J., Hamzah, A., & Bahar, B. 2012. Manajemen Pengelolaan Makanan di Rumah Sakit
Umum Lanto DG. Pasewang Kabupaten Jeneponto.
Kemenkes. 2013. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta: Kementrian Kesehatan
RI.
Klaus, W., & Richard, J. A. 2016. Fitzpatrick's Color Atlas Synopsis of Clinical
Dermatology. United State: Mc Graw Hill Medical.
Koh, H. K., & Valdiserri, R. O. 2015. Action Plan for the Prevention, Care, & Treatment of
Viral Hepatitis. Action Plan for the Prevention, Care, & Treatment of Viral Hepatitis
2014-2016.
Lisrianti, A. W., Naiem, M. F., & Muis, M. 2014. Hubungan Tekanan Panas dengan
Kelelahan Pekerja Instalasi Gizi Rumah Sakit Kota Makassar.
M Brust, John C. Current Diagnosis and Treatment Neurology. 2012. Edisi kedua.
Lange.;h.296-297
Misbach, Jusuf. Sitorus, Freddy. AS Ranakusuma, Teguh, et al. 2015. Panduan Pelayanan
Medis Departemen Bedah RSCM ;h.76
Oxford, U. H. 2016. Physiotherapy Department Low Back Pain Information for Patient.
Horton General Hospital.
Permenkes. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no. 78. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Rimas, B. 2013. Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kondisi Myalgia Subscapularis Dextra di
BBRSBD Surakarta.
Salawati, L. 2015. Penyakit Akibat Kerja dan Pencegahan. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala.
Upchurch, A. 2015. Burns for Pharmac Seminar. Clinical Nurse Educator.
Viandika, R. 2015. Potency of Honey in Treatment of Burn Wounds.

33
34
Lampiran

Ruang penerimaan bahan

Ruang penyimpanan bahan

Ruang penyimpanan alat masak

35
Tempat penyiapan makanan selingan

36
Ruang produksi

Ruang penyajian makanan

37
Ruang memcuci piring

Ruang penyimpanan bahan kemasan

38
Office

Ruang konsultasi gizi

39

Anda mungkin juga menyukai