The status of probiotics supplementation during pregnancy
Noroyono Wibowo,1 Johanes C. Mose,2 Made K. Karkata,3 Bangun T.
Purwaka,4 Herman Kristanto,5 Maisuri T. Chalid,6 Yusrawati,7 Makmur Sitepu,8 Juneke J. Kaeng,9 Nuswil Bernolian, 10 Damar Pramusinto,1 Rima Irwinda1
Medical Journal of Indonesia.
Received 21 Mar 2015 Accepted 18 Jun 2015 PENDAHULUAN
Peran mikroorganisme pada makanan telah dikenal dalam kurun
waktu yang lama.
Orang pertama yang meneliti peran mikroorganisme pada
pembusukan makanan adalah A. Kircher, tahun 1658.
Kitcher memeriksa proses pembusukan daging, susu, dan zat lainnya,
mengatakan bahwa proses pembusukan tersebut disebabkan oleh ‘cacing’ tak terlihat dengan mata telanjang. Pada tahun 1837 Louis Pasteur menunjukkan bahwa mikroorganisme dapat digunakan untuk pasteurisasi susu dengan cara dipanaskan.
Untuk pertama kalinya dilakukan guna mencegah makanan menjadi
busuk, Peran mikroorganisme pada makanan dapat dibagi menjadi tiga kelompok:
(1) mikroorganisme patogen yang menyebabkan infeksi atau keracunan
makanan,
(2) mikroorganisme saprofit yang berperan dalam biodegradasi dan
pembusukan makanan,
(3) mikroorganisme yang bermanfaat dan digunakan dlm proses fermentasi
serta berguna untuk menjaga kesehatan saluran pencernaan. • Saat ini, probiotik telah dimanfaatkan untuk kesehatan • Pengamatan terhadap peran probiotik untuk kesehatan manusia dipelopori oleh seorang ilmuwan Rusia Eli Metchnikoff. • Beberapa definisi modern tentang probiotik termasuk penggunaan probiotik untuk preventif atau terapeutik. • Charteris, et al mendefinisikan probiotik sebagai 'Mikroorganisme', yang jika tertelan, mungkin ada efek positif dalam pencegahan dan pengobatan kondisi patologis yang spesifik. • Probiotik juga terbukti efektif dalam pengobatan pada beberapa gangguan gastrointestinal seperti diare akut, diare akibat penggunaan antibiotik, dan irritable bowel syndrome. • Probiotik berkaitan erat dengan pengurangan risiko sensitisasi atopik pada anak-anak, kejadian diabetes mellitus gestasional dan preeklamsia. TUJUAN
Untuk membahas manfaat probiotik dan untuk
merekomendasikan penggunaan antibiotik di bidang kebidanan dan kandungan. METODE
Journal ini adalah penelitian meta-analisis.
Pencegahan Kelahiran Prematur
• Penelitian meta-analisis pada tahun 2007 terhadap 3 studi.
• Studi Myhre et al, di Norwegia pada tahun 2002-2007.
• Studi Myhre et al:
Studi cohort.
Sebjek penelitian diharuskan menjawab 2 kuesioner yaitu pada
minggu ke 15 dan pada minggu ke 17-22.
Ditanyakan mengenai konsumsi probiotik.
Pilihan jawaban ya dan tidak untuk konsumsi susu probiotik dan
apabila jawaban ya, maka dibagi lagi menjadi low intake atau high intake. Pencegahan Preeklampsia
• Penelitian metaanalisis pada 14 studi dari Jepang dan Eropa.
Responden berusia 35-37 tahun.
Diharuskan mengonsumsi susu berfermentasi yang mengandung
probiotik.
• Studi yang dilakukan Brantsæter, et al di Norwegia.
• Studi Brantsæter, et al
Cohort study
Sebanyak 33.399 ibu hamil nulipara dimasukkan ke dalam
penelitian
Ditanyakan mengenai 2 set pertanyaan pada kehamilan minggu
ke-15 dan minggu ke 17-22 termasuk frekuensi konsumsi susu.
Konsumsi susu probiotik dibagi empat kriteria yaitu tidak
dikonsumsi, konsumsi probiotik dengan intake rendah, sedang dan tinggi. Pencegahan Eczema yang Diturunkan
• Penelitian metaanalisis Doege et al pada tahun 2011 terhadap 7
studi.
Responden yaitu 2800 ibu hamil.
• Studi metaanalisis yang dilakukan Pelucchi et al yang
mengidentifikasi 18 penelitian.
Outcome penelitian yaitu dermatitis atopi dan dermatitis atopi
yang berkaitan dengan IgE. • Penelitian oleh The Norwegian Mother and Child Cohort Study di Norwegia.
Studi cohort.
Penelitian mencakup 40.614 bayi baru lahir pada tahun 2003-
2009. Pencegahan Wheezing yang Diturunkan
• Studi metaanalisis yang memasukkan 20 penelitian.
Penelitian yang dimasukkan yaitu dari tahun 2003-2013.
Melibatkan 4866 infant.
Outcome: wheezing, asma, dan infeksi saluran pernapasan
bawah. HASIL
Pencegahan Kelahiran Prematur
• Penelitian meta-analisis pada tahun 2007 terhadap 3 studi.
Tidak terdapat keuntungan suplementasi probiotik dalam
mencegah terjadinya kelahiran premature (<32 minggu) (RR = 0.65; 95% CI = 0.03-15.88) dan kelahiran premature (<37 weeks) (RR = 3.95; 95% CI = 0.36-42.91). • Studi Myhre et al
Penelitian ini menunjukkan bahwa probiotik membantu
menurunkan angka insidensi kelahiran premature.
Subjek yang meminum susu probiotik sebelumnya memiliki risiko
lebih rendah mengalami kelahiran prematur dibandingkan dengan yang tidak mengonsumsi minuman susu probiotik. (OR = 0.820; 95% CI = 0.681-0.986; p = 0.035). Pencegahan Preeklampsia
• Penelitian metaanalisis pada 14 studi dari Jepang dan Eropa.
Setelah mengonsumsi susu berfermentasi yang mengandung
probiotik, dilaporkan dapat menurunkan tekanan darah sistolik.
Rata-rata perubahan tekanan darah sistolik berkisar -1,5 sampai -
12,4 mmHg (mean: -3,10; 95% CI = -4,63-(-)1,56; p = 0,193).
Rata-rata pada perubahan tekanan diastolic berkisar -1.09 (95%
CI = -2.11-(-)0.06; p =0,153). • Studi yang dilakukan Brantsæter, et al di Norwegia.
Terjadi penurunan insidensi preeclampsia pada ibu yang konsumsi
probiotik dengan intake tinggi.
Kejadian preeklampsia 5,6% pada grup yang tidak mengonsumsi
probiotik, 4,1% pada grup yang mengonsumsi probiotik dengan intake tinggi.
Perhitungan risiko kejadian preeclampsia terjadi penurunan pada
subjek penelitian yang mengonsumsi probiotik dengan intake tinggi. (OR = 0.61; 95% CI =0.43-0.89). Pencegahan Eczema yang Diturunkan
• Penelitian metaanalisis Doege et al pada tahun 2011 terhadap 7 studi.
Ada penurunan risiko kejadian eczema atopic akibat pemakaian
probiotik (berisi lactobacillus) (RR = 0.82; 95% CI = 0.71-0.96) dibandingkan dengan probiotik dengan berbagai macam bakteri didalamnya (RR= 0.92; 95% CI = 0.83-1.02).
Pemakaian bakteri lactobacillus, jika diberikan monoterapi pada masa
kehamilan memiliki manfaat dalam mencegah insidensi eczema pada infant. • Studi metaanalisis yang dilakukan Pelucchi et al.
Terjadi penurunan insidensi dermatitis atopi dan dermatitis atopi
yang berkaitan dengan IgE sebesar 20% pada ibu yang mengonsumsi suplementasi probiotik selama kehamilan.
Outcome lain pada analisis penelitian ini adalah efek pengobatan
dengan menggunakan suplementasi probiotik terhadap derajat keparahan suatu penyakit. Menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara grup pengobatan dengan placebo. • Penelitian oleh The Norwegian Mother and Child Cohort Study di Norwegia.
Dari subjek penelitian, didapatkan 12,2% memiliki gejala eczema
atopic pada bayi berusia 6 bulan, 13,6% pada bayi berusia 18 bulan.
Jika ibu mengonsumsi susu yang mengandung probiotik ketika
bayinya berusia sampai 6 bulan terjadi sedikit penurunan pada kejadian eczema atopic tetapi tak lama kemudian ditemukan pada bayi berusia 18 bulan. Namun, jika ibu dan bayi mengonsumsi suplementasi (untuk bayi yang berusia lebih dari 6 bulan), terdapat penurunan yang drastis pada risiko kejadian eczema atopic. (RR = 0.93; 95% CI = 0.86-1.00), meskipun berada diambang batas antara hasil signifikan dan hasil yang tidak signifikan pada penelitian. Pencegahan Wheezing yang Diturunkan
• Studi metaanalisis yang memasukkan 20 penelitian.
Tidak didapatkan perbedaan signifikan insidensi kejadian asma antara
subjek penelitian yang menerima probiotik dengan subjek penelitian yang tidak menerima probiotik. (RR = 0.99; 95% CI = 0.81-1.21).
Elazab, et al15 yang berpendapat bahwa ibu hamil trisemester awal
yang menggunakan suplementasi probiotik (baik saat prenatal dan post natal) tidak dapat mencegah kejadian asma ataupun wheezing. DISKUSI
Pencegahan Kelahiran Prematur:
• Probiotik, yang biasanya berisi lactobacillus, merupakan zat yang potensial sebagai suatu jalan/usaha untuk mencegah kelahiran premature dengan cara meningkatkan penyimpanan jumlah lactobacillus yang berada di vagina. • Studi yang dilakukan oleh Vitali,et al menunjukkan suplementasi yang mengandung Lactobacillus spp dapat mengubah respon citokin dan chemokine pada mukosa vagina. • Hipotesis pada penggunaan probiotik intinya adalah probiotik dapat berkontribusi menurunkan inflamasi sistemik dan mempertahankan level inflamasi di ambang batas untuk mencegah kenaikan progesterone yang disebabkan karena proses kelahiran. Pencegahan Preeklampsia • Probiotik telah diketahui secara lama memiliki efek antihipertensi. • Secara teoritis, probiotik dapat mencegah kejadian eklampsia karena probiotik dapat mencegah terjadinya inflamasi baik secara sistemik maupun local. Pencegahan Eczema yang Diturunkan • Penelitian menunjukkan keadaan homeostasis ibu (Treg, Th1 dan Th2) dapat mempengaruhi alergi pada anak. • Faktanya bahwa sel imun ibu dapat berjalan menuju plasenta, sehingga memungkinkan pencegahan terjadinya eczema dengan menggunakan suplementasi probiotik. • Selanjutnya, ada bukti terbaru yang menunjukkan bahwa microbiota usus dibutuhkan selama dan sesudah periode kehamilan guna meningkatkan regulasi sel T. Pencegahan Kejadian Wheezing • Penelitian membuktikan penggunaan probiotik, baik sebelum kehamilan ataupun tidak dapat mencegah terjadinya inflamasi dan hiperaktivitas pada jalur pernafasan. • Mekanisme tersebut berkaitan erat dengan aktivitas Th1/regulasi sel T dalam mencegah terjadinya eczema dengan menggunakan TGF-β sebagai sel yang berperan utama pada pencegahan kejadian eczema. KESIMPULAN
Penggunaan probiotik karena probiotik aman digunakan bagi
populasi umum dan ibu hamil., kecuali pasien imunokompremise. Tidak terdapat efek samping pada penggunaan probiotik pada ibu hamil yang berpengaruh terhadap usia gestasi, berat badan bayi baru lahir, malformasi dan komplikasi ibu hamil tersebut. Probiotik, terutama Lactobacillus spp. Dan Bifidobacterium spp, terbukti dapat mengurangi insidensi kejadian kelahiran premature dan preeclampsia pada ibu hamil dan kejadian eczema yang diturunkan. Tidak ada manfaat probiotik dalam mencegah terjadinya wheezing dan asma yang dapat diturunkan dengan pemberian suplementasi probiotik pada ibu tersebut.