Anda di halaman 1dari 19

Rona Sari Mahaji Putri 1 , Hanum Agustin2, Wulansari3 J URNAL KEPERAWATAN , ISSN: 20 86 -3

07 1

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN TIMBULNYA GASTRITIS


PADA PASIEN DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
MEDICAL CENTER (UMC)

Correlation Between Diet With Gastritic Incidence On Patient In Medical Center Of


Muhammadiyah Malang

Rona Sari Mahaji Putri1, Hanum Agustin2,


Wulansari3

1,2,3)
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu kesehatan
Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang
Jl. Telaga Warna, Tlogomas, Malang 65144
*)
e-mail: putrirona@gmail.com

ABSTRAK

Gastritis merupakan masalah kesehatan di masyarakat. Di Indonesia prevalensi gastritis sebanyak


0,99% dan insiden gastritis sebesar 115/100.000 penduduk. Ketidakseimbangan faktor agresif dan
defensif lambung dapat menyebabkan gastritis. Faktor ini dipengaruhi antara lain oleh pola makan,
kebiasaan merokok, konsumsi NSAID dan kopi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
pola makan dengan timbulnya gastritis pada pasien di Universitas Muahammdiyah Malang Medical
Center (UMC). Metode penelitian analitik observasional dengan pendekatan case control. Subyek
penelitian adalah semua pasien gastritis di UMC, dengan menggunakan tehnik total sampling. Instrumen
menggunakan recall 2 x 24 jam dan kuesioner. Analisis data menggunakan uji spearman rank
correlation dengan program komputer. Hasil analisis didapatkan p value = 0,009 yang berarti ada
hubungan antara pola makan dengan timbulnya gastritis pasien di UMC. Direkomendasikan pada pasien
gastritis dan masyarakat agar mengkonsumsi makanan yang bergizi dengan jumlah makanan yang
cukup, jenis makanan yang bervariasi serta frekuensi makan yang sedikit tapi sering sesuai dengan
kebutuhan tubuh.

Kata kunci: pola makan,


gastritis

ABSTRACT

Gastritis is a kind of health problem in society. In Indonesia, the prevalence of gastritis is about
0,99% and the incidence of gastritis is about 115/100.000 people. The unbalance of aggressive factors
and ulcer defensive can cause gastritis. This factor is influenced by the eating habit, smoking habit,
consuming NSAID and coffee. This study aims to identify the relationship of eating habit with the
arising of gastritis. In this research, the population is all of the gastritis patients; the sampling technique
used is sampling total which take all of the gastritis patients as samples, whereas it uses recall 2 x 24
hours and questionnaire as the instrument of the research. Then the result of the questionnaire is
analyzed by computer program for windows with spearman rank test. The result of spearman rank test,
it is founded that value = 0,009 so which states there is a relationship of eating habit with the arising
of gastritis. Because of the existence of the relationship between eating habit and the arising of
gastritis, it is recommended for the gastritis patient and society to consume healthy food with
proportional amount, eat various foods and have a few portions but often of eating accord with bodily
needs.

Keywords: eating habit, gastritis ng berkembang bila mekanisme protektif


mukosa
LATAR BELAKANG

Gastritis adalah peradangan lokal atau


menyeba r p ada mu kosa lambung, ya
156 Juli 2010: 156 - 164
Versi online:
Volume 1, Nomor 2 h tt p : // e j ou r na l . u mm . ac . i d/i nd e x .php /k epera wa ta n/a
rticle/view/40 6

dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan


lain
(Rafani, 2009) .
Ga s t r it is mer u p a k a n ma
s a la h kesehat an di mas yar akat . Di
Indones ia prevalensi gastritis sebanyak
0,99% dan

Hubungan Pola Makan dengan Timbulnya Gastritis pada Pasien di Universita s Muhammadiyah Malang Medical 157
Center (UMC)
insiden gastritis sebesar 115/100.000 penduduk. Ketidakseimbangan faktor agresif dan defensif
lambung dapat menyebabkan gastritis. Faktor ini dipengaruhi antara lain oleh pola makan,
kebiasaan merokok, konsumsi NSAID dan kopi (Rafani, 2009). Dari hasil penelitian para pakar,
didapatkan jumlah penderita Gastritis antara pria dan wanita, ternyata gastritis lebih banyak
pada wanita dan dapat menyerang sejak usia dewasa muda hingga lanjut usia. Di Inggris 6-20%
menderita gastritis
pada usia 55 tahun dengan prevalensi terjadinya gesekan pada dinding lambung
22% dan usus halus, sehingga timbul rasa nyeri
insiden total untuk segala umur pada yang disebut tukak lambung. Gesekan akan
tahun lebih parah kalau lambung dalam keadaan
1988 adalah 16 kasus/1000 pada kelompok kosong akibat makan tidak teratur yang
umur 45-64 tahun. Insiden sepanjang usia pada akhirnya a ka n menga kib a t ka n p
untuk Gastritis adalah 10% (Riyanto, er da r a ha n p a da lambung (Rafani,
2008). Berdasarkan data yang diperoleh 2009).
dari studi pendahuluan ditemukan 431
orang pasien pada tahun 2009 sehingga METODE
dapat diambil rata- rata 36 pasien per bulan
dengan gastritis yang datang berobat ke Jenis penelitian adalah penelitian
UMM Medical Center, jumla h p as ien t analitik observasional dengan desain case
er b a nya k a da di Bu la n Oktober- control. Menggunakan tehnik total
Desember 2009 yaitu 61 pasien dalam sampling dengan ju mla h s a mp l e a da
Bulan Oktober, sebanyak 46 pasien di lah p a s ien ga st r it is sebanyak 36
Bulan November, dan 47 pasien di Bulan responden yang memenuhi kriteria (tidak
Desember totalnya 154 pasien. Dari total menderita penyakit kronis lain dan bersedia
154 pasien, sebanyak 21 pasien datang menjadi responden). Penelitian
dengan keluhan mual, sehari belum makan, dilaksanakan pada bulan Februari sampai
sebanyak dengan Maret 2009 di UMM medical
34 pasien dengan keluhan mual, telat centre Malang.
makan, muntah disertai nyeri perut.15 Ins t r u men y a ng digu na ka n d a
orang dengan keluhan nyeri perut dan perut la m penelitian adalah kuesioner mengenai
kembung, tadi pagi habis makan masakan pola makan yang meliputi jumlah, jenis,
pedes, sebanyak dan frekuensi makan yang diperoleh
11 orang dengan keluhan mual, tadi pagi dengan cara recall 2 x 2 4 jam
habis minum kopi. Sedangkan 73 pasien (menanyaka n s eca ra langsung yang
lainnya datang dengan keluhan mual dikonsumsi oleh responden dengan cara
muntah nyeri perut saja. Berarti masih bertanya mundur ke belakang selama 2 x
cukup banyak jumlah penderita gastritis 24 jam). Kemudian hasil diolah dan
dengan pola makan yang kurang benar saat dimasukkan ke dalam kategori skor,
ini. Sehingga peneliti tertarik untuk dengan rincian sebagai berikut: kategori
mengetahui hubungan pola makan dengan pola makan sangat baik (81,25-100%), baik
timbulnya gastritis. (62,5-
Gastritis (inflamasi mukosa lambung) 81,24%), cukup baik (43,75-62,4%), dan
sering akibat diet yang salah. Kadang, ku r a ng b a i k (2 5 -4 3 , 7 4 %). S eda
gastritis da p a t menyeb a b ka n p en da n gka n t imb u lnya g a s t r it i s dip er
r a ha n p a da lambung, tapi hal ini jarang oleh denga n menggunakan kuesioner,
menjadi parah kecuali bila pada saat yang yang kemudian hasilnya dimasukkan skor,
sama juga terjadi luka kronis pada dengan rincian sebagai berikut: gastritis
lambung. Pendarahan pada lambung dapat akut (1-7), dan ga s t r it is k r onis (
menyebabkan muntah darah a t a u t er da 8 -1 4 ). P eneli t ia n menggunakan uji
p a t da r a h p a da feces da n memer analisa statistik spearman r an k co rrela
lukan p era wat an segera (Ra fani, ti on denga n menggu na ka n program
2 00 9). Pola makan ya ng t idak t er at komputer for wi ndows dengan
ur, lambung menjadi sensitif bila asam alpha 0,05 dengan
lambung meningkat. Produksi HCl (asam uji.
lambung) ya ng b er leb ih a n da p a t
menyeb a b ka n
HASIL DAN PEMBAHASAN K ara kteris ti k Res po nden B erd as
ar
Hasil Berat Badan

Data Umum 60
BB r esponden
40

20
Karakteristik Responden Berdasarkan BB
ber dasar kan
Umur 0
AKG
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28

10% 0
Gambar 3. Grafik perbandingan BB aktual
16-18 th responden dengan BB berdasarkan
43%
47%
AKG
19-29 th

30-49 th Da r i gr a fik 1 da p a t diket a


hu i perbandingan berat badan aktual
responden dengan ber at b adan ber dasa
Gambar 1. Diagram distribusi frekuensi rkan angka kecukupan gizi (AKG), yaitu
responden menurut umur sebanyak 19 responden (63%) memiliki
berat badan kurang da r i b er a t b a da n
b er da s a r ka n AKG, 6 responden (20%)
Da r i ga mb a r 1 dida p a t ka n h
memiliki berat badan lebih dari AKG, dan
a s il penelitian bahwa sebanyak 13
5 responden (17%) memiliki b era t b ada
responden (43 %) b er u sia a nta ra 16
n sa ma dengan b era t b ada n
-18 ta hun, 1 4 responden (47%) berusia
berdasarkan AKG.
antara 19-29 tahun, dan tiga responden
(10% ) berusia antara 30-
Data Khusus
49 tahun.
Pola Makan
Karakteristik Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin
• Jumlah makanan : Dari hasil
penelitian da p a t diket a hu i b a
0%
hwa s emu a r es p onden ( 1 0 0
%) mengons u ms i makanan yang
kurang dari kebutuhan
Perempuan tubuh.
100%
• Jenis makanan: Dari hasil penelitian
da p a t diket a hu i b a hwa s
emu a responden (100%)
mengonsumsi jenis makanan yang
tidak bervariasi.
Gambar 2. Diagram distribusi frekuensi • Frekuensi makan
responden berdasarkan jenis
kelamin 0 0

Da r i ga mb a r 2 dida p a t ka n h 47%
53% Baik
a s il penelitian bahwa seluruh responden
(100%) berjenis kelamin perempuan. kurang
Gambar 4. Diagram distribusi frekuensi
responden berdasar frekuensi
makan
21 reponden (70%) mempunyai nilai gizi
Dari hasil penelitian dapat diketahui protein kurang.
sebanyak 16 responden (53%) memiliki
frekurensi makan baik dan 14 responden
(47%) memiliki frekuensi makan kurang. • Nilai lemak berdasarkan AKG

Konsumsi Makan Berdasarkan Unsur


Zat Gizi
23%
Baik
• Nilai karbohidrat berdasarkan AKG 77%
Kurang

27% Gambar 7. Diagram distribusi frekuensi


Baik
73% responden berdasarkan nilai lemak
Kurang

Dari hasil penelitian dapat diketahui


sebanyak 7 responden (23%) mempunyai
nilai gizi lemak baik, sedangkan 23
Gambar 5. Diagram distribusi frekuensi responden
r es p onden b er da s a r ka n n
(77%) mempunyai nilai gizi lemak kurang.
ila i karbohidrat

Dari hasil penelitian dapat diketahui Pola Makan Pasien Gastritis di UMM
sebanyak 8 responden (27%) mempunyai Medical Center Malang
nilai gizi karbohidrat baik, dan 23
responden (73%)
Pola makan
mempunyai nilai gizi kabohidrat 20%
sangat baik
kurang. 47 % 6%
Pola makan
27 % baik
• Nilai protein berdasarkan AKG
Pola makan
Cukup baik

30%
Baik
Gambar 8. Diagram distribusi frekuensi
70%
Kurang responden berdasarkan pola makan
pasien gastritis di UMM Medical
Center Malang

Dari hasil penelitian dapat diketahui


Gambar 6. Diagram distribusi frekuensi sebanyak 6 responden (20%) dalam
responden berdasarkan nilai
kategori p ola ma ka n s a nga t b a ik, s
protein
eb a ny a k 2 responden (6%) dalam
kategori pola makan baik, sebanyak 8
Dari hasil penelitian dapat diketahui responden (27%) dalam kategori pola
b a hwa s eb a ny a k 9 r es p onden ( 3 makan cukup baik, dan 14 responden
0 %) mempunyai nilai gizi protein baik, (47%) dalam kategori pola makan
sedangkan
kurang baik.
G as tr itis Di UMM M ed i ca l C e Dari hasil penelitian dapat diketahui
nt er s eb a n ya k 1 6 r es p onden (5 4 %) d
Malang a la m kelompok gastritis akut, dan 14
responden (47%) dalam kelompok gastritis
Timbulnya gastritis kronis.

47% gastritis akut H ubung an Po la Makan D eng


53% gastritis an Timbulnya Gastritis di UMM
kronis Medical Center Malang

Gambar 9. Diagram distribusi frekuensi


responden berdasarkan timbulnya
gastritis di UMM Medical Center
Malang
Tabel 1. Hubungan pola makan dengan timbulnya gastritis di UMM Medical Center Malang

No Skor pola Gastritis akut Gastritis kronis Total


makan
n % n % n %
1 Sangat 5 (16,7%) 1 (3,3%) 6 (20%)
baik
2 Baik 2 (6,7%) 0 - 2 (6,7%)
3 Cukup 4 (13,3%) 4 (13,3%) 8 (26,7%)
baik
4 Kurang 5 (16,7%) 9 30% 14 (46,7%)
baik
Total 16 (53,3%) 14 (46,7%) 30 (100%)

didapatkan nilai p value = 0,009 dan


Dari tabel 1 didapatkan hasil
kekuatan hubungan sebesar r = 0,472.
penelitian bahwa pada kategori pola makan
sangat baik yang menderita gastritis akut
sebanyak 5 responden (16, 7%) dan sat
u r esp onden (3,3%) menderita gas tritis
kronis, pada kategori pola makan baik
terdapat 2 responden (6,7%) yang menderita
gastritis akut dan tidak ada yang menderita
gastritis kronis, pada kategori pola makan
cukup baik terdapat 4 responden (13,3%)
yang menderita gastritis akut dan 4
responden (13,3%) menderita gastritis
kronis, sedangkan untuk kategori pola
makan kurang baik terdapat 5 responden
(16, 7%) menderit a gast ritis akut dan
9 responden (30%) menderita gastritis
kronis.
Dari hasil analisis statistik
menggunakan s p ea r ma n r a n k co r
rel a t i o n den ga n menggunakan
bantuan program komputer for windows,
Pembahasan

Da r i dia gr a m dist r ib u s i fr
eku ens i r es ponden menu ru t umur
menu njukka n sebanyak 14 responden
(47%) penderita berusia 19-29 tahun. Ini
berarti gastritis lebih banyak diderita pada
usia dewasa muda. Sependapat dengan
teori bahwa gastritis menyerang sejak usia
dewasa muda hingga lanjut usia (Riyanto,
2008). Pada usia tersebut semua
responden ya ng mas ih b ers tat us
mahasiswa sering tidak terkontrol dalam
asupan makannya, disebabkan antara lain
oleh karena kesibukan, dan sudah adanya
ketertarikan terhadap lawan jenis sehingga
pada usia tersebut berusaha semaksimal
mungkin untuk melangsingkan tubuh
dengan mengurangi makan. Yang perlu
dipahami bahwa pada usia ini sebenarnya
sangat diperlukan adanya pemenuhan
semua zat gizi
ka r ena t u mb u h kemb a n g ya ng b Frekuensi atau jumlah makan dalam s eha r
elu m mencapai maksimal. i ya n g b a ik dis eb a b ka n ka r ena
Da r i dia gr a m dist r ib u s i fr eku
ens i r es p onden menu r u t j enis
kel a min menu nju kkan s emu a r es p
onden a da la h perempuan. Gastritis lebih
banyak diderita perempuan, karena kaum
perempuan lebih peduli dan perhatian pada
berat badan dan penampilan, sehingga
perempuan berusaha menur u nkan bera t
b ada n melalui ja la n mengatur
frekuensi, jumlah dan jenis makanan
konsumsi sebisa mungkin agar tidak
menjadi gemuk. Hal ini sependapat dengan
teori yang menyatakan bahwa jumlah
penderita gastritis lebih banyak perempuan
dibanding pria (Riyanto, 2008).
Dari grafik perbandingan berat badan
a kt u a l r es p onden d enga n b er a t b
a da n berdasarkan AKG menunjukkan
sebanyak 19 responden (63%) memiliki
ber at badan kurang, sebanyak 6 responden
(20%) memiliki berat badan lebih dan 5
responden (17%) memiliki berat badan
sama dengan berat badan berdasarkan
AKG. Berat badan yang kurang
disebabkan karena asupan jumlah makanan
yang kurang dari kebutuhan tubuh dan jenis
makanan yang kurang bervariasi.
Dari hasil distribusi frekuensi jumlah
makanan, dari seluruh responden
sebanyak
100% mengonsumsi jumlah makanan yang
kurang dari kebutuhan tubuh. Jumlah
asupan makanan yang kurang
menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan
dan kecukupan kalori t u b u h. Ha l ini
men ga kib a t ka n ku r a ng terpenuhinya
energi dan unsur-unsur gizi lain yang
dibutuhkan oleh tubuh.
Berdasarkan jenis makanan, seluruh
responden mengkonsumsi jenis makanan
yang tidak bervariasi. Namun demikian
telah memenuhi komposisi makanan yang
baik.
Da r i dia gr a m dist r ib u s i fr eku
ens i r es p onden b er da s a r fr eku ens
i ma ka n menunjukkan bahwa sebanyak
16 responden (53%) memiliki frekuensi
makan baik dan 14 responden (47%)
memiliki frekuensi makan kurang.
kesadaran yang tinggi oleh para responden
akan pentingnya makan dengan frekuensi
yang teratur. Sedangkan frekuensi makan
yang kurang pada responden dipengaruhi
karena faktor kebiasaan makan, diet serta
menj a ga b er a t b a da n t et a p idea l
a ga r penampilan tetap terjaga. Frekuensi
makan yang tidak teratur membuat lambung
sulit beradaptasi, sehingga asam lambung
menjadi meningkat. Asam lambung yang
meningkat akan mengiritasi dinding mukosa
lambung sehingga timbul gastritis.
Da r i dia gr a m dist r ib u s i fr eku
ens i responden berdasarkan nilai
karbohidrat menunjukkan bahwa sebanyak
8 responden (27%) mempunyai nilai gizi
karbohidrat baik, dan 23 responden (73%)
mempunyai nilai gizi kabohidrat kurang.
Nilai gizi kabohidrat yang kurang dapat
disebabkan karena asupan jumlah makanan
yang kurang dari kebutuhan tubuh.
Karbohidrat merupakan salah satu unsur
gizi yang berfungsi sebagai energi utama,
kebutuhan karbohidrat yang dianjurkan s eb
es a r 6 0 % da r i t ot a l ka lor i denga
n perincian 90% dari selain gula dan 10%
gula Kekurangan karbohidrat dalam
konsumsi ma ka na n da p a t menyeb a b
ka n kea da a n malnutrisi. Dari data
responden dapat dilihat berat badan sample
kurang dari standart ditunjukkan dengan
tubuh yang kurus.
Da r i dia gr a m dist r ib u s i fr eku
ens i r es p onden b er da s a r ka n ni la i
p r o t ein menunjukkan bahwa sebanyak 9
responden (30%) mempunyai nilai gizi
protein baik, sedangkan 21 reponden (70%)
mempunyai nilai gizi protein kurang.
Asupan protein yang kurang dapat
disebabkan karena jumlah makanan yang
kurang dari kebutuhan tubuh serta kurang
bervariasinya jenis makanan. Dimu
ngkinka n jenis ma ka na n ya ng
dikonsumsi oleh responden tergolong rendah
protein. Protein merupakan salah satu unsur
zat gizi yang berfungsi untuk pertumbuhan
dan pemeliharaan kulit dan kuku,
mengatur keseimbangan cairan, memelihara
netralitas tubuh, pembentukan antibodi dan
sumber energi. Kekurangan protein
menyebabkan
banyak masalah seperti kehilangan berat seimbang. Bahkan, kematian akibat
badan, kelemahan, penyusutan jaringan penyakit yang timbul karena pola makan
otot dan edema. Sindrom lain termasuk luar yang s a la h a t a u t ida k s eha t b el a
biasa tekanan darah rendah, denyut jantung ka nga n ini cenderung meningkat.
sangat rendah, anemia dan pigmentasi pada
kulit. Ting ka t met a b olis me ju ga
cender u ng menurun. Hal ini juga diyakini
menyebabkan infiltrasi lemak dan sirosis
hati (Erfandi, 2009).
Da r i dia gr a m dist r ib u s i fr eku
ens i r es p o nden b er da s a r ka n nila
i l ema k menu nju kka n b a hwa s eb
a gia n b es a r responden (77%)
mempunyai nilai gizi lemak yang kurang.
Kurangnya nilai gizi lemak responden
disebabkan salah satunya karena kurangnya
jumlah asupan makanan dalam tubuh,
adanya kesukaan responden terhadap jenis
makanan, serta jenis makanan sebagai su
mber lemak yang dikonsumsi kura ng
bervariasi. Pada dasarnya lemak berfungsi
sebagai sumber dan cadangan energi.
Lemak disimpan di jaringan bawah kulit
(Pratiwi,
2 0 0 9 ). J ik a keku r a nga n l ema k d
a p a t menimbulkan gangguan saraf dan
penglihatan, menghambat pertumbuhan
pada bayi dan a na k-a na k, kegagala n
rep rodu ksi sert a gangguan pada kulit,
ginjal dan hati (Erfandi,
2009). Asupan karbohidrat, lemak dan
protein ya ng ku r a ng a ka n b er a
kib a t t ida k terpenuhinya fungsi-fungsi
dari unsur-unsur gizi tersebut. Dari
konsumsi makan beberapa unsur gizi di
atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
pasien gastritis mempunyai pola makan
yang salah.
Perilaku konsumsi makan pada diri
seseorang, satu keluarga atau masayarakat
dipengaruhi oleh wawasan dan cara
pandang dan fa kt or la in ya ng ber ka it
a n denga n tindakan yang tepat. Di sisi
lain nutrisi sangat b ergu na u nt u k
menja ga kes eha t a n da n mencegah
penyakit. Selain karena faktor kekurangan
nutrisi, akhir-akhir ini juga muncul penyakit
akibat salah pola makan seperti kelebihan
makan atau makan makanan yang kurang
Da r i dia gr a m dist r ib u s i fr eku yang tidak teratur membuat la mb u ng s
ens i responden berdasarkan pola makan u l it b er a da p t a s i da n d a p a t
pasien gastritis menunjukkan bahwa
sebanyak 14 responden (47%) memiliki
pola makan kurang baik. Pola makan
dipengaruhi oleh budaya, a ga ma a t au
kepercaya an, s ta tu s s os ia l ekonomi,
personal preference, rasa lapar, nafsu
makan, rasa kenyang dan kesehatan. P ola
ma ka n y a ng ku r a ng b a ik p a da
responden salah satunya disebabkan karena
statusnya yang masih mahasiswa dan
relatif berusia muda. Mahasiswa biasanya
sangat mement ingka n p ena mp i la n
s ehi ngga beberapa dari mereka
melakukan diit ketat agar tetap terlihat
langsing, selain itu juga bisa dis eb a b ka n
ka r ena ma ka n ya ng t ida k terkontrol
karena jauh dari orang tua serta sibuk
dengan kegiatan kampus, jauhnya dari t
emp a t ma k a n a t a u wa r u ng ju ga
b is a mempengaruhi pola makan.
Da r i dia gr a m dist r ib u s i fr eku
ens i responden berdasarkan timbulnya
gastritis menunjukkan bahwa sebanyak 16
responden (54 %) dalam ka tegori ga
st ritis akut , s eb a n ya k 1 4 r es p
onden (4 7 %) d a la m kelompok
gastritis kronis. Hal ini dapat disebabkan
karena sebagian besar responden memiliki
pola makan kurang baik dengan
pemenuhan karohidrat, protein maupun
lemak yang kurang. Sebagian besar
responden (54%) menderita gastritis akut ,
disebabkan karena sebagian besar
responden (47%) yang masih berusia
dewasa muda dan berstatus sebagai
mahasiswa, dengan kesibukan kuliah serta
keterbatasan waktu maupun jauhnya da r i
t emp a t ma ka n, mer eka s er ing
meninggalkan jadwal makan sehingga pola
makan mereka menjadi kurang baik dan
timbul keluhan penyakit gastritis. Gastritis
adalah peradangan lokal atau menyebar
pada mukosa lambung yang berkembang
bila mekanisme mukosa dipenuhi dengan
bakteri atau bahan iritan la in (Setyono,
2001). G as t ritis bi s a dis eb
abkan ka rena beberapa faktor
(wartawarga, 2010) yaitu jadwal makan
mengkibatkan kelebihan asam lambung dan Kebiasaan makan makanan yang
akan mengiritasi dinding mukosa lambung, terlalu pedas, terlalu dingin atau panas,
makanan yang teksturnya keras dan terlalu cepat, juga mendukung timbulnya
dimakan da la m kea daa n pa na s mis gastritis. Jika keadaan itu dibiarkan akan
alnya b a ks o, mengkonsumsi minuman memperparah p end er it a ka r ena da p
yang mengandung kafein seperti kopi dan a t menyeb a b ka n perforasi atau gangren
teh, makanan pedas dan asam, dan (Smeltzer, 2000).
makanan yang mengandung gas seperti ubi, Gas t rit is b uka nla h s ua t u p
buncis, kol dll. enya kit tunggal, namun beberapa kondisi-
Dari tabel hubungan pola makan kondisi yang b er b eda ya ng s emu a n
dengan timbulnya gastritis menunjukkan ya memp u nya i p era da nga n lap is an
bahwa sebagian besar responden (47%) la mb u ng. Ka dang, gastritis dapat
memiliki pola makan kurang baik, menyebabkan pendarahan pada lambung,
mengakibatkan 5 responden (16,7%) tapi hal ini jarang menjadi parah kecuali
menderita gastritis akut dan 9 responden bila pada saat yang sama juga terjadi borok
(30%) menderita gastritis kronis. Pola pada lambung. P enda raha n pa da
makan yang tidak baik dilihat dari segi lambung dapat menyebabkan muntah
jumlah, jenis dan fungsi dalam jangka darah a t a u t er da p a t da r a h p a da
waktu lama menyebabkan tidak feces da n memer lukan p era wat an
terpenuhinya kebutuhan tubuh akan segera (Ra fani,
unsur-u nsur gizi (termasuk di dalamnya 2009).
karbohidrat, protein, lemak). Frekuensi
makan yang tidak teratur dalam jangka KESIMPULAN DAN SARAN
waktu yang lama juga bisa menimbulkan
gastritis. Berdasarkan pembahasan bahwa di
Dari hasil analisis disimpulkan bahwa UMM Medical Center Malang sebagian
ada hubungan pola makan dengan besar responden dalam kategori pola makan
timbulnya gastritis di UMM Medical kurang baik. Sebagian besar res ponden
Center Malang, dengan nilai p value 0,009. menderita gastritis akut dan sebagian kecil
Kesehatan seseorang salah satunya dalam kelompok gastritis kronis. Pola
dipengaruhi oleh pola makan yang kurang makan yang kurang baik menyebabkan
baik (tidak teratur) menyebabkan lambung sebagian kecil responden menderita
menjadi sensitif, sehingga asam lambung gastritis akut dan sebagian besar responden
meningkat. Produksi HCl (asam lambung) menderita gastritis kronis. Dapat
ya ng b er leb ih a n da p a t menyeb a disimpulkan bahwa secara statistik terdapat
b ka n terjadinya gesekan pada dinding hubungan antara pola makan dengan
lambung dan usus halus, sehingga timbul timbulnya gastritis.
rasa nyeri yang disebut tukak lambung. Saran yang dapat diberikan yaitu perlu
Gesekan akan lebih parah kalau lambung adanya penelitian lebih lanjut dengan
dalam keadaan kosong akibat makan tidak sample yang lebih besar.
teratur yang pada akhirnya a ka n menga Direkomendasikan pada pasien dan
kib a t ka n p er da r a ha n p a da masyarakat untuk mengkonsumsi ma ka na
lambung (Rafani, 2009). n ya ng b er g izi den ga n ju mla h
Gastritis (inflamasi mukosa lambung) makanan yang cukup, jenis makanan yang
pada umumnya terjadi karena diet yang bervariasi, frekuensi makan dengan porsi
salah. Yaitu dengan mengonsumsi jumlah sedikit tapi sering sesuai dengan
makanan yang kurang dari kebutuhan kebutuhan
tubuh, jenis makanan yang kurang tubuh.
bervariasi dan tidak sehat, serta frekuensi
makan yang tidak tera tu r da pa t memp DAFTAR PUSTAKA
er mu da h terjadinya gastritis.
Aziz , A. 2 0 0 7 . M et od e P eneli t
ia n Keperawatan dan Teknik Analisis
Data. Jakarta: Salemba Medika.
Auliana, R. 2001. Gizi dan Pengolahan
Pangan. Yogyakarta: Adicita.
Ba u g hma n, D. C . 2 0 0 0 . Kep er a
wa t a n M edikal Beda h: Buku S
aku untu k Brunner dan Suddarth.
Jakarta: EGC.
Dewa, I., dkk. 2002. Penilaian Status Gizi.
Jakarta: EGC.
Djaeni, A. 2000. Ilmu Gizi. Jakarta Timur:
Dian Rakyat.
Erfandi. 2009. Protein, Lipid dan Vitamin.
Jakarta: EGC.
Farida, Y., dkk. 2004. Pengantar Pangan
dan
Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya. Inayah, I.
2004. Asuhan Keperawatan pada
Klien denga n Ga ng gu a n S i s t em
Pencernaan. Jakarta: Salemba
Medika. Lies, A. 2004. Kesehatan dan
Gizi. Jakarta:
PT. Asdi Mahasatya.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
M et od ologi P enelit ia n
Ilmu kep er a wa t a n . J a ka r t a :
S a l emb a Medika.
Rafani. 2009. Askep Anak dengan Gastritis.
www. r a fa ni. co. id. Diakses tanggal 2
Januari 2009 jam 18.15 WIB.
R iya nt o, H. 2008. Ga s t r
i t is . www. wordpress.co.id. Diakses
tanggal
2 januari 2009 jam 18.25 WIB.
Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset
Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Setyono, J. 2001. Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: EGC.
S melt zer. 20 0 2 . Kep er a wat a n M
edika l bedah. Jakarta: EGC.
Suhardjo.1990. Penilaian Keadaan Gizi
Masyarakat. Bogor: IPB.
Suharsimi, A. 1998. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sylvia, A.P., Lorraine. 1994. Patofisiologi
Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai