Anda di halaman 1dari 13

BERKAS PORTOFOLIO

Nama Peserta : Carmellia Suharsa, dr.


Nama Wahana : RSUD Gunung Jati Kota Cirebon
Topik : Kasus Medis “Preeklamsi Berat + IUFD”
Tanggal (kasus) : 06 Agustus 2015
Nama Pasien : Ny. SS No. RM : 881248
Tanggal Presentasi : Nama Pendamping :
03 September 2015 Andra, dr.
Tempat Presentasi : Ruang Komite Medik RSUD Gunung Jati Kota Cirebon
Objektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi :
Seorang wanita G1P0A0, 24 tahun, datang dengan keluhan tidak merasakan gerakan
janin sejak ± 12 jam sebelum masuk rumah sakit disertai dengan tekanan darah tinggi. Mules
disangkal, keluar air-air disangkal, lendir bercampur darah disangkal, nyeri perut disangkal,
kepala pusing disangkal, nyeri kepala disangkal, penglihatan buram disangkal, sesak nafas
disangkal. Pasien rutin memeriksakan kandungannya ke dokter spesialis.
Riwayat penyakit dahulu : hipertensi sebelum kehamilan disangkal
Riwayat menstrulasi : Menarche usia tahun, Siklus hari lamanya ± 7 hari
Riwayat obstetri : G1P0A0
Riwayat KB : tidak pernah menggunakan KB
Riwayat alergi obat : tidak ada
Tujuan :
 Mendiagnosis PreeklamsiBerat + IUFD dan mengetahui terapi yang tepat.
 Mengidentifikasi masalah yang dapat terjadi.
 Memberikan edukasi yang tepat.
 Menilai prognosis penyakit.
Bahan bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas : Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos

Data pasien : Nama : Ny. SS No. register : 881248


Nama RS : RSUD Gunung Jati Kota Telp : - Terdaftar sejak :
Cirebon

Data utama untuk bahan diskusi


1. Diagnosis/ gambaran klinis:
Pasien didiagnosa Preeklamsi Berat dan IUFD (Intra Uterine Fetal Dead) karena
pasien datang dengan tidak merasakan gerakan janin sejak ± 12 jam sebelum masuk rumah
sakit disertai tekanan darah tinggi. Mules disangkal, keluar air-air disangkal, lendir
bercampur darah disangkal, nyeri perut disangkal, kepala pusing disangkal, nyeri kepala
disangkal, penglihatan buram disangkal, sesak nafas disangkal. Pasien rutin memeriksakan

1
kandungannya ke dokter spesialis.
2. Riwayat pengobatan : Pasien rutin memeriksakan kandungan ke dokter spesialis
3. Riwayat kesehatan/ penyakit : Pasien belum pernah mengalami tekanan darah tinggi
sebelum kehamilan
4. Riwayat ANC : teratur kontrol ke dokter kandungan
5. Riwayat pekerjaan : Pasien adalah seorang ibu rumah tangga.
6. Lain-lain :
Keadaan Umum
 Pasien tampak sakit sedang
 Gizi : cukup
 Kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda vital
 TD : 190/120 mmHg
 Suhu : 37°C
 Nadi : 100x/menit
 Pernafasan : 20x/menit
Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 148,5 cm
BMI : 27

Status Generalis
Kepala
 Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik.
Thoraks
 Cor : BJM, reguler, murmur (-)
 Pulmo : VBS kiri=kanan, Ronki -/-, Wheezing -/-
Abdomen
 Inspeksi : cembung, supel
 Palpasi : Lembut, defance musculair (-)
 Perkusi : timpani
 Auskultasi : BU (+) normal
Ekstremitas
 Edema -/-
 Akral hangat, CRT < 2 detik
Status Ginekologis
Inspeksi : vulva/uretra tenang, tidak tampak tanda perdangan, tidak tampak benjolan
Inspekulo : Fluxus (-), fluor (-), portio licin tidak didapatkan massa
Vaginal Touche :
 Vulva/Vagina tak ada kelainan
 Portio B/K normal
 Cavum Uteri B/K normal
 Adnexa dalam batas normal
 Cavum Douglas dalam batas normal
 Pembukaan : tidak ada

2
Daftar Pustaka:
1. Gibson P, Hypertension and Pregnancy, 9 Febuari 2015, diakses tanggal 20 September
2015, dari http://emedicine.medscape.com/article/261435-overview
2. Ronald MR, Preeclampsia, 22 Desember 2014, diakses tanggal 20 September 2015, dari
http://emedicine.medscape.com/article/1476919-overview
3. Cunningham F, Leveno K, Bloom S, Hauth J, Gilstrap L, Wenstrom K, Hypertensive
Disorders in Pregnancy, dalam William Obstetrics, edisi ke-22, New York: McGraw-
Hill, 2005 : 761-808
4. Scott J, Disaia P, Hammond C, Spellacy W, Gordon J, Danforth Buku Saku Gangguan
Hipertensi dalam Kehamilan, dalam Obstetri dan Ginekologi, edisi ke-1, Koesoema H,
penyunting, Jakarta : Widya Medika, 2002: 202-213
5. Branch D, Porter T, Hypertensive Disorders of Pregnancy, dalam Danforth’s
Obstetrics&Gynecologiy, edisi ke-8, Scott J, Saia P, Hammond C, Spellacy W,
penyunting, Philadelphia: Lippincott Williams&Wilkins, 1999: 309-326
6. Angsar M.D, Hipertensi Dalam Kehamilan, dalam Ilmu Kebidanan Edisi 4, Jakarta:
FKUI, 2008 hal 530-559
7. Cunningham FG, Leveno KJ, Alexander JM, Bloom SL, Casey BM, Dashe JS, Sheffield
JS, Roberts SW (eds). Williams Manual of Obstetric Pregnancy Complication, 22nd
edition. New York; McGraw Hill, 2007
8. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gillstrap III LC, Wentstrom KD.
(eds). Williams Obstetric, 22nd edition. New York; McGraw Hill, 2007: 677-81
9. Soewarto S. Kematian Janin. Dalam: Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo, edisi
keempat., cetakan pertama, Saifuddin AB, Rachimhadi T, Winkjosastro GH. (ed).
Jakarta; PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2008: 732-5
Hasil Pembelajaran:
1. Membuat diagnosis preeklamsi berat + IUFD
2. Mengetahui prinsip tatalaksana preeklamsi berat + IUFD
3. Mengetahui masalah apa yang dapat timbul pada preeklamsi berat + IUFD
4. Mekanisme preeklamsi berat dan IUFD dan hubungannya dengan hasil pemeriksaan
fisik pada kasus ini
5. Edukasi tentang perjalanan penyakit dan prognosis penyakit pada pasien.

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio


1. Subjektif
Seorang wanita G1P0A0, 24 tahun, datang dengan keluhan tidak merasakan gerakan
janin sejak ± 12 jam sebelum masuk rumah sakit. Mules disangkal, keluar air-air disangkal,
lendir bercampur darah disangkal, nyeri perut disangkal, kepala pusing disangkal, nyeri
kepala disangkal, penglihatan buram disangkal, sesak nafas disangkal. Pasien rutin
memeriksakan kandungannya ke dokter spesialis.
Riwayat penyakit dahulu : hipertensi sebelum kehamilan disangkal
Riwayat menstrulasi : Menarche usia tahun, Siklus hari lamanya ± 7 hari
Riwayat obstetri : G1P0A0
Riwayat ANC : teratur kontrol ke dokter kandungan

3
Tanggal Tekanan BB (kg) Umur TFU (cm) DJJ Letak
darah kehamilan janin
28/12/14 120/80 57 5 mgg - - -
15/01/15 90/70 54 8 mgg - - -
05/03/15 100/70 54 14 mgg 2 jr bwh + Kepala
pst
07/03/15 100/60 54 15 mgg ½ pst + Kepala
symphisis
16/04/15 100/70 55 21 mgg Sepusat + 138x Kepala
21/05/15 110/70 58 26 mgg 18 cm + 140x Kepala
18/06/15 110/60 60 30 mgg 20 cm + 140x Kepala
02/07/15 120/60 60 31 mgg 21 cm + 140x kepala

Riwayat KB : tidak pernah menggunakan KB


Riwayat alergi obat : tidak ada
2. Objektif
Hasil dari pemeriksaan fisik dan laboratorium mendukung diagnosis perdarahan
uterine disfungsional. Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan berdasarkan:
Pemeriksaan Fisik
• PD :
– Vulva/Vagina tak ada kelainan
– Portio B/K normal
– Cavum Uteri B/K normal
– Adnexa dalam batas normal
– Cavum Douglas dalam batas normal
– Pembukaan : tidak ada

Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium (06/08/2015)
 Hb : 12 g/dL
 Ht : 37,8 %
 Leukosit : 9.460/mm3
 Trombosit : 251.000/mm3
 Eritrosit : 4.31 juta sel/L
 BT/CT : 3’00’’ / 6’00’’
 GDS : 121
 Ureum : 13,7
 Kreatinin : 0,83
 SGOT/SGPT : 40/20
 HbsAg : negatif
 Anti HIV : negatif
 Protein urine : (+3)

4
 USG :
 07/08/2015 : Janin tunggal, mati, pulsasi jantung (-), presentasi kepala, TBJ
1300 gr, air ketuban sedikit, insersi plasenta di corpus anterior tidak tampak
hematokel retroplasenta, tampak gambaran molase pada tulang kepala
Kesan : G1P0A0 gravida 28-29 minggu presentasi kepala dengan IUFD +
oligohidramnion

3. Assessment (Penalaran Klinis) PEB


Istilah hipertensi gestational digunakan pada saat ini untuk menjelaskan segala bentuk
hipertensi terkait dengan kehamilan. Istilah ini dipilih untuk dapat lebih menekankan
hubungan sebab-akibat antara kehamilan dan bentuk khas dari hipertensi – preeklampsi
dan eklampsi.
Terdapat 5 macam kelainan hipertensi pada kehamilan, antara lain :
1. Hipertensi Gestational
2. Preeklampsi
3. Eklampsi
4. Hipertensi Kronik dengan superimposisi Preeklampsi
5. Hipertensi Kronik
Klasifikasi hipertensi yang merupakan komplikasi dari kehamilan, menurut Working
Groups Of National High Blood Pressure Education Program (NHBPEP) dijelaskan
pada tabel

Tabel Diagnosis Hipertensi yang merupakan komplikasi dari kehamilan


Hipertensi Gestational
Tekanan Darah ≥ 140/90 mmHg untuk pertama kalinya selama kehamilan
Tidak ada proteinuria
Tekanan darah kembali normal < 12 minggu postpartum
Diagnosis akhir hanya dapat dibuat pada postpartum
Dapat disertai gejala-gejala eklampsi yang tidak khas, contoh nyeri ulu hati, atau
trombositopenia
Preeklampsi
Kriteria Minimum
Tekanan Darah ≥ 140/90 mmHg setelah masa gestasi 20 minggu
Proteinuria ≥ 300 mg/ 24 jam atau dipstick ≥ ± 1
Meningkatkan kemungkinan Preeklampsi
Tekanan darah ≥ 160/110 mmHg
Proteinuria ≥ 2.0 g/ 24 jam atau dipstick ≥ ± 2
Serum Kreatinin >1.2 mg/dL kecuali bila diketahui tinggi sebelumnya
Trombosit < 100,000 / mm3
Hemolisis Mikroangiopatik (peningkatan LDH)
Peningkatan SGOT atau SGPT
Sakit kepala menetap, atau gangguan serebral, atau gangguan penglihatan
Nyeri epigastrium menetap
Eklampsi
Kejang yang tidak dapat dijelaskan oleh sebab lain pada wanita dengan preeklampsi

5
Preeklampsi Superimposisi
Onset baru proteinuria proteinuria ≥ 300 mg/ 24 jam pada wanita hamil, namun tidak
ditemukan proteinuria sebelum masa gestasi 20 minggu
Peningkatan mendadak dari proteinuria atau tekanan darah atau jumlah trombosit <
100,000 / mm3 pada wanita dengan hipertensi dan proteinuria sebelum masa gestasi 20
minggu
Hipertensi Kronik
Tekanan Darah ≥ 140/90 mmHg sebelum kehamilan atau didiagnosis sebelum masa
gestasi 20 minggu, dan tidak berhubungan dengan penyakit trofoblastik gestasional
atau
Hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah masa gestasi 20 minggu dan menetap
setelah 12 minggu postpartum

Etilogi PEB
Setiap teori mengenai etiologi dan patofisiologi dari preeklampsi harus dapat
menjelaskan mengapa kelainan hipertensi karena kehamilan banyak terjadi pada wanita yang:
1. Terpajan villi chorialis untuk pertama kali.
2. Terpajan villi chorialis yang berlebihan, seperti pada kehamilan kembar
atau memiliki mla hidatidosa
3. Memiliki kelainan vaskuler sebelumnya
4. Secara genetik memiliki predisposisi terhadap terjadinya hipertensi pada
kehamilan.3, 4
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jelas. Banyak
teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak ada satu
pun teori tersebut yang dianggap mutlak benar. Teori-teori yang sekarang banyak dianut
adalah3,4,5,6:
1. Teori abnormalitas invasi trofoblastik pada pembuluh darah uterina
2. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
3. Teori adaptasi kardiovaskulatori genetik
4. Teori defisiensi gizi
5. Teori pengaruh genetik

Patofisiologi PEB
Walaupun mekanisme patofisiologi yang jelas tidak dimengerti, preeklampsi merupakan
suatu kelainan pada fungsi endotel yaitu vasospasme. Pada beberapa kasus, mikroskop
cahaya menunjukkan bukti insufisiensi plasenta akibat kelainan tersebut, seperti trombosis
plasenta difus, inflamasi vaskulopati desidua plasenta, dan invasi abnormal trofoblastik pada
endometrium. Hal-hal ini menjelaskan bahwa pertumbuhan plasenta yang abnormal atau
kerusakan plasenta akibat mikrotrombosis difus merupakan pusat perkembangan kelainan
ini.1,2,3
Disfungsi endotel yang luas menimbulkan manifestasi klinis berupa disfungsi multi
organ, meliputi susunan saraf pusat, hepar, pulmonal, renal, dan sistem hematologi.
Kerusakan endotel menyebabkan kebocoran kapiler patologis yang dapat bermanifestasi pada
ibu berupa kenaikan berat badan yang cepat, edema non dependen (muka atau tangan), edema
pulmonal, dan hemokonsentrasi. Ketika plasenta ikut terkena kelainan, janin dapat terkena

6
dampaknya akibat penurunan aliran darah utero-plasenta. Penurunan perfusi ini menimbulkan
manifestasi klinis seperti tes laju jantung janin yang non-reassuring, skor rendah profil
biofisik, oligohidramnion, dan pertumbuhan janin terhambat pada kasus-kasus yang berat.1,2,3
Berdasar definisinya, preeklampsi–eklampsi cocok untuk disebut suatu sindroma: A
group of symptoms or pathological signs which consistently occur together, especially with
an (originally) unknown cause (Oxford English Dictionary, 1993). 3

Gejala Klinis PEB


Gejala Klinis Berdasarkan Tingkat Keparahan pada Hipertensi dalam Kehamilan
Abnormalitas Ringan Berat
Tekanan darah diastolik <100 mmHg 110 mm Hg atau lebih
Proteinuria Trace to 1+ ≥ Persistent 2+
Sakit kepala Tidak ada Ada
Gangguan penglihatan Tidak ada Ada
Nyeri perut bagian atas Tidak ada Ada
Oliguria Tidak ada Ada
Kejang (eklampsi) Tidak ada Ada
Kreatinin serum Normal Meningkat
Thrombositopenia Tidak ada Ada
Peningkatan enzim hati Minimal Nyata
Hambatan pertumbuhan janin Tidak ada Nyata
Edema paru Tidak ada Ada

Diagnosis PEB
Diagnosis PEB ditegakkan dengan anamnesis yang teliti sehingga mengetahui
bagaimana keteraturan ibu mengontol kandungan dan juga pemeriksaan fisik yang baik dan
ditunjang oleh pemeriksaan penunjang.

4. Assessment (Penalaran Klinis) IUFD


Menurut WHO dan The American College of Obstetricians and Gynecologists yang
disebut kematian janin adalah janin yang mati dalam rahim pada kehamilan 20 minggu
atau lebih, dan atau dengan berat janin 500 gram atau lebih. Tetapi ada juga yang
mengatakan bahwa kematian janin dalam rahim adalah kematian janin pada umur
kehamilan 22 minggu atau lebih. The US National Central for Health Statistic
merekomendasikan bahwa kematian janin dalam rahim adalah kematian janin pada usia
kehamilan 20 minggu atau lebih dengan berat janin lebih atau sama dengan 350 gram.
Tetapi di Amerika sendiri, di setiap negara bagiannya memiliki definisi yang berbeda
terhadap kematian janin dalam rahim ( Intra Uterine Fetal Death/ IUFD).7,8

7
Apabila kematian janin terjadi saat persalinan dengan umur kehamilan lebih dari 28
minggu disebut sebagai kematian janin dalam persalinan (intrapartum fetal death).
Walaupun definisi menurut WHO lah yang paling sering digunakan dalam banyak
liteatur, ternyata tidak semua negara menggunakan definisi tersebut.

Etilogi IUFD
Penyebab kematian janin intra uterine secara umum dikategorikan disebabkan oleh
janin, maternal dan plasenta. Pada waktu lalu penyebab kamatian janin tidak begitu jelas
diketahui, tapi saat ini hal tersebut sudah bisa diketahui dimana autopsi dilakukan oleh
ahli patologi yang ahli dibidang kelainan janin dan plasenta dibantu oleh satu tim ahli
yang terdiri dari maternal-fetal medicine, genetik dan dokter spesialis anak yang bisa
menentukan penyebab kematian. Penyebab kematian fetus dan janin yang ditentukan
melalui autopsi dapat dilihat pada tabel.7,8

Beberapa penyebab kematian janin pada IUFD


Janin (25-40%)
Anomaly kromosom
Defek lahir non-kromosomal
Non-immune hydrops
Infections (virus, bacteria, protozoa)
Plasenta (25-35%)
Ruptur membrane prematur
Abruption
Fetal-maternal hemorrhage
Kesalahan tali pusat
Insufisiensi plasental
Asfiksia intrapartum
Previa
Twin-to-twin transfusion
Chorioamnionitis
Maternal (5-10%)
Antibody antifospolipid
Diabetes
Kelainan hipertensif
Trauma
Persalinan yang tidak normal
Sepsis
Asidosis
Hipoksia
Rupture uterine
Kehamilan postterm
Obat-obatan
Tidak dapat dijelaskan (25-35%)

Menurut Soewarto S, etiologi kematian janin adalah9 :


o Faktor maternal antara lain adalah post term (> 42 minggu), DM tak
terkontrol, SLE, infeksi, hipertensi, preeklampsi, eklampsi, hemoglobinopati,

8
umur ibu tua, penyakit Rhesus, ruptura uteri, antifosfolipid sindrom, hipotensi
akut ibu, kematian ibu. Status tidak kawin.
o Faktor fetal antara lain adalah hamil kembar, hamil tumbuh terhambat,
kelainan kongenital, kelainan genetik, infeksi. Nonvertex presentasi.
o Faktor plasental antara lain adalah kelainan tali pusat, lepasnya plasenta,
ketuban pecah dini, vasa previa.Oligohydramnion.
o Sedangkan faktor resiko terjadinya kematian janin intrauterin meningkat pada
usia ibu >40 th, pada ibu infertil, hemokonsentrasi pada ibu, riwayat bayi
dengan berat badan lahir rendah, infeksi ibu (ureplasma urelitikum),
kegemukan, ayah berusia lanjut.
o Pada 25-60% kasus penyebab kematian janin tidak jelas.

Diagnosis IUFD
Diagnosis IUFD sulit ditegakkan hanya dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada
banyak pasien, satu-satunya gejala yang mereka rasakan adalah berkurangnya gerakan
janin. Pada pemeriksaan fisik, tidak ditemukannya detak jantung janin menandakan
adanya kematian janin dalam kandungan. Akan tetapi tidak ditemukannya detak jantung
janin bukan merupakan alat diagnostik yang tepat dan harus dikonfirmasikan dengan
menggunakan pemeriksaan ultrasonografi. Ultrasonografi dapat memastikan kurangnya
gerakan janin dan tidak adanya aktivitas jantung janin.

5. Plan PEB
Diagnosis : Pada pasien ini diagnosis sudah dapat dipastikan preeklamsi berat
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan dalam dan pemeriksaan
penunjang, yaitu laboratorium dan USG.
Pengobatan : Pengobatan yang dapat diberikan pada pasien ini adalah dengan
memperbaiki kondisi umum, pemberian medikamentosa dan non medikamentosa.
 Umum
1. Deteksi dini
Frekuensi kunjungan prenatal meningkat pada usia kehamilan trimester ketiga.
Wanita-wanita hamil yang mempunyai hipertensi (140/90 mmHg atau lebih)
dianjurkan untuk lebih sering melakukan pemeriksaan hingga tiap 3 hari untuk
mengevaluasi peningkatan hipertensinya. Wanita dengan preeklampsi berat
harus dirawat, sedangkan penderita preeklampsi ringan dapat ditangani secara
rawat jalan.
 Medikamentosa
1. Infus larutan ringer laktat.
2. Pemberian MgSO4
Cara pemberian MgSO4 :
a. Pemberian melalui intravena secara kontinyu (dengan menggunakan
infusion pump).
 Dosis awal : 4 gram (20 cc MgSO4 20%) dilarutkan ke dalam 100
cc ringer laktat, diberikan selama 15 – 20 menit.

9
 Dosis pemeliharaan : 10 gram (50 cc MgSO4 20%) dalam 500 cc
ringer laktat diberikan dengan kecepatan 1 – 2 gram/ jam (20 – 30
tetes per menit).
b. Pemberian melalui intramuskuler secara berkala:
 Dosis awal : 4 gram (20 cc MgSO4 20%) diberikan secara i.v.
dengan kecepatan 1 gram/ menit.
 Dosis pemeliharaan : MgSO4 4 gram 10 gram (10 cc MgSO4 40%)
i.m. setiap 4 jam. Tambahkan 1 cc lidokain 2 % pada setiap
pemberian i.m. untuk mengurangi perasaan nyeri dan panas.
Syarat-syarat pemberian MgSO4 :
a. Harus tersedia antidotum MgSO4 yaitu kalsium glukonas 10 % ( 1 gram
dalam 10 cc) diberikan i.v. dalam waktu 3 – 5 menit.
b. Refleks patella (+) kuat
c. Frekuensi pernafasan ≥ 16 x/ menit
d. Produksi urine ≥ 30 cc dalam 1 jam sebelumnya (o,5 cc/kgBB/ jam)

MgSO4 dihentikan bila:


a. Ada tanda-tanda intoksikasi
b. Setelah 24 jam pasca salin
c. Dalam 6 jam pasca salin sudah terjadi perbaikan tekanan darah
(normotensif).
3. Diuretikum tidak diberikan kecuali bila:
a. Edem paru
b. Payah jantung kongestif
c. Edema anasarka
4. Antihipertensi diberikan bila:
a. Tekanan darah:
 Sistolik ≥ 180 mmHg
 Diastolik ≥ 110 mmHg
b. Obat-obat antihipertensi yang diberikan :
Obat pilihan adalah hidralazin, yang diberikan 5 mg i.v. pelan-pelan
selama 5 menit. Dosis dapat diulang dalam waktu 15 – 20 menit sampai
tercapai tekanan darah yang diinginkan.
Apabila hidralazin tidak tersedia, dapat diberikan:
 Nifedipin : 10 mg, dan dapat diulangi setiap 30 menit ( maksimal
120 mg/ 24 jam) sampai terjadi penurunan tekanan darah.
 Labetalol 10 mg i.v. apabila belum terjadi penurunan tekanan
darah, maka dapat diulangi pemberian 20 mg setelah 10 menit, 40
mg pada 10 menit berikutnya, diulangi 40 mg setelah 10 menit
kemudian, dan sampai 80 mg pada 10 menit berikutnya.
 Bila tidak tersedia, maka dapat diberikan : klonidin 1 ampul
dilarutkan dalam 10 cc larutan garam faal atau air untuk suntikan.
Disuntikkan mula-mula 5 cc i.v. perlahan-lahan selama 5 menit.
Lima menit kemudian tekanan darah diukur, bila belum ada
penurunan maka diberikan lagi sisanya 5 cc i.v. selama 5 menit.

10
Kemudian diikuti dengan pemberian secara tetes sebanyak 7 ampul
dalam 500 cc dextrose 5% atau martos 5%. Jumlah tetesan dititrasi
untuk mencapai tekanan darah yang diinginak, yaitu penurunan
Mean Arterial Pressure ( MAP ) sebanyak 20 % dari awal.
Pemeriksaan tekanana darah dilakukan setiap 10 menit sampai
tercapai tekanan darah yang diinginkan, kemudian setiap jam
sampai tekanan darah stabil.
5. Kardiotonika
Indikasi pemberian kardiotonika ialah, bila ada : tanda-tanda payah jantung.
Jenis kardiotonika yang diberikan : cedilanid-D
Perawatan dilakukan bersama dengan Sub Bagian Penyakit Jantung
6. Lain-lain
 Obat-obat antipiretik
 Diberikan bila suhu rektal di atas 38,5˚C
 Dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alkohol
 Antbiotika : diberikan atas indikasi
 Antinyeri : bila pasien gelisah karena kontraksi rahim dapat diberikan
petidin HCl 50 – 75 mg sekali saja.

 Non Medikamentosa
Cara terminasi kehamilan
 Belum inpartu:
1. Induksi persalinan : Amniotomi + tetes oksitosin dengan syarat skor
Bishop ≥ 6
2. Seksio sesarea bila:
 Syarat tetes oksitosin tidak dipenuhi dan adanya kontra indikasi
tetes oksitosin.
 Delapan jam sejam dimulainya tetes oksitosin belum masuk fase
aktif
 Sudah inpartu:
 Kala I
Fase laten : Amniotomi + tetes oksitosin dengan syarat skor Bishop ≥ 6
Fase aktif :
1. Amniotomi
2. Bila his tidak adekuat diberikan tetes oksitosin
3. Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan lengkap,
pertimbangkan seksio sesarea.
Catatan: amniotomi dan tetes oksitosin dilakukan sekurang-kurangnya 15
menit setelah pemberian pengobatan medisinal.
 Kala II
Pada persalinan pervaginam, maka kala II diselesaikan dengan partus
buatan.

11
6. Plan IUFD
Diagnosis : Pada pasien ini diagnosis dapat dipastikan IUFD berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan DJJ dan pemeriksaan penunjang, yaitu USG.
Pengobatan : Pengobatan yang dapat diberikan pada pasien ini adalah dengan
mengakhiri kehamilan.

Diagnosis IUFD

Informasi kepada pasien

Mengerti dan memberi waktu kepada pasien

Menunggu dengan Segera terminasi


kewaspadaan kehamilan

I/ SC tidak ada I/ SC ada

Induksi persalinan SC

Umur kehamilan 12-28 mgg Umur kehamilan >28


minggu

Prostaglandin E2 Servik baik Servik jelek


/E1vaginal suppositoria

Oksitosin drip Laminaria +


oksitosin drip

Konsultasi: Pasien dikonsultasikan kepada dokter spesialis kandungan.

12
PORTOFOLIO KASUS MEDIS

PREEKLAMSI BERAT + IUFD

Disusun oleh:
Carmellia Suharsa, dr.
Dokter Internship RSUD Gunung Jati Kota Cirebon

Pendamping:
Andra, dr.

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GUNUNG JATI
KOTA CIREBON
2015

13

Anda mungkin juga menyukai