Anda di halaman 1dari 6

NAMA : ICHA PRATIWI

NIM : 482011805043
KELAS : 6A. FARMASI
MK : INTERAKSI OBAT
TUGAS 2

DAFTAR OBAT-OBAT YANG BERINTERAKSI PADA PASIEN


EPILEPSI

PENDAHULUAN

Penyakit epilepsi tidak dapat disembuhkan. Kendati demikian, pemberian obat


secara tepat dapat menstabilkan aktivitas listrik dalam otak, serta dapat
mengendalikan kejang pada penderita epilepsi. Dalam meresepkan obat, dokter perlu
mempertimbangkan usia, jenis kejang, kondisi pasien, serta obat-obatan lain yang
dikonsumsi pasien. Obat yang diresepkan dokter adalah obat antikejang
(antikonvulsan), atau dikenal juga dengan obat Obat jenis ini dapat mengubah cara
kerja dan pengiriman sinyal atau pesan dari sel otak. Contoh obat antiepilepsi adalah
asam valproat, carbamazepine, lamotrigine, clobazam, levetiracetam, dan topiramate.
Pemberian obat antiepilepsi diawali dengan dosis yang rendah, lalu dosis akan
diitingkatkan secara perlahan. Untuk memantau respons tubuh terhadap pemberian
obat, pasien perlu memeriksakan darahnya sebelum dan selama mengonsumsi obat.
Di sisi lain, obat antiepilepsi juga dapat berinteraksi dengan pil KB. Oleh karena itu,
dokter perlu menyesuaikan alat kontrasepsi yang dibutuhkan.
Sama seperti obat lainnya, obat antiepilepsi juga berisiko menimbulkan efek
samping, baik yang tergolong ringan atau juga parah. Beberapa efek samping obat
antiepilepsi yang tergolong ringan, di antaranya:

 Kenaikan berat badan


 Pusing
 Lemas
 Penurunan kepadatan tulang
 Daya ingat berkurang
 Bicara tidak lancar
 Hilangnya koordinasi gerakan
 Ruam kulit.

Sedangkan efek samping obat antiepilepsi yang tergolong berat, antara lain:

 Peradangan organ (misalnya organ hati)


 Ruam kulit parah
 Depresi
 Kecenderungan untuk bunuh diri 

Selama pengobatan, pasien diharuskan untuk mengonsumsi obat antiepilepsi


sesuai aturan yang ditetapkan dokter, dan tidak berhenti mengonsumsi obat tanpa
sepengetahuan dokter. Jika pemberian obat antiepilepsi belum bisa mengendalikan
kejang pada penderita epilepsi, maka dokter dapat melakukan operasi epilepsi untuk
menghilangkan bagian otak yang menyebabkan kejang. Pelaksanaan operasi ini dapat
dilaksanakan jika kejang disebabkan masalah pada bagian otak yang dapat
dihilangkan tanpa menimbulkan efek samping berarti, misalnya kemampuan bicara,
bahasa, fungsi motorik, pendengaran, atau penglihatan. Di samping pemberian obat
dan operasi, sejumlah terapi juga dapat diterapkan pada penderita epilepsi yang
mengalami kejang. Terapi tersebut berupa pemasangan stimulator saraf di bawah kulit
daerah tulang selangka (saraf vagus), untuk mengurangi frekuensi dan intensitas
kejang. Terapi lainnya adalah pemasangan elektroda pada bagian otak yang disebut
thalamus, yang disambungkan dengan stimulator di tulang dada atau tulang kepala,
untuk mengirim sinyal listrik pada otak dan meredakan kejang. Terapi ini disebut
deep brain stimulation. Sedangkan terapi yang cukup efektif dalam mengatasi kejang
pada penderita anak-anak adalah dengan diet ketogenik (pola makan dengan kadar
lemak tinggi, kadar protein rendah, dan bebas karbohidrat). Sementara, terapi
tambahan untuk menghindari pemicu kejang dapat dilakukan dengan aromaterapi
yang membuat penderita merasa rileks dan meredakan stres. Dalam kasus epilepsi
idiopatik di mana penyebabnya belum diketahui, maka langkah yang bisa dilakukan
adalah menghindari pemicu yang menimbulkan kejang.

Antikonvulsan adalah obat untuk mencegah atau mengatasi kejang atau


epilepsi. Antikonvulsan atau antikejang tersedia dalam berbagai bentuk obat dan
hanya boleh digunakan sesuai resep dokter. Normalnya, sel-sel saraf di dalam otak
saling berkomunikasi satu sama lain melalui sinyal listrik yang ada dalam kadar yang
normal. Saat aktivitas kelistrikan yang ada di otak berlebihan, maka bisa muncul
kejang.

Obat antikonvulsan atau antikejang bekerja dengan cara menormalkan


aktivitas listrik yang ada di otak, sehingga kejang dapat dicegah atau diatasi. Selain
bermanfaat untuk mengatasi kejang, beberapa jenis antikonvulsan juga bisa digunakan
untuk meredakan nyeri akibat gangguan saraf (neuropati), mencegah dan mengobati
sakit kepala, serta mengobati gangguan bipolar.

 Peringatan Sebelum Mengonsumsi Antikonvulsan


Antikonvulsan hanya boleh digunakan sesuai resep dokter. Sebelum
menggunakan antikonvulsan, ada beberapa hal yang harus Anda perhatikan, yaitu:

 Jangan menggunakan obat antikonvulsan jika Anda alergi terhadap obat ini.
 Hindari konsumsi minuman beralkohol selama menggunakan obat antikonvulsan,
karena dapat memperburuk efek samping.
 Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan.
 Obat antikonvulsan dapat memengaruhi efektivitas alat kontrasepsi hormonal. Segera
ke dokter jika mengalami perdarahan dari vagina atau hamil saat menggunakan obat
antikonvulsan.
 Jangan mengganti jenis obat antikonvulsan sembarangan saat sedang hamil, karena
berisiko menyebabkan kejang yang tidak terkontrol.
 Hindari aktivitas yang membutuhkan kewaspadaan selama menggunakan obat
antikonvulsan, karena obat ini dapat menyebabkan pusing.
 Diskusikan dengan dokter mengenai risiko dan manfaat obat antikonvulsan, karena
obat ini dapat memengaruhi suasana hati, serta meningkatkan risiko terjadinya depresi
dan keinginan untuk bunuh diri.
 Jangan mengubah atau menghentikan konsumsi obat antikonvulsan tanpa seizin
dokter, karena dapat menimbulkan kejang berulang.
 Beri tahu dokter bila Anda memiliki riwayat penyakit porfiria, myasthenia gravis,
sleep apnea, penyakit jantung, penyakit paru-paru, penyakit liver, penyakit tiroid,
penyakit ginjal, osteopenia, osteomalacia, osteoporosis, hipoalbuminemia, kecanduan
alkohol, gangguan mental, glaukoma, dan diabetes.
 Beri tahu dokter obat apa saja yang sedang Anda konsumsi, termasuk suplemen
vitamin dan obat herbal.
 Beri tahu dokter jika Anda berencana menjalani perawatan gigi atau operasi.
 Selama menjalani pengobatan dengan antikonvulsan, lakukan pemeriksaan ke dokter
secara rutin. Antikonvulsan jenis benzodiazepine dapat membuat Anda kecanduan,
sehingga tidak boleh digunakan lebih dari 1 bulan.
 Segera ke dokter jika Anda mengalami reaksi alergi obat atau overdosis setelah
menggunakan obat antikonvulsan.

 Efek Samping dan Bahaya Antikonvulsan


Antikonvulsan dapat menimbulkan efek samping yang berbeda-beda pada tiap
penggunanya. Beberapa efek samping yang sering muncul adalah:

 Kantuk
 Mual
 Muntah
 Pusing
 Sakit kepala
 Tremor
 Lemas
 Penglihatan ganda
 Kerusakan hati
 Kerusakan ginjal

Periksakan ke dokter jika muncul efek samping di atas, atau jika muncul reaksi
alergi obat, seperti ruam yang terasa gatal, bengkak pada kelopak mata dan bibir, serta
sesak napas.

 Jenis, Merek Dagang dan Jenis Obat Antikonvulsan


Berikut ini adalah jenis, merek dagang, serta dosis obat yang termasuk ke
dalam golongan antikonvulsan:
1. Barbiturat
Barbiturat bekerja mencegah kejang dengan menekan aktivitas sistem saraf
pusat, dan meningkatkan aktivitas asam gamma-aminobutirat (GABA), yaitu senyawa
kimia di otak yang memunculkan efek sedatif atau penenang. Barbiturat digunakan
untuk mengobati segala jenis kejang, kecuali absense seizure. Contoh obat yang
tergolong barbiturat adalah:
 Phenobarbital
Merek dagang phenobarbital: Phenobarbital, Phental, Sibital
2. Benzodiazepine
Sama seperti phenobarbital, benzodiazepine bekerja dengan menekan sistem
saraf pusat dan meningkatkan aktivitas GABA. Contoh obat benzodiazepine adalah:
 Diazepam
Merek dagang diazepam: Diazepam, Metaneuron, Neurodial, Opineuron, Valium,
Valisanbe
 Clonazepam
Merek dagang clonazepam: Clonazepam, Riklona 2
 Lorazepam
Merek dagang lorazepam: Lorazepam, Ativan, Loxipaz, Merlopam, Renaquil
 Clobazam
Merek dagang clobazam: Clobazam, Anxibloc, Asabium, Clofritis, Proclozam
3. Dibenzazepine
Dibenzapine bekerja dengan meningkatkan aktivitas GABA dan menghambat
aktivitas natrium dalam sel. Contoh obat dibenzazepine adalah:
 Carbamazepine
Merek dagang carbamazepine: Carbamazepine, Bamgetol, Tegretol
 Oxcarbazepine
Merek dagang oxcarbazepine: Barzepin, Prolepsi, Trileptal
 Kondisi: kejang
 Anak-anak usia ≥6 tahun: 4–5 mg/kgBB, 2 kali sehari
 Dewasa: 300 mg, 2 kali sehari
4. Hydantoin
Hydantoin bekerja menghentikan kejang dengan menghentikan rangsangan sel
saraf di otak yang menyebabkan kejang. Contoh obat hydantoin adalah:
 Phenytoin
Merek dagang phenytoin: Curelepz, Decatona, Dilantin, Ikaphen, Kutoin,
Phenitin, Phenytoin Sodium, Zentropil
5. Penghambat karbonik anhidrase
Obat ini bekerja mencegah kejang dengan menghambat enzim karbonik
anhidrase yaitu enzim yang memengaruhi elektrolit dan keseimbangan asam basa
pada sel. Contoh obat penghambat karbonik anhidrase adalah:
 Acetazolamide
Merek dagang acetazolamide: Glauseta, Cendo Glaucon
 Topiramate
Merek dagang topiramate: Epilep, Topamax
 Kondisi: epilepsi
 Anak-anak usia ≥6 tahun: dosis awal 0,5–1 mg/kgBB per hari, kemudian
ditingkatkan 0,5–1 mg/kgBB tiap 1–2 minggu
 Dewasa: dosis awal 25 mg per hari selama 1 minggu (dikonsumsi di malam hari),
kemudian ditingkatkan 25–50 mg tiap 1–2 minggu

Kondisi: migrain
 Dewasa: dosis awal 25 mg per hari selama 1 minggu (dikonsumsi di malam hari),
kemudian ditingkatkan 25 mg tiap minggu

Kondisi: kejang

 Anak-anak ≥2 tahun: dosis awal 25 mg per hari selama 1 minggu (dikonsumsi di


malam hari), kemudian ditingkatkan 1–3 mg/kgBB tiap 1-2 minggu
 Dewasa: dosis awal 25-50 mg per hari selama 1 minggu (dikonsumsi di malam hari),
kemudian ditingkatkan 25–50 mg tiap 1–2 minggu

 Zonisamide
Merek dagang zonisamide: Zonegran

Kondisi: kejang parsial

 Obat tunggal untuk dewasa: dosis awal 100 mg 1 kali sehari, kemudian ditingkatkan
200 mg, 1 kali sehari setelah 2 minggu
 Sebagai terapi tambahan untuk anak usia >6 tahun: dosis awal 1 mg/kgBB 1 kali
sehari selama 1 minggu, kemudian ditingkatkan 1 mg/kgBB tiap minggu
 Sebagai terapi tambahan untuk dewasa: dosis awal 50 mg per hari yang dibagi ke
dalam 2 dosis, kemudian ditingkatkan menjadi 100 mg per hari setelah 1 minggu

6. Turunan asam lemak


Obat ini mengatasi kejang dengan cara menghambat enzim penghancur asam
gamma-aminobutirat (GABA), sehingga kadar GABA di otak meningkat. Contoh
obat turunan asam lemak adalah:
 Asam valproate
Merek dagang asam valproat: Depakene, Depval, Falpro, Lepsio, Phalsy,
Procifer, Sodium Valproat, Valeptik, Valpi, Valproic Acid, Vellepsy,
Veronil
7. Analog asam gamma-aminobutirat
Obat ini bekerja dengan meningkatkan efektivitas sel-sel saraf dalam
merespons asam gamma-aminobutirat (GABA). Contoh obat analog asam gamma-
aminobutirat adalah:
 Gapapentin
Merek dagang gabapentin: Gabapentin, Alpentin, Epiven, Gabafion,
Gabasant, Gabatin, Gabexal, Ganin, Gapenal, Nepatic, Neurontin,
Neurosantin, Nopantin, Opipentin, Repligen, Simtin, Sipentin, Tineuron
8. Pyrrolidine
Pyrrolidine bekerja mengatasi epilepsi dengan cara memperlambat transmisi
saraf. Contoh obat pyrrolidine adalah:
 Levetiracetam
Merek dagang levetiracetam: Levetiracetam, Antilep, Eterlox, Lethira

Kondisi: terapi tambahan untuk mengatasi kejang

 Anak usia <6 bulan: dosis awal 14 mg/kgBB per hari, dan dapat ditingkatkan 14
mg/kgBB tiap 2 minggu. Dosis maksimal 42 mg/kgBB per hari.
 Anak usia ≥6 bulan atau <50 kgBB: dosis awal 20 mg/kgBB per hari, dan dapat
ditingkatkan 20 mg/kgBB tiap 2 minggu. Dosis maksimal 60 mg/kgBB per hari.
 Dewasa: dosis awal 500 mg per hari. Dosis maksimal 1.500 mg, 2 kali sehari.

Kondisi: terapi tunggal untuk kejang parsial

 Dewasa: dosis awal yang disarankan adalah 250 mg, 2 kali sehari. Dosis dapat
ditingkatkan 250 mg, 2 kali sehari tiap 2 minggu. Dosis maaksimal 1.500 mg, 2 kali
sehari.

9. Triazine
Triazine bekerja dengan menghambat pelepasan perangsang neurotransmitter,
glutamat, dan aspartat. Contoh obat ini adalah:
 Lamotrigine
Merek dagang lamotrigine: Lamictal, Lamiros

Kondisi: epilepsi

 Anak-anak usia 2–12 tahun: dosis awal 0,3 mg/kgBB per hari. Dosis perawatan 1–15
kg/BB per hari. Dosis maksimal 200 mg/kgBB per hari.
 Dewasa: dosis awal 25 mg, 1 kali sehari pada 2 minggu pertama, diikuti 50 mg 1 kali
sehari pada 2 minggu ke dua. Dosis dapat ditingkatkan sampai 50–100 mg per hari
tiap 1–2 minggu. Dosis perawatan 100–400 mg per hari.

10. Obat antikonvulsan lain


Selain jenis-jenis obat di atas, ada juga obat golongan antikonvulsan jenis lain,
yaitu:
 Magnesium sulfat
Merek dagang magnesium sulfat: Otsu MgSO4

Anda mungkin juga menyukai