Anda di halaman 1dari 108

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

FRAKTUR DI RUANG SERUNI

RSUD Dr. SOEDOMO TRENGGALEK

PROPOSAL

Diajukan Sebagai Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Diploma III

Keperawatan di Program Studi Keperawatan Trenggalek Jurusan

Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang

Disusun Oleh :

RISKA PUSVITA SARI

NIM P17240203027

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII KEPERAWATAN

TRENGGALEK

202

1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Riska Pusvita Sari

Tempat Tanggal Lahir: Trenggalek, 19 September 2000

Agama : Islam

Alamat : RT 17/ RW 08, Desa Ngadirenggo. Kec. Pogalan,

Kab.Trenggalek

Riwayat Pendidikan :

1. TK : TK Al- Fitroh (2005-2007)

2. SD : SDN 2 Penjaringan Sari (2007-2013)

3. SMP : SMPN 52 Surabaya (2013-2016)

4. SMA : SMAN 2 Trenggalek (2016-2019)

5. Poltekkes Kemenkes Malang (2020-2023)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN


Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Riska Pusvita Sari

NIM : P17240203027

Program Study : Diploma 3 Keperawatan Trenggalek

Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

Malang

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Proposal Karya Tulis Ilmiah yang

saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri bukan merupakan

pengambilan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan

atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima

sanksi atas perbuatan tersebut.

Trenggalek, 18 Januari 2023

Mengetahui,

Pembimbing Yang membuat pernyataan

Dewi Wulandari, S.Kep., Ns., M.Kep. Riska Pusvita Sari


NIP: 919811111201901201 NIM: P17240203027

LEMBAR PERSETUJUAN
Penyusun : Riska Pusvita Sari

NIM : P17240203027

Judul : Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Fraktur di Ruang

Seruni RSUD Dr. Soedomo Trenggalek

Trenggalek, 13 Desember 2022

Pembimbing

Dewi Wulandari, S.Kep., Ns., M.Kep.


NIP: 919811111201901201

LEMBAR PENGESAHAN

Proposal oleh Riska Pusvita Sari (P17240203027) dengan judul “Asuhan

Keperawatan Pada Klien Dengan Fraktur di Ruang Seruni RSUD Dr.


Soedomo Trenggalek”, telah dipertahankan di depan dewan penguji pada 18

Januari 2023.

Dewan Penguji,

Penguji 1 Penguji 2

Ixora, S.Kep., Ns., M.Kep. Dewi Wulandari, S.Kep., Ns., M.Kep.


NIP. 919830626201901201 NIP: 919811111201901201

Mengetahui,
Ketua Program Studi
D3 Keperawatan Trenggalek
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang

Rahayu Niningasih, S.Kep. Ns, M.Kes.


NIP. 196911211992032005

MOTTO

MEMULAI DENGAN PENUH KEYAKINAN, MENJALANKAN DENGAN

PENUH KEIKHLASAN, MENYELESAIKAN DENGAN PENUH

KEBAHAGIAAN
LEMBAR PERSEMBAHAN

Puji syukur senantiasa saya panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa

melindungi, menuntun dan mengingatkan dalam setiap perjalan hidup yang saya

tempuh. Sholawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah

menuntun kami dari zaman Jahiliyah menuju zaman Islamiah seperti saat ini. Di
dalam penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah ini tidak sedikit hal-hal yang

mendampingi seiring berjalannya proses penulisan, baik hal baik sebagai motivasi

maupun hal buruk sebagai intropeksi. Dengan demikian penulis mengucapkan

terimasih untuk semua pihak yang telah mendampingi dalam proses penulisan ini,

yaitu kepada:

1. Bapak dan Ibu

Maaf karena selalu mengecewakan kalian dengan perbuatan yang aku

lakukan. Terimakasih telah menjadi penyemangat dalam hidupku selama

ini. Memberikanku pelajaran dan bimbingan hidup, merawat ku sejak

dilahirkan. Semoga kedepannya aku dapat membuat kalian bangga dan

menjadi salah satu putri kalian yang sukses. Doa dari kalian lah kunci

keberhasilan ku.

2. Saudara-Saudari ku

Terimakasih telah memberiku semangat dan membantuku dalam setiap

kesulitan yang saya hadapi.

3. Para Dosen

Ibu dan Bapak saya ucapkan terimakasih telah mendampingi saya serta

memberikan banyak wawasan baru yang sebelumnya belum pernah saya

tahu. Bantuan yang kalian berikan sungguh tak ternilai.

4. Teman-Teman

Terimakasih telah memberikan banyak semangat dan bantuan selama ini

pada ku. Penghibur di saat penat dan saat-saat buruk yang aku hadapi.
Tidak akan pernah ku lupakan setiap kenangan indah yang telah kita lewati

bersama.

5. Seseorang Penyemangatku

Teruntuk kamu yang jauh disana terimakasih sudah menemaniku selama

ini dan selalu ada disaat diri ini jatuh meskipun banyak rintangan yang

datang tetapi kita dapat melewatinya bersama.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah

yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Fraktur di Ruang Seruni.

RSUD Dr. Soedomo Trenggalek” tepat pada waktu yang ditentukan. Demikian

Studi Kasus ini saya buat sebagai persyaratan menyelesaikan Pendidikan Diploma
III Keperawatan di Program Studi Keperawatan Trenggalek Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.

Dalam penyusunan, penulis mendapat banyak pengarahan dan bantuan dari

berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan

terimakasih kepada yang terhormat :

1. Dr. Moh. Wildan, A.Per.Pen., M.Pd., selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Kemenkes Malang yang telah memberikan kesempatan dalam

mencari ilmu di Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang Prodi D3

Keperawatan Trenggalek.

2. Dr. Erlina Suci Astuti, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Kepala Jurusan

Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang yang telah

mengelola sumber daya jurusan dan menyelenggarakan pendidikan.

3. Rahayu Niningasih, S.Kep., Ns., M.Kes. selaku Ketua Program Studi D3

Keperawatan Trenggalek Poltekkes Kemenkes Malang Kampus V

Keperawatan Trenggalek, yang telah memberikan dorongan , perhatian,

bimbingan, pengarahan serta saran sehingga terwujudnya Proposal Karya

Tulis Ilmiah ini.

4. Dewi Wulandari, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku pembimbing dalam

penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah yang telah memberikan

dorongan, perhatian, bimbingan, pengarahan serta saran dalam pembuatan

Karya Tulis Ilmiah ini mulai dari awal sampai akhir.

5. Semua dosen dan staff Poltekkes Kemenkes Malang Kampus V

Keperawatan Trenggalek yang telah memberikan dukungan dan bantuan

dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.


6. Orang Tua serta keluarga yang selalu memberikan doa dan dukungan.

7. Seluruh teman-teman yang telah memberikan masukan dalam penulisan

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari Proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna,

maka dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang konstruktif sangat

penulis harapkan demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis berharap semoga

Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan masyarakat pada

umumnya.

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM............................................................................................i

CURICULUM VITAE......................................................................................ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN........................................................iii

LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................v

MOTTO.............................................................................................................vi

LEMBAR PERSEMBAHAN...........................................................................vii
KATA PENGANTAR.......................................................................................ix

DAFTAR ISI......................................................................................................xi

DAFTAR TABEL..............................................................................................xiii

DAFTAR GAMBAR.........................................................................................xiv

DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xvi

DAFTAR ISTILAH..........................................................................................xvi

DAFTAR SINGKATAN...................................................................................xx

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

1.1 Latar Belakang ...........................................................................1

1.2 Batasan Masalah .........................................................................6

1.3 Rumusan Masalah ......................................................................6

1.4 Tujuan Penelitian ..........................................................................6

1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................7

BAB II TINJAUAN KASUS............................................................................9

2.1 Konsep Dasar Fraktur ....................................................................9

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Fraktur..................................29

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................61

3.1 Rancangan Penelitian/ Desain Penelitian ........................................61

3. 2 Batasan Istilah ................................................................................62

3.3 Partisipan ........................................................................................62

3.4 Lokasi Dan Waktu ..........................................................................63

3.5 Pengumpulan Data .........................................................................63


3.6 Analisa Data ...................................................................................65

3.7 Keabsahan Data ..............................................................................66

3.8 Etika Penelitian ..............................................................................67

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................66

LAMPIRAN ......................................................................................................69

DAFTAR TABEL

Table 2.1 Perubahan Fisiologi Akibat Fraktur .....................................................20

Table 2.2 Intervensi Pre- Operasi .........................................................................42

Table 2.3 Intervensi Post- Operasi .......................................................................51


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Patofisiologi ......................................................................................15


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Informed Consent ................................................................69

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ......................................... 70

Lampiran 3 Format Asuhan Keperawatan Medikal Bedah .................................. 71

Lampiran 4 Lembar Konsultasi ............................................................................ 81

14
DAFTAR ISTILAH

Ananomity : Merupakan proses penyembunyian identitas pada

pasien maupun keluarga terhadap khalayak umum

Auskultasi : Merupakan metode mendengarkan suara dalam

tubuh pasien. Biasanya jantung, paru- paru, dan

usus.

Confidentiality : Merupakan suatu usaha untuk menjaga informasi

dari orang lain

Confirmability : Merupakan kepastian atau dapat dikonfirmasikan

dalam penerapan

Credibility : Merupakan suatu usaha untuk mendapatkan

kepercayaan atau keadaan yang dapat dipercaya oleh

orang lain

Dislokasi : Merupakan cedera pada sendi yang terjadi ketika

tulang bergeser dan keluar dari posisi normalnya

Deformitas : Merupakan kelainan bentuk atau ukuran paska

trauma yang dapat terjadi jika mengalami dislokasi

(bagian kepala tulang keluar dari kedudukannya)

Edema : Merupakan pembengkakan pada anggota tubuh

karena penimbunan cairan di dalam jaringan

Fraktur : Merupakan terputusnya kontinuitas tulang dan

ditentukan sesuai jenis dan luasnya

15
Gips : Merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar

tulang yang patah

Hematoma : Merupakan kumpulan darah yang tidak normal diluar

pembuluh darah

Intergumen : Merupakan sistem yang membedakan, memisahkan,

melindungi, dan menginformasikan hewan atau

manusia terhadap lingkugan sekitarnya

Inform consent : Merupakan suatu penyampaian informasi secara

relevan kepada pasien penelitian meminta

persetujuan medis sebelum dilakukan tindakan

pengobatan.

Inspeksi : Merupakan proses pemeriksaan dengan pengamatan

menggunakan panca indra untuk mrendeteksi

masalah kesehatan

Komprehensif : Merupakan segala sesuatu yang bersifat luas dan

lengkap, meliputi seluruh aspek atau ruang lingkup

yang luas.

Ligament : Merupakan pita jaringan yang elastis yang

mengikat luar ujung tulang dan saling membentuk

persendian, membantu mengontrol rentang gerak,

serta menstabilkan sehingga tulang bergerak

dalam keselarasan

16
Musculoskeletal : Merupakan system kompleks yang melibatkan otot

dan kerangka tubuh, termasuk sendi, ligament,

tendon, dan saraf.

Orthopedic : Merupakan cabang ilmu kedokteran yang focus

pada gangguan yang terkait dengan

musculoskeletal

Osteoarthritis : Merupakan suatu kondisi yang menyebabkan

sendi- sendi terasa sakit, kaku, bengkak.

Palpasi : Merupakan metode pemeriksaan dimana penguji

merasakan ukuran, kekuatan atau letak (sesuatu

bagian dari tubuh)

Perkusi : Merupakan metode pemeriksaan yang dilakukan

dengan cara memukul atau mengetuk bagian

tubuh pasien dengan menggunakan jari atau tangan

Syanosis : Merupakan keadaan dimana kurangnya oksigen

dalam darah yang mengalir pada pembuluh darah,

dimana keadaan normal seharusnya darah yang

mengalir mengandung oksigen yang cukup pada

tubuh manusia.

Syok Hipovolemik : Merupakan kondisi darurat dimana jantung tidak

mampu memasok darah yang cukup ke seluruh

tubuh akibat volume darah yang kurang.

17
Tendon : Merupakan jaringan yang menempelkan otot ke

bagian tubuh lainnya, biasanya tulang. Juga

merupakan jaringan ikat yang mengirimkan

kekuatan mekanis kontraksi otot ke tulang,

tendon tersambung ke serat- serat otot salah

satunya ujung dan komponen dari tulang ujung

Traksi : Merupakan beban pada ekstremitas

Transferability : Merupakan suatu penerapan dari teori ke

penerapan secara nyata.

Trombosit : Merupakan sel darah merah yang berperan dalam

proses pembekuan darah saat terjadi luka agar

darah segera berhenti keluar.

18
DAFTAR SINGKATAN

ADL : Activity Daily Living

AVN : Avascular Necrosis

BHSP : Bina Hubungan Saling Percaya

CRT : Capillary Refill Time

DO : Data Objektif

DS : Data Subjektif

MRI : Magnetic Resonance Imaging

N : Nadi

NIC : Nursing Intervention Clasification

NOC : Nursing Outcome Clasification

ORIF : Open Reduction Interna Fixation

RR : Respiration Rate

S : Suhu

SAB : Sub Arachnoid Blok

TD : Tekanan Darah

TTV : Tanda – Tanda Vital

WHO : World Health Organization

19
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fraktur atau yang biasa disebut dengan patah tulang merupakan

terputusnya jaringan kontinuitas pada tulang yang hanya ditentukan oleh jenis

dan luasnya (Hariyanto, 2015).

Fraktur pada tulang dapat terjadi karena akibat tekanan yang berlebihan dari

benda keras seperti adanya hantaman langsung, seseorang yang bergerak

memuntir secara mendadak dan kontraksi otot yang berlebih, serta kekuatan

yang dapat meremukkan tulang. Ketika terjadi patah tulang struktur jaringan

disekitarnya mengalami adanya gangguan dan menyebabkan terjadinya edema

jaringan lunak, dislokasi sendi, gangguan saraf serta kerusakan pembuluh

darah (Smeltzer, 2015). Jenis fraktur ada dua, yaitu fraktur terbuka dan

tertutup. Fraktur terbuka merupakan suatu kondisi patah tulang yang dapat

menembus secara langsung pada jaringan otot dan kulit. Pada fraktur terbuka

tulang dapat terkontaminasi dengan dunia luar. Sedangkan fraktur tertutup

merupakan patah tulang yang tidak menembus jaringan kulit dan tidak dapat

terkontaminasi pada dunia luar (Hariyanto, 2015). Pada seseorang yang

mengalami fraktur biasanya menimbulkan adanya pembengkakan dan

berubahnya warna pada kulit karena disebabkan oleh terjadinya trauma dan

perdarahan, jika tidak ditangani dengan benar maka dapat mengalami

terjadinya syok, deformitas atau pergeseran fragmen tulang serta dapat

mengakibatkan terjadinya infeksi bahkan kecacatan permanen. Pada saat ini

1
2

fenomena yang sering terjadi di kalangan masyarakat yaitu penanganan fraktur

dengan menggunakan pengobatan secara tradisional yang cukup popular di

masyarakat seperti dukun patah tulang atau sangkal putung. Tidak sedikit

pasien yang mengalami terjadinya fraktur datang ke pengobatan tradisional

terlebih dahulu, kemudian baru datang ke rumah sakit setelah tidak berhasil

atau mengalami komplikasi akibat penanganan yang tidak sesuai. Saat ini

pengobatan tradisional masih banyak digunakan oleh sebagian masyarakat

bukan hanya karena kekurangan fasilitas pelayanan kesehatan yang

terjangkau, melainkan disebabkan adanya faktor kebudayaan terhadap

pengobatan tradisional. Budaya yang melekat pada diri seseorang dapat

mempengaruhi pola pikir individu dalam bertindak (Sovia et al., 2020).

Pemanfaatan pengobatan tradisional masih menjadi pilihan seseorang yang

mengalami fraktur untuk mengobati sakitnya dan beranggapan bahwa biaya

pengobatan di pelayanan kesehatan lebih mahal dibandingkan pengobatan

secara tradisional. Keterlambatan pengobatan patah tulang akan berdampak

pada proses penyembuhan, terjadinya deformitas, dislokasi atau kondisi yang

lebih buruk serta menimbulkan terjadinya kecacatan (Utami, 2015). Sehingga

diperlukan pemberian asuhan keperawatan yang tepat pada penderita fraktur.

Asuhan keperawatan adalah suatu pemberian pelayanan kesehatan yang terdiri

dari lima tahapan meliputi pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi,

dan evaluasi (Koerniawan et al., 2020).

Kejadian fraktur sering kali terjadi pada pria dibandingkan dengan

wanita (Hariyanto, 2015). Secara global, pada tahun 2019 terdapat 178 juta
3

fraktur baru (meningkat 33,4%) dan mengalami terjadinya fraktur pada tibia

atau fibula, dan fraktur pada pergelangan kaki adalah yang paling umum dan

memberatkan kejadian kasus fraktur pada tahun 2019 (Wu et al., 2021). Pada

tahun 2021 tercatat sekitar 1,3 juta orang meninggal setiap tahun akibat

mengalami kecelakaan lalu lintas jalan. Sekitar 20 sampai 50 juta lebih banyak

orang menderita cedera non-fatal, dan banyak yang mengalami terjadinya

kecacatan fraktur akibat cedera (WHO, 2021). Di Indonesia data yang tercatat

pada tahun 2018 disebutkan bahwa 9,2 % didapatkan proporsi cedera yang

mengakibatkan kegiatan sehari- hari menjadi terganggu karena terjadinya

kecelakaan sehingga menimbulkan terjadinya kecacatan sebanyak 67,9 %

mengalami cedera bagian tubuh anggota gerak bawah (Kemenkes RI, 2018).

Di jawa timur sendiri tercatat pada tahun 2018 sebanyak 2,2% kasus

kecelakaan yang berakibat mengalami cedera fraktur dikarenakan penyebab

tertinggi akibat dari mengendarai sepeda motor (Kemenkes RI, 2018).

Berdasarkan data dari Laka Lantas daerah Trenggalek pada tahun 2018 telah

terjadi 462 kasus kecelakaan, jumlah tersebut meningkat dari tahun

sebdelumnya yaitu sebanyak 416 kasus. Kasus kejadian terbanyak pada

kecelakaan ini banyak dari kalangan remaja yaitu sebanyak 455 kasus di tahun

2018 (Laka Lantas Trenggalek, 2018). Berdasarkan wawancara kepada salah

satu perawat di ruang seruni RSUD dr. Soedomo Trenggalek tercatat bahwa

pada tahun 2018 kejadian fraktur berjumlah sebanyak 80 orang.

Fraktur dapat terjadi pada siapapun, dimanapun, dan kapanpun dengan

tidak mengenal usia baik jenis kelamin, pendidikan maupun tempat. Fraktur
4

atau patah tulang merupakan terputusnya jaringan kontinuitas yang

disebabkan oleh adanya trauma atau tenaga fisik. Terputusnya kontinuitas

tulang akibat fraktur dapat menyebabkan terjadinya cedera membrane system

integumen, tendon, maupun ligamen sehingga dapat menimbulkan masalah

asuhan keperawatan kerusakan jaringan integument dan nyeri akut. Akibat

cedera tersebut menyebabkan terbatasnya gerak fisik maupun ekstremitas pada

seseorang penderita sehingga memunculkan masalah keperawatan hambatan

mobilitas fisik. Pasien fraktur yang mengalami adanya gangguan

neuromuscular mengakibatkan kekuatan otot menurun, dan menimbulkan

terjadinya masalah keperawatan deficit perawatan diri yaitu kondisi dimana

pasien tidak dapat melakukan atau menyelesaikan seluruh aktivitas perawatan

diri sehari- hari seperti mandi, makan dan berpakaian (Bachtiar, 2018).

Faktor- faktor yang mengakibatkan terjadinya fraktur adalah tekanan yang

berlebihan akibat benda keras seperti adanya hantaman secara langsung,

seseorang yang bergerak memuntir secara mendadak dan terjadinya kontraksi

otot yang berlebihan. Hal tersebut dapat mempengaruhi bentuk struktur pada

organ tubuh manusia. Penyebab masalah yang ditimbulkan pada pasien fraktur

adalah terjadinya edema pada jaringan lunak, dislokasi sendi, adanya

kerusakan pembuluh darah, dan perubahan pada bentuk tulang (Susan C.

Smeltzer, 2015). Terjadinya fraktur dapat mengakibatkan adanya kelemahan

bahkan dapat mengalami kecacatan permanen. Tindakan penanganan fraktur

jika tidak tepat dapat menyebabkan terhambatnya proses penyembuhan.


5

Penanganan pada pasien fraktur dapat dilakukan melalui dua cara yaitu

dengan farmakologi dan non farmakologi untuk mengatasi nyeri yang timbul

karena adanya fraktur. Pengurangan nyeri dengan farmakologi dapat

dilakukan melalui pemberian obat- obatan analgesik dengan dosis yang sudah

ditentukan. (Hermanto et al., 2020). Penanganan non farmakologi dilakukan

dengan menggunakan teknik relaksasi napas dalam yang efektif dapat

merileksasikan ketegangan otot pada pasien post operasi fraktur sehingga

menurunkan terjadinya nyeri dan mengurangi adanya efek samping dari

penggunaan obat analgesik yang telah dikonsumsi (Suwahyu et al., 2021). Hal

lain yang dapat dilakukan yaitu melalui pemberian kompres dingin yang

sangat efektif digunakan untuk menurunkan aliran darah, mencegah terjadinya

edema serta mengurangi terjadinya nyeri yang dirasakan oleh pasien fraktur.

Peran perawat dalam kasus fraktur ini yaitu sebagai pemberi asuhan

keperawatan pada klien yang mengalami fraktur, sebagai pendidik yang

memberikan pengetahuan tentang kesehatan untuk mencegah terjadinya

komplikasi pada kasus fraktur. Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa

tertarik untuk membahas lebih lanjut tentang fraktur dengan judul “Asuhan

Keperawatan Pada Klien Dengan Fraktur di Ruang Seruni Rumah Sakit dr.

Soedomo Trenggalek”.
6

1.2 Batasan Masalah

Batasan masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan Pada

Klien Dengan Fraktur di ruang Seruni Rumah Sakit dr. Soedomo Trenggalek.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan

pertanyaan masalah sebagai berikut :

“Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien dengan Fraktur di Ruang

Seruni Rumah Sakit dr. Soedomo Trenggalek ?”

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur di Ruang

Seruni Rumah Sakit dr. Soedomo Trenggalek.

1.4.2 Tujuan Khusus

1) Melakukan pengkajian pada pasien fraktur di ruang seruni Rumah

Sakit dr. Soedomo

2) Menetapkan diagnosis keperawatan pada pasien fraktur di ruang

seruni Rumah Sakit dr. Soedomo

3) Menyusun rencana keperawatan pada pasien fraktur di ruang seruni

Rumah Sakit dr. Soedomo


7

4) Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien fraktur di ruang

seruni Rumah Sakit dr. Soedomo

5) Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien fraktur di ruang seruni

Rumah Sakit dr. Soedomo

6) Membandingkan serta menganalisis fakta dan teori asuhan

keperawatan pada pasien fraktur di ruang seruni Rumah Sakit dr.

Soedomo

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk

mengembangkan ilmu keperawatan medical bedah khususnya asuhan

keperawatan pada pasien fraktur.

2) Penelitian ini diharapkan dapat sebagai sumber data bagi penelitian

berikutnya khususnya yang terkait dengan asuhan keperawatan pada

pasien fraktur.

1.5.2 Manfaat Praktis

1) Bagi penulis diharapkan dapat digunakan menjadi pengetahuan dan

menambah wawasan tentang asuhan keperawatan pada pasien fraktur.

2) Bagi institusi pendidikan diharapkan sebagai tambahan informasi dan

bahan kepustakaan dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien


8

fraktur dan sebagai pengembangan ilmu pengetahuan tentang

keperawatan pada pasien fraktur.

3) Bagi tenaga kesehatan medis rumah sakit di harapkan hasil penelitian ini

dapat dijadikan sebagai pedoman untuk melakukan monitoring atau

suvervisi tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien fraktur.

4) Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menjadi panduan untuk

penelitian pada asuhan keperawatan pada pasien fraktur.

5) Bagi pasien diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang

informasi dalam keperawatan pada pasien fraktur agar meminimalkan

terjadinya resiko yang lebih lanjut.


BAB II

TINJAUAN KASUS

2.1 Konsep Dasar Fraktur

2.1.1 Pengertian

Fraktur atau yang biasa disebut patah tulang merupakan terputusnya

kontinuitas pada tulang yang hanya ditentukan oleh jenis dan luasnya

(Hariyanto, 2015). Fraktur adalah gangguan komplit atau tak komplit

pada kontinuitas struktur tulang dan didefinisikan sesuai dengan jenis dan

luasnya. Fraktur terjadi ketika tulang menjadi subjek tekanan yang lebih

besar dari yang dapat diserapnya.

Fraktur dapat disebabkan oleh adanya hantaman langsung, kekuatan

yang meremukkan, gerakan memuntir yang mendadak, atau bahkan

karena kontraksi otot yang ekstrem. Ketika tulang patah, struktur

disekitarnya menjadi terganggu sehingga menyebabkan terjadinya edema

jaringan lunak, pendarahan pada otot dan sendi, dislokasi atau pergeseran

tulang, rupture tendon, putusnya persyarafan, kerusakan pembuluh darah

dan perubahan bentuk tulang (Smeltzer, 2015). Menurut (Chairuddin,

1998) fraktur merupakan patah tulang yang disebabkan oleh trauma atau

tenaga fisik, kekuatan, dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang dan

jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang

terjadi tersebut merupakan fraktur lengkap atau tidak. Dapat disimpulkan

bahwa fraktur adalah terputusnya jaringan kontinuitas yang disebabkan

9
10

oleh trauma langsung atau tenaga fisik yang ditentukan oleh jenis dan

luasnya.

2.1.2 Klasifikasi Fraktur

Klasifikasi fraktur menurut (Mansjoer, 2014) meliputi :

1) Fraktur tertutup (closed) :

Fraktur tertutup adalah fraktur yang terjadi apabila tidak terdapat

hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.

2) Fraktur terbuka (open/ compound)

Fraktur terbuka adalah fraktur yang terjadi apabila terdapat

hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya

perlukaan dikulit.

Fraktur terbuka dibagi menjadi tiga derajat yaitu :

a) Derajat I

Luka kurang dari 1 cm, luka kecil, kerusakan jaringan lunak

sedikit, tidak ada tanda luka remuk, bukan fraktur

kominutif.

b) Derajat II

Laserasi lebih dari 1 cm, kerusakan jaringan lunak tidak

luas, fraktur komunitif sedang, kontaminasi sedang.

c) Derajat III
11

Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi

struktur kulit, otot, dan kerusakan vaskuler, serta

kontaminasi derajat tinggi.

Fraktur derajat III terbagi atas :

1) Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat,

meskipun terdapat laserasi luas, atau sangat komunitif

yang disebabkan oleh trauma tinggi tanpa melihat

besarnya luka.

2) Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur yang

terpapar atau kontaminasi pasif.

3) Luka pada pembuluh arteri/ saraf perifer yang harus

diperbaiki tanpa melihat cedera jaringan lunak.

3) Fraktur komplit

Merupakan patah tulang pada seluruh garis tengah tulang dan

biasanya mengalami pergeseran (bergeser dari posisi normalnya).

4) Fraktur tidak komplit

Merupakan patah tulang yang hanya terjadi pada sebagian dari garis

tulang tengah (Brunner, 2000).

5) Fraktur berdasarkan sudut patahnya dibagi menjadi :

Menurut (Chairuddin, 2003) fraktur berdasarkan sudut patahnya

dibagi menjadi :

a) Fraktur transversal adalah fraktur yang garis patahnya

tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang.


12

b) Pada fraktur segmen-segmen tulang yang patah direposisi

atau direduksi kembali ketempat semula, maka segmen-

segmen tulang akan stabil kembali, dan biasanya mudah di

control dengan bidai gips.

c) Fraktur oblik adalah fraktur yang garis patahnya

membentuk sudut atau miring terhadap tulang. Fraktur ini

cenderung tidak stabil dan sulit untuk diperbaiki.

d) Fraktur spiral adalah fraktur yang timbul akibat torsi pada

ekstremitas. Fraktur ini biasanya hanya menimbulkan

sedikit kerusakan pada jaringan lunak dan fraktur semacam

ini cenderung cepat sembuh dengan immobilisasi.

6) Fraktur kompresi

Terjadi ketika kedua tulang menumpuk (akibat tubrukan) ketiga

tulang yang berada ditengah yaitu seperti satu vertebra dengan

dengan dua vertebra lainnya. Fraktur pada korpus vertebra ini dapat

didiagnosa dengan radiogram. Pandangan lateral dari tulang

punggung menunjukkan pengurangan tinggi vertical dan sedikit

membentuk sudut pada satu atau lebih vertebra. Pada orang muda,

fraktur kompresi dapat disertai pendarahan retroperitoneal yang

cukup berat. Seperti pada fraktur pelvis, pasien dapat menjadi syok

hipovolemik yang mengakibatkan meninggal dunia jika tidak

dilakukan pemeriksaan denyut nadi, tekanan darah, dan pernafasan

secara akurat dalam 24 sampai 48 jam setelah mengalami cedera.


13

7) Fraktur Greenstick

Fraktur Greenstic adalah fraktur tidak sempurna pada salah satu sisi

tulang mengalami terjadinya patah dan sering terjadi pada anak-

anak yang memiliki korteks tulang yang masih lunak (Hastriati,

2019)

8) Fraktur patologik

Fraktur yang terjadi pada daerah tulang yang telah menjadi lemah

oleh tumor atau proses patogenik lainnya. Tulang sering kali terjadi

penurunan denstitas. Penyebab yang paling sering terjadi pada

fraktur ini adalah tumor primer atau metastasis.

9) Fraktur avulsi

Fraktur ini memisahkan suatu fragmen tulang pada tempat inersi

tendon ataupun ligament. Biasanya tidak ada pengobatan spesifik

pada fraktur ini. Namun, bila diduga terjadi ketidakstabilan sendi

atau hal lain yang mengakibatkan kecacatan, maka perlu dilakukan

tindakan pembedahan untuk membuang atau meletakkan kembali

fragmen tulang tersebut.

10) Fraktur sendi

Catatan khusus harus dilakukan pada fraktur yang melibatkan sendi,

terutama apabila geometri sendi terganggu secara bermakna. Jika

tidak segera ditangani dengan tepat, cedera semacam ini akan


14

menyebabkan terjadinya osteoarthritis pasca trauma yang progresif

pada sendi yang menderita cedera tersebut.

11) Fraktur multipel pada satu tulang

Menurut (Lorraine, 2006 ) fraktur ini terdiri dari :

a) Fraktur segmental merupakan dua fraktur yang berdekatan

pada satu tulang yang menyebabkan terpisahnya segmen

sentral dari suplai darahnya. Frraktur semacam ini sulit untuk

ditangani, biasanya satun ujung yang tidak memiliki

pembuluh darah menjadi sulit untuk sembuh, dan keadaan ini

mungkin memerlukan pengobatan secara bedah.

b) Fraktur komunitas merupakan serpihan- serpihan atau

terputusnya keutuhan jaringan dengan lebih dari dua fragmen

tulang.

2.1.3 Etiologi

Menurut (Chairuddin, 2003) etiologi pada fraktur adalah :

1) Trauma langsung

Fraktur yang terjadi ditempat dimana bagian tersebut

rudapaksa.

2) Trauma tidak langsung

Suatu trauma yang menyebabkan patah tulang di tempat yang

jauh dan dari tempat kejadian kekerasan.

3) Faktor patologik
15

Struktur yang terjadi pada tulang yang abnormal (kongenital,

peradangan, neoplastic dan metabolic).


16

2.1.4 Patofisiologi

1) Skema

Trauma langsung Trauma tidak langsung Kondisi Patologis

Fraktur

Pergrseran
Diskontinuitas tulang Fragmen tulang Nyeri akut

Kerusakan
Perubahan Jaringan Fragmen
Sekitar

Tekanan sumsum
tulang lebih tinggi
Pergeseran
dari kapiler
Fragmen tulang
Spasme Otot
Deformitas
Peningkatan Melepaskan
Gangguan Fungsi Tekanan katekolamin
Ekstremitas Kapiler

Hambatan Mobilitas Fisik Pelepasan Metabolisme asam


Histamine lemak

Laserasi Kulit
Protein Bergabung dengan
Putus vena/arteri Plasma trombosit
Hilang
Pendarahan
Emboli
Edema
Kehilangan Volume dan
Cairan
Penekanan Menyumbat
Tekanan Darah pembuluh darah
Resiko Syok Resiko Infeksi
Hipovolemik
17

Tindakan Konservatif Ketidakefektifan


Tindakan Perfusi
pembedahan 1
Jaringan Perifer

Pemasangan Post operasi


Bidai Gips Traksi Traksi

Luka insisi
Gangguan
mobilitas fisik
Pemasangan Gangguan Defisit
terlalu kuat Integritas perawatan
kulit diri

Cedera jaringan Gg. Diskontinuitas


Edema jaringan

Penakanan pada
Merangsang
Kerusakan
Jaringan vaskuler mediator nyeri
integritas kulit

Penurunan aliran
darah Resiko disfungsi Gangguan rasa
neurovaskuler nyaman : nyeri
18

2) Uraian Patofisiologi Fraktur

Fraktur terjadi karena adanya trauma langsung, tidak langsung dan karena

kondisi patologis yang lainnya. Pergeseran fragmen tulang oleh karena adanya

fraktur akan menyebabkan nyeri sehingga muncul masalah keperawatan nyeri

akut. Diskontinuitas tulang dapat menyebabkan perubahan jaringan disekitar

tulang dan kerusakan fragmen tulang. Perubahan jaringan sekitar meliputi

pergeseran fragmen tulang, spasme otot dan laserasi kulit. Pada pergeseran

fragmen tulang menyebabkan deformitas sehingga mengakibatkan gangguan

fungsi ekstremitas dan muncul masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik.

Terputusnya kontinuitas jaringan tulang mengakibatkan terjadinya perubahan

jaringan sekitar dan terjadi laserasi kulit sehingga muncul masalah keperawatan

kerusakan integritas kulit. Laserasi kulit juga dapat mengakibatkan terputusnya

arteri atau vena dan terjadinya pendarahan. Pendarahan yang hebat dapat

mengakibatkan kehilangan volume cairan sehingga muncul masalah

keperawatan syok hipovolemik. Terjadinya perubahan jaringan sekitar juga

dapat mengakibatkan spasme otot sehingga terjadi peningkatan tekanan kapiler

dan pelepasan histamine yang bisa mengakibatkan protein plasma hilang dan

terjadi edema. Edema sendiri juga dapat mengakibatkan penekanan pembuluh

darah dan terjadi penurunan perfusi jaringan sehingga muncul masalah

ketidakefektifan perfusi jaringan perifer. Diskontinuitas tulang juga bisa

mengakibatkan kerusakan fragmen tulang dan tekanan sumsum tulang lebih

tinggi dari kapiler sehingga munculah reaksi stress klien dan melepaskan

katekolamin yang dapat memobilisasi asam lemak. Asam lemak yang bergabung
19

dengan trombosit dapat menjadi emboli yang bisa menyumbat pembuluh darah

sehingga muncul masalah keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer.

Tindakan konservatif pada klien fraktur femur meliputi bidai gips dan

traksi yang memunculkan diagnosa keperawatan gangguan integritas kulit dan

deficit perawatan diri. Pada klien fraktur femur yang memerlukan tindakan

bedah dilakukan insisi sehingga post operasinya beresiko terjadi port de entery

atau jalan masuknya kuman sehingga terjadi invasi bakteri yang beresiko infeksi.

Luka insisi juga merangsang mediator nyeri yaitu hormone prostaglandin dan

histamine yang memunculkan masalah keperawatan gangguan rasa nyaman

nyeri. Luka insisi juga menyebabkan gangguan mobilitas fisik dari anastesi yang

dilakukan untuk pembedahan. Selain itu luka insisi juga menimbulkan kerusakan

pada pembuluh darah sehingga menganggu suplai oksigen dan nutrisi maka

muncul diagnose keperawatan perfusi jaringan perifer.

2.1.5 Tanda dan Gejala Fraktur

Tanda dan gejala fraktur menurut (Susan C. Smeltzer, 2015) yaitu :

1) Terdapat trauma

2) Nyeri terus- menerus dan bertambah berat sampai fragmen tulang

diimobilisasi, hematoma, dan edema

3) Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah

4) Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot

yang melekat di atas atau di bawah tempat fraktur

5) Krepitasi akibat gerakan fragmen tulang satu dengan yang lainnya


20

6) Pembengkakan dikarenakan cairan serosa yang terisolasi pada daerah

fraktur di daerah jaringan sekitarnya

7) Penurunan rasa dan sensasi karena kerusakan saraf atau tekanan saraf

karena bengkak

8) Perubahan warna local pada kulit sebagai akibat dari ekstrasif darah

dijaringan sekitarnya

9) Keterbatasan gerak yang mengakibatkan terganggunya aktivitas

sehari- hari

10) Perubahan fisiologis menurut (Suratun, 2008) yaitu :

Table 2.1

Perubahan fisiologi akibat fraktur

No Perubahan Fisiologis Manifestasi

klinis

1 Peningkatan permeabilitas kapiler dan pelepasan Edema

histamine

2 Peningkatan aliran darah dan produksi asam Peningkatan denyut nadi,

laktat otot tegang, dan bengkak

3 Penekanan ujung saraf dan peningkatan tekanan Nyeri dan esemutran

jaringan

4 Kadar oksigen jaringan menurun Pucat

Sumber : (Suratun, 2008)


21

2.1.6 Proses Penyembuhan Fraktur

Ketika tulang mengalami cedera, fragmen tulang tidak hanya ditambal

dengan jaringan parut, namun secara alamiah tulang akan mengalami

regenerasi sendiri. Menurut (Lukman, 2009) tahapan penyembuhan fraktur

terdiri dari lima tahapan yaitu :

1) Tahap inflamasi

Tahap ini berlangsung beberapa hari dan akan hilang dengan

berkurangnya pembengkakan dan nyeri. Saat tulang mengalami

cedera, terjadi perdarahan dalam jaringan yang cedera dan

pembentukan hematoma di tempat tulang yang patah. Ujung

fragmen tulang mengalami devitilisasi karena terputusnya pasokan

darah. Tempat cedera kemudian akan diinvasi oleh makrofag (sel

darah putih besar), yang akan membersihkan daerah tersebut. Pada

saat itu terjadi inflamasi, pembengkakan dan nyeri.

2) Tahap poliferasi sel

Kira- kira lima hari hematoma akan mengalami organisasi,

terbentuknya benang- benang fibrin dari jendalan darah, membentuk

jaringan untuk revaskularisasi, dan invasi fibroblast dan osteoblast.

Fibroblast dan Osteoblast menghasilkan kolagen dan proteoglikan

sehingga matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuknya

jaringan ikat fibrosa dan tulang rawan (osteoid). Dari periosteum,

tempat pertumbuhan melingkar. Kalus tulang rawan tersebut di

rangsang oleh gerakan mikro minimal pada tempat patah tulang,


22

tetapi gerakan berlebihan akan merusak struktur kalus. Tulang yang

sedang aktif tumbuh menunjukkan potensial elektronegatif.

3) Tahap pembentukan kalus

Hari kesepuluh hingga sebelum minggu ke tujuh, aktifitas

osteoblast- osteoclast muncul hingga terbentuk kalus.

4) Tahap penulangan kalus (osfiksi)

Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dan dua sampai

tiga minggu dari terjsadinya patah tulang, melalui proses

penulangan endokondral. Pada tulang panjang orang dewasa

normal, penulangan memerlukan waktu tiga sampai empat bulan.

Mineral terus- menerus di timbun sampai tulang benar- benar telah

bersatu dengan keras.

5) Tahap menjadi tulang dewasa (remodeling)

Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan

mati dan reorganisasi tulang baru ke susunan structural sebelumnya.

2.1.7 Faktor penyembuhan fraktur

Menurut (Muttaqin, 2008) faktor- faktor yang menentukan penyembuhan

fraktur sebagai berikut :

1) Usia penderita

Pada usia anak- anak jauh lebih cepat waktu untuk penyembuhan

daripada orang dewasa. Hal ini disebabkan karena proses osteogenesis

pada periosteum dan endoesteum serta proses pembentukan tulang pada


23

bayi sangat aktif. Apabila usia bertambah maka proses tersebut semakin

berkurang.

2) Lokasi dan konfigurasi fraktur

Lokasi terjadinya fraktur merupakan peranan penting. Penyembuhan

fraktur metafisis lebih cepat daripada penyembuhan pada fraktur

diafisis. Di samping itu, konfigurasi fraktur seperti fraktur transversal

lebih lambat penyembuhannya dibandingkan dengan fraktur oblik

karena kontak yang berlebih.

3) Pergeseran awal fraktur

Pada fraktur yang periosteumnya tidak bergeser proses

penyembuhannya lebih cepat dibandingkan dengan fraktur yang

bergeser.

4) Vaskularisasi pada kedua fragmen

Apabila fragmen mempunyai vaskularisasi yang baik, penyembuhannya

tanpa komplikasi. Namun, jika salah satu sisi fraktur mempunyai

vaskularisasi yang jelek akan menimbulkan kematian.

5) Reduksi serta imobilisasi

Reposisi pada fraktur akan memberikan kemungkinan untuk

vaskularisasi yang lebih baik dalam bentuk awalnya. Imobilisasi yang

sempurna akan mencegah terjadinya pergerakan dan kerusakan

pembuluh darah yang akan menganggu penyembuhan pada fraktur.


24

6) Waktu imobilisasi

Apabila imobilisasi tidak dilakukan sesuai waktunya maka akan

menyebabkan :

a) Faktor adanya infeksi dan keganasan local.

b) Cairan synovial.

Cairan ini terdapat pada persendian yang menjadi penghambat

penyembuhan fraktur.

2.1.8 Penatalaksanaan fraktur

Menurut (Sjamsuhidajat R, 2005) penatalaksanaan fraktur meliputi :

1) Rekognisi yaitu menyangkut diagnose fraktur pada tempat

kecelakaan dan selanjutnya di rumah sakit dengan melakukan

pengkajian riwayat kecelakaan, derajat keparahan, jenis kekuatan

yang berperan pada peristiwa yang terjadi., serta menentukan

kemungkinan adanya fraktur melalui pemeriksaan dan keluhan dari

pasien.

2) Reduksi fraktur yaitu mengembalikan posisi tulang kembali

keposisi anatomi.

3) Imobilisasi atau mempertahankan posisi dan kesejajaran yang benar

hingga terjadi penyatuan. Imobilisasi dilakukan dengan fiksasi

eksternal dan internal.

4) Mempertahankan dan mengembalikan fungsi :


25

a) Mempertahankan reduksi dan imobilisasi.

b) Meninggikan daerah fraktur dan meminimalkan

pembengkakan.

c) Memantau status neuromuscular.

d) Mengontrol kecemasan dan nyeri kembali ke aktivitas semula

secara bertahap.

Menurut (Hariyanto, 2015) penanganan fraktur dengan dasar konsep

EMPAT- R :

1) Rekognisi, bagaimana penanganan dengan meperhatikan diagnose

pada tempat kejadian trauma/ kecelakaan sampai di bawa ke rumah

sakit.

2) Reduksi, reposisi/ mengembalikan posisi anatomi fragmen fraktur

sedekat mungkin sesuai dengan letak normalnya.

3) Retensi, metode yang bisa digunakan dalam mempertahankan

fragmen- fragmen tulang dalam masa penyembuhan.

4) Rehabilitasi, pengembalian fungsi bersama dengan program

kesehatan.

2.1.9 Komplikasi pada fraktur

Menurut (Smeltzer, 2001) ada dua yaitu :

a) Komplikasi awal fraktur antara lain :


26

1) Syok hipovolemik atau traumatic akibat pendarahan dan

kehilangan cairan eksternal sel ke jaringan yang rusak, dapat

terjadi pada fraktur ekstremitas, thoraks, pelvis, dan vertebra.

2) Sindrom emboli lemak, pada saat terjadi fraktur globula lemak

dapat masuk kedalam pembuluh darah karena tekanan sumsum

tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena katekolamin

yang dilepaskan oleh reaksi stress pasien akan memobilisasi

asam lemak dan memudahkan terjadinya globula lemak pada

aliran darah.

3) Sindrom kompartement merupakan masalah yang terjadi saat

perfusi jaringan otot kurang dari yang dibutuhkan untuk

kehidupan jaringan. Ini bisa disebabkan karena penurunan

kompartement otot karena fasia yang membungkus otot terlalu

ketat, penggunaan gips atau balutan yang menjepit ataupun

peningkatan isi kompartement otot karena edema atau

perdarahan sehubungan dengan berbagai masalah. Misalnya :

iskemikdan cedera remuk.

4) Kerusakan arteri merupakan pecahnya arteri karena trauma

yang ditandai dengan tidak ada nadi, CRT menurun, syanosis

bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada

ekstremitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting,

perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan

pembedahan.
27

5) Infeksi system pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada

jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi ini dimulai dari luar

kulit lalu kedalam. Biasanya terjadi pada fraktur terbuka,

namun juga bisa terjadi pada penggunaan pin atau plat pada

saat pembedahan.

6) Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke

tulang rusak dan terganggu yang bisa mengakibatkan nekrosis

tulang.

b) Komplikasi dalam waktu lama atau berkepanjangan pada fraktur

anatara lain :

1) Mal union

Terjadinya penyambungan pada tulang namun tidak

tersambung dengan benar seperti adanya pemendekan,

deformitas, atau kecacatan. Komplikasi ini berhubungan

dengan tindakan operasi yaitu kerusakan jaringan dan

pembuluh darah pada daerah yang dioperasi karena insisi.

Pada luka operasi bisa terjadi infeksi yang menyebabkan

proses penyambungan tulang terhambat.

2) Delayed union

Suatu kondisi dimana terjadi penyambungan tulang namun

terhambat karena infeksi dan tidak tercukupinya peredaran

darah kef ragmen.

3) Non union
28

Merupakan kegagalan suatu fraktur untuk menyatu setelah 5

bulan kemungkinan disebabkan oleh faktor usia, kesehatan

umum, dan pergerakan pada tempat fraktur.

4) Prognosis

Fraktur dapat disatukan kembali fragmen-fragmen tulangnya

melalui operasi. Namun ada sebagian jenis fraktur yang sulit

disatukan kembali fragmen-fragmen tulangnya yaitu pada

fraktur tulang ulna, tulang radius, tulang fibula dan tulang

tibia. Fraktur pada daerah elbow, caput femur dan cruris dapat

menyebabkan kematian karena pada daerah tersebut dilewati

saraf besar yang sangat berperan penting bagi kehidupan

seseorang. Prognosis fraktur tergantung dari jenis fraktur, usia

penderita, letak, dan derajat keparahan.

2.1.10 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut (NANDA, 2015) yaitu :

1) Foto Rontgent

a) Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara

langsung.

b) Mengetahui tempat atau tipe fraktur. Biasanya diambil

sebelum dan sesudah serta selama proses penyembuhan secara

periodik.
29

2) MRI : menentukan lokasi atau luasnya fraktur.

3) Scan Tulang atau CT Scan : memperlihatkan fraktur lebih jelas,

mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

4) Arterigram : dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan

vascular.

5) Hitung darah lengkap : hemokonsentrasi mungkin meningkat,

menurun pada pendarahan. Peningkatan leukosit sebagai respon

terhadap rangsangan.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Fraktur

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahapan awal dari proses keperawatan.

Tahap keperawatan dimulai setelah pasien berhubungan dengan system

pelayanan kesehatan dan pasien memperoleh pelayanan tersebut. Selama

tahap pengkajian, data tentang status pasien dikumpulkan yang kemudian

divalidasi, diorganisasikan dan diorganisasikan dan dikomunikasikan

secara verbal dan tertulis. Pengkajian memberikan dasar penentuan

diagnose keperawatan yang akurat dan selanjutnya akan dipergunakan

untuk perencanaan tindakan keperawatan, implementasi dan evaluasi

asuhan keperawatan yang telah diberikan. Menurut (Husnul & Yusuf

Muhammad, 2016) mengatakan bahwa pengkajian merupakan proses

sistematis dari pengumpulan, verifikasi dan komunikasi tentang pasien.

Dimana tujuan pengkajian adalah mendapatkan data dasar tentang


30

kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman yang berkaitan, praktik

kesehatan, tujuan, nilai dan gaya hidup yang dilakukan pasien. Kegiatan

utama yang dilakukan dalam tahap pengkajian ini antara lain

pengumpulan data, pengelompokan data, menganalisis data guna

merumuskan diagnosis keperawatan. Hasil pengumpulan data kemudian

diklasifikasikan dalam data subjektif dan objektif. Data subjektif adalah

data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu

situasi dan kejadian. Data objektif adalah data yang diobservasi dan

diukur oleh perawat (Jaya et al., 2019).

Pengkajian pada pasien fraktur adalah sebagai berikut :

a) Identitas klien

Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal

(alamat), pekerjaan, pendidikan, agama, status perkawinan, suku

bangsa, tanggal masuk rumah sakit (Chairuddin, 2003). Kejadian

fraktur sering terjadi pada pria dibandingkan dengan wanita.

Presentasi berkisar 37,6% pada laki- laki, sedangkan pada

perempuan berkisar 28,7%. Untuk usia lanjut yang mengalami

fraktur cenderung terbanyak pada perempuan usia diatas 75 tahun

(Hariyanto, 2015).

b) Riwayat perawatan

1) Keluhan utama : pada umumnya keluhan utama terjadi pada

kasus fraktur adalah rasa nyeri, keterbatasan gerak, gangguan

sirkulasi dan gangguan neurosensory (Suratun, 2008).


31

2) Riwayat penyakit sekarang : merupakan penjelasan dari

permulaan kejadian yang terjadi pada pasien, pertolongan

pertama pada pasien, hingga dibawanya pasien kerumah sakit

dengan menggunakan sistem PQRST. Penjelasan melputi:

P = Provokatos – Paliatif. Apa yang menyebabkan gejala ?apa

yang bisa memberatkan ? apa yang bisa mengurangi ?

Q = Quality – Quantity. Bagaimana gejala dirasakan? Sejauh

mana gejala dirasakan ?

R = Region – Radiation. Dimana gejala dirasakan? Apakah

menyebar ?

S = Scala – Severity. Seberapakah tingkat keparahan dirasakan?

Pada skala berapa ?

T = Time. Kapan gejala mulai timbul ?seberapa sering gejala

mulai timbul? Seberapa lama gejala dirasakan ?

3) Riwayat kesehatan sebelumnya. Perlu ditanyakan apakah pasien

pernah mengalami kejadian seperti saat ini sebelumnya baik itu

fraktur ataupun trauma. Pernahkah mengalami penyakit yang

memerlukan perawatan rumah sakit, pengobatan atau operasi

(Chairuddin, 2003).

4) Riwayat kesehatan keluarga perlu ditanyakan adakah anggota

keluarga yang mengalami sakit sama seperti pasien atau

penyakit lainnya seperti TBC, hipertensi, diabetes mellitus,

kanker tulang dan osteoporosis (Chairuddin, 2003).


32

c) Pola fungsi kesehatan

1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Apakah pasien pernah merokok, minum- minuman keras,

menggunakan obat- obatan atau alergi terhadap obat.

2) Pola aktivitas dan personal hygiene

Meliputi : makan, minum, berpakaian, toileting, mobilisasi,

dan berjalan pada pasien fraktur biasanya dibantu

(Chairuddin, 2003).

3) Pola nutrisi/ cairan dan metabolism

Klien post operasi fraktur femur ditemukan adanya keadaan

pada mukosa yang kering (pembatasan cairan) atau periode

puasa pra operatif dan 6 jam post operatif, anoreksia, mual,

dan muntah. Adanya penurunan atau peningkatan berat badan

akibat dari mekanisme seseorang terhadap respon nyeri.

4) Pola tidur dan istirahat

Pasien akan mengalami kesulitan tidur dan sering terbangun

karena nyeri (Chairuddin, 2003).

5) Pola eliminasi

Biasanya pada pasien dengan kondisi fraktur akan dilakukan

kateterisasi, tapi walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi,

konsistensi warna, serta bau feses pada pola eliminasi alvi.

Sedangkan pada pola eliminasi urine dikaji frekuensi,


33

kepekatanya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini

juga harus dikaji ada kesulitan atau tidak.

6) Pola kognitif dan sensori- persepsi

Mengalami spasme dan kram otot secara tiba- tiba.

7) Pola peran hubungan /interaksi social

Kemungkinan adanya perasaan menarik diri karena

keterbatasan dan kekurangan akibat fraktur.

8) Pola persepsi diri dan toleransi terhadap stress

Adanya trauma akibat keadaan yang dialami.

9) Pola seksualitas /reproduksi

Keterbatasan akibat nyeri karena fraktur

10) Pola keyakinan nilai

Pasien percaya bahwa sakit yang dialami pasti akan sembuh

bila dia berobat dan berdoa pada Tuhan (Chairuddin, 2003).

d) Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum

Pasien terlihat lemah saat berjalan, kesadaran komposmentis

dan mungkin bisa sampai syok, wajah pucat dan tampak

memegangi area yang sakit, skala nyeri yang dialami bisa

sedang sampai berat. Nyeri sedang (4-6) secara objektif pasien

mendesis, menyeringai, dapat menujukkan lokasi nyeri, dapat

mendeskripsikannya, dan dapat mengikuti perintah dengan baik.


34

Sementara untuk nyeri berat (7-9) secara objektif pasien

kadang- kadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih ada

respon terhadap tindakan, dapat menjukkan lokasi nyeri, tidak

dapat mendiskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi

napas dalam jangka panjang dan distraksi.

2) Tanda – tanda vital

Hasil pemeriksaan tanda- tanda vital pada klien dengan post

fraktur femur biasanya didapatkan peningkatan frekuensi

pernapasan lebih dari 24x/menit, hipertensi atau hipotensi,

takikardi atau bradikardi (Prasetyo, 2010).

3) System respirasi

Adanya peningkatan frekuensi pernapasan dan tidak teratur

karena respon fisiologis terhadap nyeri.

4) Sistem kardiovaskuler

Terjadi hipertensi karena respon nyeri, hipertensi karena

kehilangan darah, takikardi akibat karena respon stress

(Doengoes, 2003).

5) System neurosensory

Pasien akan mengalami pusing karena terjadi hipertensi atau

hipotensi (Doengoes, 2003). sementara menurut (Suratun,

2008) terjadi nyeri dan kesemutan karena adanya penekanan

saraf dan tekanan pada jaringan.

6) System pencernan
35

Terjadi masalah pemenuhan nutrisi, penurunan motilitas saluran

cerna akibat respon fisiologis dan nyeri.

7) System musculoskeletal

Terjadi keterbatasan atau kehilangan fungsi pada bagian yang

terkena fraktur, adanya nyeri tekan dan perubahan tonus otot

(Chairuddin, 2003).

8) System intergumen

Mengalami perubahan warna kulit pada area yang terganggu,

pucat dan keluar keringat dingin kemungkinan peningkatan atau

penurunan suhu tubuh (Doengoes, 2003).

9) System genitourinary

Adanya penurunan atau peningkatan keinginan untuk berkemih

karena kondisi fraktur klien (Doengoes, 2003).

e) Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan x – ray (memastikan dan menentukan lokasi

fraktur)

2) CT scan (melihat kelainan dan menentukan lokasi, tempat, dan

perlukaan)

3) MRI (mengidentifikasi kerusakan syaraf spinal)


36

4) Analisis Gas Darah (terjadi pendarahan untuk melihat

pertukaran gas) (Hariyanto, 2015).

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa adalah pernyataan yang jelassingkat dan pasti tentang

masalah klien serta penyebabnya yang dapat dipecahkan atau diubah

melalui tindakan keperawatan. Masalah – masalah yang tidak dapat

dipecahkan atau diatasi oleh perawat bukan diagnose keperawatan

walaupun masalah – masalah ini ditentukan dari hasil pengkajian yang

dilakukan oleh perawat (Manurung, 2011) Adapun diagnose

keperawatan pada klien fraktur diantarannya :

a) Pre- Operasi

1) Kerusakan integritas jaringan kulit berhubungan dengan

faktor mekanik robekan luka pada otot dan kulit

DS : Klien mengatakan terdapat memar di ekstremitas,

nyeri saat terjadi pembengkakan dan nyeri saat ada

luka robekan pada kulit maupun otot.

DO :

a) Gangguan pada bagian tubuh (ekstremitas)

b) Kerusakan pada kulit (dermis)

c) Gangguan pada permukaan kulit (epidermis)

2) Nyeri akut berhubungan dengan pergeseran fragmen tulang


37

DS : Klien mengatakan nyeri pada daerah tulang yang

patah.

DO :

a) Klien tampak menyeringai.

b) Ditemukan skala nyeri 1-3 (nyeri ringan), 4-7

(nyeri sedang), 8-10 (nyeri berat).

c) Terdapat nyeri tekan pada tulang.

d) Klien tampak memegangi bagian ekstremitas

yang patah.

3) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan

penyumbatan pembuluh darah oleh emboli.

DS :-

DO :

a) Perubahan karakteristik warna kulit (warna,

kelembapan, elastisitas, kuku, suhu ).

b) Tidak teraba nadi (penurunan denyut nadi )

4) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan

integritas struktur tulang.

DS : Klien tidak berani bergerak karena terasa nyeri

DO :

a) Ketidakmampuan untuk bergerak sesuai tujuan

dalam lingkungan fisik.

b) Dilakukan pembatasan dalam bergerak


38

c) Keterbatasan rentang gerak

d) Peenurunan kekuatan atau control otot.

5) Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan kehilangan

volume cairan (perdarahan)

DS : Kilen mengatakan sesak napas.

DO :

a) Akral klien dingin, pucat dan basah

b) CRT pasien > 2 detik

c) Tidak teraba denyut nadi

d) Tekanan darah menurun

e) Produksi urine pasien menurun

(Nurarif, 2013) ; Suratun, 2008; Doengoes, 2003;

Hariyanto, 2015; (Nanda NIC-NOC, 2015).

b) Post – Operasi

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan diskontinuitas

jaringan

DS : Klien mengatakan gatal, tertekan pada daerah yang

sakit.

DO :

a) Terdapat luka sampai kematian jaringan, sulit

beraktivitas dan rasa gatal pada luka.

1) Deficit perawatan diri berhubungan dengan pemasangan

traksi pada ekstremitas.


39

DS : Klien meminta bantuan untuk mandi, makan,

toileting, berpakaian atau mobilitas.

DO : Terpasang traksi atau gips pada ekstremitas.

2) Resiko disfungsi neurovaskuler berhubungan dengan edema

DS :-

DO :-

(Tidak dapat diterapkan : adanya tanda-tanda dan gejala

yang membuat diagnosa actual)

3) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan cedera

jaringan

DS : Klien mengatakan nyeri (mengungkapkan secara

verbal atau melaporkan dengan isyarat keluhan nyeri).

DO :

a) Wajah meyeringai

b) Gerakan menghindari nyeri

c) Perubahan autonomic dari tonus (dapat dalam

rentang tidak berenergi sampai kaku)

d) Perilaku menjaga atau melindungi

e) Berfokus pada diri sendiri

4) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan pemasangan

traksi

DS : Klien mengatakan tidak dapat menggerakkan

ekstremitasnya.
40

DO :

a) Terpasang traksi

b) Kesulitan gerak

c) Penurunan aktivitas, kesulitan (Zahroh,

2011) untuk menggerakan kaki

d) Melambatnya pergerakan

e) Adanya keterbatasan gerak

2.2.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi adalah proses kegiatan mental yang memberi

pedoman atau pengarahan secara tertulis kepada perawat atau

anggota tim kesehatan lainnya tentang intervensi atau tindakan

keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien. Rencana

keperawatan merupakan rencana tindakan keperawatan yang

menggambarkan masalah kesehatan pasien, hasil yang diharapkan,

tindakan – tindakan keperawatan dan kemajuan pasien secara

spesifik (Manurung, 2011).

Pengelompokan meliputi bagaimana, kapan, dimana, frekuensi

dan besarnya, menunjukkan isi dari aktivitas yang direncanakan,

intervensi keperawatan dibagi dua, yaitu : mandiri ( dilakukan oleh

perawat ) dan kolaborasi (yang dilakukan bersama dengan pemberi

asuhan perawatan lainnya).

Adapun tujuan dari kriteria hasil dan intervensi keperawatan

yang muncul menurut (Nurarif, 2013) ; Suratun, 2008; Doengoes,


41

2003; Hariyanto, 2015; (Nanda NIC-NOC, 2015) adalah sebagai

berikut :
42

a) Pre – Operasi

NO DX TUJUAN NOC INTERVENSI NIC RASIONAL

1. Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pendekatan pada 1. Hubungan yang baik membuat

jaringan berhubungan keperawatan selama 3x24 jam klien dan keluarga (BHSP). klien dan keluarga kooperatif

dengan faktor diharapkan masalah kerusakan 2. Kaji luka dan adanya 2. Perubaan warna kulit dapat

mekanik robekan jaringan dapat diatasi dengan perubahan warna kulit dipakai sebagai informasi

luka pada otot dan kriteria hasil : 3. Berikan perawatan kulit sirkulasi kulit.

kulit. 1. Perfusi jaringan normal setiap 2 jam sekali jika perlu 3. Perawatan kulit dapat mencegah

2. Tidak ada tanda- tanda dengan hati – hati infeksi lebih lanjut.

infeksi 4. Ganti posisi miring kanan – 4. Pergantian posisi dapat

3. Ketebalan tekstur jaringan miring kiri sesuai indikasi menurunkan tekanan pada area

normal 5. Pijatan menggunakan lotion tertekan, memperbaiki sirkulai,

4. Menujukkan pemahaman pada punggung dan daerah dan menurunkan resiko


43

perbaikan dan mencegah yang tertekan hindari pijatan kerusakan kulit.

terjadinya cedera berulang pada daerah yang berwarna 5. Tindakan menggosok dapat

menujukkan terjadinya kemerahan. memperlancar sirkulasi,

proses penyembuhan luka. 6. Pantau bidai atau balutan mengurangi nyeri, dan

kebersihan dan keamanan membantu perbaikan sel.

serta kenyamanan klien 6. Kebersihan meminimalkan

7. Rawat luka sesuai prosedur terjadinya infeksi nosocomial

8. Kolaborasi pemberaian obat, 7. Perawatan luka septik dan

salep, antibiotic jika aseptic mencegah terjadinya

diperlukan. infeksi

8. Salep antibiotic dapat membunuh

bakteri kuman pada daerah luka.

2. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji keluhan nyeri, 1. Membantu dalam

dengan pergeseran keperawatan selama 3x24 jam perhatikan lokasi, lamanya, mengidentifikasi derajat
44

fragmen tulang diharapkan nyeri dapat berkurang, dan intensitas (skala 0-10) ketidaknyaman dan kebutuhan

dengan kriteria hasil : perhatikan petunjuk verbal, untuk/ keefektifan analgesic.

1. Mampu mengontrol nyeri, non- verbal Membantu kebutuhan hygiene

(tahu penyebab nyeri), 2. Jelaskan pada klien klien

mampu menggunakan teknik penyebab nyeri. 2. Memberikan penjelasan akan

non farmakologis untuk 3. Bantu klien menemukan menambah pengetahun klien

mengurangi nyeri, mencari posisi yang nyaman tentang nyeri.

bantuan. 4. Berikan tindakan 3. Peninggian lengan, ukuran baju,

2. Melaporkan bahwa nyeri, kenyamanan dasar dan adanya drain

berkurang dengan (perubahan posisi yang mempengaruhi kemampuan

menggunakan manajemen sakit, pijatan punggung) klien untuk rileks dan tidur/

nyeri aktivitas terapeutik. Dorong istirahat secara efektif.

3. Mampu mengenali nyeri ambulasi diri dan 4. Meningkatkan relaksasi,

(skala intensitasnya, penggunaan teknik relaksasi, membantu untuk memfokuskan


45

frekuensi dan tanda nyeri) bimbingan imajinasi perhatian dan dapat

4. Menyatakan rasa nyaman 5. Observasi tanda- tanda vital meningkatkan kemampuan

setelah nyeri berkurang 6. Melakukan kolaborasi koping

5. TTV normal dengan tim medis dalam 5. Untuk mengetahui

pemberian analgesic. perkembangan klien.

6. Merupakan tindakan dependent

perawat, dimana analgesic

berfungsi untuk blok stimulasi

nyeri.

3. Gangguan perfusi 1. Tekanan systole dan 1. Kaji dan awasi tanda-tanda 1. Ketidak adekuatan volume

jaringan berhubungan diastole dalam rentang yang vital, pastikan tanda pucat sirkuasi darah akan

dengan penyumbatan diharapkan. atau sianosis. mempengaruhi sirkulasi perfusi

2. Tidak ada ortostatik 2. Dorong pasien untuk aktif


46

darah oleh emboli hipertensi berlatih menggerakkan jari jaringan.

3. Tidak ada tanda-tanda dan sendi. 2. Meningkatkan sirkulasi dan

peningkatan intracranial 3. Selidiki tanda iskemia secara mengurangi pengumpulan darah

(tidak lebih dari 15 mmHg) tiba-tiba seperti penurunan pada ekstremitas bawah.

4. Warna kulit normal dan suhu kulit dan peningkatan 3. Dislokasi fraktur dapat

akral hangat nyeri. menyebabkan kerusakan arteri

5. Respon pengisian kapiler 4. Berikan kompres es sekitar yang berdekatan dengan akibat

normal (CRT <2 detik) fraktur sesuai indikasi hilangnya aliran darah ke distal

5. Latihan peninggian 4. Menurunkan edema

ekstremitas yang cedera. 5. Meningkatkan drainase vena.

6. Kolaborasi dengan petugas 6. Membantu dalam kalkulasi

laboratorium dalam kehilangan darah dan

pemeriksaan Hb/ Ht, membutuhkan efektifitas terapi

pemeriksaan koagulasi pengganti.


47

4. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kemampuan klien 1. Untuk mengetahui seberapa

fisik berhubungan keperawatan selama 3x24 jam dalam melakukan aktivitas kemampuan klien.

dengan kerusakan diharapkan klien akan 2. Bantu dan dorong dalam 2. Meningkatkan kekuatan otot

integritas struktur tulang menunjukkan mobilitas dalam perawatan diri pasien dan sirkulasi

batas normal, ADL terpenuhi. 3. Libatkan pasien untuk 3. Aktivitas terapeutik dapat

1. Klien meningkat dalam melakukan aktivitas mempertahankan diri dan

aktivitas fisik terapeutik dan rekreasi menurunkan isolasi social klien.

2. Mengerti tujuan dari misalkan mendengarkan 4. Latihan gerak pasif aktif

peningkatan mobilitas music, menonton televisi, meningkatkan aliran darah ke

3. Memverbalisasikan atau berkomunikasi dengan otot, memberikan latihan gerak

perasaan dalam teman. sendi dan mencegah kontraktur.

meningkatkan kekuatan 4. Ajarkan klien melakukan 5. Personal hygiene dapat

kemampuan berpindah latihan rentang gerak pasif meningkatkan kesehatan klien.

4. Memperagakan penggunaan dan aktif 6. Pasien imobilisasi


48

alat bantu 5. Bantu kebutuhan aktivitas membutuhkan adaptasi

5. Bantu untuk mobilisasi sehari-hari : kebersihan diri. pergerakan secara bertahap

6. Hindari dari gerakan untuk mengembalikan fungsi

mendadak anggota tubuh

7. Kolaborasi pemberian 7. Imobilisasi yang lama

analgesic jika diperlukan. memungkinkan penimbunan

laktat sehingga menimbulkan

nyeri. Penggunaan analgesic

dapat dilakukan sebagai

menurunkan nyeri.

5. Resiko syok hipovolemik Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau dan catat kehilangan 1. Memantau jumlah kehilangan

berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam darah pada klien (jumlah, cairan

kehilangan volume diharapkan syok hipovolemik warna) 2. Ini merupakan tanda awal syok

cairan (pendarahan) tidak terjadi, tanda-tanda syok 2. Pantau adanya peningkatan 3. Jika urine kurang dari 30 cc/jam
49

tidak terjadi dengan kriteria hasil: denyut nadi dan penurunan itu merupakan tanda syok

1. Nadi dalam batas normal. tekanan darah 4. Rasa haus merupakan tanda

2. Irama jantung dalam batas 3. Pantau jumlah urine awal syok

normal 4. pantau terjadinya gelisah, 5. Mengetahui terjadinya

3. Frekuensi nafas dalam batas penurunan kesadaran dan haus. hemokonsentrasi dan terjadinya

yang diharapkan. 5. Pantau pemeriksaan syok hipovolemik.

4. Irama pernafasan dalam laboratorium terutama

batas normal. penurunan Hb dan Ht, segera

lapor ke ahli bedah ortopedi

untuk penanganan selajutnya

b. Post Operasi

DX TUJUAN INTERVENSI
NO RASIONAL
NOC NIC
50

1. Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kulit dan identitas pada tahap 1. Mengetahui sejauh mana

kulit berhubungan keperawatan selama 3x24 jam perkembangan luka perkembangan luka,

dengan diskontinitas diharapkan masalah kerusakan kulit 2. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta mempermudah dalam melakukan

jaringan dapat teratasi. Penyembuhan luka jumlah dan tipe cairan luka tindakan yang tepat.

sesuai waktu dengan kriteria hasil : 3. Pantau peningkatan suhu tubuh 2. Mengidentifikasi tingkat

1. Perfusi jaringan normal 4. Berikan perawatan luka dengan keparahan luka akan

2. Tidak ada tanda- tanda infeksi teknik aseptic. Balut luka dengan mempermudah intervensi

3. Ketebalan tekstur jaringan kassa steril dan kering, gunakan 3. Suhu tubuh yang meningkat

normal plester. dapat diidentifikasi sebagai

4. Menunjukkan pemahaman 5. Jika pemulihan tidak terjadi proses peradangan

perbaikan kulit dan mencegah kolaborasi tindakan lanjutan 4. Teknik aseptic membantu

terjadinya cedera berulang. misalnya debridment. mempercepat penyembuhan luka

5. Menunjukkan terjadinya proses 6. Setelah debridment ganti balutan dan mencegah terjadinya infeksi

penyembuhan luka. luka sesuai dengan kebutuhan. 5. Agar benda asing atau jaringan
51

7. Kolaborasi dengan pemberian yang terinfeksi tidak menyebar

antibiotic sesuai indikasi. luas pada area kulit lainnya.

6. Balutan dapat diganti 1 atau 2

hari sekali tergantung kondisi

parah atau tidaknya luka agar

tidak terjadi infeksi

7. Antibiotic berguna untuk

mematikan mikroorganisme

patogen pada daerah yang

beresiko terjadinya infeksi.

2. Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan bantuan pada Aktivitas 1. Aktivitas kebutuhan sehari- hari

berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan sehari-hari, ijinkan klien adalah fungsi dimana orang

traksi atau gips pada diharapkan klien mendemonstrasikan untuk merawat diri sesuai dengan normal melakukannya setiap

ekstremitas. tidak ada deficit perawatan diri dengan kemampuannya. hari untuk memenuhi kebutuhan
52

kriteria hasil : 2. Setelah reduksi, tempatkan kantong dasar. Merawat untuk

1. Klien melaporkan bahwa plastic diatas esktremitas yang sakit kebutuhan dasar orang lain

Aktivitas kebutuhan sehari- untuk mempertahankan gips/ fiksasi dapat mempertahankan harga

hari terpenuhi ekstrenal tetap kering pada saat mandi. diri.

2. Tidak ada bau badan Rujuk pada bagian terapi fisik sesuai 2. Kantong plastic melindungi

3. Mukosa mulut lembab pesanan untuk instruksi berjalan dengan alat-alat dari kelembapan yang

4. Kulit utuh kruk dan latihan- latihan. Yakinkan berlebihan yang dapat

klien menggunakan kruk untuk menimbulkan infeksi dan dapat

ambulasi dan dapat menggunakannya menyebabkan lunaknya gips.

secara tepat. Juga, hal ini dapat menyebabkan

klien untuk menolong dirinya

sendiri setelah dia pulang. Ahli

terapi fisik adalah spesialis

latihan yang membantu klien


53

dalam mobilitas.

3. Resiko disfungsi Setelah dilakukan tindakan 1. Evaluasi adanya kualitas nadi 1. Penurunan/ tidak adanya nadi

neurovascular keperawatan selama 3x24 jam perifer distal terhadap cidera dapat menggambarkan cedera

berhubungan diharapkan klien tidak ada melalui palpasi. vaskuler

dengan edem resiko disfungsi neurovaskuler 2. Kaji aliran kapiler, warna kulit 2. Kembalinya warna harus cepat

dengan kriteria hasil : dan kehangatan distal pada fraktur (3-5 detik)

1. Mempertahankan perfusi 3. Lakukan pengkajian 3. Gangguan perasaan bebas,

jaringan neuromuscular. kesemutan peningkatan atau

2. Terabanya nadi penyebaran nyeri terjadi bila

3. Kulit hangat atau kering sirkulasi pada saraf tidak

4. Sensasi normal dekuat.

5. TTV stabil

4. Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan 1. Membantu dalam

nyeri berhubungan keperawatan selama 3x24 jam lokasi, lamanya, dan intensitas mengidentifikasi derajat
54

dengan cedera jaringan diharapkan nyeri dapat berkurang, (skala 0-10) perhatikan petunjuk kenyamanan dan kebutuhan

dengan kriteria hasil : verbal, non verbal. untuk keefektifan analgesic,

1. Mampu mengontrol nyeri (tahu 2. Jelaskan pada klien penyebab nyeri membantu kebutuhan hygiene

penyebab nyeri, mampu 3. Bantu klien menemukan posisi yang klien.

menggunakan Teknik non nyaman 2. Memberikan penjelasan akan

farmakologis untuk mengurangi 4. Berikan tindakan kenyamanan dasar menambah pengetahuan klien

nyeri, mencari bantuan). (perubahan posisi yang sakit, pijatan tentang nyeri

2. Melaporkan bahwa nyeri punggung) aktivitas terapeutik. 3. Peninggian lengan, ukuran baju,

berkurang dengan menggunakan Dorong ambualsi diri dan dan adanya drain mempengaruhi

manajemen nyeri penggunaan teknik relaksasi, kemampuan klien untuk rileks

3. Mampu mengenali nyeri (skala bimbingan imajinasi. dan tidur/ istirahat secara efektif.

intensitas, frekuensi, dan tanda 5. Observasi tanda-tanda vital 4. Meningkatkan relaksasi,

nyeri). 6. Melakukan kolaborasi dengan tim membantu untuk memfokuskan

4. Menyatakan rasa nyaman setelah medis dalam pemberian analgesic. perhatian dan dapat
55

nyeri berkurang. meningkatkan kdemampuan

5. TTV normal koping.

5. Untuk mengetahui perkembangan

klien

6. Merupakan tindakan dependent

perawat, dimana analgesic

berfungsi untuk blok stimulasi

nyeri

5. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kemampuan nklien dalam 1. Untuk mengetahui seberapa

fisik berhubungan keperawatan selama 3x24 jam melakukan aktivitas kemampuan klien

dengan pemasangan diharapkan klien akan menjukkan 2. Bantu dan dorong dalam 2. Meningkatkan kekuatan otot dan

traksi. mobilitas dalam batas normal, ADL perawatan diri klien sirkulasi

terpenuhi. 3. Libatkan klien untuk 3. Aktivitas terapeutik dapat

1. Klien meningkat dalam aktivitas melakukan aktivitas terapeutik mempertahankan diri dan
56

fisik dan rekreasi misalkan menurunkan isolasi social klien.

2. Mengerti tujuan dari mendengarkan music, 4. Latihan gerak pasif dan aktif

peningkatan mobilitas menonton televisi atau meningkatkan aliran darah ke

3. Memverbalisasikan perasaan berkomunikasi dengan teman otot, memberikan latihan gerak

dalam meningkatkan kekuatan 4. Ajarkan klien melakukan sendi dan mencegah kontraktur.

peningkatan berpindah. latihan rentang gerak pasif dan 5. Personal hygiene dapat

4. Memperagakan penggunaan alat aktif meningkatkan kesehatan klien.

bantu 5. Bantu kebutuhan aktivitas 6. Pasien imbolisasi membutuhkan

5. Bantu untuk mobilisasi sehari- hari : kebersihan diri adaptasi pergerakan secara

6. Hindari dari gerakan mendadak bertahap untuk mengembalikan

7. Kolaborasi pemberian analgesic fungsi anggota tubuh

jika diperlukan. 7. Penggunaan analgesic dapat

dilakukan sebagai menurunkan

nyeri.
57

2.2.4 Implementasi

Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang

telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara

optimal. Pelaksanaan adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana

keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Manurung,

2011).

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi

adalah kegiatan yang disengaja dan terus – menerus dengan melibatkan

klien, perawat, dan anggota tim kesehatan lainnnya. Dalam hal ini

diperlukan pengetahuan tentang kesehatan, patofisiologi, dan strategi

evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuian dari rencana

tindakan keperawatan tercapai atau tidak dan melakukan pengkajian ulang

(Manurung, 2011).

Hasil yang diharap setelah dilakukan intervensi keperawatan adalah :

a) Mengalami peredaan nyeri

b) Melaporkan penurunan nyeri

c) Tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya infeksi

d) Menujukkan perilaku yang rileks

e) Mempergerakan keterampilan reduksi nyeri yang dipelajari dengan

peningkatan keberhasilan (Suratun, 2008).

2.2.6 Dokumentasi Keperawatan


58

Dokumentasi didefinisikan sebagai salah satu yang tertulis atau tercetak

yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang

berwenang. Dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan

pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan keperawatan

yang berguna untuk kepentingan klien, perawat dan tim kesehatan dalam

memberikan pelayanan kesehatan. Dokumentasi keperawatan tidak hanya

kualitas perawatan saja tetapi membuktikan pertanggunggugatan setiap tim


BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara memecahkan masalah

berdasarkan keilmuan (Nursalam, 2011). Bab ini akan menguraikan metode

penelitian yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian berdasarkan

masalah yang ditetapkan antara lain rancangan penelitian, batasan istilah,

partisipan, lokasi dan waktu, prosedur pengumpulan data, uji keabsahan

data, analisa data. Metode pada penelitian deskripsi kualitatif ini meliputi :

studi literatur.

3.1 Rancangan Penelitian /Desain Penelitian

Rancangan penelitian adalah pedoman atau prosedur serta teknik

dalam perencanaan penelitian yang berguna sebagai panduan untuk

merencanakan stategi penelitian yang menghasilkan model penelitian.

Desain yang digunakan dalam penulisan ini adalah deskriptif kualitatif

studi literatur. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan sebuah metode

penelitian yang memanfaatkan data kualitatif dan dijabarkan secara

deskriptif. Pada penelitian deskriptif kualitatif ini penulis akan

menampilkan hasil data apa adanya tanpa proses manipulasi. Penelitian

deskripsi kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah

Asuhan Keperawatan Pada Klien Fraktur Di Ruang Seruni RSUD dr.

Soedomo Trenggalek secara komprehensif dan menyeluruh. Asuhan

keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan., melakukan implementasi, dan mengevaluasi. Unit kasus

59
dianalisis secara mendalam dari berbagai segi yang berhubungan

dengan

kasus, faktor yang mempengaruhi, kejadian – kejadian yang muncul

akibat kasus, tindakan dan reaksi kasus terhadap suatu pemaparan /

perlakuan tertentu (Bandung:, Sugiyono.Alfabeta, 2017).

3.2 Batasan Istilah

Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami fraktur adalah

keperawatan dari proses kegiatan dengan cara memberikan perawatan pada

klien, dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia. Berpegang pada standar

keperawatan yang meliputi : Pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan (intervensi), pelaksanaan (implementasi), evaluasi secara

komprehensif. Peneliti juga mengikuti kegiatan bagaimana asuhan

keperawatan pada klien dengan diagnosa fraktur dan mengobservasi

bagaimana perkembangan klien selama mendapatkan perawatan di rumah

sakit dengan dilakukan asuhan keperawatan dengan diagnosa keperawatan

fraktur.

3.3 Partisipan

Partisipan merupakan orang yang diikutsertakan dalam suatu

perencanaan, pelaksanaan dan memikul tanggung jawab sesuai dengan

tingkat kematangan dan kewajibannya (Sugiyono, 2007). Partisipan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah 1 klien, yaitu dengan kriteria :

a. Pasien yang bersedia menjadi partisipan

b. Pasien dalam keadaan sadar penuh, bersedia memberikan seluruh

informasi yang diperlukan

60
c. Pasien yang mengalami fraktur dan membutuhkan perawatan lebih dari

3 hari di RS

3.4 Lokasi dan Waktu

3.4.1 Lokasi Pengambilan Data

Lokasi penelitian asuhan keperawatan Fraktur dilaksanakan di

Ruang Seruni RSUD dr. Soedomo Trenggalek.

3.4.2 Waktu Pelaksanaan

Pengambilan data atau kasus pada penelitian ini dilaksanakan

pada saat peneliti melakukan praktik klinik keperawatan terpadu pada

bulan Februari 2023

3.5 Pengumpulan Data

1.5.1 Metode Pengumpulan Data

Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan

penelitian dalam mengumpulkan data. Dalam penelitian ini instrument

yang digunakan adalah format Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.

Pengumpulan data adalah dokumen wawancara terstruktur berupa

format asuhan keperawatan (Pengkajian, Diagnosa, Intervensi,

Implementasi, sampai Evaluasi), pedoman observasi, pengukuran

dengan alat, alat pemeriksaan laboratorium atau dokumen yang relevan.

Metode pengumpulan data dengan menggunakan data primer dan data

sekunder. Data primer berupa wawancara, pemeriksaan fisik (inspeksi,

auskultasi, palpasi dan perkusi), sedangkan data sekunder berupa hasil

61
pemeriksaan laboratorium, hasil catatan status pasien dari tenaga medis

yang lain serta studi dokumentasi.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan data sekunder yang diperoleh dari hasil studi literature

Asuhan Keperawatan Pada Klien Fraktur.

1.5.2 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini didasarkan pada

prosedur melakukan proses asuhan keprawatn pada saat peneliti

melakukan praktik klinik. Adapun prosedur tersebut adalah sebagai

berikut :

1) Diterbitkannya surat ijin melakukan praktik klinik dari Kaprodi D3

keperawatan Trenggalek, surat ijin untuk melakukan praktik klinik di

RSUD Dr. Soedomo Trenggalek.

2) Proses pengumpulan data dimulai dari mahasiswa mencari pasien

yang akan diberikan asuhan keperawatan. Setelah pasien ditemukan,

mahasiswa melakukan tindakan preorientasi atau mebina hubungan

saling percaya dengan pasien, mahasiswa memperkenalkan diri serta

menjelaskan maksud dan tujuan proses asuahan keperawatan yang

akan diberikan pada pasien. Setelah pasien mengerti dan menyetujui

maksud dan tujuan proses asuhan keperawatan, maka mahasiswa

dapat melakukan tahap selanjutnya.

3) Tahap kontrak, mahasiwa melakukan kontrak waktu dengan pasien

yang akan diberikan asuhan keperawatan.

62
4) Tahap pelaksanaan, mahasiswa melakukan proses asuhan

keperawatan dimulai dari pengkajian, yang meluputi wawancara

tentang data dasar, seperti nama, umur, alamat, pekerjaan, keluhan

utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit yang lalu,

riwayat penyakit keluarga, dan pola aktivitas sehari-hari yang

selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik pada pasien. Setelah

pengkajian dilakukan, selanjutnya yaitu penentuan diagnose,

kemudian menyusun rencana tindakan, melakukan tindakan sesuai

rencana, setelah itu dilakukan evaluasi hasil dari tindakan

keperawatan yang sudah dilakukan.

5) Tahap terminasi, mahasiswa mengakhiri proses asuhan keperawatan

pada pasien, setelah pasien diperbolehkan untuk pulang.

3.6 Analisa Data

Menurut (Sugiyono, 2007) bahwa analisis data merupakan proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan, dan dokumntasi dengan cara

mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit

– unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana

yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.

Prinsip yang harus dipegang dalam penelitian deskripsi

kualitatif merupakan jenis penelitian kualitatif yaitu proses mencari,

menyusun, dan menganalisis secara sistematis kesenjangan dan antara

teori dengan fakta yang diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan

63
fisik maupun studi dokumentasi selama melakukan asuhan

keperawatan (Sugiyono, 2007).

3.7 Keabsahan Data

Keabsahan data dimaksud untuk memperoleh tingkat

kepercayaan yang berkaitan dengan seberapa jauh kebenaran hasil

penelitian, mengungkapkan dan memperjelas data dengan fakta –

fakta actual di lapangan.

Keabsahan data pada karya tulis ilmiah didasarkan pada derajat

kepercayaan (Credibility), keteralihan (Transferbility), ketergantungan

(Dependendability) dan kepastian (Confirmability) (Sugiyono, 2007).

1) Credibility bermakna kebenaran atau kepercayaan hasil yang

mengindikasi kenyataan yang sesungguhnya terjadi. Kredibilitas

ini dapat dilihat dari kemampuan penulis mengeksplorasi masalah

sesuai konteks, pemilihan pasien sesuai dengan masalah,

pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai dengan langkah –

langkah, serta pendokumentasian dilakukan sesuai tahapan

asuhan keperawatan.

2) Transferability adalah sejauh mana hasil penerapan penelitian

deskripsi kualitatif pada suatu subyek dapat diterapkan dalam

subyek penelitian yang lain. Artinya apakah asuhan keperawatan

yang dilaksanakan ini dapat diterapkan pasien lain dengan

fenomena keperawatan yang sesuai, dan dapat dijadikan sebagai

64
perbandingan oleh penulis yang lain atau penelitian deskripsi

kualitatif lain yang sesuai.

3) Dependability adalah kesesuaian metode yang digunakan untuk

menjawab permasalahan dan mencapai tujuan penulisan yang

diinginkan.

4) Confirmability mengandung makna bahwa sesuatu itu objektif

jika mendapatkan persetujuan dari pihak – pihak lain terhadap

pandangan, pendapat penemuan seseorang. Kondisi ini dapat

diperoleh melalui proses bimbingan yang telah mencapai

kesepakatan antara pembimbing I, II, dan mahasiswa, ujian

proposal untuk mendapatkan kritikan dan masukan. Prinsip ini

juga dapat diperoleh melalui upaya validasi data klien pada saat

melakukan asuhan keperawatan.

3.8 Etika Penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah

yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian

keperawatan dilakukan langsung berhubungan dengan manusia.

Maka dari segi penelitian yang harus diperhatikan dalam

penyusunan proposal KTI sebagai berikut :

3.8.1 Informed consent (lembar persetujuan menjadi informan)

Merupakan pernyataan tertulis ketersediaan informan

sebagai objek dalam penyusunan karya tulis ilmiah.

Informed consent secara tertulis tidak dilakukan pada

penelitian ini, karena data penelitian pada penelitian ini

65
diambil pada saat peneliti/ mahasiswa melakukan praktik

klinik. Sehingga peneliti tidak dapat melampirkan lembar

inform consent, tetapi sebelum melakukan proses asuhan

keperawatan, tahap pertama yang dilakukan oleh peneliti/

mahasiswa adalah memberikan penjelasan kepada klien

dan keluarga mengenai maksud dan tujuan dari proses

asuhan keperawatan yang akan diberikan. Setelah klien

menyetujui, maka proses asuhan keperawatan dapat

dilakukan.

3.8.2 Anonymity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang

memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian

dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama

responden. Nama dari informasi ini tidak perlu

dicantumkan pada lembar pengumpulan data, namun

cukup dengan menuliskan inisial.

3.8.3 Confidentiality

Kerahasiaan artinya kerahasiaan informasi yang telah

dikumpulkan dari informasi dijamin kerahasiaannya.

Hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan

atau dilaporkan pada hasil karya tulis ilmiah.

66
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pelaksanaan Asuhan Keperawatan


Penulisan hasil penelitian dari pengkajian terhadap klien, merumuskan
diagnose keperawatan, menentukan rencana dan melaksanakan tindakan
keperawatan beserta evaluasi keperawatan.
4.1.1 Gambaran Pengambilan Data Studi Literatur
Studi literatur diambil data pada tanggal 16 Februari – 31 Mei 2023
untuk satu klien dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Fraktur di Ruang Seruni RSUD dr. Soedomo Trenggalek tahun 2023,
dengan pastisipan “ Sdr. G “ Ruang yang digunakann sebagai
pengambilan data yaitu ruang Seruni yeng merupakan ruang SMF
Bedah. Ruang seruni terdiri dari 12 ruangan dan 22 tempat tidur
perawatan, serta 21 orang perawat, 1 ruangan tindakan, 8 ruangan
perawatan yang terdiri dari 2 ruangan kelas III, 3 ruangan kelas II, 3
ruangan isolasi, 1 ruangan perawat, 1 ruangan administrasi dan 1 dapur.
Klien berada di ruangan perawatan kelas III di bed 3A.
4.1.2 Pengkajian

1) Data Biografi
Table 4.1 Identitas Klien

Identitas Klien Klien

1 Nama Sdr. G
2 Jenis Kelamin Laki – laki
3 Umur 19 tahun
4 Status Belum menikah
5 Agama Islam
6 Suku bangsa Jawa/ Indonesia
7 Pekerjaan Pelajar
8 Pendidikan terakhir SMA
9 Alamat Desa Prigi Kecamatan Watulimo Kabupaten
Trenggalek
10 Tanggal MRS 10 Maret 2019 pukul 12.30
11 Tanggal pengkajian 13 Maret 2019 pukul 15.00

67
12 Diagnose medis Fraktur oi distalshaft is femur kanan dan telah
terpasang internal fiksasi. Posisi terbaik

68
DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar, S. M. 2018. Penerapan Askep Pada Pasien Ny. N Dengan Post Operasi
Fraktur Femur Dextra Dalam Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas. Media
Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar.

Brunner, S. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Chairuddin, R. 2003. Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi. Makassar : Bintang


Lamunpatue

Doengoes. 2003. Rencana Asuhan Keperawatan (Edisi 3) : EGC

Hariyanto, dan Awan. 2015. Keperawatan Medikal Bedah 1 : Dengan Diagnosa
NANDA Internasional. Jogyakarta : Ar-Ruzz Media

Hermanto, R., Isro’in, L., & Nurhidayat, S. 2020. Studi Kasus : Upaya Penurunan
Nyeri Pada Pasien Post Operasi Fraktur Femur. Health Sciences Journal

Hastriati, A. Y. 2019. Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Cara Perawatan


Pasien Fraktur Di Rsud Arifin Achmad. Jurnal Keperawatan Abdurrab

Helmi, Zairin, N. 2014. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba


Medika

Jaya, K., Mien, dan Dkk. 2019. Gambaran pendokumentasian asuhan keperawatan
di ruang rawat inap Rsud Buton Utara. Jurnal Keperawatan

Kemenkes RI. 2018. Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Kementrian
Kesehatan RI

Koerniawan, D., Daeli, N. E., dan Dkk. 2020. Aplikasi Standar Proses
Keperawatan: Diagnosis, Outcome, dan Intervensi pada Asuhan
Keperawatan. Jurnal Keperawatan Silampari

Laka Lantas Trenggalek. 2018. https://faktualnews.co/2018/12/31/angka-


kecelakaan-lalulintas-di-trenggalek-meningkat-di-2018/115724/ ( di akses
pada minggu 06 Februari 2022 pada jam 6.49 )

Lorraine, P. S. A. dan W. 2006. Patofisiologis Konsep Dasar Klinis Proses-


Proses Penyakit : Edisi 6. Jakarta : EGC

Lukman, dan Ningsih, N. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan


Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika

Mansjoer, A. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta : Media A

69
Eskulapius

Muttaqin. 2008. Diambil kembali dari Konsep Dasar Fraktur Cruris:


http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-nurhidayah-
6731-2-babii.pdf

Noorkasiani, dan Gustina, R. S. M. 2015. Faktor - Faktor Yang Berhubungan


Dengan Kelengkapan Dokumntasi Keperawatan. Jurnal Keperawatan
Indonesia,

Nursalam. 2011. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika

Prasetyo, S. N. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Jogyakarta : Graha


Ilmu

Smeltzer, S.C. 2015. Keperawatan Medikal Bedah (Handbook For Brunner &
Suddarth’ s Textbook of Medical- Surgical Nursing ) Edisi 12. Jakarta :
EGC

Smeltzer, S.C. 2002. Keperawatan Medikal Bedah (Handbook For Brunner &
Suddarth’ s Textbook of Medical- Surgical Nursing ) Edisi 8. Jakarta :
EGC

Smeltzer, S. C., dan Bare, B. G., 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal- Bedah
Brunner & Suddarth (8th ed). Jakarta : EGC

Sovia, S., Daryono, D., dan Dkk. 2020. Determinan Pemilihan Pengobatan Pasien
Fraktur di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2018. Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi,

Suwahyu, R., Sahputra, R. E., dan Dkk. 2021. Systematic Review: Penurunan
Nyeri Pada Pasien Pasca Operasi Fraktur Melalui Penggunaan Teknik Napas

70
Dalam. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal

Suratun, S. M. 2008. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : EGC

Santa, M. 2011. Keperawatan Profesional : Trans Info Media

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D : Alfabeta

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D : Alfabeta

Utami, M. N. 2015. Faktor-faktor Pemilihan Pengobatan Tradisional pada Kasus


Patah Tulang. Jurnal Agromed Unila

Wirdah. H., dan Yusuf, M. 2016. Penerapan Asuhan Keperawatan oleh Perawat
Pelaksana di Rumah Sakit Banda Aceh. PSIK Unsyiah

Wu, A.-M., Bisignano, dan Dkk. 2021. Global, regional, and national burden of
bone fractures in 204 countries and territories, 1990–2019: a systematic
analysis from the Global Burden of Disease Study 2019. The Lancet
Healthy Longevity,

WHO. 2021. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/road-traffic-


injuries (Diakses pada tanggal 05 Februari 2022 pada jam 21.52)

71
72

Lampiran I

LEMBAR INFORM CONSENT

Nama saya RISKA PUSVITA SARI saya adalah mahasiswa Politeknik

Kesehatan Kemenkes Malang Prodi D3 Keperawatan Trenggalek mengharap

partisipasi Bapak, Ibu dalam penelitian saya yang berjudul “Asuhan Keperawatan

Pada Klien Dengan Fraktur” dan mengharapkan tanggapan dan jawaban yang

diberikan sesuai dengan keluhan yang klien rasakan tanpa dipengaruhi oleh orang

lain. Saya menjamin kerahasiaan jawaban dan identitas klien serta informasi yang

klien berikan hanya akan dipergunakan untuk mengembangkan ilmu keperawatan.

Tanda tangan di bawah ini menunjukkan bahwa klien atau keluarga telah

diberi informasi dan memutuskan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Tanda tangan :

Tanggal :
73

Lampiran 2

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN FRAKTUR DI RUANG

SERUNI RSUD Dr. SOEDOMO TRENGGALEK

Saya adalah mahasiswa Program Studi Diploma 3 Keperawatan Trenggalek

Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang mengharapkan partisipasi Bapak, ibu

dalam penelitian saya yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan

Fraktur Di Ruang Seruni RSUD Dr. Soedomo Trenggalek dan juga mengharapkan

tanggapan dan jawaban yang diberikan sesuai dengan yang saudara rasakan tanpa

dipengaruhi oleh orang lain. Saya menjamin kerahasiaan jawaban dan identitas

saudara atas informasi yang saudara berikan hanya akan dipergunakan untuk

mengembangkan ilmu keperawatan.

Tanda tangan di bawah ini, menunjukkan saudara telah diberi informasi

dan memutuskan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Nama Responden :

Tanda Tangan :

Tanggal :

No.Responden :
74

Lampiran 3

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA


KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
-Kampus Utama : Jl.Besar Ijen No. 77 C MALANG 65112 Telp.(0341) 556746
-Kampus I : Jl.Srikoyo No. 106 JEMBER Telp.(0331) 486613
-Kampus II : Jl.A. Yani Sumberporong LAWANG Telp.(0341) 427847
-Kampus III : Jl.Dr. Soetomo No.56 BLITAR 66133 Telp.(0342) 801043
-Kampus IV : Jl.KH. Wakhid Hasyim No. 64B KEDIRI Telp.(0354) 773095
-Kampus V : Jl.Dr. Soetomo No.5 TRENGGALEK Telp.(0355) 791293
-Kampus VI : Jl.Dr. Ciptomangunkusumo No.82A PONOROGO Telp.(0352) 461792
Website: Http://www.poltekkes-malang.ac.id Email : direktorat@poltekkes-malang.ac.id

FORMAT PENGKAJIAN

DATA – DATA KEPERAWATAN

1. BIODATA :
 Nama : ______________________________
 Jenis kelamin : ______________________________
 Umur : ______________________________
 Status perkawinan : ______________________________
 Pekerjaan : ______________________________
 Agama : ______________________________
 Pendidikan terakhir : ______________________________
 Alamat : ______________________________
 Tanggal/Jam MRS : ______________________________
 Tanggal/Jam pengkajian : ______________________________
2. DIAGNOSA MEDIS  :........................................
3. KELUHAN UTAMA :........................................
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG ( P Q R S T )

..............................................................

RIWAYAT KESEHATAN / PENYAKIT YANG LALU

..............................................................

4. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


..............................................................

..............................................................
75

5. POLA AKTIVITAS SEHARI – HARI


NO
AKTIVITAS DI RUMAH DI RS
.

a. Makan dan ...................................... ......................................


minum
...................................... ......................................

...................................... ......................................

..................................... ......................................

b. Pola eliminasi ...................................... ......................................

...................................... ......................................

..................................... ......................................

c. Pola istirahat / ...................................... ......................................


tidur
...................................... ......................................

...................................... ......................................

...................................... ......................................

d. Kebersihan ...................................... ......................................


diri
...................................... ......................................

...................................... ......................................

..................................... ......................................

6. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
..............................................................

..............................................................

7. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
76

..............................................................

b. Tanda – tanda vital :

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..

c. Pemeriksaan kepala dan leher :

..............................................................

..............................................................

d. Pemeriksaan integumen :

..............................................................

..............................................................

e. Pemeriksaan dada / thorax :

Inspeksi :. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Palpasi :...............................................

Perkusi :...............................................

Auskultasi : ...............................................

f. Pemeriksaan payudara :

..............................................................

..............................................................

g. Abdoment :

Inspeksi :…………………………………………………………

Auskultasi : ………………………………………………………

Perkusi : ……………………………………………………

Palpasi : …………………………………………………………...
77

h. Genetalia :

..............................................................

..............................................................

i. Ekstremitas :

..............................................................

..............................................................

8. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Kesadaran/GCS : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Kemampuan sensorik :.........................................

Nervus cranialis :………………………………………………………………

9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
..............................................................

..............................................................

10. PENATALAKSANAAN ( TERAPI / PENGOBATAN )


..............................................................

..............................................................

Trenggalek,.

________________________
78

ANALISA DATA

NAMA PASIEN :

UMUR :

NO. REGISTER :

RUANG :

NO. DATA MASALAH ETIOLOGI


79

DIAGNOSA KEPERAWATAN

NAMA PASIEN :

UMUR :

NO. REGISTER :

RUANG :

NO TANGGAL DIAGNOSA TANGGAL TANDA

MUNCUL KEPERAWATAN TERATASI TANGAN


80
81

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No. Tanggal No. Dx. Kep. STANDART LUARAN STANDART INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL Tanda Tangan
KEPERAWATAN
82

IMPLEMENTASI

NAMA : UMUR :

NO. REG : RUANG :

No. Tanggal/ Diagnosa Tindakan/ Tanda

Jam Keperawatan Implementasi Tangan


83

EVALUASI

NAMA : UMUR :

NO. REG. : RUANG :


NO. DX Tanggal / Diagnosa Keterangan

Jam Keperawatan
84

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal/ Diagnosa Implementasi Evaluasi ( S O A P )


Jam Kep.
85

Lampiran 4

LEMBAR KONSULTASI

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA


KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
-Kampus Utama : Jl.Besar Ijen No. 77 C MALANG 65112 Telp.(0341) 556746
-Kampus I : Jl.Srikoyo No. 106 JEMBER Telp.(0331) 486613
-Kampus II : Jl.A. Yani Sumberporong LAWANG Telp.(0341) 427847
-Kampus III : Jl.Dr. Soetomo No.56 BLITAR 66133 Telp.(0342) 801043
-Kampus IV : Jl.KH. Wakhid Hasyim No. 64B KEDIRI Telp.(0354) 773095
-Kampus V : Jl.Dr. Soetomo No.5 TRENGGALEK Telp.(0355) 791293
-Kampus VI : Jl.Dr. Ciptomangunkusumo No.82A PONOROGO Telp.(0352) 461792
Website: Http://www.poltekkes-malang.ac.id Email : direktorat@poltekkes-malang.ac.id

LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH


Nama : RISKA PUSVITA SARI
Nim : P17240203027
Pembimbing : Ns. Dewi Wulandari, S.Kep., M.Kep
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Fraktur Di Ruang
Seruni RSUD Dr. Soedomo Trenggalek

TANDA
NO TANGGAL REKOMENDASI PEMBIMBING TANGAN

1 Rabu, 2 Mengajukan Judul Masing-masing dan


Februari 2022 direkomendasikan untuk mengambil
penelitian selain stroke

2 Senin, 7 Megkosulkan isi BAB I, dan diberi arahan


Febrnari 2022 untuk embuat tidak terlalu panjang yang
penting aknanya ada

3. Rabu, 9 Revisi isi BAB I:


Februari 2022 1. Mengganti kata antara tidak boleh
ditarnh didepan karena tidak baku
86

2. Menambahkan penanganan
famako dan non fannako
3. Merevisi isi tujuan penelitian
4. Rabu, 2 Maret Skema patofisiologi kurang rapi
2022

5. Selasa, 15 Mengkonsulkan BAB II dan III


Maret 2022 Saran upayakan untuk literaturnya
ditambah

6. Selasa, 28 Juni Di crosscheck lagi dari BAB I-III,


2022 upayakan untuk bahasanya sama dan
konsintent

7. Kamis, 01 ACC
Desember
2022

8. Rabu, 18 Seminar Proposal

Januari 2023

9. Jumat, 27 1. Mengganti judul Asuhan


87

januari 2023 Keperawatan Pada Klien Dengan


Fraktur Di Ruang Seruni RSUD Dr.
Soedomo Trenggalek
2. Memperbaiki Batasan masalah
3. Memperbaiki Batasan istilah dengan
menggunakan Bahasa operasional
4. Mengganti kriteria partisipan yang
akan digunakan penelitian
5. Menspesifikkan waktu penelitian
6. Daftar Pustaka dituliskan sesuai
juknis
88

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA


KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
-Kampus Utama : Jl.Besar Ijen No. 77 C MALANG 65112 Telp.(0341) 556746
-Kampus I : Jl.Srikoyo No. 106 JEMBER Telp.(0331) 486613
-Kampus II : Jl.A. Yani Sumberporong LAWANG Telp.(0341) 427847
-Kampus III : Jl.Dr. Soetomo No.56 BLITAR 66133 Telp.(0342) 801043
-Kampus IV : Jl.KH. Wakhid Hasyim No. 64B KEDIRI Telp.(0354) 773095
-Kampus V : Jl.Dr. Soetomo No.5 TRENGGALEK Telp.(0355) 791293
-Kampus VI : Jl.Dr. Ciptomangunkusumo No.82A PONOROGO Telp.(0352) 461792
Website: Http://www.poltekkes-malang.ac.id Email : direktorat@poltekkes-malang.ac.id

LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH


Nama : RISKA PUSVITA SARI
Nim : P17240203027
Nama Penguji : Ns. Ixora,S. Kep.,M. Kep
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Fraktur Di Ruang
Seruni RSUD Dr. Soedomo Trenggalek

TANDA
NO TANGGAL REKOMENDASI PEMBIMBING TANGAN

1 Rabu, 25 1. Mengganti judul Asuhan Keperawatan


Januari 2023 Pada Klien Dengan Fraktur Di Ruang
Seruni RSUD Dr. Soedomo Trenggalek
2. Kata pengantar membenarkan kata
memberikan
3. Memperbaiki spasi font daftar isi
4. Memperbaiki Batasan masalah dengan
mengganti kata fraktur dan menuliskan
RSUD Soedomo Trenggalek
5. Skema patofisiologi penulisan
dirapikan
6. Memperbaiki kriteria partisipan
7. Lokasi dan waktu penelitian
dicantumkan bulan dan tahun penelitian
8. Menambahkan lembar lampiran
89

Anda mungkin juga menyukai