OLEH:
KELOMPOK : 5
Pembimbing :
M.Husaini,S.Kep,M.Kep
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..........ii
BAB I PENDAHULUAN……………...………………………………………………
A. LATAR BELAKANG……………………………………………………..
B. RUMUSAN MASALAH………………………………………………….
C. TUJUAN PENULISAN……………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………........
1.KONSEP DASAR DHF
A. PENGERTIAN DHF
B. ANATOMI FISIOLOGI
C. ETIOLOGI
D. PATOFISIOLOGI
E. KPMPLIKASI
F. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
G. TANDA DAN GEJALA
H. KLASIFIKASI
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
J. PENATALAKSANAAN
K. PENCEGAHAN
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengue Hemmorhagic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang di sebabkan oleh virus
dengue dengan tanda dan gejala demam, nyeri otot, nyeri sendi disertai lekopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia (Rohim,2004). Sekitar 2,5 milyar (2/5 penduduk dunia)
mempunyai resiko untuk terkena infeksi virus Dengue. Lebih dari 100 negara tropis dan
subtropics pernah mengalami letusan demam berdarah. Kurang dari 500.000 kasus setiap tahun
di rawat di RS dan ribuan orang meninggal (mekadiana,2007).
Pada bulan Januari 2009, penderita DHF di Jawa Tengah sebanyak 1706 orang.
Sedangkan Kasus DHF yang terjadi di beberapa kota di Jawa Tengah sampai pertengahan 2009
sebanyak 2767 orang 73 diantaranya meninggal (lismiyati,2009).
Sebagian pasien DHF yang tidak tertangani dapat mengalami Dengue Syok Sindrom
yang dapat menyebabkan Kematian. Hal ini di karenakan pasien mengalami deficit volume
cairan akibat meningkatnya permeabilitas kapiler pembuluh darah sehingga darah menuju keluar
pembuluh. Sebagai akibatnya hampir 35% pasien DHF yang terlambat ditangani di RS
mengalami syok hipovolemik hingga meninggal. Saat ini angka kejadian DHF di RS semakin
meningkat, tidak hanya pada kasus anak, tetapi pada remaja dan juga dewasa.Oleh karena itu
diharapkan perawat memiliki ketrampilan dan pengetahuanYg cukup dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan DHF . ketrampilan yg dibutuhkan adalah kemampuan untuk
mengidentifikasi tanda-tanda syok dan kecepatan dalam menangani pasien yang mengalami
Dengue Syok Sindrom (DSS).
Demam tifoid atau typhoid fever adalah suatu sindrom sistemik berat yang secara klasik
disesabakan oleh salmonella typhi. Salmonella typhitermasuk dalam genus salmonella
(Garna,2012). Demam tifoid sendiri akan sangat berbahaya jika tidak segera di tangani secara
baik dan benar, bahkan menyebab kan kematian.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian DHF
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan dari orang keorang melalui gigitan nyamuk Aedes (Ae). (Kementerian
Kesehatan RI, 2015).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah suatu sindrom bersifat akut dan benigna
disebabkan oleh arbovirus yang ditandai oleh demam bifasik, nyeri otot/sendi, ruam kulit,
sefalgia, dan limfadenopati (Widagdo 2011).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit akut yang disertai dengan adanya
manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan
kematian (Arief mansjoer & suprohaita; 2000).
Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat
serotipe virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi,
manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan, tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai tubuhmya
renjatan (sindroma renjatan dengue) sebagai dari akibat kebocoran plasma yang dapat
menyebabkan kematian (Rohim ddk, 2002 ; 45).
Darah merupakan jaringan yang terdiri dari dua komponen, plasma dan sel darah
(korpuskili), plasma merupakan komponen intraseluler yang terbentuk cair dan berjumlah sekitar
55% dari volume darah, sedangkan sel darah merupakan komponen padat yang terdapat didalam
plasma darah yang terdiri dari sel eritrosit (sel darah merah), leokosit (sel darah putih),
Trombosit (bekuan darah), dengan jumlah 45% dari volume darah.
1.Plasma darah
Unsur ini merupakan komponen terbesar dalam darah, karna lebih dari separuh darah
mengandung plasma darah, Hampir 90% bagian dari plasma darah adalah air. plasma darah
berfungsi untuk mengangkut sari Makan ke sel-sel serta membawa sisa pembakaran dari sel
ketempat Pembuangan, Fungsi lainnya adalah menghasilkan zat kekebalan tubuh tehadap
penyakit atau zat antibodi (Wahyu, 2009).
2. Sel-sel darah
Sel-sel darah tersusun atas sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leokosit), trombosit
(keping darah).
sel darah putih berperan dalam membentuk sistem pertahanan tubuh terhadap penyakit.
Trombosit melekat pada lapisan endotel pembuluh darah yang robek (luka) dengan membentuk
plug trombosit. Jumlah trombosit 150.000350.000/ml darah. Sebagian besar antaranya berperan
dalam merangsang mulainya proses pembekuan darah. Umur trombosit sekitar 10 hari. (Kiswari,
2014).
a) Trombositopenia
Trombositopenia dan hemokonsentrasi banyak dijumpai pada demam berdarah dengue.
Trompositopenia (jumlah trombosit kurang dari 100.000/pl). Trombositopenia kerap kali terjadi
sebelum terjadinya perubahan angka hematokrit.
b).Hemokonsentrasi
Hemokonsentrasi yang terjadi akibat adanya perembasan dapat ditentukan berdasar peningkatan
angka hematokrit. I qua waktu terjadinya penurunan suhu badan penderita atau sebelum
terjadinya syok, terjadi penurunan jumlah trombosit diikuti peningkatan angka hematokrit
(Soedarto, 2012).
C. Etiologi
1. Virus Dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus
(Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4
keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari
yang lainnya secara serlogis virus dengue yang termasuk dalam genus flavovirus ini
berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam
kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK (Babby
Homster Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus.
2.Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk aedes
aegypti, nyamukaedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain
merupakan vektor yang kurang berperan berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya ( Widagdo, 2011)
D. Patofisiologi
Virus dengue masuk ke sirkulasi perifer manusia melalui gigitan nyamuk. Virus akan
berada didalam darah sejak fase akut/ fase demam hingga klinis demam menghilang.
Secara klinis, perjalanan penyakit dengue dibagi menjadi tiga, yaitu fase demam (febrile),
fase kritis dan fase penyembuhan. Fase demam berlangsung pada hari ke-1 hingga 3, fase
kritis terjadi pada demam hari ke-3 hingga 7, dan fase penyembuhan terjadi setelah
demam hari ke 6-7. Perjalanan penyakit tersebut mempunyai dinamika perubahan tanda
dan gejala klinis pada pasien dengan infeksi dengue haemoragic fever (DHF) (Arif
Mansjoer, 2014).
Demam merupakan tanda infeksi dengue, terjadi mendadak tinggi selama 2-7 hari.
Demam juga disertai gejala konstitusional lainya seperti lesu, tidak mau makan, dan
muntah. Selain itu pada anak lebih sering terjadi gejala facial flush, radang faring, serta
pilek. Pada DHF, terjadi peningkatan permeabilitas vaskular yang menyebabkan
kebocoran plasma ke jaringan. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan terjadi syok
hipovolemia. Peningkatan permeabilitas vaskular akan terjadi pada fase kritis dan
berlangsung maksimal 48 hari (Mansjoer, 2014).
Kebocoran plasma terjadi akibat disfungsi endotel serta peran kollapsuna dari sistem
imun: monosit dan sel T, sistem komplemen serta produksi mediator inflamasi dan
sitokin lainnya. Trombositopeniapun terjadi akibat beberapa mekanisme yang kompleks,
seperti gangguan megakariositopoiesis (akibat infeksi sel hematopoletik), serta
peningkatan destruksi dan konsumsi trombosit. Manifestasi pendarahan yang paling
sering dijumpai pada anak ialah pendarah kulit (petekie) dan mimisan (epistaksis). Tanda
pendarahan lainya yang patut diwaspadai, antara lain melena, hematemesis, dan hematura
pada kasus tanpa pendarahan spontan makan dapat dilakukakan uji tourniquet.
Kebocoran plasma secara masif akan menyebabkan pasien mengalami syok hipovolemik.
Kondisi ini disebut sindrom syok dengue (SSD) (Arif Mansjoer, 2014).
E. Komplikasi
a.Gagal ginjal
b.Efusi pleura
c.Hepatomegali.
d.Gagal jantung
F.Pemeriksaan Laboratorium
d.pemeriksaan hematokrit
1. Demam
Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 - 7 hari kemudian turun menuju
suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala - gejala
klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung , nyeri tulang dan
persediaan, nyeri
2. Pendarahan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2dan 3 dari demamdan umumnya terjadi pada
kulit dan dapat berupa uji torniguet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat
fungsi vena, petekia dan purpura. Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada
saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan haematemesis (Nelson, 1993 ;
296).Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului dengan nyeri perut yang hebat
(Ngastiyah, 1995 ; 349).
3. Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang
kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkat -- Just hepatomegali dan hati teraba
kenyal harus di perhatikan kemungkinan. akan tejadi renjatan pada penderita.
4. Renjatan (Syok)
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai dengan
tanda - tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari
tangan, jari kaki serta sianosis
disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan
prognosis yang buruk.
H.Klasifikasi
Berdasarkan patofisiologinya,DHF menurut World Health Organization (WHO) 2011
dapat diklasifikasikan menjadi 4 golongan,yaitu:
1.Pemeriksaan Penunjang
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung Pada pengendalian vektornya yaitu nyamuk
Aedes Aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa
metode yang tepat,yaitu:
1) Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan
pemberantasan sarang nyamuk,pengelolaan sampah padat,modifikasi tempat
pengembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia.
2) Biologis
Pengendalian biologis dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan cupang).
3) Kimiawi
Pengendalian kimiawi antara lain:
a. Pengasapan/fogging berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai
batas waktu tertentu.
b. Memberikan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air seperti gentong
air,vas bungan,kolam,dan lain-lain.
B.Demam Tifoid
A. Definisi
Merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh salmonella
typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia
tanpa keterlibatan struktur endhotalia atau endokardial dan infasi bakteri sekaligus
multiplikasi kedalam sel fagosit manocular dari hati,limpa kelenjar limpe usus dan payers
patch dan dapat menular pada orang lain melalui makanan atau air yang terkontaminasi
( Sumarmo 2002).
B. Etiologi
Salmonella typhi sama dengan salmonella yang lain adalah bakteri gram-
negatif,mempunyai flagella,tidak berkapsul tidak membentuk spora,fakultatif anaerob.
Mempunyai antigen somatic (o) yang terdiri dari oligosakarida,flageral antigen (H) yang
terdiri dari protein dan envolope antigen (K) yang terdiri dari polisakarida. Mempunyai
makromolekular lipoposakarida kompleks yang membentuk lapis luar dari dinding sel
dan dinamakan endotoksin. Salmonella typhi juga dapat memperoleh plasmid factor –R
yang berkaitan dengan resistensi terhadap multiple antibiotic.
C Manifestasi klinis
1. Gejala pada anak : inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14
2. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama
3. Demam turun pada minggu ke empat , kecuali demam tidak tertangani akan
Menyebabkan syok , Stupor dan Koma.
4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari
5. Nyeri kepala , nyeri perut
6. Kembung ,Mual.muntah, Diare, Konstipasi
7. Pusing , Bradikardi, Nyeri otot
8. Batuk
9. Epitaksis
10. Lidah yang berselaput (kotor di tengah tepid an ujung merah serta themor )
11. Hepatomegali ,Splenomegall ,Meteroismus
12. Gangguan mentel berupa samnolen
13. Delirium atau psikosis
14. Dapat timbul dengan gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda sebagai
penyakit demam akut dengan disertai syok dan hiportemia .
Keluhan Dan Gejala Demam Tifoid
Pana berlangsung
insidious,tipe panas
Minggu pertama stepladder yang Gangguan saluran Bakteremia
mencapai 39-40 cerna
c,menggigil,nyeri
kepala
D. Pemeriksaan penujang
E.Penatalaksanaan
1. Non Farmakologi
-Bed rest
--Diet; diberikan bubur saring kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan
tingkat kesembuhan pasien. Diet berupa makanan rendah serat.
2.Farmakologi
-Kloramfenikol, dosis 50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3-4 kali pemberian oral atau IV
selama 14 hari.
-Bila ada kontraindikasi kloramfenikol diberikan ampisilin dengan dosis 200
mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian, intravena saat belum dapat minum
obat, selama 21 hari, atau amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4
kali. Pemberian, oral/intravena selama 21 hari kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8
mg/kbBB/hari terbagi dalam2-3kalipemberian,oral selama14hari.
G.Diascharge planning
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
a. keadaan umum
Berdasarkan tingkatan DHF keadaan umum sebagai berikut:
Grade I:kesadaran kompos mentis,keadaan umum lemah,tanda-tanda vital
dan nadi lemah.
Grade II : kesadaran kompos mentis,keadaan umum lemah,ada
perdarahan spontan petekia,perdarahan gusi dan telinga,serta nadi
lemah,kecil dan tidak teratur.
Grade III : keadaan umum lemah,kesadaran apatis,somnolen,nadi
lemah,kecil,dan tidak teratur serta tensi menurun.
Grade IV : kesadaran koma,tanda-tanda vital :nadi tidak teraba,tensi tidak
terukyr,pernafasan tidak teratur,ekstremitas dingin,berkeringat dan kulit
tampak sianosis.
c. Dada (thorax)
Nyeri tekan epigastrik,nafas dangkal.
d. Abdomen (perut)
Palpasi: terjadi pembesaran hati dan limfe,pada keadaan dehudrasi turgo kulit
dapat menurun,suffing dulness,balote mentpoint (stadium IV).
6. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah klien DHF akan dijumpai :
a) Hb dan PCV meningkat (>20%).
b) Trambositopenia (<100.000/ml).
c) Leukopemia .
d) Ig D. dengue positif.
e) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan :
hipoproteinemia,hipokloremia,dan hiponatremia.
f) Urium dan PH darah mungkin meningkat .
g) Asidosis metabolik : Pco2<35-40 mmHg.
h) SGOT /SGPT mungkin meningkat..
B. Diagnosa Keperawatan.
Diagnosa keperawatan yang dapat timbul pada klien dengan DHF adalah
(SDKI, 2018):
D.S.:-
Tanda Minor:
D.S: -
D.O:
a. Kulit merah.
b. Kejang
c. Takikardi
d. Takipnea.
e. Kulit terasa hangat.
2. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
Tanda Mayor:
DS:-
DO:
D.S:
a. Mengeluh haus.
b. Merasa lemah
DO:
Tanda Mayor:
D.S:-
Tanda Minor:
DS: -
DO:
Gejala mayor:
D.S:-
D.O:
6.Kekurangan pengetahuan b.d gangguan fungsi kognitif ditandai dengan kurang informasi
a. Perilaku hiperbola
b. Ketidakakuratan mengikuti perintah
c. Ketidakakuratan melakukan tesk
d. Perilaku tidak tepat
e. Pengungkapan masalah
C.Intervensi
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERFENSI
1 Hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia :
berhubungan dengan tindakan … x 24 jam Observasi
kehilangan cairan aktif diharapkan hipovolemik • Periksa tanda dan gejala
d.d mukosa bibir kering Observasi terpenuhi • Monitor intake dan output
dengan kriteria hasil : cairan Terampeutik:
Turgor kulit • hitung kebutuhan cairan
Perasaan lemah me • Berikan posisi modified
Keluhan haus trendelenburg
Tekanan darah • Berikan asupan cairan oral
meningkat
Intake cairan membaik Edukasi
Suhu tubuh menurun • Anjurkan perbanyak
asupan cairan oral
• Anjurkan hindari
perubahan posisi mendadak
Kolaborasi :
•Kolaborasi ppemberian
cairan IV isotonis (Nacl,
RL) hipotonis (glukosa
2,5%), koloid (koloid,
plasmanate)
• Kolaborasi pemberian
produk darah
Pemantauan Cairan :
Observasi :
• Monitor status hidrasi
• Monitor BB
• Monitor hasil
Laboraturium
(MAP,CVP,PAP,PCWP jika
tersedia)
Terampeutik:
• Catat intake-output dan
hitung balance cairan 24
jam.
• Berikan cairan IV
Kolaborasi :
• Kolaborasi pemberian
diuretic
2 Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi :
b.d tindakan keperawatan 3 x Observasi
ketidakmampuan untuk 24 jam diharapkan • identifikasi status nutrisi
mencerna makanan ketidakseimbangan • Identifikasi alergi dan
nutrisi kurang dari intoleransi makanan
kebutuhan tubuh • Identifikasi kebutuhan
terpenuhi kalori dan jenis nutrient
• Monitor asupan makanan
• Monitor BB
• Monitor hasil Lab
Terampeutik :
• Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
•Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
• Berikan suplemen
makanan
• Sajikan makana secara
menarik dan suhu yang
sesuai
Edukasi:
• Anjurkan duduk jika
mampu
Kolaborasi:
• kolaborasi pemberi
medikasi sebelum makan
(pereda nyeri, antiemetic)
• Kolaborasi dengan ahli
gizi menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien
Pemantauan Nutrisi:
Observasi
• Identifikasi faktor yang
mempengaruhi asupan gizi
• Identifikasi perubahan BB
• Identifikasi kelainan
eliminasi (diare, darah)
• Identifikasi kemampuan
menelan
• Monitor hasil Lab
Terampeutik:
• Timbang BB
• Ukur antropometrik
komposisi tubuh
• Hitung perubahan BB
Edukasi :
• Jelaskan prosedur
pemantauan
• Informasikan hasil
pemantauan
3 Defisit pengetahuan b.d Setelah dilakukan Observasi :
gangguan kognitif d.d tindakan 3x24 jam - Identifikasi Kesiapan dan
kurang informasi diharapkan defisit kemampuan menerima
pengetahuan meningkat informasi
dengan kriteria hasil: - Identifikasi faktor-faktor
• Kemampuan yang dapat meningkatkan
menjelaskan suatu topik dan menurunkan motivasi
meningkat perilaku hidup bersih dan
• Pertanyaan tentang sehat
masalah yang dihadapi Terapeutik:
meningkat - Sediakan materi dan
mendia pendidikan
kesehatan
- Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk
bertanya
- Jelaskan faktor risiko yang
dapat mempengaruhi
Kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
- Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
4 Resiko pendarahan Setelah dilakukan Pencegahan Pendarahan
berhubungan dengan tindakan keperawatan … Observasi :
gangguan koagulasi x 24 jam diharapkan • Monitor tanda dan gejala
(penurunan trombosit) tingkat pendarahan pendarahan
ditandai dengan menurun. •Monitor nilai
trombositopenia Kriteria Hasil : hematocrit/hemoglobin
Tingkat pendarahan sebelum dan sesudah
• Kelembapan membrane kehilangan darah
mukosa membaik • Monitor tanda dan gejala
• Suhu tubuh meningkat ortostatik
• Hematokrit membaik • Monitor koagulasi (mis.
Prothombin time (PT),
Partu=ial thromboplastin
time (PTT), fibrinogen,
deradasi fibrin dan/atau
platelet)
Terapeutik :
• pertahankan bedrest
selama perdarahan
• batasi tindakan
invasive,jika perlu
• gunakan kasur pencegah
decubitus
• hindari pengukuran suhu
rektal
Edukasi :
• Jelaskan tanda dan gejala
pendarahan
• Anjurkan menggunakan
kaus kaki saan ambulasi
• Anjurkan meningkatkan
asupan untuk menghindari
konstipasi
5 Hipertermi Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia
berhubungan dengan tindakan keperawatan. x Observasi :
proses infeksi virus 24 jam diharapkan • Identifikasi
dengue hipertermie membaik. penyebab hipertermia
Kriteria hasil : (mis.Dehidrasi, terpapar
Termoregulasi lingkungan panas,
• Menggigil penggunaan incubator)
• Kulit merah • Monitor suhu tubuh
• Kejang • Monitor kadar
• Pucat elektrolit
• Suhu tubuh • Monitor haluan urine
• Tekanan darah Monitor komplikasi akibat
hipertermia
Terapeutik :
• Sediakan lingkungan
yang dingin
• Longgarkan atau
lepaskan pakaian Basahi
dan kipasi permukaan tubuh
• Berikan cairan oral
• Ganti linen setiap
hari atau lebih sering jika
Mengalami hyperhidrosis
(keringat berlebihan)
• Lakukan
pendinginan eksternal (mis.
Seliput hipotermia atau
kompres dingin di dahi,
lcher, dada, abdomen,
aksila)
• Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
• Berikan oksigen jika
perlu
Edukasi :
• Anjurkan tiring
baring
Kolaborasi:
• Kolaborasi
pemberian cairan elektrolit
intravena, jika perlu
D. Implementasi
Implementasi, yang merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah kategori dari
perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. (Perry & Potter, 2005).
Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawata bekerja dengan anggota
perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang bertahan untuk
mengatasi masalah klien.
E. Evaluasi
Hasil asuhan keperawatan pada klien dengan DHF sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Evaluasi ini didasarkan pada hasil yang diharapkan atau perubahan yang terjadi pada
pasien. Adapun sasaran evaluasi pada pasien demam berdarah dengue sebagai berikut:
a.PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Dari pengkajian yang dilakukan oleh penulis terhadap pasien pada tanggal 08 Mei 2012,
diperoleh data sebagai berikut :
Secara umum data fokus yang ditemukan dalam kasus nyata tidak jauh Berbeda dengan
data fokus dalam teori
b.DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, Keluarga atau
masyarakat terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan Yang aktual atau potensial.
Diagnosa keperawatan menjadi dasar pemilihan Intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan
yang merupakan tanggung Jawab perawat (Carpenito, 2007).
1. Diagnosa keperawatan yang disebutkan dalam teori dan ditemukan dalam Kasus nyata
adalah sebagai berikut :
a. Hipertermi berhubungan dengan meningkatnya pengaturan suhu tubuh.
Hipertermi merupakan keadaaan ketika seseorang individu mengalami Atau
beresiko untuk mengalami kenaikan suhu tubuh terus menerus Lebih tinggi dari
37,8⁰C per oral atau 38,8⁰C per rektal karena faktor Eksternal. ( Carpenito,
2007 ). Pada kasus ini ditemukan data pasien suhu tubuh 38,5⁰C.Penulis
menegakkan diagnosa ini karena didukung oleh data subyektif Yaitu pasien
mengatakan badannya panas, dan data obyektif berupa Suhu tubuh pasien 38,5⁰C.
2. Diagnosa keperawatan yang disebutkan dalam teori, tetapi tidak ditemukan Dalam kasus
nyata adalah sebagai berikut :
a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status Metabolik
sirkulasi (anemia dengan iskemia jaringan). Integritas kulit adalah suatu keadaan
ketika seorang individu mengalami atau berisiko mengalami kerusakan jaringan
epidermis dan dermis (Carpenito, 2006). Diagnosa ini tidak penulis tegakkan
karena pasien tidak mengalami gagguan integritas kulit, dalam pengkajian tidak
ditemukan kulit kering, maupun memar pada kulit.
Perencanaan ini merupakan langkah ketiga dalam membuat suatu proses keperawatan.
Intervensi keperawatan adalah suatu proses penyusunan berbagai rencana tindakan keperawatan
yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi masalah – masalah pasien
( Carpenito, 2007 ).Pada bab ini penulis akan membahas tentang intervensi keperawatan yang
telah disusun dari masing – masing diagnosa. Diagnosa pertama, kedua dan ketiga setelah
dilakukan keperawatan tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan tujuan dan kriteria hasil
sesuai dengan teori. Dan intervensi dari masing – masing diagnosa yang penulis cantumkan
dalam kasus sudah sesuai dengan yang tercantum dalam teori.(Doenges,2000)
d.IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan realita dari rencana tindakan keperawatan Yang telah penulis
susun. Pembahasan pada tahap ini meliputi pelaksanaan Rencana tindakan perawatan yang dapat
dilakukan dan yang tidak dapat Dilakukan sesuai dengan intervensi pada masing – masing
diagnosa.
Evaluasi meruapakan tahap akhir dari proses keperawatan yang telah Digunakan untuk
menentukan seberapa baik rencana keperawatan yang telah Penulis susun, apakah tujuan dapat
tercapai, tercapai sebagian, atau belum Tercapai dengan meninjau respon pasien dan kriteria
hasil yang telah Ditetapkan. Berikut ini adalah pembahasan evaluasi berdasarkan evaluasi hasil
Dari masing – masing diagnosa :
DAFTAR PUSTAKA