Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE HEMORRHAGIC FEVER

DENGAN HIPOVELEMIA

Disusun oleh :

Nama : Patrichia Veronika Marcus

Nim : 19180060

Tk/Semester : Tiga/Lima

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN AKPER RUMKIT TK III MANADO


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) merupakan penyakit infeksi oleh virus yang
masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan perhatian international. (Falisado
Candra Widyanto Dan Cecep Triwibowo, 2013). DHF pertama kali terjadi didunia pada
tahun 1780-an yang terjadi serentak di Asia, Afrika, dan Amerika Utara. Terdapat sekitar
100 negara yang saat ini berstatus endemik DHF dan 40% populasi atau sekitar 2,5
milyar orang beresiko terkena DHF karena berada di wilayah tropis dan subtropis.
(Falisado Candra Widyanto Dan Cecep Triwibowo,2013).
Demam berdarah dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis.
Menurut data World Health Organization (WHO), Asia pasifik menanggung 75 % dari
beban dengue di dunia antara tahun 2005 dan 2011, sementara Indonesia dilaporkan
sebagai negara ke-2 dengan kasus demam berdarah dengue terbesar diantara 30 negara
wilayah endemis, Penyakit demam berdarah dengue telah menjadi penyakit yang
mematikan sejak tahun 2013. Penyakit ini telah tersebar di 436 kabupaten/kotapada 33
provinsi di Indonesia.
Solusi penanganan DBD dengan cara 3M yaitu pertama menguras adalah membersihkan
tempat yang sering di jadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air,
tempat penampungan air minum, penampungan air lemari es, kedua menutup adalah
menutup rapat – rapat tempat penampungan air seperti drum, kendi, koren, air, dan ketiga
memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk
jadikan tempat perkembangbiakan nyamuk penularan Demam Berdarah. Adapun yang di
maksud dengan 3M Plus adalah segala bentuk kegiatan pencegahan seperti menaburkan
bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, menggunakan obat
nyamuk atau lotion nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur, menanam tanaman
pengusir nyamuk, mengatur cahaya dalam rumah, menghindari kebiasaan mengantung
pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah:
1. Tujuan umum
Untuk menerapkan asuhan keperawatan pada pasien Tujuan khusus
Proses keperawatan dengan diagnose medis Dengue Hemorrhagic Fever.
2. Tujuan khusus
Proses keperawatan dengan diagnose medis Dengue Hemorrhagic Fever.
penulisdapat:
a. Memahami konsep dasar teori penyakit Dengue Hemorrhagic Fever.
b. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan Dengue Hemorrhagic
Fever.
c. Manganalisa dan menegakkan diagnose keperawatan yang tepat pada pasien
dengan Dengue Hemorrhagic Fever.
d. Menyusun rencana tindakan keperawatan yang sesuai keadaan pasien dengan
Dengue Hemorrhagic Fever..
e. Melakukan tindakan keperawatan yang sesuai dengan masalah penyakit Dengue
Hemorrhagic Fever.
f. Melakukan evaluasi hasil dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan dari
seluruh rencana yang telah dilakukan.
g. Mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada pasien
dengan Dengue Hemorrhagic Fever.
C. . Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Dari segi perkembangan ilmu, karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat berguna
untuk mengembangkan teori keperawatan pada pasien dengan Dengue Hemorrhagic
Fever.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan bagi tenaga keperawatan dan tenaga kesehatan
lainnya dalam meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan pada kasus
pasien dengan Dengue Hemorrhagic Fever.
b. Untuk Tenaga Kesehatan
Sebagai sumber informasi bagi tenaga kesehatan untuk menambah
wawasan pengetahuan dan pengembangan keterampilan khususnya dalam bidang
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan secara langsung pada pasien
dengan Dengue Hemorrhagic.
D. Sistematika Penulisan
Pada penulisan Karya Tulis Ilimiah ini terdiri dari lima bab yang secara sistematis
terdiri dari Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan. Bab
II merupakan tinjauan pustaka terdiri dari konsep dasar penyakit dan konsep dasar asuhan
keperawatan. Konsep dasar penyakit membahas mengenai anatomi fisiologi, pengertian,
etiologi, pathway, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, penata laksanaan medis,
penatalaksanaan keperawatan, komplikasi, sedangkan konsep dasar asuhan keperawatan
membahasan mengenai pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi
keperawatan. Bab III merupakan laporan kasus yang membahas pengkajian, diagnosis
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi
keperawatan. Bab IV merupakan pembahasan, dimana pada bab ini membahasan
mengenai kesenjangan dan persamaan konsep dasar teori dengan pengelolaan kasus. Bab
V merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan dari tujuan penulis serta saran-
saran yang merupakan tanggapan dari kesimpulan yang telah dibuat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep dasar penyakit


1. Anatomi Fisiologi Sistem Hematologi

Gambar 2.1 Anatomi Darah


Sumber : Fitiria, f. (2015)

Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang
warnanya merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap bergantung pada banyaknya
oksigen dan karbon dioksida didalamnya. Darah yang banyak mengandung karbon
dioksida warnanya merah tua. Adanya oksigen dalam darah diambil dengan jalan
bernapas, dan zat ini sangat berguna pada peristiwa pembakaran atau metabolisme
didalam tubuh. Viskositas/kekentalan darah lebih kental daripada air yang mempunyai BJ
1,041-1,067, temperature 38 C, dan pH 7,37-7,45.
Darah selamanya beredar didalam tubuh oleh karena adanya kerja atau pompa
jantung. Selama darah berada dalam pembuluh maka akan tetap encer, tetapi kalau ia
keluar dari pembuluhnya maka ia akan beku. Pembekuan ini dapat dicegah dengan jalan
mencampurkan ke dalam darah tersebut sedikit obat anti-pembekuan/sitras natrikus. Dan
keadaan ini sangat berguna apabila darah tersebut diperlukan untuk tranfusi darah.
Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat sebanyak darah kira-kira 1/13 dari
berat badan atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap-tiap orang tidak
sama, bergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung, dan pembuluh darah.
Fungsi darah terdiri atas:
1. Sebagai alat pengangkut yaitu,
a. Mengambil oksigen/zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh
jaringan tubuh.
b. Mengangkat karbon dioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
c. Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan
keseluruh jaringan atau alat tubuh.
d. Mengangkat/mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk
dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam tubuh dengan
perantaraan leukosit dan antibodi/zat-zat anti racun.
3. Menyebarkan panaskeseluruh tubuh.
Jika darah dilihat begitu saja maka ia merupakan zat cair yang warnanya merah,
tetapi apabila dilihat dibawah mikroskop maka nyatalah bahwa dalam darah terdapat
benda-benda kecil bundar yang disebut sel-sel darah. Sedang cairan berwarna kekuning-
kuningan disebut plasma(Syaifuddin, 2012).
Sel-sel darah :
a. Eritrosit
Eritrosit bentuknya seperti cakram/bikonkaf dan tidak mempunyai inti. Ukuran
diameter kira-kira 7,7 unit(0,007 mm), tidak dapat bergerak. Banyaknya kira-kira 5
juta dalam 1 mm3 (4½juta). Warnanya kuning kemerah-merahan, karena didalamnya
mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin, warna ini akan bertambah merah jika
didalamnya banyak mengandung oksigen. Fungsinya, mengingkat oksigen dari paru-
paru untuk diedarkan keseluruh jaringan tubuh dan mengikat karbon dioksida dari
jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru.Tempat pembuatannya: sel darah
merah didalam tubuh dibuat didalam sum-sum tulang merah, limfa, dan hati, yang
kemudian akan beredar didalam tubuh 14-15 hari, setelah itu akan mati. Normal pada
Hb wanita 11,5 mg% dan hb laki-laki 13,0 mg%(Syaifuddin, 2012).
b. Leukosit
Leukosit berperan penting dalam mengatur sistem imunitas atau kekebalan
tubuh. Pada umumnya, jumlah leukosit orang dewasa berjumlah 4000-11000 sel
darah putih per mikroliter darah (mcL). Bayi baru lahir memiliki jumlah leukosit
9000-30000 mcL dan menurun seiring pertumbuhan. Seseorang dikatakan
mengalami leukopenia jika jumlah leukositnya kurang dari batasan normal
tersebut (Syaifuddin, 2012).
c. Trombosit
Trombosit adalah komponen darah yang bertanggung jawab dalam proses
pembekuan darah. Penderita DBD mengalami perubahan pada sifat dinding
pembuluh darahnya yaitu jadi mudah ditembus cairan (plasma) darah.
Perembesan ini terjadi sebagai akibat reaksi imunologis antara virus dan sistem
pertahanan tubuh. Penderita DBD mengalami perubahan pada sifat dinding
pembuluh darahnya yaitu jadi mudah ditembus cairan (plasma) darah.
Perembesan ini terjadi sebagai akibat reaksi imunologis antara virus dan sistem
pertahanan tubuh. Akibat lainnya, perembesan plasma yang terus-menerus
menyebabkan penurunan jumlah trombosit dalam darah. Trombosit adalah
komponen darah yang berfungsi dalam proses penggumpalan darah jika
pembuluh kapiler pecah. Penurunan trombosit terjadi di hari keempat sampai
kelima setelah gejala DBD muncul dan berlangsung selama 3-4 hari, Jika jumlah
trombosit terus menurun hingga tak dapat menghentikan rembesan plasma akibat
bocornya pembuluh kapiler, maka terjadilah perdarahan. Risiko penurunan jumlah
trombosit ditentukan oleh tingkat keparahannya. Jika jumlah trombositnya kurang
dari 60.000, risikonya adalah perdarahan. Kurang dari 20.000 risikonya yaitu
perdarahan tiba-tiba. Lebih rendah dari 5.000  risikonya paling tinggi, yakni
perdarahan otak. Kadar trombosit semakin menurun drastis bila terjadi perdarahan
hebat. Meski jumlah trombosit menurun, pasien dapat diselamatkan dengan
asupan cairan dalam jumlah cukup. Setelah pasien melewati masa kritis dan
memasuki masa penyembuhan, jumlah trombosit darah bisa normal kembali
dengan cepat (Syaifuddin, 2012).
d. Hematokrit
Hematokrit adalah perbandingan jumlah sel darah merah dengan volume
darah keseluruhan yang dihitung dalam persentase. Contohnya jika kadar
hematokrit diketahui 20 persen, ini artinya ada 20 mililiter sel darah merah per
100 mililiter darah. Hematokrit disebut meningkat jika jumlahnya melebihi nilai
normal 38,8-50 % untuk laki-laki dewasa, dan sekitar 34,9 sampai 44,5 % untuk
perempuan dewasa. Sementara jumlah hematokrit anak-anak usia 15 tahun ke
bawah bisa terus berubah sering bertambahnya usia. Peningkatan hematokrit bisa
menunjukkan berbagai kondisi tubuh. Terkait DBD, di antaranya dehidrasi,
rendahnya kadar oksigen dalam darah, tidak normalnya kadar sel darah merah,
hingga cairan darah telah berubah pekat. Darah yang pekat bisa menandakan
kebocoran plasma. Kebocoran plasma terjadi akibat pecahnya pembuluh kapiler.
Ini menyebabkan cairan plasma darah keluar dari pembuluh darah ke jaringan di
luar pembuluh darah. (Syaifuddin, 2012).
e. Plasma
Bagian cairan darah yang membentuk sekitar 5% dari berat badan merupakan
media sirkulasi elemen-elemen darah yang membentuk sel darah merah, sel darah
putih, dan sel pembeku darah juga sebagai media transportasi bahan organik dan
anorganik dari suatu organ atau jaringan(Syaifuddin, 2012)

Anda mungkin juga menyukai