Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Nn.C DENGAN GANGGUAN SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI


(DHF) DI RUANG RAWAT INAP LT7
RSU ADHYAKSA

Disusun untuk memenuhi Tugas Stase KMB

Disusun oleh :
Nama : NURUL FAIZAH
Nim : 18230100034

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat
karunia Nya penulis dapat membuat laporan presentasi kasus pasien
kelolaan dengan judul asuhan keperawatan pasien tn A” di ruang rawat
inap 404 a lantai 4
Penulis membuat laporan kasus ini sebagai pra syarat dalam memenuhi
“Tugas mata kuliah stase KMB “. penulis menyadari bahwa masih
banyak keterbatasan dan kekurangan dalam membuat laporan ini akan
tetapi berkat bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai
pihak, semua hambatan dapat penulis lalui sehingga karya tulis ilmiah
ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktu yang telah
ditentukan.

Jakarta, Oktober 2023

BAB I

1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Demam berdarah dengue (DBD) atau dengan hemorrhagic fever
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue
masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty
dan Aedes albopictus dengan manifestasi klinis berupa demam, nyeri otot
(myalgia) dan atau nyeri sendi (anthralgia) yang disertai leukopenia, ruam
(maculopapular skin rush), limfadenopati, trombositopenia dan diatesis
hemoragik.
Demam berdarah dengue secara internasional dianggap sebagai
penyakit yang disebabkan virus dan di transmisikan oleh nyamuk yang
paling signifikan. DHF endemik lebih dari 100 negara di seluruh dunia,
terutama daerah tropis dan sub-tropis. WHO memperkirakan sekitar 50
juta kasus infeksi dengue tiap tahunnya. Menurut Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO), diperkirakan 50 sampai 100 juta infeksi demam berdarag
terjadi setiap tahun. Dari kasus ini 500.000 kasus DHF mengakibatkan
22.000 kematian yang kebanyakan terjadi pada anak-anak. Berdasarkan
data resmi yang disampaikan ke WHO, kasus DB di seluruh Amerika,
Asia Tenggara dan Pasifik Barat melampaui 1,2 juta pada tahun 2008 dan
lebih dari 3 juta pada tahun 2013. DHF merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas di Asia tropik termasuk Indonesia.
Indonesia merupakan daerah endemis dengan sebaran di seluruh
wilayah tanah air. Indonesia menempati urutan tertinggi kasus DHF tahun
2010 di Asean, dengan jumlah kasus 156.086 dan kematian 1.358 orang.
Pada tahun 2015, tercatat terdapat 126.675 penderita DHF di 34 provinsi
di Indonesia, dan 1.229 orang diantaranya meninggal dunia. Hal ini
disebabkan oleh terjadinya perubahan iklim dan rendahnya kesadaran
masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan. Faktor kepadatan
penduduk juga berperan memicu tingginya kasus DHF, karena tempat

2
hidup nyamuk hampir seluruhnya adalah buatan manusia seperti dari
kaleng bekas, ban bekas hingga bak mandi. Dengan tingginya jumlah
kasus DHF yang terjadi, pemahaman mengenai DHF dan penatalaksanaan
yang tepat diperlukan guna menurunkan angka mortalitas dan morbiditas
di masyarakat

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum

Tujuan penulis ini penulisan ini adalah untuk mendapatkan


pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada DHF
grade 2 dengan pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan khusus

Dalam melakukan asuhan keperawatan diharapkan dapat :


a. Melakukan pengkajian keperawatan pada Tn.A / 22 tahun dengan
DHF grade 2

b. Menganalisa data yang ditemukan pada Tn.A / 22 tahun dengan


DHF grade 2 untuk memutuskan diagnosa keperawatan
c. Membuat intervensi keperawatan yang telah disusun pada Tn.A /
22 tahun dengan DHF grade 2
d. Mengimplementasikan rencana keperawatan pada Tn.A / 22 tahun
dengan DHF grade 2
e. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada Tn.A / 22 tahun dengan
DHF grade 2
g. Mengidentifikasi adanya kesenjangan asuhan keperawatan
antara teori dan kasus nyata serta alternatif pemecahan masalah
dari kesenjangan yang ditemukan
h. Mengidentifikasi faktor penunjang dan penghambat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien DHF grade 2

3
C. MANFAAT

1. Bagi Perawat

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman,


pengetahuan, dan membuka wawasan berpikir penulis. Serta dapat
mengaplikasikan hasil asuhan keperawatan pada klien DHF grade
2.

2. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi Rumah Sakit dalam


upaya meningkatkan mutu dalam memberikan asuhan keperawatan
pada klien DHF grade 2

3. Bagi Profesi
Diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan
ilmu pengetahuan dan penelitian dalam keperawatan untuk
membentuk praktek keperawatan profesional terutama dalam
penatalaksanaan DHF grade 2 dan upaya-upaya pencegahan dan
sebagai bahan acuan bagi penulis selanjutnya dalam
mengembangkan penulisan lanjutan

4
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Penyakit

1. Pengertian
Infeksi virus dengue merupakan penyebab Dengue Hemorrhage Fever (DHF). Virus
dengue merupakan virus kelompok B (Arthopod-Bornevirus). Penularan penyakit
DHF terjadi ketika nyamuk yang terinfeksi virus dengue menggigit atau menghisap
darah manusia yang sakit ke manusia yang sehat. Nyamuk tersebut merupakan
nyamuk yang termasuk dalam keluarga Flavafiridae dan golongan flavivirus. Jadi
nyamuk merupakan vektor atau trasmisi virus dari manusia ke manusia atau manusia
ke hewan atau hewan ke manusia. Nyamuk yang membawa virus dengue sendiri
terbagi dalam beberapa jenis yaitu DEN -1, DEN-2, DEN-3, DEN-4 yang banyak
ditemukan diseluruh plosok Indonesia.

2. Etiologi
Virus dengue merupakan penyebab dari penyakit DHF. Virus dengue merupakan
virus kelompok B atau arthropode-bornevirus. Virus dengue menular melalui
suntikan nyamuk Aedes Aegepty atau nyamuk Aedes Albopictus yang terinfeksi oleh
virus saat menghisap darah seseorang yang sehat. Penularan penyakit DHF bisa
terjadi pada manusia ke manusia atau manusia ke hewan ataupun sebaliknya.
Manusia yang sedang sakit DHF kemungkinan bisa menularkan ke manusia lainnya
yang sehat, tergantung dari sistem imunitas dari masing-masing individu untuk
melawan virus tersebut. Dalam waktu 3 sampai 14 hari setelah virus masuk ke
dalam tubuh, tubuh akan memberikan tanda dan gejala sebagai perlawanan alami
dari dalam. Gejala umum yang dialami penderita penyakit DHF yakni demam
disertai menggigil, pusing, pegal-pegal (Handayani,2019)

5
3. Klasifikasi
Menurut WHO, 2011 dalam buku “asuhan keperawatan praktis berdasarkan
penerapan diagnosa nanda, nic, noc” (Nuranif, 2016) klasifikasi derajat DHF dibagi
menjadi :
1) Derajat 1
Demam secara terus menerus di sertai menggigil, pada pemeriksaan torniquet
atau uji bendung positif dan di saat dilakukan pemeriksaan laboratorium di
dapatkan hasil trombosit mengalami penurunan sedangkan hematokrit
meningkat
2) Derajat 2
Tanda dan gejala sama seperti derajat 1, selain itu ditemukan adanya
pendarahan pada gusi, ptekie, perdarahan pada lambung yang dapat
mengakibatkan melena dan muntah darah
3) Derajat 3
Tanda dan gejala sama seperti derajat 1 dan derajat 2 serta pasien mengalami
perburukan keadaan dengan tekanan darah mengalami penurunan, frekuensi
nadi cepat, nadi teraba lemah, akral dingin
4) Derajat 4
Pasien mengalami penurunan kesadaran, terjadi syok hipovolemik

4. Komplikasi
Komplikasi pada DHF menurut Nur Wakhidah (2015) yaitu :
1) Dehidrasi sedang sampai berat
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan
3) Kejang karena demam terlalu tinggi yang terus menerus
Selain itu kompilkasi dari pemberian cairan yang berlebihan akan menyebabkan
gagal nafas, gangguan pada elektrolit, gula darah menurun, kadar natrium, kalsium
juga menurun, serta dapat mengakibatkan gula darah diatas normal atau mengalami
peningkatan (Jannah,2019).

6
5. Pemeriksaan Penunjang
Price and Wilson (2016) berpendapat, pada pemeriksaan laboratorium pada pasien
DHF di dapatkan hasil :
1) Penurunan jumlah trombosit (normalnya 100.000/mm3)
2) Hemoglobin dan hematokrit mengalami peningkatan 20% dari nilai normal
3) Terjadi penurunan leukosit atau dalam batas normal

6. Penatalaksanaan
Pada pasien DHF terdapat beberapa masalah keperawatan yang muncul.
Masalah yang muncul dapat ditemukan pada saat pengkajian. Pada umumnya
masalah yang ada pada pasien DHF yakni demam tinggi disertai menggigil. Pada
pasien demam dapat dilakukan pemberian kompres hangat untuk menurunkan
demam. Selain itu pasien DHF juga mengalami kekurangan volume cairan
dikarenakan demam karena pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler. Pada
pasien DHF yang mengalami kekurangan volume cairan, tindakan keperawatan yang
dapat dilakukan yaitu mengganti cairan yang hilang dengan meningkatkan asupan
secara oral misalnya makan dan minum air yang cukup, pemberian oralit serta
pemberian cairan secara parenteral (Jannah, 2019).

7
7. Pathway

8
8. Tanda dan Gejala

Diagnosis penyakit DHF bias ditegakkan jika ditemukan tanda dan gejala seperti :
a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus
selama 2-7 hari.
b. Manifestasi perdarahan
1) Uji torniket (Rumple leede) positif berarti fragilitas kapiler meningkat.
Dinyatakan positif apabila terdapat >10 petechie dalam diameter 2,8cm
(1 inchi persegi) dilengan bawah bagian volar termasuk fossa cubiti.
2) Petekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, melena dan hematemesis.
3) Trombositopenia yaitu jumlah trombosit dibawah 150.000/mm3,
biasanya ditemukan antara hari ke 3-7 sakit.
4) Monokonsentrasi yaitu meningkatnya hematocrit, merupakan indicator
yang peka terhadap jadinya renjatan sehingga perlu dilaksanakan
penekanan berulang secara periodic. Henaikan hematokrit 20%
menunjang diagnosis klinis DHF (Masriadi, 2017)

B. Proses Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian keperawatan
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) pengkajian merupakan tahap yang
penting sebelum melakukan asuhan keperawatan. Pengkajian bertujuan
untukmendapatkan data-data tentang pasien sebelum menentukan rencana
asuhankeperawatan yang akan diberikan. Pengkajian dilakukan dengan beberapa
teknikyakni: Wawancara: pengkajian yang dilakukan dengan memberikan
beberapapertanyaan pada pasien atau keluarga pasien. Pengukuran: meliputi
pemeriksaantekanan darah, nadi, suhu dan pernapasan. Pemeriksaan fisik:
pemeriksaan yangdilakukan dari kepala sampai kaki dengan cara inspeksi, palpasi,

9
perkusi,auskultasi untuk melihat adanya kelainan atau tidak.

1) Kaji riwayat keperawatan


a) IdentitasSemua orang dapat terserang DHF baik dewasa maupun anak-
anak.Umumnya anak-anak dapat terserang DHF karena kemampuan tubuh
untukmelawan virus masih belum kuat.
b) Keluhan UtamaPada saat pengkajian pertama pada klien dengan DHF
sering kali keluhanutama yang didapatkan adalah panas atau demam.
c) Riwayat penyakit sekarangData yang didapat dari klien atau keluarga
klien tentang perjalanan penyakitdari keluhan saat sakit hingga dilakukan
asuhan keperawatan. Biasanyaklien mengeluh demam yang disertai
menggil, mual, muntah, pusing, lemas,
pegal-pegal pada saat dibawa ke rumah sakit. Selain itu terdapat tanda-
tanda perdarahan seperti ptekie, gusi berdarah, diare yang bercampur
darah,epitaksis.
d) Riwayat penyakit dahuluPada klien DHF tidak ditemukan hubungan
dengan riwayat penyakit dahulu.Hal ini dikarenakan DHF disebabkan
oleh virus dengue dengan masa
inkubasi kurang lebih 15 hari. Serangan ke dua bisa terjadi pada pasien
yangpernah mengalami DHF sebelumnya. Namun hal tersebut jarang
terjadikarena pada pasien yang pernah mengalami serangan sudah
mempunyaisistem imun pada virus tersebut.
e) Riwayat penyakit keluargaPenyakit DHF merupakan penyakit yang
diakibatkan nyamuk terinfeksivirus dengue. Jika salah satu dari anggota
keluarga ada yang terserangpenyakit DHF kemungkinan keluarga lainnya
dapat tetular karena gigitan
nyamuk.

2) Pengkajian pola dan fungsi kesehatan


a) Nutrisi: klien mengalami penurunan nafsu makan dikarenakan
klienmengalami mual, muntah setelah makan.
b) Aktifitas: klien biasanya mengalami gangguan aktifitas dikarenakan
klienmengalami kelemahan, nyeri tulang dan sendi, pegal-pegal dan

10
pusing.
c) Istirahat tidur: demam, pusing, nyeri, dan pegal-pegal
berakibatterganggunya istirahat dan tidur.
d) Eliminasi: pada klien DHF didapatkan klien mengalami diare,
pengeluaranurin menurun, BAB keras.
e) Personal hygine: klien biasanya merasakan pegal dan perasan
sepertitersayat pada kulit karena demam sehingga pasien memerlukan
bantuanorang lain dalam memenuhi perawatan diri.

3) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Pada derajat I II dan III biasanya klien dalam keadaan
composmentissedangkan pada derajat IV klien mengalami penurunan
kesadaran. Padapemeriksaan didapatkan hasil demam naik turun serta
menggigil,penurunan tekanan darah, frekuensi nadi cepat dan teraba
lemah.
b) Kulit
Kulit tampak kemerahan merupakan respon fisiologis dan demam
tinggi,pada kulit tampak terdapat bintik merah (petekhie), hematom,
ekmosis(memar).
c) Kepala
Pada klien dengan DHF biasanya terdapat tanda pada ubun-ubun cekung.
d) Wajah
Wajah tampak kemerahan, kemungkinan tampak bintik-bintik merah
atauptekie.
e) Mulut
Terdapat perdarahan pada gusi, mukosa tampak kering, lidah tampak
kotor.
f) Leher
Tidak tampak pembesaran JPV.
g) Dada
Pada pemeriksaan dada biasanya ditemui pernapasan dangkal, pada
perkusidapat ditemukan bunyi napas cepat dan sering berat, redup karena

11
efusipleura. Pada pemeriksaan jantung ditemui suara abnormal, suara
jantung S1S2 tunggal, dapat terjadi anemia karena kekurangan cairan,
sianosis padaorgan tepi.
h) Abdomen
Nyeri tekan pada perut, saat dilakukan pemeriksaan dengan palpasi
terdapatpembesaran hati dan limfe.
i) Anus dan genetalia
Pada pemeriksaan anus dan genetalia terkadang dapat
ditemukannyagangguan karena diare atau konstipasi, misalnya
kemerahan, lesi pada kulitsekitar anus.
j) Ekstermitas atas dan bawah
Pada umumnya pada pemeriksaan fisik penderita DHF ditemukan
ekstermitas dingin, lembab, terkadang disertai sianosis yang
menunjukkanterjadinya renjatan.

4) Pemeriksaan penunjang
Hasil pemeriksaan darah pada pasien DHF akan didapatkan hasil:
a) Uji turniquet positif.
b) Jumlah trombosit mengalami penurunan.
c) Hematokrot megalami peningkatan sebanyak >20%.
d) Hemoglobin menurun.
e) Peningkatan leukosit.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus DHF yaitu (Erdin 2018)
(SDKI DPP PPNI 2017) :
a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

12
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan
untuk makan)
c. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan
oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (SIKI DPP PPNI 2018)
(SLKI DPP PPNI 2019)
a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan : Suhu tubuh agar tetap berada pada rentang normal
Kriteria Hasil :
1) Menggigil menurun
2) Kulit merah menurun
3) Suhu tubuh membaik
4) Tekanan darah membaik
Intervensi :
Observasi
1) Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar
lingkungan panas, penggunaan incubator)
2) Monitor suhu tubuh
3) Monitor kadar elektrolit
4) Monitor haluaran urine
Terapeutik
5) Sediakan lingkungan yang dingin
6)
7) Longgarkan atau lepaskan pakaian
8) Basahi dan kipasi permukaan tubuh
8) Berikan cairan oral
9) Lakukan pendinginan eksternal (mis, kompres dingin pada dahi,
leher, dada, abdomen, aksila)
10) Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
11) Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
13
12) Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
13) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

b. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan


untuk makan)
Tujuan : Anoreksia dan kebutuhan nutrisi dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
1) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
2) Frekuensi makan membaik
3) Nafsu makan membaik
Intervensi :
Observasi
1) Identifikasi status nutrisi
2) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3) Identifikasi makanan yang disukai
4) Monitor asupan makan
5) Monitor berat badan
6) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
7) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
8) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
9) Berikan suplemen makanan, jika perlu
Edukasi
10) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
11) Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
12) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis, Pereda nyeri,
antimietik), jika perlu
13) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu

14
c. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler
Tujuan : Gangguan volume cairan tubuh dapat teratasi
Kriteria Hasil :
1) Turgor kulit meningkat
2) Output urine meningkat
3) Tekanan darah dan nadi membaik
4) Kadar Hb membaik
Intervensi :
Observasi
1) Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis, frekuensi nadi
meningkat, nadi terasa lemah, tekanan darah menurun, tekanan
nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering,
volume urin menurun, hematokrit meningkat, haus lemah)
2) Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
3) Berikan asupan cairan oral
Edukasi
4) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Kolaborasi
5) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis, NaCl, RL)
6) Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis, glukosa 2,5%,
NaCl 0,4%)
7) Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis, albumin, plasmanate)
8) Kolaborasi pemberian produk darah
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan atau implementasi adalah tindakan yang di rencanakan dalam rencana
keperawatan (Tarwoto Wartonah, 2015). Perawat melakukan pengawasan terhadap
efektifitas intervensi yang dilakukan, bersamaan pula menilai perkembangan pasien
terhadap pencapaian tujuan atau hasil yang di harapkan. Pelaksanaan atau
implementasi keperawatan adalah suatu komponen dari proses keperawatan yang
merupakan kategori dari perilaku keperawatan di mana tindakan yang di perlukan
untuk mencapai tujuan dan hasil yang di perkirakan dari asuhan keperawatan yang
dilakukan dan di selesaikan (Perry & Potter, 2015)

15
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap terakhir dalam proses keperawatan dengan
cara menilai sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
Evaluasi yang dilakukan pada pasien dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh
pasien DHF. Dalam perumusan evaluasi keperawatan menggunakan SOAP, yaitu :
1) S (Subjektif) merupakan data berupa keluhan pasien
2) O (Objektif) merupakan hasil dari pemeriksaan
3) A (Analisa Data) merupakan pembanding data dengan teori
4) P (Perencanaan) merupakan tindakan selanjutnya yang akan dilakukan oleh
perawat (Hidayat, 2012)

DAFTAR PUSTAKA

Ali. 2016. Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC.

Drs. H. Syaifuddin, AMK. 2016. ANATOMI FISIOLOGI. Jakarta.


Erdin. 2018. Pathway Dengue Hemorrhagic Fever. Jakarta.

Kemenkes RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.

Kemenkes RI. 2019. Laporan Nasional Dinas Kesehatan. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2016. Info Datin. Jakarta.

Murwani. 2018. Patofisiologi Dengue Hemorrhagic Fever. Jakarta.

Amin Huda Nurarif & Kusuma, Hardhi. 2015. APLIKASI Asuhan KeperawatanBerdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC (Edisi Revisi). MediAction.

16
Pangaribuan, Anggy. 2017. “Faktor Prognosis Kematian Sindrom Syok Dengue.”
15(5).

SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta.

WHO. 2018. Dengue Haemorrhagic Fever. Jakarta.

17
18

Anda mungkin juga menyukai