NY M
DENGAN SEPSIS NEONATORUM DI RUANG IGD RSCM
29 JULI 2019 S/D 31 JULI 2019
Dengan memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan pada bayi dengan Sepsis Neonatorum“ di ruang IGD
Neonatologi RSCM.
Makalah ini disusun guna menyelesaikan tugas kelompok pada Pelatihan Perawat
Perina Level 2 di ruang divisi Perinatologi Dept. IKA RSCM periode 04 Juli 2019 s/d 30
Agustus 2019
Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari banyak mengalami hambatan dan
kesulitan, namun berkat ridho Allah SWT serta bimbingan dan dan dukungan dari berbagai
pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
1. Ns. Nining Caswini, S.Kep. M.Kep, Sp. Kep. An Selaku Kepala Bidang Keperawatan
2. Ns. Nurhayati, S.Kep. Selaku Kepala Ruangan Divisi Perinatologi
3. Ns. Iin Pusparini, S.Kep. Selaku kepala Bidang Pelayanan serta ketua panitia
penyelenggara pelatihan perawat perina level 2 tahun 2019
4. Ns. Novardian, M.Kep selaku pembimbing makalah yang telah banyak memberikan
bimbingan dan masukan hingga selesainya makalah ini tepat pada waktunya.
5. Rekan-rakan sejawat divisi perinatologi serta rekan-rekan pelatihan perawat perina
level 2 yang telah memberikan dukungan saran dan bimbingan selama pembuatan
makalah ini.
6. Keluarga tercinta atas support dan do’anya selama mengikuti pelatihan perawat perina
level 2 sampai kami dapat menyelesaikan pelatihan ini dengan baik.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi tenaga kesehatan khususnya
perawat serta pembaca pada umumnya.
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Neonatus merupakan bayi baru lahir yang berusia 0-28 hari. Bayi dengan usia kurang
dari satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki resiko gangguan kesehatan
paling tinggi karena sistem imun yang belum matang, sehingga berbagai masalah
kesehatan bisa muncul salah satunya adalah infeksi. Neonatus dengan komplikasi adalah
neonatus dengan penyakit yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian, seperti
asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR,
sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan kongenital maupun yang termasuk
klasifikasi kuning dan merah pada pemeriksaan dengan Manajemen Terpadu Bayi Muda
(Kemenkes, 2011).
Laporan WHO yang dikutip dari State of The World’s Mother 2007 (data tahun 2000-
2003) didapatkan bahwa 36% kematian neonatus disebabkan oleh infeksi. Beberapa
kematian neonatus karena infeksi disebabkan oleh sepsis neonatorum (15%), tetanus
neonatorum (12%) dan diare (1%) (Unicef, 2014).
Sepsis neonatorum merupakan keadaan dimana terdapat infeksi oleh bakteri dalam
darah di seluruh tubuh. Perjalanan penyakit sepsis neonatorum dapat berlangsung cepat
sehingga sering sekali tidak terpantau, tanpa pengobatan yang memadai bayi dapat
meninggal dalam 24 sampai 48 jam. Angka kejadian sepsis neonatorum masih cukup dan
merupakan penyebab kematian utama pada neonatus. Hal ini karena neonatus rentan
terhadap infeksi. Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor.
(Surasmi, 2003).
Di negara berkembang hampir sebagian besar bayi baru lahir yang dirawat
mempunyai kaitannya denagn sepsis. Sepsis neonatorum sampai saat ini masih menjadi
penyebab utama mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir. Angka kejadian sepsis
neonatorum di negara berkembang masih cukup tinggi (1,8-18/1.000) dibandingkan
dengan di negara maju (1-5/1.000) (Gerdes, 2004).
Kejadian sepsis neonatorum di Indonesia, di Divisi Perinatologi Departemen Ilmu
Kesehatan Anak RS. Cipto Mangunkusumo, sebanyak 15,5% dari kelahiran hidup,
dimana angka kematian mencapai 13,68% pada periode Januari-September 2005
(Juniatiningsih, 2008), sedangkan di RSUP. Dr. Kariadi Semarang pada tahun 2004
sebesar 33,1% dan angka kematian 20,3% (Rini, 2010). Sedangkan berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar tahun 2007 didapatkan sepsis neonatorum menempati urutan ketiga
(12%) dan urutan pertama (20,5%) penyebab kematian neonatus pada kelompok usia 0 –
6 hari dan 7 – 28 hari (Kemenkes, 2007).
Penyebab dari infeksi neonatorum ini banyak sekali, masalah yang dapat timbul
terkait sepsis neonatorum pun banyak ditemukan, dengan begitu diperlukan peran
perawat dalam mengatasi masalah tersebut dengan cara, promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif.
Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin mengetahui bagaimana asuhan keperawatan
pada klien dengan sepsis neonatorum, dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan secara komprehensif di ruang IGD Neonatus Divisi Perinatologi,
Departemen Ilmu Kesehatan Anak, RSUPN Cipto Mangunkusumo.
2. Tujuan Penulisan
2.1 Tujuan umum
- Untuk mengidentifikasi klien sepsis di ruang IGD Neonatus Divisi Perinatologi,
Departemen Ilmu Kesehatan Anak, RSUPN Cipto Mangunkusumo. dengan
menggunakan proses keperawatan.
- Untuk memenuhi kompetensi pelatihan neonatus level 2
2.2 Tujuan khusus
- Mengetahui konsep dasar sepsis neonatorum
- Mengetahui patofisiologi sepsis neonatorum
- Mengetahui tanda dan gejala sepsis neonatorum
- Mengetahui komplikasi dan penatalaksanaan sepsis neonatorum
- Mengetahui Asuhan Keperawatan pada klien sepsis di ruang IGD Neonatus
Divisi Perinatologi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, RSUPN Cipto
Mangunkusumo
3. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan penulisan meliputi tujuan
umum, tujuan khusus dan sistematika penulisan
BAB II : Tinjauan pustaka yang berisi konsep dasar meliputi pengertian, etiologi,
patofisiologi (patoflow), tanda dan gejala, komplikasi dan penatalaksanaan. Serta asuhan
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan
dan evaluasi keperawatan.
BAB III : Tinjauan kasus meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.
BAB IV : Pembahasan yang membandingkan antara kasus dengan tinjauan
pustaka.
BAB V : Penutup yang berisi kesimpulan, saran dan daftar pustaka.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN
Sepsis neonatorum adalah sindroma klinis yang terjadi pada 28 hari awal
kehidupan, dengan manifestasi infeksi sistemik dan atau isolasi bakteri patogen dalam
aliran darah (Edwards MS, 2014). Secara umum sepsis neonatorum diklasifikasikan
berdasarkan waktu terjadinya menjadi sepsis neonatorum awitan dini (early-onset
neonatal sepsis) dan sepsis neonatorum awitan lambat (late-onset neonatal sepsis)
(Aminullah, 2008).
Sepsis neonatorum awitan dini terjadi pada 48-72 jam setelah lahir dan
merupakan penyebab terpenting dalam morbiditas dan mortalitas pada neonatus,
sedangkan sepsis neonatorum awitan lambat terjadi setelah 72 jam (Bernardin, H.John
& Russel, 2010).
2. ETIOLOGI
Penyebab sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri,
virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri,
beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya sepsis
pada neonatus antara lain :
Perdarahan
Demam yang terjadi pada ibu
Infeksi pada uterus atau plasenta
Ketuban pecah dini ( sebelum 37 minggu kehamilan)
Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum
melahirkan).
Proses kelahiran terlalu lama dan sulit.
a. Faktor resiko :
1) Faktor resiko mayor :
Ketuban pecah 18 jam
Ibu demam saat intrapartum (suhu 38C)
DJJ menetap 160x/menit
b. Faktor resiko minor :
Ketuban pecah 12 jam
Ibu demam saat intrapartum (suhu37C)
Leukosit ibu15.000/l.
Nilai Apgar sedang ( menit ke 1 5, menit ke 2 7).
BB lahir sangat rendah (1500 gr).
Usia gestasi 37 minggu
Kehamilan ganda
Lokhea berbau busuk
Riwayat infeksi streptokokus grup B
Data dari RS Dr. Cipto Mangunkusumo selama tahun 2002 kuman yang
ditemukan pada sepsis neonatorum awitan dini berturut-turut adalah
Enterobacter sp, Acinetobacter sp dan Coli sp. (Putri et al, 2014).
3. PATOFISIOLOGI
Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan
endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan
ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan
kekacauan metabolik yang progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat,
menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan
perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminated
intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian. Mikroorganisme atau kuman
penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa cara (Surasmi, 2003),
yaitu :
a. Pada masa antenatal
Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilikus
masuk kedalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab
infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta, antara lain virus
rubella, herpes, situmegalo, koksari, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri
yang dapat melalui jalur ini, antara lain malaria, sifilis, dan toksoplasma.
b. Pada masa intranatal
Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan serviks
naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya, terjadi amnionitis dan
korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk ke tubuh bayi. Cara
lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat
terinhalasi oleh bayi dan masuk ke tyraktus digestivus dan trakus
respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain
melalui cara tersebut diaras infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi
atau port de entre lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh
kuman (misalnya herpes genitalis, candida albika, dan gonnorea).
c. Infeksi pasca natal
Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi
nosokomial dari lingkungan di luar rahim (misalnya melalui alat-alat: penghisap
lendir, selang endotrakea, infus, selang nasogastrik, botol minuman atau dot).
Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan
terjadinya infeksi nosokomial. Infeksi juga dapat terjadi melalui luka umbilikus.
PATHWAY
Masuk ke neonatus
Kuman dan virus dari ibu Kuman di vagina dan serviks Infeksi nosokomial dari luar rahim
Melewati plasenta dan Naik mencapai korion Masuk melalui selang endotrakeal,
umbilikal dan amnion selang infus, selang nasogastrik
Masuk kedalam tubuh bayi Amnionitis dan korionitis
Melalui sirkulasi darah lalu umbilikus masuk ke tubuh janin
SEPSIS
- Resiko infeksi
- Ketidakseimbangan
volume cairan dan
elektrolit
4. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala sepsis neonatorum umumnya tidak jelas dan tidak spesifik
serta dapat mengenai beberapa sistem organ. Berikut ini adalah tanda dan gejala
yang dapat ditemukan dapa neonatus yang menderita sepsis.
a. Gangguan nafas seperti serangan apnea, takipnea dengan kecepatan
pernafasan >60x/menit, cuping hidung, sianosis, mendengus, tampak merintih,
retraksi dada yang dalam: terjadi karena adanya lesi ataupun inflamasi pada
paru-paru bayi akibat dari aspirasi cairan ketuban ibu. Aspirasi ini terjadi saat
intrapartum dan selain itu dapat menyebabkan infeksi dengan perubahan paru,
infiltrasi, dan kerusakan jaringan bronkopulmonalis. Kerusakan ini sebagian
disebabkan oleh pelepasan granulosit dari prostaglandin dan leukotrien.
b. Penurunan kesadaran, kejang, ubun-ubun besar menonjol, keluar nanah dari
telinga, ekstensor kaku: terjadi karena sepsis sudah sampai ke dalam
manifestasi umum dari infeksi sistem saraf pusat. Keadaan akut dan kronis yang
berhubungan dengan organisme tertentu. Apabila bayi sudah mengalami infeksi
pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan penurunan
kesadaran, hal tersebut juga menyebabkan ubun-ubun besar menonjol
(berisi cairan infeksi) dan keluarnya nanah dari telinga. Dalam hal terganggunya
sistem saraf pusat ini kemungkinan terjadi gangguan saraf yang lain seperti
ekstensor kaku.
c. Hipertermia (> 37,7oC) atau hipotermi (<35,5oC) terjadi karena respons tubuh
bayi dalam menanggapi pirogen yang disekresikan oleh organisme bakteri atau
dari ketidakstabilan sistem saraf simpatik.
d. Tidak mau menyusu dan tidak dapat minum adalah respons keadaan psikologis
bayi yang tidak menyenangkan terhadap ketidakstabilan suhu tubuhnya, serta
nanah yang keluar dari telinga
e. Kemerahan sekitar umbilikus terjadi karena bakteri dapat bertumbuh tidak
terkendali di saluran pencernaan, apalagi jika penyebab sepsis pada bayi terjadi
dimulai dari infeksi luka umbilikus.
5. KOMPLIKASI
a. Hipoglikemia, hiperglikemia, asidosis metabolik, dan jaundice
Bayi memiliki kebutuhan glukosa meningkat sebagai akibat dari
keadaan septik. Bayi mungkin juga kurang gizi sebagai akibat
dari asupan energi yang berkurang. Asidosis metabolik disebabkan oleh
konversi ke metabolisme anaerobik dengan produksi asam laktat, selain itu
ketika bayi mengalami hipotermia atau tidak disimpan dalam lingkungan
termal netral, upaya untuk mengatur suhu tubuh dapat menyebabkan
asidosis metabolik. Jaundice terjadi dalam menanggapi terlalu
banyaknya bilirubin yang dilepaskan ke seluruh tubuh yang disebabkan
oleh organ hati sebagian bayi baru lahir belum dapat berfungsi optimal,
bahkan disfungsi hati akibat sepsis yang terjadi dan kerusakan eritrosit yang
meningkat.
b. Dehidrasi
Kekurangan cairan terjadi dikarenakan asupan cairan pada bayi yang
kurang, tidak mau menyusu, dan terjadinya hipertermia
c. Hiperbilirubinemia dan anemia
Hiperbilirubinemia berhubungan dengan penumpukan bilirubin yang
berlebihan pada jaringan. Bilirubin dibuat ketika tubuh melepaskan sel-sel
darah merah yang sudah tua, ini merupakan proses normal.
Bilirubin merupakan zat hasil pemecahan hemoglobin (protein sel darah
merah yang memungkinkan darah mengakut oksigen). Hemoglobin terdapat
pada sel darah merah yang dalam waktu tertentu selalu mengalami
destruksi (pemecahan). Namun pada bayi yang mengalami sepsis terdapat
infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh, sehingga terjadi
kerusakan sel darah merah bukanlah hal yang tidak mungkin, bayi akan
kekurangan darah akibat dari hal ini (anemia) yang disertai
hiperbilirubinemia karena seringnya destruksi hemoglobin sering terjadi.
d. Meningitis
Infeksi sepsis dapat menyebar ke meningies (selaput-selaput otak) melalui
aliran darah.
e. Disseminated Intravaskuler Coagulation (DIC)
Kelainan perdarahan ini terjadi karena dipicu oleh bakteri gram negatif yang
mengeluarkan endotoksin ataupun bakteri gram postif yang
mengeluarkan mukopoliskarida pada sepsis. Inilah yang akan
memicu pelepasan faktor pembekuan darah dari sel-sel mononuklear dan
endotel. Sel yang teraktivasi ini akan memicu terjadinya koagulasi yang
berpotensi trombi dan emboli pada mikrovaskular.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pertanda diagnostik yang ideal memiliki kriteria yaitu nilai diagnostik yang baik
yaitu sensitivitas mendekati 100%, spesifisitas lebih dari 85%, Positive Probable Value
(PPV) lebih dari 85%, Negative Probable Value (NPV) mendekati 100%, dan dapat
mendeteksi infeksi pada tahap awal. Kegunaan klinis dari pertanda diagnostik yang ideal
adalah untuk membedakan antara infeksi bakteri dan virus, petunjuk untuk penggunaan
antibiotik, memantau kemajuan pengobatan, dan untuk menentukan prognosis.
Pada pemeriksaan darah tepi hasilnya dapat ditemukan anemia, LED mikro tinggi,
dan trombositopenia,hasil biakan darah tidak tentu positif walaupun tanda sepsis sudah
jelas. Biakan perlu dilakukan terhadap darah, cairan serebro spinal, usapan umbilikus,
lubang hidung, lesi atau pus dai konjungtiva, cairan drainase atau hasil usapan lambung
Pertanda hematologik yang digunakan adalah hitung sel darah putih total, hitung
neutrofil, neutrofil imatur, rasio neutrofil imatur dengan neutrofil total (I:T), mikro
Erytrocyte Sedimentation Rate (ESR), dan hitung trombosit. Tes laboratorium yang
dikerjakan adalah CRP, prokalsitonin, sitokin IL-6, GCSF, tes cepat (rapid test) untuk
deteksi antigen, dan panel skrining sepsis.
8. PENATALAKSANAAN
a. Perawatan suportif
Perawatan suportif diberikan untuk mempertahankan suhu tubuh
normal, untuk menstabilkan status cardiopulmonary, untuk memperbaiki
hipoglikemia dan untuk mencegah kecenderungan perdarahan. Perawatan
suportifneonatus septik sakit (Datta, 2007) meliputi sebagai berikut:
1) Menjaga kehangatan untuk memastikan temperatur agar bayi tetap normal
harus dirawat di lingkungan yang hangat. Suhu tubuh harus dipantau secara
teratur.
2) Cairan intravena harus diperhatikan. Jika neonatus mengalami perfusi yang
jelek, maka saline normal dengan10 ml/kg selama 5 sampai 10 menit.
Dengan dosis yang sama 1 sampai 2 kali selama 30 sampai 45 menit
berikutnya, jika perfusi terus menjadi buruk. Dextrose (10%) 2 ml per kg
untuk memperbaiki hipoglikemia yang adalah biasanya ada dalam sepsis
neonatal dan dilanjutkan selama 2 hari atau sampai bayi dapat memiliki
feed oral.
3) Terapi oksigen harus disediakan jika neonatus mengalami distress
pernapasan atau sianosis.
4) Oksigen mungkin diperlukan jika bayi tersebut apnea atau napas tidak
memadai.
5) Vitamin K 1 mg intramuskular harus diberikan untuk mencegah
gangguan perdarahan.
6) Makanan secara enteral dihindari jika neonatus sangatsakit atau memiliki
perut kembung. Menjaga cairan harus dilakukan dengan infus IV.
7) Langkah-langkah pendukung lainnya termasuk stimulasi lembut fisik,
aspirasi nasogastric, pemantauan ketat dan konstan kondisi bayi
dan perawatan ahli.
b. Terapi pengobatan
Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorum adalah mempertahankan
metabolisme tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan
intravena termasuk kebutuhan nutrisi dan monitor pemberian antibiotik
hendaknya memenuhi kriteria efektif berdasarkan pemantauan mikrobiologi, murah
dan mudah diperoleh, dan dapat diberi secara parental. Pilihan obat yang diberikan
adalah ampisilin, gentasimin atau kloramfenikol, eritromisin atau sefalosporin atau
obat lain sesuai hasil tes resistensi. (Sangayu, 2012).
Tindakan yang dapat dilakukan (Surasmi, 2003) adalah :
1) Pada masa antenatal
Pada masa antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara bekala,
imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan gizi
yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan
kesehatan ibu dan janin, rujukan segera ke tempat pelayanan yang memadai bila
diperlukan.
2) Pada masa intranatal
Perawatan ibu selama persdalinan dilakukan secara aseptik, dalam arti
persalinan diperlakukan sebagai tindakan operasi. Tindakan intervensi pada
ibu dan bayi seminimal mungkin dilakukan (bila benar-benar diperlukan).
Mengawasi keadaan ibu dan janin yang baik selama proses persalinan, melakukan
rujukan secepatnya bila diperlukan, dan menghindari perlukaan kulit dan
selaput lendir.
3) Pasca persalinan
Perawatan sesudah lahir meliputi menerapkan rawat gabung bila bayi
normal, penberian ASI secepatnya, mengupayakan lingkungan dan peralatan
tetap persih, setiap bayi menggunakan peralatan sendiri. Perawatan luka
umbilikus secara steril. Tindakan infasif harus dilakukan dengan prinsip – prinsip
aseptik. Menghindari perlukaan selaput lendir dan kulit, mencuci tangan dengan
menggunakan larutan desinfektan sebelum dan sesudah memegang setiap bayi.
Pemantauan keadaan bayi secara teliti disertai pendokumentasian data-data yang
benar dan baik. Semua personel yang menangani atau bertugas dikamar bayi harus
sehat. Bayi yang berpenyakit menular harus diisolasi. Pemberian antibiotik
secara rasional, sedapat mungkin memalui pemantauan mikrobiologi dan tes
resistensi.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Biodata / Identitas
Nama : Diisi sesuai nama pasien
Umur : Biasanya menyerang pada usia neonatal 0 hari – 28 hari. Infeksi
nasokomial pada bayi berat badan lahir sangat rendah (<1500gr) rentan
sekali menderita sepsis neonatal.
Alamat : tempat tinggal keluarga tempat tinggalnya padat dan tidak higienis
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama : Klien datang dengan tubuh berwarna kuning, letargi,
kejang, tak mau menghisap, lemah
2) Riwayat penyakit sekarang: cara lahir (normal), hilangnya reflek rooting,
kekakuan pada leher, tonus otot meningkat serta asfiksia atau hipoksia.apgar
score, jam lahir, kesadaran.
3) Riwayat penyakit dahulu : Ibu klien mempunyai kelainan hepar atau
kerusakan hepar karena obstruksi.
4) Riwayat kehamilan: demam pada ibu (<37,9ºC), riwayat sepsis GBS pada
bayi sebelumnya, infeksi pada masa kehamilan.
5) Riwayat prenatal: Anamnesis mengenai riwayat inkompatibilitas darah,
riwayat transfusi tukar atau terapi sinar pada bayi sebelumnya, kehamilan
dengan komplikasi, obat yang diberikanpd ibu selama hamil / persalinan,
persalinan dengan tindakan / komplikasi, ruptur selaput ketuban yang lama
(>18 jam), persalinan prematur(<37 minggu).
6) Riwayat neonatal : Secara klinis ikterus pada neonatal dapat dilihat segera
setelah lahir atau beberapa hari kemudian. Ikterus yang tampak pun ssngat
tergantung kepada penyebeb ikterus itu sendiri. Bayi menderita sindrom
gawat nafas, syndrome crigler-najjar, hepatitis neonatal, stenosis pilorus,
hiperparatiroidisme, infeksi pasca natal dan lain-lain.
7) Riwayat penyakit keluarga: Orang tua atau keluarga mempunyai
riwayat penyakit yang berhubungan dengan hepar atau dengan darah.
8) Riwayat imunisasi : Ditanyakan apakah sudah pernah imunisasi
DPT/DT atau TT dan kapan terakhir.
c. Aktivitas
1) Nutrisi : Bayi tidak mau menetek
2) Eliminasi : BAB 1x/hari
3) Aktifitas latihan : Kekauan otot, lemah, sering menangis
4) Istirahat tidur : Pola tidur bayi yang normalnya 18 – 20 jam/hari, saat sakit
berkurang.
5) Personal hygiene : Biasanya pada bayi yang terkena Infeksi neonatorum,
melalui plasenta dari aliran darah maternal atau selama persalinan karena
ingesti atau aspirasi cairan amnion yang terinfeksi.
6) Psikososial : Bayi rewel
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Letargi, malas minum
2) Sistem pernafasan
Apnea, pernafasan mendengkur, takipnea, nafas irregular, retraksi, nafas
cuping hidung, pucat, sianosis.
4) Sistem Kardiovaskuler
Pucat, sianosis, kulit lembab/dingin, hipotensi, dehidrasi, CRT 3 detik,
bradikardi/takikardi.
5) Sistem Gastrointestinal
Distensi abdomen, anoreksia, reflek menghisap lemah, muntah, diare,
hepatomegali, berat badan berkurang melebihi penurunan fisiologis.
6) Sistem Syaraf
Tangisan lemah, malas minum, hipotoni, tremor, kejang,
hipotermi/hipertermi.
7) Sistem integument
Kulit ikterik, terdapat ruam, petekie.
e. Pemeriksaan penunjang
1) Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan neutropenia dengan pergeseran
kekiri (immature total seri granolisik 0,2). Kultur darah dapat menunjukan
organisme penyebab.
2) Analisa kultur urin dan cairan serebrospinal (CSS) dengan lumbal fungsi
dapat mendeteksi organisme.
3) DPL menunjukan peningkatan hitung sel darah putih dengan peningkatan
neotrofil immature yang menyatakan adanya infeksi.
4) Laju endap darah, dan protein reaktif-c, Ig M, bilirubin, (CRP) akan
meningkat memandakan adanya inflamasi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan dipsneu
c. Ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
peningkatan produksi cairan : muntah
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat
e. Hipertermi berhubungan dengan perubahan regulasi temperatur
f. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemi
g. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
3. Intervensi Keperawatan
Setelah diagnosa ditemukan, dilanjutkan dengan menyusun perencanaan untuk
masing-masing yang meliputi prioritas diagnosa keperawatan, tujuan, kriteria hasil,
intervensi, sebagai berikut :
a. Bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret
Tujuan : setelah tindakan keperawatan 3 x 24 jam menunjukan kepatenan jalan
nafas.
Kriteria hasil :
o Frekuensi pernafasan normal, tidak mengalami apnea
o Tanda-tanda vital dalam batas normal
o Memelihara kebersihan paru – paru dan bebas dari tanda distress pernafasan
Intervensi :
o Kaji perubahan pernafasan meliputi takipnea, pernafasan cuping hidung,
grunting, cyanosis, ronkhi kasar, periode apnea yang lebih dari 10 detik
o Pantau denyut jantung secara elektronik, untuk mengetahui
takikardi/bradikardi dan perubahan tekanan darah
o Sediakan oksigen lembab dan hangat dengan kadar oksigen yang rendah
untuk menjaga pengeluaran energy dan panas
o Sediakan alat bantu pernafasan atau alat bantu mekanik
o Isap lender atau bersihkan jalan nafas secara berhati-hati
o Amati gas darah yang ada atau pantau tingkat analisis gas darah sesuai
kebutuhan
o Atur perawatan bayi dan cegah penanganan yang berlebihan
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan dipsneu
Tujuan : setelah dilakukan dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan napas tidak efektif.
Kriteria hasil :
- Frekuensi pernapasan sesuai yang diharapkan
- Irama napas sesuai yang diharapkan
- Kedalaman inspirasi
- Tidak didapatkan penggunan otot-otot tambahan
- Tidak didapatkan suara napas tambahan
Intervensi
- Kaji keadaan umum dan tanda tanda vital
- Kaji perubahan pernafasan meliputi takipnea,NCH, retraksi, grunting ,sianosis, ronki,
periode apnea yang lebih dari 10 detik
- Pantau status respirasi dan oksigenas
- Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Keluarkan sekret dengan suction
- Berikan bronkodilator bila perlu
- observasi saturasi oksigen
c. Resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
peningkatan produksi cairan : muntah.
Intervensi :
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Monitor status hidrasi (kelembapan membran mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik), jika diperlukan
Monitor hasil laboratorium yang sesuai dengan retensi cairan (BUN,
Hmt, osmolalitas, urin, albumin, total protein)
Monitor tanda-tanda vital setiap 15 menit sampai 1 jam
Kolaborasi pemberian cairan IV
Monitor status nutrisi
Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
Monitor intake dan urine output
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan bayi tidak
mengalami anoreksia , muntah
Kriteria Hasil :
Aktivitas baik
Minum susu baik
BB dalam batas normal
Intervensi :
Monitoring tanda – tanda vital
Pertahankan catatan intake dan output yang akura
Monitoring berat badan
Motivasi ibu untuk tetap memberikan ASI
Kolaborasi pemberian cairan
c. Hipertermi berhubungan dengan perubahan regulasi temperatur
Tujuan : suhu tubuh dalam keadaan normal (36,50C – 370C)
Kriteria Hasil :
Suhu stabil
Tidak terjadi termoregulasi
Intervensi :
Pantau suhu tubuh pasien
Pantau suhu lingkungan ,batasi/tambahkan linen sesuai indikasi
Berikan kompres hangat/hindari penggunaan alkohol
Kolaborasi dalam pemberian antipiretik misalnya aspirin, acetaminophen,
paracetamol
d. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia
Intervensi :
Pertahankan tirah baring
Pantau perubahan pada tekanan darah
Pantau frekuensi dan irama jantung, perhatikan disritmia
Kaji frekuensi nafas, kedalaman dan kualitas
Catat haluaran urine setiap jam dan berat jenisnya
Kaji perubahan warna kulit , suhu, kelembapan
Kolaborasi dalam pemberian cairan parenteral
Kolaborasi dalam pemberian obat
e. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidak adekuatan pertahanan tubuh
Tujuan : infeksi teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam
Kriteria hasil :
Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Intervensi :
Melakukan hand hygiene 6 langkah 5 momen
Observasi tanda – tanda vital
Observasi adanya tanda – tanda infeksi
Gunakan alat pelindung diri
Alat yang digunakan pasien harus bersih dan steril
Ajarkan kepada orang tua untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah
berkunjung
Bersihkan lingkungan di sekitar pasien
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi antibiotik
4. Implementasi keperawatan
Implementasi menurut Potter dan Patricia (2005) merupakan komponen dari
proses keperawatan, dimana tindakan yang dilakukan utuk mencapai tujuan dan hasil
yang diperkirakan dari perawatan. Komponen dari implementasi mempunyai 5 tahap,
yaitu :
a. Mengkaji ulang
b. Menelaah dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan yang ada
c. Mengidentifikasi area bantuan
d. Mengimplementasi intervensi keperawatan
e. Mengkomunikasikan intervensi
Implementasi pada bayi dengan sepsis difokuskan pada tindakan yang bertujuan untuk
mempertahankan metabolisme.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi menurut Potter dan Patricia (2005) merupakan komponen dari proses
keperawatan yang mengukur respon klien terhadap tindakan keperawatan dan kearah
pencapaian tujuan. Perawat mengevaluasi apakah prilaku atau respon klien
mencerminkan kemunduran atau kemajuan dalam diagnose keperawatan. Selama evaluasi
apakah perawat sudah memberikan proses keperawatan yang efektif dan menelaah respon
klien dan membandingkan dengan perilaku yang disebutkan dalam hasil yang ditetapkan
selama evaluasi. Secara berlangsung mengarah ke asuhan keperawatan terbaik untuk
memenuhi kebutuhan klien.
Setelah hasil yang ditetapkan dan tujuan telah dicapai, perawat mengklarifikasi
evaluasi ini dengan klien jika perawat dan klien setuju bahwa hasil yang diharapkan telah
dipenuhi perawat menghentikan rencana asuhan keperawatan dan dapat
didokumentasikan. Jika tujuan tidak tercapai maka perawat mengidentifikasi faktor
penghambat pencapaian tujuan.
Ketika tujuan masih sesuai tetapi belum terpenuhi perawat mungkin mengubah
tanggal evaluasi unuk memungkinkan lebih banyak waktu ketika ada kegagalan dalam
pencapaian tujuan, apapun alasannya seluruh proses keperawatan diulang untuk
menentukan perubahan ketentuan yang harus dibuat untuk meningkatkan,
mempertahankan dan memulihkan kesehatan klien.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Data Bayi : By. Ny. M
Nomor Register : 438-62-82
Jenis Kelamin : Laki- Laki
Tanggal Lahir : 07 Juni 2019
Tanggal Pengkajian : 29 Juli 2019
Nama Ayah : Tn. L
Nama Ibu : Ny. M
Suku : Sunda
Agama : Islam
Bahasa Utama : Indonesia
Pendidikan Ayah/Ibu : SMK/SMK
Pekerjaan Ayah/ Ibu : Karyawan Swasta
Usia Ayah/Ibu : 24 Tahun/23Tahun
Diagnosa Medis : NKB-SMK-Pneumonia,SNAL, PDA
Alamat : Mampang, Jakarta Selatan
No Telp : 085711023447
Penghasilan sebulan Rp :-
2. Riwayat kehamilan
Ny. M usia 23 tahun hamil G1P0A0, usia kehamilan 36 minggu, taksiran partus tanggal
26-06-2019. Terakhir USG usia 5 bulan dengan berat janin 900 gram.Selama hamil Ny.
M melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur di bidan terdekat. Selama hamil Ny.
M rutin mengkonsumsi vitamin hamil.
3. Riwayat Persalinan
Pada tanggal 07 Juni 2019 Ny. M dirujuk ke RS Pasar Minggu, untuk jam tidak
diketahui, PK2 aktif dan melahirkan bayi laki-laki dan dipimpin oleh dokter, By. Ny. M
lahir secara spontan dengan presentasi kepala. Lama persalinan kala 1 kurang lebih 18
jam, dan kala II kurang lebih 1 jam. Lamanya ketuban pecah, pada saat inpartu, dengan
kondisi air ketuban berwarna hijau berlendir dengan jumlah yang banyak.
4. Riwayat Penyakit
Bayi lahir BB 1900gram, tidak menangis, sesak dan demam langsung di rawat di
ruang NICU RS Pasar Minggu Sejak lahir sampai dengan tanggal 17/07/2019. Riwayat
pemakaian ventilator >2 minggu, aff O2 pada tanggal 14/07/2019. Riwayat pemakaian
antibiotik Cefotaxime, Ceftazidim, Meropenem, Gentamycn, Amikasin. Pada tanggal
19/06/2019 dilakukan pemeriksaan ECHO dengan kesan small PDA
Hasil laboratorium pada saat pulang tanggal 05/07/2019, Hemoglobin 13g/dL,
Hematokrit 40%, leukosit 14.200 sel/mm3, trombosit 404.000 sel/mm 3, CRP<5 mg/dL,
(I:T) 0,02. Bayi dipulangkan dengan membawa obat pulang cafein sitrat, furosemid,
propanolol dan paracetamol. Dirumah dikatakan demam dan tampak sesak memberat.
Sejak semalam tanggal 16/07/2019 terdapat sesak dan demam. Pagi tadi tanggal
17/07/2019 bayi dibawa ke poliklinik, tampak sesak dan demam dengan suhu 380C, diberi
oksigen dan dibawa ke IGD.
8. Riwayat Psikososial
a. Pengasuh ayah dan ibu..
b. Dukungan sibling tidak
c. Dukungan keluarga lain ada
d. Keterlibatan orang tua :
Berkunjung : Ya
Kontak mata : Ya
Menyentuh : Ya
PMK : Tidak
Berbicara : Ya
Menggendong : Tidak
e. Masalah sosial ekonomi
Ayah dan ibu bayi bekerja sebagai karyawan, untuk biaya rumah sakit
menggunakan jaminan BPJS
f. Status Keluarga
Kelahiran bayi sangat diharapkan oleh keluarga karena merupakan anak pertama.
g. Struktur Keluarga (Genogram)
Keterangan
Ayah :
h. Kepercayaan
Keluarga beragama islam, tidak ada kepercayaan atau budaya yang khusus di anut.
9. Pengkajian Nyeri
SKOR 29/07/2019 30/07/2019 31/09/2019
A.FISIK DESKRIPSI
12.00 12.00 12.00
Postur/Tonus Fleksi dan atau tegang 2
Ekstensi 1 1 1 1
Pola tidur Gelisah atau tidak 2 2
Tenang 0 0 0
Ekspresi Meringis 2
Mengerutkan dahi 1 0 1 0
Tangisan Ya 2 2 0
Tidak 0 0
Warna Pucat/Kebiruan/Kemerahan 2
Merah muda 0 0 0 0
B. FISIOLOGI
Respirasi Apnea 2 0 0 0
Takipnea 1
Denyut jantung Fluktuatif 2
Takikardi 1 1 1 1
Saturasi Desaturasi 2
Normal 0 0 0 0
Tekanan darah Hipo/Hipertensi 2
Normal 0 0 0 0
C. PERSEPSI PERAWAT
Nyeri 2
Tidak nyeri 0 0 0 0
TOTAL 2 7 2
TANDA TANGAN PERAWAT Dewi. R Dewi. R
Keterangan :
Skor 5 : Nursing Comfort Measure ( NCM)
Skor 5 : NCM dan paracetamol
Skor 10 : NCM, paracetamol/Narkotik
Keterangan:
Jika skor ≥ 13, lakukan strategi penatalaksaan resiko skin injuri pada neonatus.
j. Skrining Nyeri
Bayi tenang tidak tampak menangis Skrining nyeri2, Skrining resiko trauma kulit 8
Keterangan :
Skor <4 : gangguan pernafasan ringan
Skor 4-5 : gangguan pernafasan sedang
Skor > 6 : Gangguan pernafasan berat (pemeriksaan AGD harus dilakukan)
Pada By. Ny. M penilaian down score 5
anggal 29-07-2019
Dilakukan pemeriksaan foto thorax, kesan : infiltrat paru ringan, kardiomegali.
Dilakukan pemeriksaan ECHO kesan : small PDA
13. Penatalaksanaan
Pada tanggal 29 Juli 2019 sampai dengan 31 Juli 2019 tindakan yang dilakukan adalah
observasi keadaan bayi dengan menggunakan alat bantu napas dengan mode CPAP.
29 Juli 2019 Terapi parenteral -
Terapi enteral Susu BBLR 8x50ml via OGT
Terapi injeksi Doripenem 3x20mg (IV)
Terapi lainnya Nystatin 3x1 ml (po)
Sukrosa 0,5ml k/p
Paracetamol 25mg/6jam
Cendo LFX tiap 3 jam ODS
Cendo cenfresh tiap 3 jam ODS
Gentamycn salf 3xODS
30 Juli 2019 Terapi parenteral -
Terapi Enteral Susu BBLR 8x50ml via OGT
Terapi Injeksi Doripenem 3x20mg (IV)
Terapi lainnya Nystatin 3x1 ml (po)
Sukrosa 0,5ml k/p
Paracetamol 25mg/6jam
Cendo LFX tiap 3 jam ODS
Cendo cenfresh tiap 3 jam ODS
Gentamycn salf 3xODS
- Terpasang CPAP/IMV
RR40x/mnt, FiO2 35%, PEEP 5, Saluran nafas, peningkatan
PIP 10, inst. time 0,35 produksi sekret
- Hasil torak terdapat infiltrate ↓
kardiomegali ↓
Gangguan Pola Nafas
3. DS:- Bakteri Infeksi
DO: berhubungan
Masuk melalui selang infus, dengan ketidak
- Suhu 38,1C
selang nasogastrik
- BB lahir 1900gr, BB saat ini 2115 adekuatan
gram Infeksi sistemik melalui pertahanan tubuh
- Bayi tampak terpasang vemplon peredaran darah
ditangan kanan
- Bayi tampak memakai alat bantu
nafas ( CPAP/IMV )
- Hasil lab :
Leukosit 17.77
Kultur urine : Enterobacter
cloacae
prokalsitonin 0,31 mg/dl
2. DS: - Ketidakseimbang
DO:- Infeksi sistemik melalui an nutrisi kurang
- BBL : 1900 gram peredaran darah dari kebutuhan
- BBS : 2115gram, suhu 37,2C, tubuh
nadi 168x/mnt, RR 62x/mnt Saluran cerna
- Tugor kulit kering, mukosa
bibir kering
- Aktivitas lemah
- Bayi tampak sakit
- Terpasang OGT no.8
- Bayi diit minum susu BBLR
8 x 40 ml
- Balance cairan /24 jam +48
cc/hari
- Diuresis 2,8 cc/jam
B. Diagnosa keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan adanya dipsneu
2. Infeksi berhubungan dengan ketidak adekuatan pertahanan tubuh
3. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake tidak adekuat.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
12.00 II
Membersihkan tempat tidur bayi dan
lingkungan.
Hasil:
Tempat tidur bayi dan lingkungan
bersih
Kemenkes RI. 2007. Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta: Balitbangkes Kementrian Kesehatan RI
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2012. Jakarta: Balitbangkes Kementrian Kesehatan RI
Putri, R.A., Mexitalia, M., Rini, A.E. &Sulistyowati, E., 2014.Faktor Risiko Hiperbilirubinemia pada
Neonatus. Medica Hospitalia, Volume 2(2), pp.pp 105-109.
Rini, A.E. 2010. Meconium Stained Amniotic Fluid as A Risk Factor of Early Onset Neonatal Sepsis.
[Dissertation]. Semarang: Universitas Diponegoro
UNICEF. 2014. Levels and Trends in Child Mortality 2014: Report 2014. Estimates developed by the
UN inter-agency group for children mortality estimation. h.15
Surasmi, Asrining. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta