Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic fever
(DHF) yang saat ini oleh World Health Organization (WHO) disebut sebagai Dengue
And Severe Dengue merupakan salah satu masalah kesehatan dunia dan merupakan
salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung semakin luas
penyebarannya. DHF adalah penyakit menular yang ditandai dengan panas (demam)
dan disertai dengan perdarahan. Demam berdarah dengue ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti yang hidup di dalam dan disekitar rumah yang disebabkan
oleh virus dengue (Kementerian Kesehatan RI, 2012).

Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), Asia Pasifik menanggung 75 persen
dari beban dengue di dunia antara tahun 2004 dan 2010, sementara Indonesia
dilaporkan sebagai negara ke-2 dengan kasus DHF terbesar diantara 30 negara
wilayah endemis. Kementerian Kesehatan RI 2016 mencatat jumlah penderita DHF
di Indonesia pada bulan Januari-Februari 2016 sebanyak 8.487 orang penderita DHF
dengan jumlah kematian 108 orang. Golongan terbanyak yang mengalami DHF di
Indonesia pada usia 5-14 tahun mencapai 43,44% dan usia 15-44 tahun mencapai
33,25%.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Dr H. Mohamad


subuh, MPPM menjelaskan bahwa gerakan tersebut menurunkan angka penderita dan
angka kematian akibat DHF. Caranya dengan meningkatkan peran serta dan
pemberdayaan masyarakat berbasis keluarga untuk melakukan pencegahan. Saat ini,
pencegahan DHF yang paling efektif dan efisien adalah kegiatan Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus, yaitu: 1) Menguras, adalah
membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak
mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es, dan
lain-lain; 2) Menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air
seperti drum, kendi, toren air, dan sebagainya; dan 3) Memanfaatkan kembali atau
mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat
perkembangbiakan nyamuk penular DHF.
Adapun yang dimaksud dengan 3 M Plus adalah segala bentuk kegiatan pencegahan,
seperti: 1) Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit
dibersihkan; 2) Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk; 3) Menggunakan
kelambu saat tidur; 4) Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk; 5) Menanam
tanaman pengusir nyamuk; 6) Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah; 7)
Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi
tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain. Selain itu penemuan kasus, pengobatan
penderita, dan sistem pelaporan yang cepat dan terdokumentasi baik merupakan salah
satu solusi untuk mengurangi kejadian demam berdarah.

Setelah dilakukan pendataan jumlah pasien DHF masih menjadi penyakit yang cukup
banyak yang terjadi dari bulan Januari sampai dengan Desember 2021. Walaupun
masih era Pandemi Covid 19 tahun 2021, tetapi kasus pasien rawat inap dengan DHF
sebanyak 211 orang yaitu 2% dari seluruh penyakit yang dirawat di RSUD Kabupaten
Buleleng.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini meliputi tujuan umum dan khusus antara lain sebagai
berikut :
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan asuhan keperawatan yang optimal pada klien dengan DHF secara
komprehensif meliputi aspek biopsikososiospritual
2. Tujuan Khusus
2.1 Meningkatkan wawasan bagi perawat dalam menangani perawatan
klien dengan DHF
2.2 Meningkatkan mutu pelayananan keperawatan di RSUD
Kabupaten Buleleng
2.3 Menambah nilai dalam pengajuan angka kredit poin

C. Metode Penulisan
Metode yang digunakan adalah melalui pendekatan studi kasus yaitu metode yang
memberikan gambaran terhadap suatu kejadian atau keadaan yang sedang
berlangsung melalui proses keperawatan. Adapn teknik – teknik yang digunakan
untuk memperoleh data dan informasi dengan cara:
1. Wawancara
Penulis mengadakan wawancara dengan klien, keluarga, dan petugas kesehatan lain
untuk mendapatkan data subjektif dari klien
2. Studi Dokumentasi
Data- data yang didapatkan dari rekam medis klien di ruangan, seperti catatan
keperawatan, catatan dokter, dan tim kesehatan lain.
3. Studi Kepustakaan
Untuk mendapatkan literatur dan tinjauan teoritis baik mengenai konsep dasar
penyakit maupun konsep asuhan keperawatan.
4. Observasi
Melaksanakan Asuhan Keperawatan secara langsung pada klien dan mengamati
langsung perubahan – perubahan yang terjadi untuk memperoleh data serta mencatat
hal – hal penting termasuk pemeriksaan fisik.
D. Sistematika Penulisan
Penulis membagi penulisan makalah ini dalam 4 Bab yang terdiri dari:
Bab I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan teoritis, yang terdiri dari konsep dasar DHF, dan konsep
dasar asuhan keperawatan
Bab III : Tinjauan Kasus, yang terdiri dari lima tahapan proses keperawatan mulai dari
Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
Bab IV : Penutup, berisi kesimpulan dan saran penulis
BAB II
KONSEP DASAR
A. Konsep Dasar Penyakit DHF
1. Pengertian
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan oleh nyamuk. Demam berdarah dengue adalah penyakit akut dengan onset
mendadak yang biasanya dengan gejala seperti sakit kepala, demam, kelelahan, otot
parah dan nyeri sendi, pembengkakan kelenjar (limfadenopati), dan ruam (Cunha,
2012).
Demam berdarah dengue adalah infeksi yang ditularkan nyamuk ditemukan di daerah
tropis dan sub-tropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir, transmisi telah
meningkat terutama di daerah perkotaan dan semi perkotaan dan telah menjadi
masalah kesehatan utama masyarakat internasional (WHO, 2012).
Demam berdarah dengue adalah infeksi berat yang berpotensi mematikan yang
disebarkan oleh spesies nyamuk tertentu (Aedes aegypti) (ADAM, 2010).

Kesimpulan :
Dengue Haemorhagic Fever adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan oleh nyamuk ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis di seluruh dunia
dengan gejala seperti sakit kepala, demam, kelelahan, otot parah dan nyeri sendi,
pembengkakan kelenjar (limfadenopati), dan ruam.
2. Etiologi
Virus dengue tergolong dalam famili/suku/grup flaviviridae dan dikenal ada 4
serotipe. Virus dengue berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap
inaktivasi oleh dietileter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 70 ο C. Dengue
merupakan serotipe yang paling banyak beredar. Penyebab DHF adalah Arbovirus
( Arthropodborn Virus ) melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dn Aedes
Aegepty ).
Gambar 1 Nyamuk aedes agepty sebagai salah satu vektor DHF

Ada empat serotipe virus yang menyebabkan demam berdarah (DEN-1, DEN-2,
DEN-3 dan DEN-4). Pemulihan dari infeksi oleh satu serotype virus memberikan
kekebalan seumur hidup terhadap serotipe yang tertentu. Namun, cross-kekebalan
terhadap serotipe lain setelah pemulihan hanya parsial dan sementara. Infeksi
berikutnya oleh serotipe lain meningkatkan risiko penyakit semakin parah (WHO,
2012).
3. Patofisiologi
Masuknya virus dengue ke dalam tubuh membuat pasien mengalami keluhan dan
gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh
badan, hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul
pada system retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati
dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah
kulit.
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti betina
dimana nyamuk betina sering melakukan gigitan berulang dan kemudian virus
bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus-antibody. Hal ini dalam
sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen (Suriadi & Yuliani, 2001). Akibat
aktivasi C3 dan C5 maka C3a dan C5a akan dilepas, dua peptida yang berguna untuk
melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya
permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya
perembesan plasma ke ruang ekstra seluler. Hal ini berakibat berkurangnya volume
plama, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai dari saat-saat permulaan demam
dan mencapai puncaknyapada saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat,
volume plasma dapat menurun sampai lebih dari 30%. Adanya kebocoran plasma ke
daerah ekstravaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan dalam rongga serosa,
yaitu dalam rongga peritoneum, pleura dan perikard. Setelah pemberian cairan
intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah
teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan
jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika
tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan
yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.
Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera
teratasi akan terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolic dan kematian.
Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya
dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi
trombosit dan kelainan sistem koagulasi. Trombositopenia yang dihubungkan dengan
meningkatnya mega karoisit muda dalam sussum tulang dan pendeknya masa hidup
trombosit menimbulkan dugaan meningkatnya destruksi trombosit. Penyidikan
dengan radioisotop membuktikan bahwa penghancuran trombosit terjadinya dalam
sistem retikuloendotelial. Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya oleh
kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh aktifasi system
koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada pasien
dengan perdarahan hebat.
Terdapat bukti yang kuat bahwa mekanisme imunopatologis berperan dalam
terjadinya demam berdarah dengue dan sindrom renjatan dengue. Respon imun yang
diketahui berperan dalam patogenesis DBD adalah :
a) Respon humoral berupa pembentukan antibody yang berperan dalam
proses netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi komplemen dan
sitotoksitas yang dimediasi antibody. Antibody terhadap virus dengue
berperan dalam mempercepat replikasi virus pada monosit atau makrofag
hipotesis ini disebut antibody dependent enhancement (ADE).
b) Limfosit T baik T-helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8) berperan dalam
respon imon seluler terhadap virus dengue. Diferensiasi T-helper yaitu
TH1 akan memproduksi interferon gamma, IL-2 dan limfokin, TH2
memproduksi IL-4, IL-5, IL-6, dan IL-10.
c) Monosit dan makrofag berperan dalam fagositosis virus dengan opsosinasi
anti bodi. Dalam proses fagositosis ini menyebabkan peningkatan replikasi
virus dan sekresi sitokin oleh makrofag.
d) Selain itu aktivasi komplemen oleh kompleks imun menyebabkan
terbentuknya C3a dan C5a.
Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme supresi sumsum
tulang dan destruksi dan pemandekan masa hidup trombosit. Gambaran sumsum
tulang pada faseawal infeksi (<5 hari) menunjukkan keadaan hiposeluler dan supresi
megakariosit. Koagulopati terjadi sebagai interaksi virus dengan endotel yang
menyebabkan disfungsi endotel. Terjadinya koagulopati konsumtif pada demam
berdarah dengue stadium III dan IV.
(Cunha, 2012)
4. Tanda dan Gejala
Secara umum tanda dan gejala yang ditampilkan oleh demam berdarah dengue
adalah:
Gejala awal meliputi:
 nafsu makan menurun

 demam

 sakit kepala

 rasa tidak enak

 nyeri otot

 muntah

Gejala fase akut meliputi:


 Gelisah

 Ecchymosis
 Ruam generalisata

 Petechiae

 Memburuknya gejala sebelumnya

Gambar 2 Fase demam pada DHF

5. Klasifikasi
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi
menjadi 4 derajat:
 Derajat I

Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, uji
tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
 Derajat II

Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit, seperti petekie, ekimosis,


hematemesis, melena, perdarahan gusi dan perdarahan lain.
 Derajat III
Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (20 mmhg,
kulit dingin, lembab, gelisah, hipotensi)
 Derajat IV

Nadi tak teraba, tekanan darah tidak teratur (denyut jantung 140x/mnt ) anggota gerak
teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru
(Dinda, 2010)

Demam Dengue adalah masalah kesehatan masyarakat yang utama di seluruh dunia.
Infeksi dengue virus (DENV) menyebabkan berbagai hasil, termasuk infeksi
subklinis. Demam Berdarah (DF), yang mengancam jiwa dengan sindrom kehilangan
cairan dan syok hipotensi, atau manifestasi berat lain seperti perdarahan dan
kegagalan organ. Dulu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasi demam
berdarah dengue dan skema manajemen baru-baru ini direvisi, menggantikan DF,
Demam Berdarah Dengue (DBD), dan Dengue Shock Syndrome (DSS) dengan
Demam Berdarah tanpa Tanda Peringatan, Dengue dengan Tanda Peringatan (nyeri
perut, gigih muntah, akumulasi cairan, perdarahan mukosa, lesu, pembesaran hati,
hematokrit meningkat dengan penurunan trombosit) dan dengue berat (SD; berdarah
dengan kebocoran plasma parah, pendarahan berat, atau kegagalan organ).

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Diagnostik
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemithorax kanan tetapi
apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua
hemithorax. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral dekubitus
kanan (pasien tidur pada sisi badan sebelah kanan). Asites dan efusi pleura dapat pula
dideteksi dengan pemeriksaan USG.

Laboratorium
 Leukosit : dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui
limfositosis relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit
plasma biru (LPB) > 15%dari jumlah total leukosit yang pada fase syok
akan meningkat.
 Trombosit ; umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3 – 8.
 Hematokrit : kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya
peningkatan hematokrit >20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai
dari hari ke-3 demam.
 Hemostasis : dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer
atau FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan
pembekuan darah.
 Protein/albumin : dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma.
 SGOT/SGPT : (serum alanin aminotransferase) : dapat meningkat.
 Ureum, kreatinin : bila didapatkan gangguan fungsi ginjal.
 Elektrolit sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.
 Golongan darah dan cross macth (uji cocok serasi) : bila akan diberikan
transfusi darah atau komponen darah.
 Imuno serologi dilakukan pemeriksaan Ig G dan Ig M terhadap dengue.
- Ig M : terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3,
menghilang setelah 60-90 hari.
- Ig G : pada infeksi primer terdeteksi mulai hari ke-14 ; pada infeksi
sekunder terdeteksi mulai hari ke-2.
 Uji HI : dilakukan pengambilanbahan pada hari pertama serta saat pulang
dari perawatan, uji ini digunakan untuk kepentingan surveilans.
Pada renjatan
Pada renjatan yang berat, periksa Hb, PCV berulang kali ( setiap jam atau 4-6 jam
apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan ), Faal Hemostasis, FDP, EKG, Foto
dada, BUN, creatinin serum.

7. Penatalaksanaan
a. Medik

DHF tanpa Renjatan


 Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 Liter / hari )
 Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan
kompres

 Jika kejang maka dapat diberi luminal (antionvulsan) untuk anak <1th
dosis 50 mg Im dan untuk anak >1th 75 mg Im. Jika 15 menit kejang
belum teratasi, beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb BB (anak <1th
dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ kg BB).

 Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat

DHF dengan Renjatan


 Pasang infus RL

 Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 - 30
ml/ kg BB )

 Tranfusi jika Hb dan Ht turun

b. Keperawatan

1. Pengawasan tanda - tanda vital secara kontinue tiap jam

 Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 jam

 Observasi intake output

 Pada pasien DHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda


vital tiap 3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri
minum 1 ½ liter - 2 liter per hari, beri kompres.

 Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan


Hb, Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil
dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri
infus.

 Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri
oksigen pengawasan tanda - tanda vital tiap 15 menit, pasang
cateter, obsrvasi productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan
thrombocyt.

2. Resiko Perdarahan

 Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan


melena

 Catat banyak, warna dari perdarahan

 Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro


Intestinal

3. Peningkatan suhu tubuh

 Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodic

 Beri minum banyak

 Berikan kompres

Penatalaksanaan penderita dengan DHF secara umum adalah sebagai berikut :


a. Tirah baring atau istirahat baring.

b. Diet makan lunak.

c. Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh


manis, sirup dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan
merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF.

d. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali)


merupakan cairan yang paling sering digunakan.

e. Pantau tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi,


pernafasan) jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap
jam.

f. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.


g. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan
asetaminopen.

h. Pantau tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.

i. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.

j. Pantau tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum,


perubahan tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium
yang memburuk.

k. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.

l. Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di perawatan


intensif dan segera dipasang infus sebagai pengganti cairan
yang hilang dan bila tidak tampak perbaikan diberikan plasma
atau plasma ekspander atau dekstran sebanyak 20 – 30 ml/kg
BB.

m. Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit


dipertahankan 12 – 48 jam setelah renjatan teratasi. Apabila
renjatan telah teratasi nadi sudah teraba jelas, amplitudo nadi
cukup besar, tekanan sistolik 20 mmHg, kecepatan plasma
biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam.

n. Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan


gastrointestinal yang hebat. Indikasi pemberian transfusi pada
penderita DHF yaitu jika ada perdarahan yang jelas secara
klinis dan abdomen yang makin tegang dengan penurunan Hb
yang mencolok.

Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1½-2 liter dalam 24 jam.
Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan melibatkan orang tua

8. Komplikasi
a) Ensepalopati.
b) Gangguan kesadaran yang disertai kejang.
c) Gagal napas.
d) Anemia
e) Gagal ginjal
f) Perdarahan
g) Disorientasi

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Data Subjektif:
 klien mengeluh penurunan nafsu makan,
 klien mengatakan adanya rasa haus,
 klien mengeluh nyeri pada sendi dan nyeri kepala,
 klien mengeluh mual dan muntah,
 klien mengeluh kemerahan di kulit,
 klien mengatakan badannya terasa panas atau demam,
 klien dan keluarga bertanya-tanya tentang penyakit,
 keluarga mengatakan tidak tahu penanganan dan pencegahan DHF.
Data Objektif:
 membran mukosa kering,
 HCT meningkat (> 45%),

 penurunan turgor kulit,

 produksi urine menurun,

 HR > 100 x/menit,

 TD < 120/80 mmHg,

 suhu > 37,50 C, ,

 tubuh klien teraba hangat,

 penurunan kadar albumin serum (< 3,5 gr/dl),

 klien tampak kurus,


 klien tampak lemah,

 klien tidak menghabiskan 1 porsi makanannya,

 kekuatan otot klien menurun.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hipermetabolisme dan
peningkatan permeabilitas kapiler ditandai dengan membran mukosa
kering, HCT meningkat (> 45%), penurunan turgor kulit, produksi
urine menurun, HR > 100 x/menit, TD < 120/80 mmHg, suhu > 37,5 0
C, adanya rasa haus

b. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh


ditandai dengan suhu tubuh meningkat > 37,5 oC, nadi di atas batas
normal (Normal: 60-100 x/mnt), RR di atas batas normal (Normal 16-
20 x/mnt), tubuh klien teraba hangat.

c. Risiko Perdarahan berhubungan dengan trombositopenia

d. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan


klien tampak meringis dan memegangi bagian tubuh yang sakit,
agitasi, gangguan pola tidur, skala nyeri 1 – 10, peningkatan nadi dan
RR (Nadi > 100 x/mnt dan RR > 20 x/mnt).

e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan factor biologis gangguan system gastrointestinal akibat viremia
ditandai dengan penurunan , penurunan kadar albumin serum (< 3,5
gr/dl), klien tampak kurus, klien mengeluh mual, klien tampak lemah,
klien tidak menghabiskan 1 porsi makanannya, kekuatan otot klien
menurun.

f. PK. Syok hipovolemik

g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan


informasi mengenai DHF ditandai dengan klien dan keluarga bertanya-
tanya tentang penyakit, keluarga mengatakan tidak tahu penanganan
dan pencegahan DHF.

4. Rencana Keperawatan

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hipermetabolisme dan


peningkatan permeabilitas kapiler ditandai dengan membran mukosa kering,
HCT meningkat (> 45%), penurunan turgor kulit, produksi urine menurun, HR
> 100 x/menit, TD < 120/80 mmHg, suhu > 37,50 C, adanya rasa haus

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan intake cairan


klien terpenuhi dengan criteria hasil:
Fluid Balance
- Intake dan output 24 jam seimbang

- Turgor kulit elastis

- Membran mukosa lembab

- RR 16-20 x/menit

- TD 110-130/80-90 mm Hg

- HCT 40-45%

Intervensi
Fluid Management
1) Lakukan pemantauan intake dan output 24 jam

Rasional: pemantauan intake dan output diperlukan untuk menilai keseimbangan


cairan klien
2) Pantau status hidrasi, meliputi membrane mukosa, turgor kulit, kelemahan

Rasional: pemantauan turgor kulit dan membrane mukosa diperlukan untuk menilai
keseimbangan cairan klien. Turgor kulit menurun, kelemahan, membrane mukosa
kering merupakan tanda-tanda dehidrasi.
3) Pantau tanda-tanda vital klien
Rasional: pemantauan nadi, suhu, dan tekanan darah dapat menunjukkan status
hidrasi klien
4) Anjurkan klien untuk meningkatkan intake cairan per oral

Rasional: meningkatkan intake cairan per oral diperlukan dalam memenuhi asupan
cairan klien
5) Berikan cairan intra vena sesuai indikasi

Rasional: pemberian terapi cairan intravena diperlukan untuk mengganti kehilangan


cairan dan mempertahankan intake cairan yang adekuat
6) Pantau hasil pemeriksaan laboratorium untuk melihat nilai hematokrit darah

Rasional: peningkatan nilai hematokrit menunjukkan adanya hemokonsentrasi akibat


kekurangan volume cairan.

b. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh ditandai


dengan suhu tubuh meningkat > 37,5oC, nadi di atas batas normal (Normal:
60-100 x/mnt), RR di atas batas normal (Normal 16-20 x/mnt), tubuh klien
teraba hangat
Thermoregulation
 Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh > 37,5 0 C
 Tidak terjadi perubahan warna kulit ( memerah ),
 Nadi tidak teraba lemah
Intervensi :
Fever Treatment
1. Pantau temperatur, perubahan warna kulit secara teratur.
Rasional : mengetahui tingkat perubahan suhu tubuh klien secara teratur.
2. Pantau hasil laboratorium seperti WBC, hemoglobin, hematokrit.
Rasional : memantau penyebab hipertermi karena infeksi dan beratnya infeksi.
3. Pantau intake output cairan yang masuk ke tubuh.
Rasional : memantau seberapa banyak cairan yang hilang akibat peningkatan suhu.
4. Menganjurkan klien untuk meningkatkan hidrasi cairan peroral.
Rasional : peningkatan hidrasi cairan peroral dapat membantu untuk menurunkan
suhu tubuh/hipertermi.
5. Lakukan pemberian kompres hangat pada klien, yang difokuskan pada
kompres dahi, lipatan paha, lipatan ketiak serta pada tempat – tempat yang
terdapat pembuluh darah yang besar.
Rasional : kompres hangat dapat meningkatkan vasodilatasi pembuluh darah , yang
mana mampu memperlancar aliran darah sehingga mampu menurukan suhu tubuh..
6. Kolaborasi pemberian obat – obatan antipiretik, seperti paracetamol.
Rasional : obat – obatan antipiretik mampu membantu menurunkan suhu tubuh
dengan mempengaruhi hipotalamus dengan berbagai mekanisme kerjanya.

c. Risiko Perdarahan berhubungan dengan trombositopenia

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, perawat mampu mencegah


perdarahan dengan kriteria hasil:
Blood Loss Severity
- TTV dalam batas normal (Suhu : 36,5 – 37,5 o C, Nadi: 60-100 x/mnt; RR:
16-20 x/mnt; TD: 120/80 mmHg).

- Nilai Hct dan Hb dalam batas normal (HCT = 40 – 45%; Hb =13-14 gr %)

- Klien tidak mengalami episode perdarahan berulang

- Konjungtiva tidak pucat

Intervensi
Bleeding reduction
1) Awasi adanya tanda – tanda perdarahan seperti ptekie, epistaksis,
hematuria, atau melena.

Rasional : Agar dapat memberikan intervensi yang tepat dan mencegah komplikasi
perdarahan.
2) Lakukan pemantauan terhadap tekanan darah, nadi, dan kesadaran
penderita.

Rasional : Tekanan darah, nadi, dan kesadaran bisa menurun akibat terjadi
perdarahan.
3) Pantau hasil lab berhubungan dengan perdarahan seperti HB, HCT, RBC.
Rasional : Mengetahui komponen-komponen darah yang mengalami kelainan,
sehingga dapat diketahui penyebab terjadinya perdarahan.
4) Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4
x 10 mg/hari.

Rasional : Berguna untuk menanggulangi perdarahan.


5) Kolaborasi dalam pemberian transfusi darah diperlukan.

Rasional : Tranfusi darah diindikasikan bila perdarahan yang terjadi perdarahan hebat
dan menurunkan Hb hingga 8 gr/ dl atau kurang dari itu, untuk mengganti darah yang
hilang dan mempertahankan kadar hemoglobin dalam harga normal.
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan klien
tampak meringis dan memegangi bagian tubuh yang sakit, agitasi, gangguan
pola tidur, skala nyeri 1 – 10, peningkatan nadi dan RR (Nadi > 100 x/mnt dan
RR > 20 x/mnt).
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri berkurang
atau terkontrol, dengan kriteria hasil:
a. Discomfort level (level ketidaknyamanan):

 Klien tidak mengeluh nyeri

 Klien tidak merintih kesakitan

 Klien tidak gelisah

 Wajah klien tampak relaks

b. Pain level (level nyeri):

 Klien tidak melaporkan adanya nyeri

 Klien tidak merintih ataupun menangis

 Klien tidak menunjukkan ekspresi wajah terhadap nyeri

 Klien tidak tampak berkeringat dingin

 Klien tidak mengalami ketegangan otot


 RR dalam batas normal (16-20 kali/menit)
 Nadi dalam batas normal (60-100 kali/menit)
 Tekanan darah dalam batas normal (110-120/80-90 mmHg)
c. Pain control (kontrol nyeri):

 Klien dapat mengenali onset nyeri

 Klien dapat mendeskripsikan faktor-faktor penyebab nyeri

 Klien dapat mengontrol nyerinya dengan menggunakan teknik


manajemen nyeri non farmakologis

 Klien menggunakan analgesik sesuai rekomendasi

 Klien melaporkan nyeri terkontrol

Intervensi :
Manajemen nyeri
1) Kaji tanda – tanda nyeri/ lakukan pemeriksaan komprehensip terhadap
nyeri yang pasien rasakan, meliputi : lokasi, karakteristik,
onset/lamanya, frequensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan
faktor penyebabnya
Rasional: menentukan intervensi selanjutnya
2) Observasi rasa tidak nyaman pasien secara non verbal
Rasional: dengan mengetahui rasa tidak nyaman klien secara non verbal maka dapat
mengetahui perkembangan nyeri yang dirasakan klien
3) Kaji tanda – tanda vital pasien
Rasional: peningakatan tekanan darah dan denyut nadu menandakan peningkatan rasa
nyeri yang dirasakan
4) Kaji pengalaman masa lalu pasien terhadap nyeri
Rasional : dengan mengetahui pengalaman masa lalu klien terhadap nyeri, perawat
dapat mengetahui mekanisme klien dalam mengurangi nyeri sehingga dapat
digunakan lagi oleh klien dan dapat membantu mengurangi nyeri yang dialami oleh
klien.
5) Kaji pengetahuan pasien tentang nyeri yang dirasakannya
Rasional: memestikan bahwa nyri yang dirasakan klien memeng betul berasal dari
fraktur yang dialamu klien
6) Lakukan pengkajian dengan pasien hal – hal yang memperberat
timbulnya nyeri
Rasional: mengimbau klien agar menghindari factor pemberat nyeri
7) Lakukan pengendalian lingkungan, agar tetap tenang ( mis: pengaturan
pencahayaan, ruangan, suhu dan kebisingan)
Rasional: lingkungan yang nyaman dan tenang membantu mengurangi nyeri yang
dirasakan klien
8) Bersama pasien kurangi faktor – faktor penyebab nyeri atau yang
meningkatkan rasa nyeri (mis : mobilisasi)
Rasional: memberikan penjelasan pada klien bahwa mobilisasi sekecil apapun akan
menghambat proses penyembuhannya
9) Ajarkan prinsip – prinsip penanganan nyeri secara non famakologis,
(misalnya : teknik terapi musik, distraksi, guided imagery, masase dll)
yang dilakukan sebelum, sesudah, selama timbulnya nyeri, sebelum
kualitas nyeri semakin meningkat dan jika mungkin dilakukan
Rasional: memberikan pengalihan saat klien merasakan nyeri sehingga klien mampu
beradapatasi dengan nyerinya

e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


factor biologis gangguan system gastrointestinal akibat viremia ditandai
dengan penurunan BB ≥ 20 % , penurunan kadar albumin serum (< 3,5 gr/dl),
klien tampak kurus, klien mengeluh mual, klien tampak lemah, klien tidak
menghabiskan 1 porsi makanannya, kekuatan otot klien menurun.

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nutrisi klien


adekuat dengan kriteria hasil:
Nutritional status
- Intake makanan adekuat
- HCT normal 40-45%
- Tonus otot normal
Nausea & Vomiting Severity
- Klien tidak mengalami mual
- Klien mengatakan tidak muntah
- Tidak terdapat eskresi saliva yang berlebih

Intervensi Keperawatan
Nutrition monitoring
1) Pantau adanya mual, muntah dan kelemahan pada klien
Rasional: adanya mual, muntah dapat menyebabkan klien anoreksia dan kelemahan
merupakan akibat yang terjadi akibat nutrisi tidak adekuat
2) Pantau turgor kulit klien
Rasional: perubahan turgor kulit merupakan tanda bahwa terjadi kekurangan nutrisi
3) Pantau hasil pemeriksaan kadar albumin, HCT
Rasional: merupakan tanda biochemical kekurangan nutrisi, normalnya albumin 3,5-5
gr/dL
Nutrition Therapy
4) Pantau status nutrisi klien
Rasional: pengkajian status nutrisi meliputi Indeks massa tubuh dan BB
5) Pantau intake makanan dan minum klien
Rasional: intake makan dan minum perlu dipantau tiap hari untuk memastikan asupan
nutrisi adekuat
6) Kaji makanan yang disukai klien, kaji adanya alergi terhadap makanan
Rasional: mengkaji makanan yang disukai perlu dalam upaya membantu klien
meningkatkan nafsu makan, asalkan tidak bertentangan dengan diet klien.
7) Anjurkan klien untuk tidur dan istirahat yang adekuat
Rasional : Mengurangi respon mual/nausea pada klien.

f. PK Syok Hipovolemik

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan perawat dapat


meminimalkan komplikasi syok hipovolemik dengan criteria hasil:
- membran mukosa yang lembab

- turgor kulit yang elastis

- tekanan darah yang normal(110-130/80-90 mmHg)

- output urine dengan volume yang adekuat 0,5 – 1 cc/kg BB/jam

- rasa haus yang normal dan tidak berlebihan

- denyut nadi dan RR yang normal (Nadi: 60-100 x/mnt, RR 16-20 x/mnt)

Mandiri:

1) Kaji status, cairan dan elektrolit (turgor kulit, membran mukosa, haluaran
urine, tanda-tanda vital, parameter dinamika).
Rasional : Mengkaji kondisi klien, status dehidrasi, jumlah dan tipe cairan serta
elektrolit klien.
2) Kaji sumber-sumber kehilangan cairan dan elektrolit (muntah, diare,
diaforesis yang berlebihan).
Rasional : Kehilangan elektrolit bisa akibat diaforesis yang hebat, diare, dan muntah.
3) Evaluasi jumlah haluaran urine. Lakukan pemantauan ketat dengan
pemasangan kateter
Rasional : Menurunnya haluaran urine menandakan dehidrasi, output urin normal
adalah 0,5 – 1 cc/kg BB/jam
4) Berikan cairan IV sesuai indikasi. Lakukan penggantian 20 cc/kg BB/jam
pada jam pertama dan kedua, lanjutkan 10 cc/kgBB/jam pada jam ketiga

Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan cairan klien.


5) Kolaborasi pemeriksaan lab HB/HCT, elektrolit.

Rasional : Mengetahui kadar Hb,HCT, elektrolit klien untuk menilai status


dehidrasi klien.
4. Pelaksanaan

Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang sudah ditetapkan

5. Evaluasi

1) Intake dan output 24 jam seimbang, turgor kulit elastic, membran mukosa
lembab, RR 16-20 x/menit, TD 110-130/80-90 mm Hg, HCT 40-45%

2) Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh > 37,5 0 C, tidak terjadi perubahan warna
kulit ( memerah ), nadi tidak teraba lemah

3) TTV dalam batas normal (Suhu : 36,5 – 37,5 o C, nadi: 60-100 x/mnt; RR: 16-
20 x/mnt; TD: 120/80 mmHg), nilai Hct dan Hb dalam batas normal (HCT =
40 – 45%; Hb =13-14 gr %), klien tidak mengalami episode perdarahan
berulang

4) Klien tidak mengeluh nyeri, klien tidak merintih kesakitan, klien tidak gelisah,
wajah klien tampak relaks, klien\ tidak tampak berkeringat dingin, RR dalam
batas normal (16-20 kali/menit), nadi dalam batas normal (60-100 kali/menit),
Tekanan darah dalam batas normal (110-120/80-90 mmHg), klien dapat
mengenali onset nyeri, Klien dapat mendeskripsikan faktor-faktor penyebab
nyeri, klien dapat mengontrol nyerinya dengan menggunakan teknik
manajemen nyeri non farmakologis, Klien menggunakan analgesik sesuai
rekomendasi, klien melaporkan nyeri terkontrol

5) Intake makanan adekuat, HCT normal 40-45% tonus otot normal, klien tidak
mengalami mual, klien mengatakan tidak muntah, tidak terdapat eskresi saliva
yang berlebih

6) Membran mukosa yang lembab, turgor kulit yang elastic, tekanan darah yang
normal(110-130/80-90 mmHg), output urine dengan volume yang adekuat 0,5
– 1 cc/kg BB/jam, rasa haus yang normal dan tidak berlebihan, denyut nadi
dan RR yang normal (Nadi: 60-100 x/mnt, RR 16-20 x/mnt)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN “KAP” DENGAN
DHF (DENGUE HEMORRAGIC FEVER) DI RUANG FLAMBOYAN
RSUD KABUPATEN BULELENG

A. PENGKAJIAN
No. RM : 483964
Tgl Masuk : 9 April 2022
Tgl Pengkajian : 9 April 2022
Dx.Medis : DHF
IDENTITAS
Nama : KAP Penanggung : Gde S

Umur : 8 tahun Umur : 40 tahun

Jenis kelamin : Laki laki Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Hindu Agama : Hindu

Pendidikan : SD Pendidikan : Sarjana

Status perkawinan : Belum Kawin Status perkawinan : Kawin

Pekerjaan : PNS Pekerjaan : PNS

Hub Dengan Pasien : Ayah

1. Riwayat Kesehatan
1) Alasan utama datang ke Rumah Sakit
Pasien datang mengeluh badannya panas sejak 5 hari yang lalu
2) Keluhan utama saat pengkajian
Pasien mengeluh badannya panas dan lemas
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Penderita datang ke RSUD pada tanggal 9 April 2022 Pk. 11.35 wita dengan
keluhan demam sejak 5 hari yang lalu, mual (+), muntah (-), nyeri kepala (+). Saat
keluhan tersebut dirasakan, pasien langsung dibawa ke UGD RSUD Kab. Buleleng
oleh orang tuanya . Selama di rumah, 5 hari terakhir pasien hanya mau makan sedikit
karena merasa mual, muntah (-). Pasien tampak lemas, menggigil, akral hangat dan
berkeringat. Turgor dan membran mukosa kering Setelah diperiksa oleh dokter jaga,
pasien disarankan untuk opname dengan terapi:
- D51/2 NS 23 tpm
- Paracetamol tab 3 x ¾ tablet
- Ondansentron 3 x ½ Amp
Diagnosa medis yang ditegakkan saat itu adalah DHF
4) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien hanya pernah sakit batuk pilek dan cukup berobat ke dokter praktek.Pasien
tidak memiliki alergi makanan ataupun obat.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga pasien tidak ditemukan ada yang mengalami penyakit kencing manis,
darah tinggi ataupun penyakit menurun lainnya.

2. POLA FUNGSI KESEHATAN


1) Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Sebelum sakit : Klien mengatakan kadang berolahraga dan bermain
dengan teman sebaya untuk menjaga kesehatannya. Kalau sakit demam, pilek, dan
batuk selalu berobat ke dokter praktek
Keadaan saat ini : Klien sangat mendukung tindakan yang dilakukan di rumah
sakit
2) Pola Metabolik dan Nutrisi
Sebelum sakit : Klien dirumah biasa makan 3x sehari, nafsu makan baik,
dan minum susu 1 kali sehari
Keadaan saat ini : Pasien merasa mual dan muntah setiap kali habis makan, porsi
makan yang dihabiskan hanya 1/2 porsi setiap kali makan, Dalam sehari pasien hanya
minum ± 600 cc, mual dan muntah setiap kali habis minum. Minum hanya berupa air
putih saja. Turgor dan membrane mukosa kering pasien tidak memiliki alergi
makanan.
3) Pola Eliminasi
Sebelum sakit : Sebelum sakit klien biasa BAK 5-6 x warna kuning
jernih, BAB 1x/hari
Keadaan saat ini : Saat pengkajian klien belum bisa BAB sejak 2 hari yang
lalu. BAK pasien 1000 cc/24 jam dengan warna kuning, bau khas urine, tidak ada
tanda- tanda hematuria.
4) Pola Aktivitas-latihan
Sebelum sakit : Sebelum sakit klien biasa melakukan aktifias sehari-
hari, bekerja seperti biasa. Pasien juga mengatakan sering berolahraga
Keadaan saat ini : Saat pengkajian klien terbaring di tempat tidur dengan
keadaan lemah, dan aktivitas dibantu sebagaian oleh keluarga

No ADL 0 1 2 3 4 Keterangan
1 Makan/Minum √ 0 : Mandiri
2 Toileting √ 1 : Dengan Alat Bantu
3 Berpakaian √ 2 : Dibantu Orang Lain
4 Mobilisasi dari tempat √ 3 : Dibantu Orang lain
tidur dengan alat
5 Berpindah √ 4 : Tergantung Total
6 Ambulansi √

5) Pola Tidur dan Istirahat


Sebelum sakit : Sebelum sakit klien biasa tidur siang 1-2 jam dan tidur
malam 8 jam dari pukul 22.00-06.00. Klien mengatakan tidak mengalami gangguan
dalam tidur.
Keadaan saat ini : Selama di rumah sakit klien tidur cukup, konjungtiva tidak
pucat.
6) Pola Persepsi dan Kognitif
Sebelum sakit : Klien tidak memiliki gangguan pada pendengaran,
penciuman dan perabaan. Klien tidak menggunakan kacamata. Klien biasanya
menggunakan bahasa daerah dan bahasa Indonesia di rumah.
Keadaan saat ini : Selama di rumah sakit klien tidak mengalami gangguan
pada indera baik penciuman, perabaan, pendengaran dan penglihatan. Klien
mengatakan sudah mengerti tentang penyakitnya.
7) Pola Konsep Diri- Persepsi Diri
Sebelum sakit : Klien sehari-hari aktif bekerja sebagai karyawan swasta.
Klien mengatakan bangga bisa bekerja dan aktifitas untuk membahagiakan anak-
anaknya.
Keadaan saat ini : Klien tidak ada masalah dengan konsep dan persepsi diri.
Klien berharap agar cepet sembuh dari penyakitnya sehingga bisa beraktifitas seperti
biasa.

8) Pola Hubungan - Peran


Sebelum sakit : Klien mengatakan aktif bermain dengan teman sebaya di
lingkungan rumah tinggalnya. Klien mengatakan selalu dekat dan saling mendukung
antar sesama keluarga.
Keadaan saat ini : Klien saat ini berkomunikasi dengan baik dengan petugas
dan keluarganya.
9) Pola Reproduktif dan Seksualitas
Sebelum sakit : bentuk kelamin normal.
Keadaan saat ini : tidak ada permasalahan .
10) Pola Toleransi Terhadap Stress – Koping
Sebelum sakit : Menurut orangtuanya klien biasa menangis bila ada
masalah di sekolahnya, tapi sangat jarang.
Keadaan saat ini : Pasien baik baik saja dijaga kedua orang tuanya.
11) Nilai dan Kepercayaan

Sebelum sakit : Klien mengatakan kalau sakit dibawa ke dokter atau ke


Rumah Sakit oleh orang tuanya.
Keadaan saat ini : Orang tua klien meyakini sakitnya sekarang murni karena
gangguan medis.
3. PEMERIKSAAN FISIK
1) Umum
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : 15 (E4V5M6)
BB : 38 Kg
TD : 100/80 mmHg
RR : 20 x/menit
Nadi : 92 x/menit
Suhu : 38,20C
2) Kepala
Inspeksi : Kulit Kepala dan rambut bersih
Palpasi : Benjolan dan nyeri tekan tidak ada
3) Mata
Inspeksi : Konjungtiva tidak pucat, tidak ada edema pada palpebra,
pupil 3/3, reflet +/+ isokor.
Palpasi : nyeri tekan tidak ada
4) Hidung
Inspeksi : Bentuk simetris, secret tidak ada, tidak ada pernapasan
cuping hidung
Palpasi : nyeri tekan tidak ada

5) Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada serumen
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar mastoid
6) Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir kering , gigi bersih dan tidak ada sariawan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
7) Leher
Inspeksi : Tidak ada distensi vena jungularis
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada distensi vena jungularis,
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
8) Thorax
Inspeksi : Gerakan dada simetris, jejas (-), tidak ada retraksi dinding
dada
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, ictus cordis teraba
Perkusi : Suara paru sonor
Auskultasi : Suara napas vesikuler di kedua lapang paru, tidak ada suara
napas tambahan (ronchi maupn wheezing). Suara jantung S1,S2 tunggal regular, tidak
ada murmur.
9) Abdomen
Inspeksi : jejas (-), tidak ada lesi
Auskultasi : Peristaltik usus baik.
Perkusi : Suara tympani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada abdomen.
10) Genitourinaria
Tidak ada masalah
11) Integumen
Inspeksi : Tidak ada lesi, ada bintik merah di kulit tangan
Palpasi : akral hangat, turgor kulit kering

12) Muskuloskeletal
Tidak ada kelainan bentuk, pergerakan baik. Tidak ada hambatan mobilitas
fisik.

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan Laboratorium
Hasil DL tanggal 9 April 2022

Pemeriksaan lab Hasil Standard normal

WBC 2,65 x 105 / mm3 3,5 – 10, 0 / mm3

RBC 5,21 x 106 / mm3 3,80 – 5, 80 / mm3

HGB 13,4 gr/dL 11,0 – 16,0 gr/dL

HCT 44,6 % 35,0 – 50,0%

PLT 120 x 103 / mm3 150-390 x 103 / mm3

MCV 85,5 mm3 80 – 97 mm3

MCH 27,0pq 26,5 – 33,5 pq

MCHC 31,6 gr/dL 31,5 – 35 gr/dL

RDW 11,2 % 10,0 – 15,0 %

MPV 7,29 mm3 6,5 – 11,5 mm3

Hasil DL tanggal 10 April 2022

Pemeriksaan lab Hasil Standard normal

WBC 2,91 x 105 / mm3 3,5 – 10, 0 / mm3

RBC 4,86 x 106 / mm3 3,80 – 5, 80 / mm3

HGB 13,4 gr/dL 11,0 – 16,0 gr/dL

HCT 41,3 % 35,0 – 50,0%

PLT 93 x 103 / mm3 150-390 x 103 / mm3

MCV 84,9 mm3 80 – 97 mm3

MCH 28,2 pq 26,5 – 33,5 pq


MCHC 33,3 gr/dL 31,5 – 35 gr/dL

RDW 10,9 % 10,0 – 15,0 %

MPV 8,40 mm3 6,5 – 11,5 mm3

Hasil DL tanggal 11 April 2022

Pemeriksaan lab Hasil Standard normal

WBC 2,91 x 105 / mm3 3,5 – 10, 0 / mm3

RBC 4,86 x 106 / mm3 3,80 – 5, 80 / mm3

HGB 14,4 gr/dL 11,0 – 16,0 gr/dL

HCT 45,1 % 35,0 – 50,0%

PLT 79 x 103 / mm3 150-390 x 103 / mm3

MCV 84,9 mm3 80 – 97 mm3

MCH 28,2 pq 26,5 – 33,5 pq

MCHC 33,3 gr/dL 31,5 – 35 gr/dL

RDW 10,9 % 10,0 – 15,0 %

MPV 8,40 mm3 6,5 – 11,5 mm3

Hasil DL tanggal 12 April 2022

Pemeriksaan lab Hasil Standard normal

WBC 2,91 x 105 / mm3 3,5 – 10, 0 / mm3


RBC 4,86 x 106 / mm3 3,80 – 5, 80 / mm3

HGB 12,8 gr/dL 11,0 – 16,0 gr/dL

HCT 40,1 % 35,0 – 50,0%

PLT 103 x 103 / mm3 150-390 x 103 / mm3

MCV 84,9 mm3 80 – 97 mm3

MCH 28,2 pq 26,5 – 33,5 pq

MCHC 33,3 gr/dL 31,5 – 35 gr/dL

RDW 10,9 % 10,0 – 15,0 %

MPV 8,40 mm3 6,5 – 11,5 mm3

2) Thorax Foto : Cor dan Pulmo Tidak tampak Kelaian


3) Rapid Antigen SARS CoV-2 : Negatif
4) Terapi Medik
- IVFD D5 ½ NS 23 tpm
- Paracetamol : 3x ¾ tab
- Ondansentron (IV) : 2x1/2 Amp

5. ANALISA DATA

No Tanggal/Jam Data (DS,DO) Etiologi Masalah


1 9-4-2022 DS : Virus masuk melalui Hipertermia
gigitan nyamuk
11.00 - Klien mengeluh
badannya panas sejak 5
Viremia
hari yang lalu
DO : Mengaktifkan
monosit & makrofag
- Suhu : 38,2 0C
- Akral dingin
Pelepasan zat pirogen
- Kulit kemerahan endogen
- Nadi: 92x/menit)
Merangsang sel-sel
endotel di
hipotalamus

Mengeluarkan asam
arakhidonat

Merangsang
thermostat di
hipotalamus

Peningkatan Suhu
tubuh

Hipertermia

3 09-4-2022 DS :- Virus masuk melalui Risiko


gigitan nyamuk
11.00 DO : perdarahan
- Ada bintik merah pada Viremia
tangan
- Nilai trombosit turun Komplek virus-
antibodi
120x10 /mmꝪ

Aktivitas system
komplemen

Gangguan dinding
endotel kapiler

Penurunan Factor
koagulasi
(trombositopenia)

Risiko Perdarahan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS


1. Hipertermia berhubungan dengan status penyakit ditandai dengan Klien
mengeluh badannya panas sejak 5 hari yang lalu, Suhu : 38 0C, akral hangat
kulit kemerahan, takikardia (nadi: 108x/menit).
2. Risiko perdarahan

C. PERENCANAAN/INTERVENSI

Tanggal Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional TTD


/Jam Keperawatan Kriteria Hasil (NIC) Nama
(NOC)
9/4/2022 Hipertermia Setelah diberikan Fever Treatment
11.00 berhubungan askep selama 1. Pantau temperatur, 1. Mengetahui
dengan status 3x24 jam perubahan warna tingkat
penyakit diharapkan tidak kulit secara perubahan
(Dx I)) terjadi hipertermia teratur. suhu tubuh
dengan kriteria 2. Pantau hasil klien secara
hasil laboratorium teratur.
Thermoregulation seperti WBC, 2. Memantau
- Tidak terjadi hemoglobin, penyebab
peningkatan hematokrit. hipertermi
suhu tubuh 3. Menganjurkan karena infeksi
Suhu =37 ⁰C klien untuk dan beratnya
- Tidak terjadi meningkatkan infeksi
perubahan hidrasi cairan 3. Peningkatan
warna kulit peroral. hidrasi cairan
( memerah ), 4. Lakukan peroral dapat
- Nadi normal pemberian membantu
60-100x/meni kompres hangat untuk
t pada klien, yang menurunkan
difokuskan pada suhu
kompres dahi, tubuh/hiperter
lipatan paha, mi
lipatan ketiak serta 4. Kompres
pada tempat – hangat dapat
tempat yang meningkatkan
terdapat pembuluh vasodilatasi
darah yang besar. pembuluh
5. Kolaborasi darah , yang
pemberian obat – mana mampu
obatan antipiretik, memperlanca
seperti r aliran darah
paracetamol. sehingga
mampu
menurukan
suhu tubuh.
5. Obat – obatan
antipiretik
mampu
membantu
menurunkan
suhu tubuh
dengan
mempengaru
hi
hipotalamus
dengan
berbagai
mekanisme
kerjanya.

9/4/2022 Risiko Setelah diberikan Bleeding reduction


11.00 perdarahan askep seama 3x 1. Awasi adanya tanda – 1. Agar dapat
(DX II). 24 jam diharapkan tanda perdarahan memberikan
tidak terjadi seperti ptekie, intervensi
perdarahan epistaksis, hematuria, yang tepat
dengan kriteria atau melena. dan
hasil 2. Lakukan pemantauan mencegah
Blood Loss terhadap tekanan komplikasi
Severity darah, nadi, dan perdarahan.
- TTV dalam kesadaran penderita. 2. Tekanan
batas normal 3. Pantau hasil lab darah, nadi,
(Suhu : 36,5 – berhubungan dengan dan
37,5o C, perdarahan seperti Hb, kesadaran
Nadi: 60-100 HCT, RBC. bisa menurun
x/mnt; RR: 4. Kolaborasi dalam akibat terjadi
16-20 x/mnt; pemberian obat-obatan perdarahan
TD: 120/80 hemostatik seperti 3. Mengetahui
mmHg). vitamin K, 4 x 10 komponen-
- Nilai Hct dan mg/hari. komponen
Hb dalam darah yang
batas normal . mengalami
(HCT = 40 – kelainan,
45%; Hb sehingga
=13-14 gr %) dapat
- Klien tidak diketahui
mengalami penyebab
episode terjadinya
perdarahan perdarahan
berulang 4. Berguna
- Konjungtiva untuk
tidak pucat mengatasi
perdarahan

D. PELAKSANAAN/IMPLEMENTASI

Tanggal Jam Diagnosa Implementasi Respon TTD


Keperawatan Nama
9/4/2022 11.00 I,II - Mengobservasi S:
tanda-tanda vital - Klien mengatakan
- Mengobservasi badannya merasa
tanda-tanda lemas
perdarahan - Klien masih mengeluh
- Mengobservasi badannya panas
status hidrasi pasien O:
- Tidak ada tanda
perdarahan (ptekie,
melena dan
hematemesis)
- TD :100/60mmHg
- Nadi : 100x/menit
- Akral hangat
- Suhu : 380C

16.00 I,II - Memberikan obat S:-


paracetamol ½ tab O:
per oral oral - klien kooperatif saat
- Menganjurkan disarankan untuk
untuk minum air minum air putih dan
putih minum air sebanyak
150 cc.

10 April 08.00 I.II - Mengobservasi S;


2022 wita tanda-tanda vital - Pasien mengatakan
- Mengobservasi badannya masih
tanda-tanda merasa lemas
perdarahan -
- Mengatur tetesan O:
infuse 23 tpm - TD :110/70 mmHg
- Memeriksa hasil - Nadi : 100/menit
Laboratorium - Suhu:37.5
(HCT,HB dan PLT) - RR : 18x/menit
- Melakukan injeksi - Akral hangat
ranitidine 50 mg IV - Tidak ada anda
perdarahan
- Nilai Lab:
HB :13.4 mg/dl
HCT : 41.3
PLT : 93x 103
13.30 I,II - Memberikan S: -
kompres hangat O: Klien tampak kooperatif
pada ketiak
- Memberikan obat
oral paracetamol ½-
tab
- Memberikan
edukasi kepada
keluarga agar klien
berhati-hati dalam
berpindah
- Menganjurkan KIE
untuk minum air
11/4 08.00 I,II - Mengobservasi S; Pasien mengatakan
2022 tanda-tanda vital badannya masih agak
- Mengatur tetesan hangat
infuse O:
- Memeriksa hasil - TD :100/60 mmHg
Laboratorium - Nadi : 90x/menit
(HCT,HB dan PLT) - Suhu: 370 C
- RR : 20x/menit
- Akral hangat
- Tidak ada tanda
perdarahan
(epitaksis,melena dan
hematemesis)
- Nilai Lab:
HB :14.4 gr/dl
HCT : 45.1
PLT : 79 x 103 mm3

S :
O:
09.30 I,II - Menganjurkan untuk
- Klien kooperatif
minum air sesuai
saat diberikan
toleransi klien
intervensi
- Melaksanakan
keperawatan.
tindakan delegative
dalam pemberian
cairan infuse 23
tetes/menit

S:-
O : Klien kooperatif saat
13.30 - Memberikan obat
diberikan obat oral
oral paracetamol ½
tab per oral
S; Pasien mengatakan
badannya masih agak
12/4 08.00
- Mengobservasi
2022 tanda-tanda vital hangat
- Mengatur tetesan O:
infuse - TD :100/60 mmHg
- Memeriksa hasil - Nadi : 88x/menit
Laboratorium - Suhu: 36,50 C
(HCT,HB dan PLT) - RR : 20x/menit
- Akral hangat
- Tidak ada tanda
perdarahan
(epitaksis,melena dan
hematemesis)
- Nilai Lab:
HB :12,8 gr/dl
HCT : 40,1
PLT : 103x 103 mm3

Teraphy Pulang :
Apialys 2 x 1 cth
12.00 Persiapan pasien pulang
Imonos syrup 1 x 1 cth
advis dokter pasien BPL

E. EVALUASI

Evaluasi TTD
Tgl Nama

12/4 Hipertermia berhubungan S : Klien mengatakan badannya


2022 dengan status penyakit sudah tidak panas
Pk. ditandai dengan Klien O :
11.00 mengeluh badannya panas - Akral hangat
sejak 5 hari yang lalu, - Tidak ada kemerahan pada
0
DX I Suhu : 38 C, akral hangat kulit
kulit kemerahan, takikardia - Suhu : 36.50C
(nadi: 108x/menit). - Tidak ada takikardia
(Nadi ;88x/menit)
A: Masalah hipertermia sudah teratasi
P : Pertahankan kondisi klien

DX Risiko Perdarahan S :-
II O :
- Tidak ada tanda-tanda
perdarahan (hematemesis,
melena)
- Konjungtiva tidak pucat
- PLT : 103 x 103 /mm3
- Hb :12.8 gr/dl
A : Masalah Risiko perdarahan
teratasi, tanda tanda perdarahan tidak
ada.
P : Lanjutkan intervensi Bleeding
reduction

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses keperawatan yang telah dilakukan pada klien KAP dengan DHF telah
dijelaskan pada Bab I, II, dan III sehingga dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. DHF adalah penyakit akut dengan onset mendadak yang biasanya dengan
gejala seperti sakit kepala, demam, kelelahan, otot parah dan nyeri sendi,
pembengkakan kelenjar (limfadenopati), dan ruam.
2. Pada kasus klien KAP yang menderita DHF didapatkan dua diagnosa
prioritas antara lain hipertermia, dan risiko perdarahan. Kedua diagnosa
ini akan sering ditemukan pada kasus-kasus DHF.
3. Perencanaan yang dibuat sudah disesuaikan dengan perumusan diagnosa
keperawatan yang sudah di prioritaskan sesuai dengan kebutuhan Maslow.
Perencanaan pada pasien-pasien DHF lebih berfokus pada managemen
terapi cairan dan mengurangi risiko terjadinya perdarahan.
4. Pelaksanaan tindakan keperawatan telah dilaksanakan sesuai dengan
perumusan intervensi keperawatan

B. Saran
Adapun beberapa saran yang penulis tujukan kepada teman sejawat , instansi
rumah sakit, dan tentu saja kepada keluarga pasien ataupun pasien itu sendiri.
Saran tersebut diantaranya :
1. Klien hendaknya dapat melaksanakan segala bentuk anjuran agar tidak
kembali terkena penyakit DHF. Klien dan keluarga hendaknya
memperhatikan lingkungan sekitar dan melakukan 3 M Plus agar bisa
mencegah transmisi virus dengue.
2. Saran kepada teman sejawat agar dapat memberikan asuhan keperawatan
secara lebih baik lagi untuk hasil yang lebih optimal. Kerjasama antar tim
perawat dan tim kesehatan lainnya, agar pelayanan terhadap klien dapat
dipertahankan atau bahkan ditingkatkan untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan.
3. Kepada RSUD Kabupaten Buleleng diharapkan lebih memperhatikan
kasus DHF dan melaporkan kejadian DHF pada dinas terkait agar bisa
dilakukan pencegahan agar tidak terjadi kasus yang lebih banyak lagi.
Daftar Pustaka

Carpenito, L.J. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Marilynn E, Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan,Edisi 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Donna D. Ignatavicius, dkk. (1999). Medical Surgical Nursing : Across the Health
Care Continum. (Edisi III). Philadelphia: Wb Sounders Company
Black and matasarin Jacobs. (1997). Medical Surgical Nursing : Clinical management
for continuity of care. (Edisi V). Philadelphia: Wb Sounders Company.
Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis: Pendekatan holistic.(Edisi VI). Jakarta:
EGC
Mansjoer dkk. 2000. Kapita selekta kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid 2. Media
Aesculapius. Jakarta.
Price & Wilson. 2006. Patofisiologi:konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6.
Volume II. EGC.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai