Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini, penulis akan membahas tentang latar belakang, tujuan

penulisan, ruang lingkup, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional merupakan upaya pemerintah yang berkesinambungan

yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Saat ini

pemerintah berusaha untuk melakukan pemerataan di seluruh Indonesia dalam

berbagai aspek. Salah satunya adalah dalam bidang kesehatan. Dalam bidang

kesehatan, banyak faktor yang harus diperhatikan, salah satunya adalah kesehatan

lingkungan. Banyak sekali masyarakat yang kurang menyadari akan pentingnya

lingkungan sehat. Dampak dari lingkungan yang kurang sehat dapat menimbulkan

berbagai macam penyakit, salah satunya adalah demam berdarah dengue (DBD).

Hal ini dikuatkan dengan adanya pernyataan dari Menkokesra (2004) yaitu

penderita DHF ( Dengue Haemorargic fever ) pada tahun 2004 terjadi karena

masyarakat kurang memperhatikan kebersihan lingkungan dan pemberantasan

sarang nyamuk.

Menurut WHO (2004) pada pertemuan kesehatan dunia yang ke-46 pada bulan

Mei 1993, menyatakan bahwa 2,5-3 juta manusia didunia beresiko terkena DHF

dan diperkirakan terjadi 50-100 juta kasus DHF ditemukan per tahun. Antara tahun

1975-1995, DHF menyerang 102 negara, diantaranya 20 negara di Afrika, 42

negara di Amerika, 7 negara di Asia tenggara, 4 negara di Mediterania


2

Timur dan 29 negara di Pasifik Barat (WHO, 1993). Di Asia Tenggara terdapat

sedikitnya 500 ribu kasus DHF yang memerlukan rawat inap. Di Indonesia

penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan sekarang

menyebar ke seluruh propinsi di Indonesia. Angka kejadian DHF pada tahun 2004

di 25 propinsi Indonesia mencapai 17.707 kasus, 322 orang diantaranya

meninggal, sedangkan di DKI Jakarta sendiri sebanyak 5.431 kasus, 59

diantaranya meninggal (http://www.infeksi.com/articles. Berdasarkan data yang

diperoleh dari Medikal Record di ruang perawatan umum lantai IV RSPAD Gatot

Soebroto dari bulan Januari – Juli 2007, klien yang menderita DHF berjumlah 130

orang dari 1418 klien yang dirawat atau sekitar 9,17 ℅.

Masalah-masalah yang dapat timbul pada klien dengan DHF yaitu peningkatan

permeabilitas kapiler yang akan menyebabkan syok hipovolemik, yang disebut

dengue syok syndrom dan juga efusi pleura, bila tidak teratasi dapat menyebabkan

kematian.

Melihat begitu kompleksnya masalah yang dapat terjadi, peran perawat sangat

penting untuk menangani masalah tersebut. Dari segi promotif yaitu memberikan

penyuluhan kesehatan, preventif dengan menekankan pentingnya memelihara

lingkungan sehat, kuratif yaitu bekerjasama dengan tim medis lain dalam

memberikan terapi, dan rehabilitatif yaitu cara makan makanan yang bergizi.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin mengetahui bagaimana asuhan

keperawatan pada klien DHF dengan menggunakan pendekatan proses

keperawatan.
3

B. Tujuan Penulisan.

Tujuan dari penulisan makalah ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus,

adapun tujuan umumnya adalah untuk mendapatkan pengalaman nyata dalam

memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Demam berdarah dengue

grade II di ruang perawatan umum lantai IV RSPAD Gatot Soebroto dengan

mengenakan proses keperawatan.

Sedangkan tujuan khususnya, diharapkan penulis mampu:

1. Melakukan pengkajian pada klien dengan demam berdarah dengue grade II.

2. Menganalisa data untuk merumuskan diagnosa keperawatan yang ditemukan

klien dengan demam berdarah dengue grade II.

3. Membuat rencana keperawatan pada klien dengan demam berdarah dengue

grade II.

4. Melaksanakan rencana keperawatan pada klien dengan demam berdarah

dengue grade II.

5. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan demam berdarah dengue

grade II.

6. Membuat pendokumentasian pada klien dengan demam berdarah dengue grade

II.

7. Mengidentifikasi adanya kesenjangan asuhan keperawatan antara teori dan

kasus serta justifikasinya.

8. Mengidentifikasi faktor penunjang dan penghambat serta alternatif

penyelesaiannya dalam memberikan asuhan keperawatan pada setiap langkah

proses keperawatan.
4

C. Ruang Lingkup.

Makalah ini membahas asuhan keperawatan pada Tn. Y dengan demam

berdarah dengue grade II diruang perawatan umum lantai IV RSPAD Gatot

Soebroto Jakarta, yang dilaksanakan selama 2 hari mulai tanggal 30 juli 2007

sampai dengan 31 juli 2007

D. Metode Penulisan.

Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah :

1. Metode deskriptif, tipe studi kasus dimana penulis mengambil satu kasus klien

dengan demam berdarah dengue grade II dan diberikan asuhan keperawatan

dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan dalam pengumpulan

data, tekhnik yang digunakan dengan cara wawancara, observasi dan

pemeriksaan fisik. Sumber data yang digunakan adalah data primer didapat

dari klien langsung, data sekunder diperoleh dari keluarga, rekam medik dan

tenaga kesehatan.

2. Studi kepustakaan, yaitu penulis mempelajari buku sumber yang berhubungan

dengan kasus demam berdarah dengue.

E. Sistematika Penulisan.

Makalah ini disusun secara sistematik terdiri dari lima bab yaitu: Bab satu :

pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup,

metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab dua : tinjauan teori yang terdiri
5

dari : pengertian, patofisiologi, penatalaksanaan, pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Bab tiga : tinjauan kasus yang

terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan

evaluasi. Bab empat : pembahasan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Bab lima : penutup yang

terdiri dari kesimpulan dan saran.


6

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Demam berdarah dengue ialah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus

dengue ( arbo virus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes

aegypti. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2001 )

Ditinjau dari cara berjangkitnya demam dengue adalah sejenis penyakit

berbahaya yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes

aegypti. (“http://ms.wikipedia.org/wiki/Demam dengue “ 2007)

Demam berdarah dengue merupakan infeksi akut yang disebabkan oleh arbo

virus, ditularkan melalui gigitan nyamuk yang ditandai oleh demam mendadak

tanpa sebab disertai gejala lain seperti lemah dan terdapat manifestasi perdarahan.

( Ngastiyah, 1997 ).

Dari ketiga pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa demam berdarah

dengue adalah suatu penyakit berbahaya yang disebabkan oleh virus dengue (arbo

virus), masuk kedalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti

yang ditandai demam mendadak tanpa sebab disertai gejala lain seperti lemah dan

terdapat manifestasi perdarahan.


7

B. Patofisiologi

Menurut DR. Nursalam dkk ( 2005 ), Suriadi dan Rita Yuliani (2001),

Ngastiyah (1997 ), virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk

Aedesn Aegypti, sehingga tubuh berespon terhadap infeksi virus yaitu demam,

sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, mual, pembesaran kelenjar getah bening.

Reaksi yang amat berbeda akan tampak bila seseorang mendapat infeksi berulang

oleh tipe virus dengue namun dengan serotipe yang berbeda. Adapun tipe serotipe

dengue tersebut yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4, infeksi oleh salah satu

jenis serotipe tersebut akan memberikan kekebalan seumur hidup, tetapi tidak

menimbulkan kekebalan terhadap serotipe yang lain. Setelah virus dengue masuk

kedalam tubuh kemudian akan bereaksi dengan antibodi dan terbentuk kompleks

antibodi, dalam sirkulasi akan mengaktifasi sistem komplemen. Akibat aktifasi C3

dan C5, akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan

histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas

pembuluh darah sehingga terjadi kebocoran plasma. Selain itu akibat dari infeksi

virus dengue, terjadi depresi sumsum tulang yang mengakibatkan turunnya

trombosit, hemoglobin, leukosit. Terjadinya trombositopenia merupakan faktor

terjadinya perdarahan. Adapun manifestasi dari perdarahan tersebut dapat berupa

petekhie, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi sampai perdarahan yang hebat

berupa muntah darah akibat perdarahan lambung, melena dan juga hematuria

masif. Selain perdarahan juga terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat

demam menurun antara hari ke-3 sampai hari ke-7 dengan tanda-tanda anak

menjadi makin lemah, ujung-ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin dan

lembab. Denyut nadi teraba cepat, kecil dan tekanan darah menurun dengan
8

tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang. Jika keadaan tersebut tidak teratasi dengan

baik dapat menyebabkan anoksia jaringan, asidosis metabolik, syok hipovolemik

Dengue Syok Syndrome (DSS) dan kematian.

Menurut WHO, Demam berdarah dengue dikelompokkan menjadi 4 tingkatan

sebagai berikut :

1. Derajat I : demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestsi

perdarahan pada uji turniquet positif.

2. Derajat II : seperti derajat I disertai perdarahan spontan pada kulit dan

perdarahan lain.

3. Derajat III : ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat

dan lemah, tekanan nadi menurun (kurang dari 20 mmHg) atau hipotensi

disertai kulit yang dingin dan lembab, serta gelisah.

4. Derajat IV : renjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah yang

tidak dapat diukur.

C. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan menurut Ngastiyah (1997), Suriadi dan Rita Yuliani (2001)

1. Penatalaksanaan medik

Pada dasarnya pengobatan pasien demam berdarah dengue bersifat

simtomatis. Adapun penatalaksanaan tersebut meliputi :

a. Pemberian anti-piretik pada keadaan hiperpireksia.

b. Pemberian luminal jika terjadi kejang-kejang .

c. Pemberian cairan intravena.

d. Pemeriksaan hematokrit, hemoglobin dan trombosit setiap hari.


9

e. Pemberian transfusi darah atau trombosit pada perdarahan gastro intestinal

yang hebat.

2. Penatalaksanaan Keperawatan

a. Tirah baring.

b. Diet makanan lunak.

c. Memberikan minum yang banyak, dianjurkan 1,5-2 liter dalam 24 jam.

d. Pemantauan tanda-tanda vital.

e. Pemantauan intake dan output cairan.

f. Pemantauan perdarahan.

D. Pengkajian

Pengkajian pada klien dengan DHF menurut DR. Nursalam dkk ( 2005 )

sebagai berikut :

1. Idenitas pasien

Nama, umur ( pada DHF paling sering menyerang anak – anak dengan usia

kurang dari 15 tahun ), jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan.

2. Keluhan utama

Keluhan yang umum terjadi pada pasien DHF untuk datang ke Rumah Sakit

adalah panas tinggi dan lemah.

3. Riwayat penyakit sekarang

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dengan

kesadaran kompos mentis,kemudian panas turun terjadi antara hari ke tiga

sampai hari ke tujuh, dan kondisi klien semakin lemah. Kadang – kadang
10

disertai dengan keluhan sakit kepala, nyeri otot, gangguan persendian, nyeri

ulu hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal, batuk pilek, nyeri saat

menelan, mual, muntah, anoreksia, diare / konstipasi, sakit kepala, serta adanya

menifestasi perdarahan pada kulit, gusi ( grade III, IV ), melena atau

hematemesis.

4. Riwayat penyakit yang pernah di derita

Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF bisa mengalami serangan

ulangan DHF dengan tipe virus yang lain.

5. Riwayat imunisasi

Apabila mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya

komplikasi dapat dihindarkan.

6. Riwayat gizi

Status gizi yang menderita DHF dapat bervariasi, dengan status gizi yang baik

maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Pasien

yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu

makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan

pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka akan mengalami penurunan berat

badan sehingga status gizinya menjadi kurang.

7. Kondisi lingkungan

Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang

bersih ( seperti air yang menggenang dan gantungan baju dikamar ).

8. Pola kebiasaan

a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan

berkurang.
11

b. Eliminasi BAB : kadang – kadang mengalami diare / konstipasi. Sementara

DHF pada grade III – IV bisa terjadi melena.

c. Eliminasi urine BAK : apakah sering kencing, sedikit / banyak, sakit / tidak.

Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.

d. Tidur dan istirahat : sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit

/ nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan kuantitas tidur maupun

istirahatnya kurang.

e. Kebersihan : upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan

cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk.

f. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk

menjaga kesehatan.

9. Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung

rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan (grade) DHF keadaan fisik

adalah sebagai berikut:

a. Grade I : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, tanda – tanda

vital dan nadi lemah.

b. Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan

spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan

tidak teratur.

c. Grade III : keadaan umum lemah, kesadaran apatis, somnolen, nadi lemah,

kecil, dan tidak teratur serta tensi menurun.


12

d. Grade IV : kesadaran koma, tanda – tanda vital : nadi tidak teraba, tensi

tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin berkeringat dan

kulit tampak sianosis.

10. Sistem integumen

a. Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun dan muncul keringat

dingin, serta lembab.

b. Kuku sianosis / tidak.

c. Kepala dan leher : kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena

demam, mata anemis, hidung kadang mengalami pendarahan ( epitaksis )

pada grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan mukosa mulut kering, terjadi

perdarahan gusi dan nyeri tekan. Sementara tenggorokan mengalami

hyperemia pharing dan terjadi perdarahan telinga ( pada grade II, III, IV ).

d. Dada : bentuk simetris dan kadang – kadang terasa sesak. Pada foto thorax

terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan ( efusi

pleura ), rales +, ronchi + yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.

e. Abdomen : mengalami nyeri tekan, teraba adanya pembesaran hati (

hepatomegali ), dan acites.

f. Ekstremitas : akral dingin serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.

E. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Suriadi dan Rita Yuliani (2001), pemeriksaan yang dilakukan yaitu :
13

1. Darah Lengkap : Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih),

trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang).

2. Serologi : Uji HI ( hemoaglutination inhibition test ).

3. Rontgen thorax : effusi pleura.

F. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan yang muncul pada klien dengan DHF menurut Suriadi dan

Rita Yuliani (2001) :

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas

kapiler, perdarahan, muntah dan demam.

2. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,

muntah, tidak nafsu makan.

4. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi pasien.

5. Hipertermia berhubungan dengan infeksi virus.

G. Perencanaan

Menurut Suriadi dan Rita Yuliani(2001), Ngastiyah (1997)

DX I : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas

kapiler, perdarahan, muntah dan demam.

Tujuan : mencegah terjadinya kekurangan volume cairan.

Kriteria Hasil : pasien menunjukkan tanda-tanda terpenuhinya kebutuhan cairan.

Intervensi :

a. Observasi tanda-tanda vital paling sedikit tiap empat jam.


14

b. Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan : turgor tidak elastis,

produksi urine menurun.

c. Observasi dan catat intake dan output..

d. Berikan hidrasi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh

e. Monitor nilai laboratorium : elektrolit darah, BJ urine, serum albumin.

f. Pertahankan intake dan output yang adekuat.

g. Monitor dan catat berat badan.

h. Monitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam.

i. Kurangi kehilangan cairan yang tidak terlihat (insensible water loss/IWL).

DX II : perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan.

Tujuan : perfusi jaringan perifer adekuat.

Kritera hasil : pasien menunjukan tanda – tanda perfusi jaringan yang adekuat.

Intervensi :

a. Kaji dan catat tanda tanda vital ( kualitas dan frekuensi denyut nadi, tekanan

darah, kapillery refill ).

b. Kaji dan catat sirkulasi pada ekstremitas ( suhu, kelembapan, dan warna kulit

).

c. Nilai kemungkinan terjadinya kematian jaringan pada ekstremitas seperti

dingin, nyeri, pembengkakan kaki.

DX III : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,

muntah, tidak nafsu makan.

Tujuan : kebutuhan nutrisi adekuat.

Kriteria hasil : pasien menunjukkan tanda-tanda nutrisi yang adekuat.

Intervensi :
15

a. Monitor adanya perubahan berat badan, mual, muntah.

b. Berikan makanan yang mudah dicerna seperti bubur dan hidangkan dalam

keadaan hangat.

c. Berikan porsi makan sedikit tapi sering hingga terpenuhi jumlah asupan

makanan dalam tubuh.

d. Berikan obat antiemesis sesuai dengan program/ ketentuan bila perlu.

e. Berikan alternatif nutrisi yang dapat meningkatkan kadar trombosit.

DX IV : perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi pasien

Tujuan : support koping keluarga adaptif.

Kriteria hasi : keluarga menunjukkan koping yang adaptif.

Intervensi :

a. Kaji perasaan dan persepsi orang tua terhadap situasi yang penuh stress..

b. Ijinkan keluarga untuk memberikan respon secara panjang-lebar dan

identifikasi faktor yang paling mencemaskan keluarga.

c. Identifikasi koping yang biasa digunakan dan seberapa besar keberhasilannya

dalam mengatasi keadaan.

d. Tanyakan kepada keluarga apa yang dapat dilakukan untuk membuat anak atau

keluarga agar menjadi lebih baik, dan jika memungkinkan memberikan apa

yang diminta oleh keluarga.

e. Penuhi kebutuhan dasar pasien : jika pasien sangat tergantung dalam

melakukan aktifitas sehari-hari, ijinkan hal ini terjadi dalam waktu yang tidak

terlalu lama, kemandirian anak dalam memenuhi kebiruhan dasarnya.


16

DX V : hipertermia berhubungan dengan infeksi virus.

Tujuan : mempertahankan suhu tubuh normal.

Kriteria hasil : pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.

Intervensi :

a. Monitor perubahan suhu tubuh, nadi, pernapasan serta tekanan darah.

b. Gunakan pakaian yang tipis untuk membantu penguapan.

c. Berikan antipiretik dan antibiotik sesuai dengan ketentuan.

d. Libatkan keluarga dan ajarkan cara melakukan kompres yang benar serta

evaluasi perubahan suhu.

H. Implementasi

Implementasi ini disusun menurut Patricia A. Potter (2005)

Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan keperawatan yang

telah disusus / ditemukan, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien

secara optimal dapat terlaksana dengan baik dilakukan oleh pasien itu sendiri

ataupun perawat secara mandiri dan juga dapat bekerjasama dengan anggota tim

kesehatan lainnya seperti ahli gizi dan fisioterapis. Perawat memilih intervensi

keperawatan yang akan diberikan kepada pasien. Berikut ini metode dan langkah

persiapan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan yang dapat dilakukan oleh

perawat :

1. Memahami rencana keperawatan yang telah ditentukan

2. Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan

3. Menyiapkan lingkungan terapeutik

4. Membantu dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari


17

5. Memberikan asuhan keperawatan langsung

6. Mengkonsulkan dan memberi penyuluhan pada klien dan keluarganya.

Implementasi membutuhkan perawat untuk mengkaji kembali keadaan klien,

menelaah, dan memodifikasi rencana keperawatn yang sudah ada,

mengidentifikasi area dimana bantuan dibutuhkan untuk mengimplementasikan,

mengkomunikasikan intervensi keperawatan. Implementasi dari asuhan

keperawatan juga membutuhkan pengetahuan tambahan keterampilan dan

personal. Setelah implementasi, perawat menuliskan dalam catatan klien deskripsi

singkat dari pengkajian keperawatan, prosedur spesifik dan respon klien terhadap

asuhan keperawatan atau juga perawat bisa mendelegasikan implementasi pada

tenaga kesehatan lain termasuk memastikan bahwa orang yang didelegasikan

terampil dalam tugas dan dapat menjelaskan tugas sesuai dengan standar

keperawatan.

I. Evaluasi

Evaluasi keperawatan ini disusun menurut Patricia A. Potter (2005)

Evaluasi merupakan proses yang dilakuakn untuk menilai pencapaian tujuan atau

menilai respon klien terhadap tindakan leperawatan seberapa jauh tujuan

keperawatan telah terpenuhi. Pada umumnya evaluasi dibedakan menjadi dua yaitu

evaluasi kuantitatif dan evaluasi kualitatif. Dalam evalusi kuantitatif yang dinilai

adalah kuatitas atau jumlah kegiatan keperawatan yang telah ditentukan sedangkan

evaluasi kualitatif difokoskan pada masalah satu dari tiga dimensi struktur atau

sumber, dimensi proses dan dimensi hasil tindakan yang dilakukan.

Adapun langkah-langkah evaluasi keperawatan adalah sebagai berikut :


18

1. Mengumpulkan data keperawatan pasien

2. Menafsirkan (menginterpretasikan) perkembangan pasien

3. Membandingkan dengan keadaan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan

dengan menggunakan kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan

4. Mengukur dan membandingkan perkembangan pasien dengan standar normal

yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai