BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini, penulis akan membahas tentang latar belakang, tujuan
yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Saat ini
berbagai aspek. Salah satunya adalah dalam bidang kesehatan. Dalam bidang
kesehatan, banyak faktor yang harus diperhatikan, salah satunya adalah kesehatan
lingkungan sehat. Dampak dari lingkungan yang kurang sehat dapat menimbulkan
berbagai macam penyakit, salah satunya adalah demam berdarah dengue (DBD).
Hal ini dikuatkan dengan adanya pernyataan dari Menkokesra (2004) yaitu
penderita DHF ( Dengue Haemorargic fever ) pada tahun 2004 terjadi karena
sarang nyamuk.
Menurut WHO (2004) pada pertemuan kesehatan dunia yang ke-46 pada bulan
Mei 1993, menyatakan bahwa 2,5-3 juta manusia didunia beresiko terkena DHF
dan diperkirakan terjadi 50-100 juta kasus DHF ditemukan per tahun. Antara tahun
Timur dan 29 negara di Pasifik Barat (WHO, 1993). Di Asia Tenggara terdapat
sedikitnya 500 ribu kasus DHF yang memerlukan rawat inap. Di Indonesia
penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan sekarang
menyebar ke seluruh propinsi di Indonesia. Angka kejadian DHF pada tahun 2004
diperoleh dari Medikal Record di ruang perawatan umum lantai IV RSPAD Gatot
Soebroto dari bulan Januari – Juli 2007, klien yang menderita DHF berjumlah 130
Masalah-masalah yang dapat timbul pada klien dengan DHF yaitu peningkatan
dengue syok syndrom dan juga efusi pleura, bila tidak teratasi dapat menyebabkan
kematian.
Melihat begitu kompleksnya masalah yang dapat terjadi, peran perawat sangat
penting untuk menangani masalah tersebut. Dari segi promotif yaitu memberikan
lingkungan sehat, kuratif yaitu bekerjasama dengan tim medis lain dalam
memberikan terapi, dan rehabilitatif yaitu cara makan makanan yang bergizi.
keperawatan.
3
B. Tujuan Penulisan.
Tujuan dari penulisan makalah ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus,
1. Melakukan pengkajian pada klien dengan demam berdarah dengue grade II.
grade II.
grade II.
II.
proses keperawatan.
4
C. Ruang Lingkup.
Soebroto Jakarta, yang dilaksanakan selama 2 hari mulai tanggal 30 juli 2007
D. Metode Penulisan.
1. Metode deskriptif, tipe studi kasus dimana penulis mengambil satu kasus klien
pemeriksaan fisik. Sumber data yang digunakan adalah data primer didapat
dari klien langsung, data sekunder diperoleh dari keluarga, rekam medik dan
tenaga kesehatan.
E. Sistematika Penulisan.
Makalah ini disusun secara sistematik terdiri dari lima bab yaitu: Bab satu :
pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup,
metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab dua : tinjauan teori yang terdiri
5
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Bab tiga : tinjauan kasus yang
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Demam berdarah dengue ialah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue ( arbo virus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes
berbahaya yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes
Demam berdarah dengue merupakan infeksi akut yang disebabkan oleh arbo
virus, ditularkan melalui gigitan nyamuk yang ditandai oleh demam mendadak
tanpa sebab disertai gejala lain seperti lemah dan terdapat manifestasi perdarahan.
( Ngastiyah, 1997 ).
dengue adalah suatu penyakit berbahaya yang disebabkan oleh virus dengue (arbo
virus), masuk kedalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti
yang ditandai demam mendadak tanpa sebab disertai gejala lain seperti lemah dan
B. Patofisiologi
Menurut DR. Nursalam dkk ( 2005 ), Suriadi dan Rita Yuliani (2001),
Ngastiyah (1997 ), virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk
Aedesn Aegypti, sehingga tubuh berespon terhadap infeksi virus yaitu demam,
sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, mual, pembesaran kelenjar getah bening.
Reaksi yang amat berbeda akan tampak bila seseorang mendapat infeksi berulang
oleh tipe virus dengue namun dengan serotipe yang berbeda. Adapun tipe serotipe
dengue tersebut yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4, infeksi oleh salah satu
jenis serotipe tersebut akan memberikan kekebalan seumur hidup, tetapi tidak
menimbulkan kekebalan terhadap serotipe yang lain. Setelah virus dengue masuk
kedalam tubuh kemudian akan bereaksi dengan antibodi dan terbentuk kompleks
dan C5, akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan
pembuluh darah sehingga terjadi kebocoran plasma. Selain itu akibat dari infeksi
berupa muntah darah akibat perdarahan lambung, melena dan juga hematuria
masif. Selain perdarahan juga terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat
demam menurun antara hari ke-3 sampai hari ke-7 dengan tanda-tanda anak
menjadi makin lemah, ujung-ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin dan
lembab. Denyut nadi teraba cepat, kecil dan tekanan darah menurun dengan
8
tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang. Jika keadaan tersebut tidak teratasi dengan
sebagai berikut :
perdarahan lain.
3. Derajat III : ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat
dan lemah, tekanan nadi menurun (kurang dari 20 mmHg) atau hipotensi
4. Derajat IV : renjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah yang
C. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medik
yang hebat.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Tirah baring.
f. Pemantauan perdarahan.
D. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan DHF menurut DR. Nursalam dkk ( 2005 )
sebagai berikut :
1. Idenitas pasien
Nama, umur ( pada DHF paling sering menyerang anak – anak dengan usia
2. Keluhan utama
Keluhan yang umum terjadi pada pasien DHF untuk datang ke Rumah Sakit
sampai hari ke tujuh, dan kondisi klien semakin lemah. Kadang – kadang
10
disertai dengan keluhan sakit kepala, nyeri otot, gangguan persendian, nyeri
ulu hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal, batuk pilek, nyeri saat
menelan, mual, muntah, anoreksia, diare / konstipasi, sakit kepala, serta adanya
hematemesis.
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF bisa mengalami serangan
5. Riwayat imunisasi
6. Riwayat gizi
Status gizi yang menderita DHF dapat bervariasi, dengan status gizi yang baik
yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu
makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan
7. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang
8. Pola kebiasaan
berkurang.
11
c. Eliminasi urine BAK : apakah sering kencing, sedikit / banyak, sakit / tidak.
d. Tidur dan istirahat : sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit
/ nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan kuantitas tidur maupun
istirahatnya kurang.
f. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan.
9. Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan (grade) DHF keadaan fisik
spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan
tidak teratur.
c. Grade III : keadaan umum lemah, kesadaran apatis, somnolen, nadi lemah,
d. Grade IV : kesadaran koma, tanda – tanda vital : nadi tidak teraba, tensi
a. Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun dan muncul keringat
c. Kepala dan leher : kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena
pada grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan mukosa mulut kering, terjadi
hyperemia pharing dan terjadi perdarahan telinga ( pada grade II, III, IV ).
d. Dada : bentuk simetris dan kadang – kadang terasa sesak. Pada foto thorax
terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan ( efusi
pleura ), rales +, ronchi + yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
f. Ekstremitas : akral dingin serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Suriadi dan Rita Yuliani (2001), pemeriksaan yang dilakukan yaitu :
13
F. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang muncul pada klien dengan DHF menurut Suriadi dan
G. Perencanaan
Intervensi :
Kritera hasil : pasien menunjukan tanda – tanda perfusi jaringan yang adekuat.
Intervensi :
a. Kaji dan catat tanda tanda vital ( kualitas dan frekuensi denyut nadi, tekanan
b. Kaji dan catat sirkulasi pada ekstremitas ( suhu, kelembapan, dan warna kulit
).
DX III : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
Intervensi :
15
b. Berikan makanan yang mudah dicerna seperti bubur dan hidangkan dalam
keadaan hangat.
c. Berikan porsi makan sedikit tapi sering hingga terpenuhi jumlah asupan
Intervensi :
a. Kaji perasaan dan persepsi orang tua terhadap situasi yang penuh stress..
d. Tanyakan kepada keluarga apa yang dapat dilakukan untuk membuat anak atau
keluarga agar menjadi lebih baik, dan jika memungkinkan memberikan apa
melakukan aktifitas sehari-hari, ijinkan hal ini terjadi dalam waktu yang tidak
Intervensi :
d. Libatkan keluarga dan ajarkan cara melakukan kompres yang benar serta
H. Implementasi
secara optimal dapat terlaksana dengan baik dilakukan oleh pasien itu sendiri
ataupun perawat secara mandiri dan juga dapat bekerjasama dengan anggota tim
kesehatan lainnya seperti ahli gizi dan fisioterapis. Perawat memilih intervensi
keperawatan yang akan diberikan kepada pasien. Berikut ini metode dan langkah
persiapan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan yang dapat dilakukan oleh
perawat :
singkat dari pengkajian keperawatan, prosedur spesifik dan respon klien terhadap
terampil dalam tugas dan dapat menjelaskan tugas sesuai dengan standar
keperawatan.
I. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses yang dilakuakn untuk menilai pencapaian tujuan atau
keperawatan telah terpenuhi. Pada umumnya evaluasi dibedakan menjadi dua yaitu
evaluasi kuantitatif dan evaluasi kualitatif. Dalam evalusi kuantitatif yang dinilai
adalah kuatitas atau jumlah kegiatan keperawatan yang telah ditentukan sedangkan
evaluasi kualitatif difokoskan pada masalah satu dari tiga dimensi struktur atau
yang berlaku.