Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

E DENGAN
GANGGUAN IMUNILASI (DHF) DENGAN INTERVENSI
PEMBERIAN TERAPI CAIRAN UNTUK MENGATASI
MASALAH KEKURANGAN VOLUME CAIRAN
DI RUANGAN CEMPAKA II
RUMAH SAKIT SWASTA
BANDUNG

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli
Madya Keperawatan (AMK) Dari Universitas Advent Indonesia

Disusun Oleh:
SIRUMANI GEA
NIM: 2052011

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FAKULTAS ILMU


KEPERAWATAN UNIVERSITAS ADVENT
INDONESIA BANDUNG
2023

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Dengue Haemoragic Fever (DHF), ialah permasalahan kesehatan

warga, sebab bisa menimbulkan kematian seseorang dalam waktu yang sangat

singkat serta kerap menimbulkan pandemi atau wabah. upaya pengendalian

Dengue Haemoragic Fever atau DHF butuh ditingkatkan, mengingat wilayah

penyebarannya dikala ini terus meningkat luas serta peristiwa luar biasa masih

kerap terjalin (Nurdiansyah, 2020).

Organisasi kesehatan dunia melaporkan bahwa antara tahun 2004 dan 2010,

Asia Pasifik menyumbang 75% dari beban demam berdarah di seluruh dunia,

dengan Indonesia peringkat kedua dari antara tigapuluh negara endemik dalam hal

masalah DHF. Jumlah kasus DHF di Indonesia pada tahun 2017 secara signifikan

lebih sedikit dibandingkan pada tahun 2016, yaitu sebanyak 204.171 kasus

(Worid Health Organization, 2018).

Indonesia mempunyai cuaca tropis dimana cuaca tropis sangat sesuai buat

jadi tempat perkembangan serta pertumbuhan hewan ataupun tanaman dan baik

untuk tempat berkembangnya bermacam – macam penyakit, paling utama

penyakit yang dibawa oleh vector berbentuk organisme penyebar agen patogen

dari inang ke inang, semacam nyamuk (Kementerian Kesehatan RI 2018).

Sampai dengan 3 Februari 2019, telah terjadi 16.692 kesulitan secara


nasional, yang mengakibatkan 169 korban jiwa. Jawa Timur, Jawa Tengah, NTT,

dan Kupang paling banyak bermasalah. Menurut data sebelumnya, 133 orang

meninggal dan 13.683 kasus DHF dilaporkan pada 29 Januari 2019. (Kemenkes

RI, 2019).

Di tengah pandemi Covid-19 permasalahan DHF terjalin kenaikan pada

sebagian Kabupaten/Kota di Jawa Barat yang dapat jadi ancaman terdapatnya

peradangan demam berdarah dengue dan Covid-19 yang yang berakibat

memperburuk penyakit serta dapat berujung pada kematian. Jumlah permasalahan

DHF di Jawa Barat s/d Bulan Mei 2021 sebanyak 6.152 permasalahan, paling

tinggi pada bulan April sebesar 1.756 permasalahan dengan 15 kematian bila

dibanding dengan bulan yang lain (DisKominfoJabar, 2022).

Kota Bandung sendiri mempunyai jumlah permasalahan DHF pada tahun

2021 sebanyak 3.743 permasalahan serta 419 permasalahan di Kabupaten

Bandung Barat. Bersumber pada catatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten

Bandung Barat (KBB) semenjak bulan Januari sampai Juli 2022 ada 957

permasalahan DHF yang sudah memperoleh penindakan dari 32 Puskesmas, 10

orang antara lain dilaporkan meninggal dunia (DisKominfoJabar, 2022).

Menurut penelitian Asri et al. (2017), faktor perilaku berupa pengetahuan,

sikap dan tindakan sangat berperan dalam penularan DHF selain faktor

lingkungan dan vektor atau keberadaan jentik. dalam penularan penyakit DHF,

perilaku masyarakat juga mempunyai peranan yang cukup penting. namun,

perilaku tersebut harus didukung oleh pengetahuan, sikap dan tindakan yang

benar sehingga dapat diterapkan dengan benar.namun, faktanya sekarang ini


masih ada anggapan di masyarakat yang menunjukan perilaku tidak sesuai seperti

anggapan bahwa DHF hanya terjadi di daerah kumuh dan pencegahan demam

berdarah hanya dapat dilakukan dengan pengasapan atau fogging. Padahal

pemerintah telah melakukan banyak program selain dengan pengasapan dan yang

paling efektif dan efisien sampai saat ini adalah kegiatan Pemberantasan Sarang

Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus (Kemenkes RI 2018).

Sebagian pasien DHF yang tidak tertangani dapat mengalami Dengue Shock

Syndrome (DSS) yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini dikarenakan pasien

mengalami hipovolemi atau defisit volume cairan akibat meningkatnya

permeabilitas kapiler pembuluh darah sehingga darah menuju luar pembuluh. Saat

ini angka kejadian DHF di rumah sakit semakin meningkat, tidak hanya pada

kasus anak, tetapi pada remaja dan juga dewasa (Pare et al. 2020).

Terapi cairan adalah mengganti kehilangan cairan melalui oral maupun

intravena, pada dasarnya baik kristaloid (ringer laktat, ringer asetat, cairan salin)

maupun koloid dapat diberikan. WHO menganjurkan terapi kristaloid sebagai

cairan standar pada terapi DHF karena dibandingkan dengan koloid, kristaloid

lebih mudah didapat dan lebih murah. Jenis cairan yang ideal yang sebenarnya

dibutuhkan dalam penatalaksanaan antara lain memiliki sifat bertahan lama

intravaskular, aman dan bisa dikeluarkan melalui ginjal, tidak mengganggu sistem

koagulasi tubuh, dan memiliki efek alergi yang minimal. Pemberian cairan i.v.

dapat menggunakan ringer laktat atau ringer asetat dengan kebutuhan cairan

mengikuti perhitungan kebutuhan cairan rumatan. Koloid/ plasma ekspander

dapat diberikan bila diperlukan pada DHF stadium III dan IV (Budi Setiawan, dkk
2009).

Menurut WHO 2011 Secara umum,tunjangan cairan (oral + intravena )

adalah tentang pemeliharaan untuk satu hari ditambah 5% deficit oral dan cairan

intravena bresama sama yang akan diberikan selama selama 48 jam.Misalkan ,

berat badan 20 kg ,defisist dari 5% adalah 50 ml /kg x20=1000 ml .Pemeliharaan

adalah 1,500 ml untuk satu hari oleh karena itu total M +5% adalah 2,500 ml.

Efektifitas terapi cairan standar WHO dan terapi cairan inisial secara

statistik menunjukkan perbaikan terhadap klinis (suhu badan) dan nilai hematokrit

(p>0,05); dan menunjukkan perbedaan bermakna terhadap peningkatan trombosit

dan penurunan lama rawat inap (p<0,05) ( Asnia Rahmawati 2019 ).

Peran perawat terhadap penyakit DHF salah satunya merupakan

mengedukasi dan kolaborasi kepada pasien penderita penyakit DHF, untuk

mengetahui kemungkinan dampak yang lebih lanjut.dan memperhatikan cairan

oral, intravena terpenuhi dan juga pasien (Kemenkes, 2022).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk membuat Karya

Tulis Ilmiah tentang Asukan Keperawatan mengenai Sistem Imun yang disusun

dalam Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ” ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Ny. E DENGAN GANGGUAN IMUNILASI (DHF) DENGAN INTERVENSI

PEMBERIAN TERAPI CAIRAN UNTUK MENGATASI MASALAH

KEKURANGAN VOLUME CAIRAN DI RUANGAN CEMPAKA II RUMAH

SAKIT SWASTA BANDUNG”.


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah paparkan diatas, maka rumusan masalah

Penulisan Karya Tulis Ilmiah pada studi kasus ini adalah bagaiman? cara memberikan

asuhan keperawatan ” ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. E DENGAN

GANGGUAN IMUNILASI (DHF) DENGAN INTERVENSI PEMBERIAN

TERAPI CAIRAN UNTUK MENGATASI MASALAH KEKURANGAN

VOLUME CAIRAN DI RUANGAN CEMPAKA II RUMAH SAKIT SWASTA

BANDUNG”.

1.3 Tujuan Studi Kasus

Karya Tulis Ilmiah ini memiliki dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan

khusus.

1. Tujuan umum

Tujuan umum pada Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk melakukan

intervensi terapi cairan untuk mengatasi kekurangan volume cairan dan

melaksanakan asuhan keperawatan serta mendapatkan pengalaman merawat

pasien dalam pemenuhan kebutuhan volume cairan di Rumah Sakit Advent

Bandung.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi hasil pengkajian pada Ny. E dengan Dengue


Hemorragic Fever kekurangan volume cairan.

2) Mengidentifikasi dan merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. E

dengan Dengue Hemorragic c Fever kekurangan volume cairan.

3) Mengidentifikasi dan menyusun perencanaan keperawatan pada Ny. E

dengan Dengue Hemorragic Fever kekurangan volume cairan.

4) Mengimplementasikan rencana keperawtaan pada Ny. E dengan

Dengue Hemorragic Fever kekurangan volume cairan.

5) Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada Ny. E dengan Dengue

Hemorragic c Fever kekurangan volume cairan.

6) Mampu melakukan dokumentasi keperawatan yang benar sesuai

dengan tahapan proses keperawatan pada pasien dengan Dengue

Hemorragic Fever kekurangan volume cairan

1.4 Manfaat Studi Kasus

1.4.1 Bagi Penulis

Dengan adanya tulisan ini diharapkan penulis dapat memberikan

asuhan keperawatan yang tepat pada klien dengan masalah kekurangan volume cairan

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang asuhan keperawatan

pada klien dengan masalah kekurangan volume cairan

1.4.3 Bagi Institusi Kesehatan

Diharapkan tulisan ini dapat memberikan masukan bagi institusi

kesehatan terkait asuhan keperawatan pada Ny E dengan masalah kekurangan

volume cairan

Anda mungkin juga menyukai