Oleh
Bagas Wahyu Tri Setyawan
NIM P2105004
A. Latar Belakang
Dengue Hemorrhagic Fever ( DHF ) atau biasa yang dikenal dengan Demam
Berdarah Dengue ( DBD ) merupakan penyakit infeksi virus akut yang disebabkan
oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne virus, genus flavivirus, famili
flaviviridae. DBD dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama
Aedes aegypti, atau Aedes albopictus. Penyakit DBD biasanya muncul sepanjang
tahun dan dapat menyerang seluruh manusia diberbagai kelompok umur. Penyakit ini
berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyaraka (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia dan UNICEF, 2017)
Virus dengue (DEN) terdiri dari empat serotipe yang berbeda (DEN-1, DEN-2,
DEN-3 dan DEN-4) yang termasuk dalam genus Flavivirus, famili Flaviviridae.
Genotipe yang berbeda telah diidentifikasi dalam setiap serotipe, menyoroti
keragaman genetik yang luas dari serotipe dengue. Di antara mereka, genotipe “Asia”
dari DEN-2 dan DEN-3 sering dikaitkan dengan penyakit berat yang menyertai infeksi
dengue sekunder(WHO, 2014)
Bentuk klasik dari Demam Berdarah Dengue ( DBD ) diawali dengan demam
mendadak tinggi, berlangsung 2-7 hari. Pada hari ke-3 mulai terjadi penurunan suhu
namun perlu hati-hati karena dapat sebagai awal syok. Fase kritis mulai terjadi pada
hari ke 3-5. DBD dapat disertai dengan muka kemerahan, dapat juga terjadi keluhan
sakit kepala, nyeri otot, tulang, sendi dan juga sering ditemukan mual dan muntah.
(Arsin, 2014)
DBD berat atau yang biasa disebut Demam Berdarah Dengue pertama kali
dikenal pada 1950-an selama epidemi dengue di Filipina dan Thailand. Saat ini
penyakit ini menyerang negara-negara Asia dan Amerika Latin dan telah menjadi
penyebab utama rawat inap dan kematian di antara anak-anak dan orang dewasa di
wilayah ini. Siklus hidup penuh virus demam berdarah melibatkan peran nyamuk
sebagai pemancar (atau vektor) dan manusia sebagai korban utama dan sumber
infeksi. Sebelum tahun 1970, hanya sembilan negara yang mengalami wabah DBD,
namun sekarang DBD menjadi penyakit endemik pada lebih dari 100 negara,
diataranya yaitu Afrika, Amerika Mediferania Timur, Asia Tenggara dan Pasifik
Barat, Amerika, Asia Tenggara dan Pasifik Barat memiliki kasus DBD tetinggi.
Jumlah kasus di Amerika, Asia Tenggara dan Pasifik Barat telah melewati 1,2 juta
kasusu di tahun 2008 dan lebih dari 2,3 juta kasus di 2010. Pada tahun 2013
dilaporkan terdapat sebanyak 2,35 juta kasus di Amerika, dimana 33.687 kasus
merupakan DBD berat. (WHO, 2014)
Indonesia sudah ditetapkan menjadi salah satu negara dengan penyakit endemik
demam berdarah, karena Indonesia merupakan negara tropis dengan curah hujan yang
cukup tinggi. DHF ( Dengue Hemorrhagic Fever ) telah menjadi masalah terbesar di
Indonesia selama 47 tahun terakhir sejak tahun 1968. Angka Incidence rate ( IR )
penyakit DHF dari tahun 1968 – 2015 cenderung terus mengalami peningkatan.
(InfoPusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RIDatin, 2016). Sejak tahun
2018-2020 di Indonesia kasus DBD terutama menyerang kelompok umur 5-14 tahun,
tetapi setelah 3 tahun 2020 insidens kelompok umur lebih dari 15 tahun meningkat
dari tahun ke tahun. (Karyanti dan Hadinegoro, 2017)
Incidence Rate kasus DBD di Provinsi Jawa Tengah yaitu sebesar 22,4 per
100.000 penduduk. Untuk tahun 2018 ini IR ( Incidence Rate ) DBD sudah mencapai
target karena target yang dipasang dalam RPJMD ( Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah ) adalah sebesar 100 per 100.000 penduduk. Target nasional Angka
Kesakitan (IR) DBD tahun 2018 yaitu < 49 per 100.000 penduduk. Hal ini
menunjukkan kejadian penyakit DBD di Provinsi Jawa Tengah tahun 2018 ini jauh
menurun dibandingkan dengan tahun tahun sebelumnya. Kejadian penyakit DHF
(Dengue Hemorrhagic Fever ) pada tahun 2018 Incidence Rate (IR) tertinggi di Jawa
Tengah yaitu kabupaten Boyolali sebesar 82,4 per 100.000 penduduk, lalu yang kedua
yaitu Kabupaten Kudus sebesar 55,7 per 100.000 penduduk, dimana kedua kabupaten
ini memiliki IR ( Incidence Rate ) melampaui target nasional yaitu < 49 per 100.000
penduduk. (Dinkes, 2019) Kejadian DBD sudah menyebar di seluruh kabupaten-kota
di Jawa Tengah.
Kota Klaten merupakan dearah endemis DBD baik tingkat desanya maupun
kecamatan, karena selama tiga tahun berturut – turut selalu dilaporkan adanya kasus
DBD. Jumlah kasus DBD pada tahun 2018 adalah 114 kasus, terdiri dari 78 penderita
laki-laki dan 36 perempuan. Incidence Rate DBD pada tahun 2018 adalah sebesar 12,3
per 100.000 penduduk, bila dibandingkan dengan IR DBD tahun 2017 (101,6 sebesar
per 100.000 penduduk) maka terjadi penurunan IR DBD yang cukup bermakna. Pada
tahun 2018 tidak ada kematian akibat DBD.(Dinas Kesehatan Klaten, 2018). Pada
tahun 2019 kasus DBD di Kota Klaten terus mengalami peningkatan. Peningkatan
jumlah kasus DBD dari 68 kasus pada periode Januari – Juni 2018 menjadi 1.037
kasus pada bulan Juni 2019 (Dinas Kesehatan Klaten, 2021).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten angka kejadian DHF pada anak tahun 2019-2021 sebanyak 534
kasus, adapun ditahun 2019 sebanyak 175 kasus, lalu pada tahun 2020 sebanyak 36
kasus, dan pada tahun 2021 sebanyak 323 kasus. Berdasarkan data diatas, dapat
disimpulkan kejadian DHF mengalami peningkatan. Kecenderuan peningkatan
tersebut dapat mengakibatkan meningkatnya masalah kesehatan yang dialam pasien.
Masalah kesehatan yang umum terjadi pada penyakit DHF (Dengue Hemorrhagic
Fever) yaitu hipertermia dan disertai dengan nyeri akut misalkan nyeri pada otot,
persendian maupun sakit kepala. Nyeri akut ialah pengalaman sensorik atau emosional
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berata yang berlangsung kurang
dari tiga bulan.
Adapun tanda dan gelaja nyeri akut mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap
protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat
dan sulit tidur. Nyeri akut terjadi akibat masuknya infeksi virus akut yang disebabkan
oleh virus dengue yang 5 menyebabkan sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi dan pegal-
pegal diseluruh tubuh (Tim Pokja SDKI DPP, 2018) Terdapat beberapa tindakan untuk
menurunkan atau menghilangkan nyeri yang diakibatkan oleh DHF tersebut yaitu
dengan melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, mengkaji tipe dan sumber
nyeri, mengevaluasi pengontrolan nyeri, mengontrol lingkungan yang mempengaruhi
nyeri, mengurangi faktor presipitasi nyeri, dan lakukan penanganan nyeri atau
mengajarkan tentang penanganan nyeri secara non farmakologi seperti teknik relaksasi
dan distraksi (Tim Pokja SIKI DPP, 2018).
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menyusun studi kasus dengan
judul LAPORAN STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE
HAEMORHAGIC FEVER (DHF) DI RUANG MENUR RSUP Dr. SOERADJI
TIRTONEGORO KLATEN (RSST)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan
masalah “Bagaimanakah LAPORAN STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN
DENGUE HAEMORHAGIC FEVER (DHF) DI RUANG MENUR RSUP Dr.
SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN (RSST?”
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada anak DENGUE
HAEMORHAGIC FEVER (DHF) DI RUANG MENUR RSUP Dr. SOERADJI
TIRTONEGORO KLATEN (RSST?”
2. Tujuan khusus
a. Mengobservasi gambaran pengkajian mengenai gambaran asuhan keperawatan
anak DHF.
b. Mengobservasi gambaran diagnosis keperawatan asuhan keperawatan anak
DHF
c. Mengobservasi gambaran rencana keperawatan asuhan keperawatan anak DHF
d. Mengobservasi gambaran tindakan keperawatan asuhan keperawatan anak
DHF
e. Mengobservasi gambaran evaluasi asuhan keperawatan anak DHF .
D. Manfaat Tulisan
1. Manfaat teoritis
Hasil dari studi kasus ini diharapkan bisa berguna untuk mengembangkan dan
menambah pengetahuan yang telah ada mengenai gambaran asuhan keperawatan
anak DHF.
2. Manfaat praktis
a. Bagi penulis
Penulis dapat mengetahui dan menambah pengalaman mengenai asuhan
keperawatan anak Dengue Hemorrhagic Fever.
b. Bagi istitusi pendidikan
Diharapkan studi kasus ini nantinya dapat dijadikan bahan masukan dalam
proses belajar mengajar serta dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan dan
menjadi bahan bacaan tentang asuhan keperawatan anak Dengue Hemorrhagic
Fever.
c. Bagi masyarakat
Diharapkan studi kasus ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dan
masukan bagi masyarakat khususnya tentang penyakit Dengue Hemorrhagic
Fever.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Implementasi
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana asuhan
keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu pasien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tahap ini akan muncul bila perencanaan
diaplikasikan pada pasien. Tindakan yang dilakukan mungkin sama, mungkin juga
berbeda denga urutan yang dibuat pada perencaan sesuai dengan kondisi pasien.
Implementasi keperawatan akan sukses sesuai dengan rencana apabila perawat
mempunyai kemampuan kognitif, kemampuan hubungan interpersonal, dan
ketrampilan dalam melakukan tindakan yang berpusat pada kebutuhan pasien
(Akib, 2016)
Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Akib, 2016)
C. Tinjauan Islam
Dakwah merupakan aktifitas yang sangat penting dalam Islam. Dengan
dakwah, Islam dapat tersebar dan diterima oleh manusia. Dalam kehidupan
bermasyarakat, dakwah berfungsi menata kehidupan yang agamis menuju
terwujudnya masyarakat yang harmonis dan bahagia. Sebagaimana Syeh Ali
Mahfudz mendefinisikan dakwah sebagai berikut ini:
“Mendorong manusia agara berbuat kebaikan dan mengikuti petunjuk,
menyerbu mereka untuk berbuat kebajikan dan mencegah mereka dari perbuatan
munkar agar mereka mendapat kebagahiaan di dunia dan akhirat”.
Dakwah yang ada pada kitab Hidayatul Mursyidin yaitu dakwah yang
mengajak umat Muhammad kepada seluruh manusia di muka bumi ini untuk masuk
islam. Mereka bersama-sama dalam upaya menyempaikan agama yang benar.
Sehingga inilah yang dinamakan mengajak manusia berbuat kebaikan dan
mencegah dari perbuatan yang munkar agar mendapatkan kebahagiaan di dunia dan
akhirat. Dakwah yang dilakukan peneliti dalam proses pendampingan diantaranya
adalah dakwah melalui pengorganisasian masyarakat dan penyadaran kepada
masyarakat yang dikemas dalam kegiatan aksi perubahan pembentukan kelompok
peduli lingkungan dan mengadakan pengetahuan tentang Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN). Dimana dua kegiatan tersebut merupakan upaya untuk
mewujudkan tujuan dakwah memperoleh kebahagiaan dunia yang berupa ilmu dan
kesehatan, sehingga dapat mengupayakan kebahagiaan akhiratnya. Karena pada
musim penghujan seperti sekarang ini, berdampak pada rentannya terkena penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD). Oleh sebab itu, pentingnya menjaga kebersihan
dan kesehatan lingkungan untuk menghindari bahaya di kemudian hari.
Meskipun kesehatan merupakan kebutuhan fitrah manusia dan juga sebagai
nikmat Allah, tetapi banyak yang mengabaikan dan melupakan nikmat sehat ini.
Rasulullah SWA bersabda:
“Ada dua nikmat yang banyak dilupakan menusia, yaitu nikmat sehat dan
peluang kesempatan” (HR. Imam Bukhari).
Dalam hadist lain, Rasulullah menjelaskan “Nikmat yang pertama ditanyakan
kepada setiap hamba pada hari kiamat dengan pertanyaan: Tidakkah telah Kami
sehatkan badanmu dan telah Kami segarkan (kenyangkan) kamudengan air yang
sejuk” (HR. Imam Tarmizi). Maka firman Allah dalam surat at-Takatsur 8:
“Kemudian kamu pasti akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan.”
sebagian ulama mengartikan kenikmatan tersebut adalah nikmat sehat.
Diantara perhatian islam tentang kesehatan adalah perintah dan anjuran
menjaga kebersihan. Demikian dapat dipahami, jika pembahasan ulama fiqh dalam
khazanah intelektual selalu diawali dengan “Bab Thaharah” yaitu bahasan
mengenai kesucian atau kebersihan. Kemudian dijabarkan dalam sub-bahasan
mengenai bersih dari hadas besar dengan mandi junub, atau hadas kecil dengan
berwudhu, bersih dari najis dan kotoran dengan mandi atau mencuci badan.
Demikian juga selain wudhu, syarat sah shalat adalah bersih pakaian, tempat dari
segala najis, dan kotoran yang menodai.
Allah juga berfirman:
“Dan pakaianmu bersihkanlah.” (QS. al- Mudassir: 4).
Rasulullah SAW bersabda: “An-Nadlafatu min al-iman” (kebersihan itu
adalah sebagian dari iman). Dalam hadits riwayat Tirmizi, Rasulullah juga
menjelaskan: Sesungguhnya Allah itu baik (indah), menyukai kebaikan
(keindahan), bersih cinta kepada kebersihan, pemurah cinta kepada kemurahan,
dermawan menyukai kedermawanan, maka bersihkanlah halamanpekarangan
rumahmu dan janganlah kamu meniru orang-orang Yahudi (yang suka menumpuk
sampah dan kotoran dalam rumah mereka).
Penegasan Rosulullah SAW tersebut, sudah lebih awal diisyaratkan alQur’an
dalam surat al-Baqarah ayat 222
Merangsang
kebocoran hipotalamus Diteruskan ke
plasma anterior ujung saraf
bebas
E.
hematokrit Trombositopenia Suhu tubuh
F.
G. meningkat
Nyeri
H.
Hemokonsentrasi
I. otot
perdarahan
Kematian Hospitalisasi
Ansietas
(Nurarif & Hardhi ,2018)
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : An. D
No.RM : 6904xxx
Usia : 3 tahun 6 bulan 15 hari
Tanggal Lahir : 22 Juni 2018
Jenis kelamin : perempuan
Alamat : Tinap, 01/03 ,Tinap ,Sukomoro, Magetan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Sumber Informasi : Ibu pasien
Nama penaggung jawab : Tn. D
Alamat : Tinap, 01/03 ,Tinap ,Sukomoro, Magetan
Diagnosa Medis : Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)
2. KELUHAN UTAMA
Ibu pasien mengatakan An.D mengeluh demam.
3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Tanggal munculnya keluhan :Ibu pasien mengatakan An. D demam sejak minggu
2 Januari 2022. Kemudian ibunya membawa ke RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
pada tanggal 3 januari 2022 pukul 08.00 WIB, dengan keluhan demam di sertai
dengan mual serta nafsu makan menurun . ekstremitas akral hangat di sertai nyeri
perut ,nyeri seperti di tusuk-tusuk, skala nyeri 4, berlangsung terus –
menerus ,hasil LAB menunjukkan An. D positif DF dan di sarankan olehj dokter
untuk rawat inap di ruang anak RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro ,kemudian pasien
di bawa ke ruang menur pada tanggal 3 Januari 2022 pukul 13.00 WIB. BB
klien :15 kg saat sakit, BB klien sebelum sakit :17 kg
Waktu munculnya keluhan secara gradual dan bertahap
Karateristik penyakit
Karakter : kualitas sedang, kuantitas tidak banyak, konsistensi tidak sering
Lokasi : perut
Timing : berdurasi
Hal-hal yang mengurangi keluhan adalah diberikannya obat-obatan
Gejala lain yang berhubungan : -
Masalah sejak munculnya keluhan
Inseden serangan mendadak berulang
Perkembangan tidak berubah
Efek dari pengobatan dari rumah sakit membaik
4. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
a. Pre natal
Ibu pasien mengatakan bahwa selama hamil rutin control ke dokter
kandungan untuk memeriksakan kehamilannya kurang lebih 8 kali dan
mendapat imunisasi TT 2 kali dan selama hamil Ny.W mengalami
kenaikan berat badan 9 kg .Ny. W tidak ada keluhan selama hamil
b. Natal
Ny. W mengatakan melahirkan di RS sayidiman magetan usia kehamilan 9
bulan dengan lama persalinan kurang lebih 2 jam secara normal dengan
bantuan penolong persalinan bidan.
c. Post natal
Kondisi klien lahir BB: 3200 gram dengan PB: 50 cm tidak ada kelainan
kongenital
d. Penyakit waktu kecil
An. D sebelumnya telah menderita asma maupun eczema ,riwayat
pengobatan terakhir September 2021. . An. D tidak pernah mengalami
kecelakaan sebelumnya, An .D sudah mendapatkan imunisasi BCG ,DPT,
dan campak.
e. Pernah di rawat di RS
Ibu klien mengatakan An.D pernah di rawat di RS sayidiman magetan
f. Obat – obatan yang di gunakan
Ibu klien mengatakan obat-obatan yang sedang di gunakan saat ini adalah
antibiotic, penurun demam dan obat kortikoteroid sesuai dengan resep
dokter
g. Alergi
Tidak ada reaksi alergi yang tidak biasa terhadap makanan, binatang, obat,
tanaman, maupun produk rumah tangga.
5. RIWAYAT KELUARGA
Ibu An. D mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga sebelumnya, tidak
ada yang menderita penyakit yang sama yang sedang di alami oleh anaknya
sekarang , dan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit menular
seperti AIDS dan HIV.
6. RIWAYAT SOSIAL
Keluarga klien mengatakan yang mengasuh anaknya adalah ibunya sendiri
karena ibu menyadari tugas utamanya sebagai ibu rumah tangga . pembawaan
secara umum anak periang. Lingkungan rumah bersih ,aman ,orang tua sudah
berusaha menghindarkan dari ancaman untuk keselamatan anak ,rumah
terdapat ventilasi letak barang barang berbahaya untuk anak sudah di hindarkan
dari jangkauannnya.
7. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI
a. Diagnose medis : dengue hemoragic fever
b. Tindakan operasi:-
c. Obat-obatan
1) Infus Ringer Laktat (RL) 14 tts/menit 12 jam
2) sanmol 3 x 1 1/2 cth (75 mg).
3) Ondansentron 0,1 mg / kg berat
d. Hasil laboratorium
1) HB; 11,90 g/dL
2) Leukosit:6,42 10000/ul
3) Trombosit:68 10000/ul
4) Urine: bakteri +
8. PENGKAJIAN POLA FUNGSI GORDON
a. Persepsi kesehatan dan manajemen keadaan
Ibu klien mengatakan kesehatan sangat penting sehingga jika ada anggota
keluarga yang sakit segera di bawa ke dokter atau puskesmas , begitu juga
saat anaknya sakit keluarga segera memeriksakannya ke bidan terdekat .ibu
klien selalu menjaga kebersihan rumah dan peralatan yang di gunakan
terutama untuk anaknya.
b. Nutrisi dan metabolic
Pada saat sebelum sakit nafsu makan klien baik tetapi saat pada sakit nafsu
makan pasien menurun dengan menu makan nasi + lak banyak ,pada saat
sebelum sakit 3x sehari habis 1 porsi, pada saat sakit sebanyak 3x sehari habis
¼ porsi, tidak ada pantangan makan dan juga tidak ada pembatasan makan.
Ritual saat makan yaitu klien selalu berdoa saat sebelum makan.
c. Eliminasi
Sebelum sakit An. D BAB 1-2 x sehari dengan konsistensi tidak ada kesulitan
saat BAB .An.D BAK 4-5 x/hari warna urine kuning jernih, bau khas ,tidak
ada kesulitan selama BAK.
Selama sakit An. D BAB 2x /hari dengan konsistensi feses lunak ,tidak ada
kesulitan saat BAB ,An. D BAK 4-5 x/hari dengan warna urine jernih ,bau
khas ,tidak ada kesulitan selama BAK.
d. Aktivitas dan pola latihan
Sebelum sakit , ibu klien mengatakan klien beraktivitas seperti biasa yaitu
tertawa sesekali mengoceh, selama sakit An. D terbaring di tempat tidur
karena demam dan nyeri di perut sehingga mengganggu aktivitasnya .
aktivitas sehari – hari pasien seperti makan ,mandi, eliminasi, berpindah di
bantu oleh keluarga.
e. Pola istirahat dan tidur
Ibu klien mengatakan sebelum maupun saat sakit klien lebih sering tidur
hanya saja klien lebih sering terbangun saat merasakan nyeri, klien tidur
sekitar jam 8-9 jam sehari.
f. Pola kognitif dan persepsi
Ibu klien mengatakan mengetahui sakit yang di derita anaknya
g. Persepsi diri – pola konsep diri
Ibu klien mengatakan sangat khawatir dan sedih ibu klien sering bertanya
kondisi anaknya dan bertanya apakah anaknya akan lama di rawat di RS
h. Pola peran-hubungan
Interaksi antara anak dengan orang tua baik.
i. Seksualitas
Klien berjenis kelamin perempuan dan tidak ada kelainan kongenital
j. Koping – pola toleransi stress
Ibu klien mengatakan klien selalu menangis
k. Nilai – pola keyakinan
Ibu klien selalu berdoa untuk kesembuhan anaknya.
9. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum :cukup
2. Kesadaran : composmentis
3. Tanda – tanda vital : TD : 100/60 mmHg
N :152 x/menit
RR : 24 x/ menit
S : 39,6 0C
SPO2 : 98 %
BB :15 kg
4. Mata
Konjungtiva anemis, sclera ikterik tidak ada kelainan mata.
5. Hidung
Tidak ada sekresi ,tidak ada kelainan
6. Mulut
Mulut bersih, mukosa bibir pucat, tidak ada stomatitis
7. Telinga
Fungsi pendengaran baik, tidak ada kelainan, telinga bersih.
8. Tengkuk
Tidak terdapat kelainan
9. Dada paru-paru
Inspeksi :simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada, iram nafas normal
Palpasi :simetris saat ekspansi, RR :24 x/menit
Perkusi : sonor
Auskultasi : terdengar vesikuler
Jantung
Inspeksi : tidak tampak ictus cordis
Palpasi : tidak ada pembesaran jantung
Perkusi : pekak
Auskultasi: bunyi S1 S2 reguler dan tidak ada suara tambahan
10. Abdomen
Inspeksi : abdomen supel, bersih ,bentuk normal
Auskultasi : bising usus 12 x/menit
Palpasi : nyeri perut, tidak ada massa
Perkusi :terdengar suara timpani
11. Genetalia
Genetalia bersih, tidak terpasang kateter, tidak ada edema
12. Ekstremitas
Tidak terdapat oedema ,terpasang infus ,tidak ada kelainan gerak ,tidak ada
pembesaran tonus otot, tidak ada varises.
C. Analisa Data
Tabel 3.1 Analisa Data
No Data focus Etiologi problem
1. DS: Proses penyakit Hipertermia
Ibu klien mengatakan An .D demam sejak
2 hari yang lalu
DO:
KU lemah
Akral hangat
Konjungtiva anemis
Wajah dan kulit tampak kemerahan
TTV : TD :100/60 mmHg
N: 152 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 39,6 0C
HB; 11,90 g/dL
Leukosit:6,42 10000/ul
Trombosit:68 10000/ul
Urine: bakteri +
2. DS : ibu klien mengatakan An. D Agen cidera nyeri akut
mengeluh nyeri perut biologis
DO: pengkajian nyeri PQRST
P: nyeri tekan pada ulu hati
Q : nyeri seperti di tusuk –tusuk
R : nyeri bagian perut
S :skala 4
T: hilang timbul
Tampak memegangi perut
TTV :
TD :100/60 mmHg
N: 152 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 39,6 0C
3. DS: Ketidakmampuan defisit nutrisi
Ibu klien mengatakan anaknya mual dan mencerna makanan
nafsu makannya menurun
DO:
Pasien tampak lemas
Konjungtiva anemis
Mukosa bibir pucat
Makan 3x sehari habis ¼ porsi
BB: 15 kg
D. DIAGNOSE KEPERAWATAN
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera biologis
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
E. RENCANA KEPERAWATAN
Tabel 3.2 Rencana Keperawatan
F. IMPLEMENTASI
Tabel 3.4 Implementasi
TANGGAL NO IMPLEMENTASI RESPON TTD
DX
4 Januari 1 Bagas
2022 DS Wahyu T
09.00 1. Mengidentifikasi penyebab Badan anaknya
hipertermi demam
10.00 2. Memonitor suhu tubuh
10.20 3. Memonitor keluaran urine DO
10.30 4. Menyediakan lingkungan kulit tampak merah
yang dingin Akral teraba hangat
10.00 Tampak lemah
5. Menganjurkan tirah baring
Konjungtiva anemis
TTV : TD :100/60
mmHg
N: 152 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 39,6 0CDO:
5-01-2022 1 DS : Bagas
09.00 1. mengidentifikasi penyebab DS : Wahyu
hipertermi 1. Ibu mengatakan
10.00 2. Memonitor suhu tubuh anaknya demam
10.10 3. Memonitor keluaran urine menurun
10.20 4. menyediakan lingkungan
yang dingin Akral teraba
10.40 hangat
5. menganjurkan tirah baring
10.50 Konjungtiva
6. memberikan cairan oral
10.60 anemis
7. melonggarkan atau lepaskan
TTV : TD :110/70
pakaian mmHg
N: 148 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 36,9 0C
6-01-2022 1 DS : Bagas
09.00 1. mengidentifikasi penyebab DS : Wahyu
hipertermi Ibu mengatakan
10.00 2. Memonitor suhu tubuh anaknya demam
10.10 3. menyediakan lingkungan menurun
10.20 yang dingin
4. menganjurkan tirah baring Akral teraba
10.40 hangat
5. memberikan cairan oral
10.50 Konjungtiva
6. melonggarkan atau lepaskan
10.60 anemis
pakaian
TTV : TD :105/75
mmHg
N: 148 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 36,6 0C
G. EVALUASI
Tabel 3.5 Evakluasi
TANGGAL NO EVALUASI TTD
DX
0401-2022 1 S: ibu pasien mengatakan badan anaknya panas (demam) Bagas W
O: kulit tampak merah
Akral teraba hangat
Tampak lemah
Konjungtiva anemis
TTV : TD :100/60 mmHg
N: 152 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 39,6 0C
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Identifikasi penyebab hipertermi
- Monitor suhu tubuh
- Monitor keluaran urine
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Anjurkan tirah baring
- Berikan cairan oral
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
05-01-2022 1 S: ibu pasien mengatakan anaknya demam menurun Bagas W
O: akral teraba hangat
Konjungtiva anemis
TTV : TD :110/70 mmHg
N: 148 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 36,8 0C
A: masalah teratasi
P: lanjutkan program terapi dan intervensi
06-01-2022 1 S: ibu pasien mengatakan anaknya demam menurun Bagas W
O: akral teraba hangat
Konjungtiva anemis
TTV : TD :105/75 mmHg
N: 148 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 36,9 0C
A: masalah teratasi
1. P: lanjutkan program terapi dan intervensi
04-01-2022 2 S: ibu pasien mengatakan An. D mengeluh nyeri perut Bagas W
O: tampak wajah meringis
P: nyeri tekan pada ulu hati
Q: nyeri seperti di tusuk-tusuk
R: nyeri bagian perut
S: skala 4
T: hilang timbul
Tampak memegang perut
TTV : TD :100/60 mmHg
N: 152 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 39,6 0C
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Identifikasi
lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,inten
sitas nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan menggunakan analgesic secara tepat
05-02-2022 2 S: ibu pasien mengatakan anaknya nyeri perut berkurang Bagas W
O: tampak memegangi perut
TTV : TD :110/70 mmHg
N: 148 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 36,9 0C
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan program terapi
06-01-2022 2 S: ibu pasien mengatakan anaknya nyeri perut berkurang Bagas W
O: tampak memegangi perut
TTV : TD :105/75 mmHg
N: 148 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 36,8 0C
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan program terapi
04-01-2022 3 S :ibu pasien mengatakan nafsu makan pasien menurun Bagas W
O:
BB : 15 kg
PB : 105 cm
TTV :
TD :100/60 mmHg
N: 152 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 39,6 0C
Mukosa bibir pucat
Pasien tampak lemas
Makanan ¼ porsi habis
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemerikasaan laboratorium
- Sajikan makanan secara menarik dan susu yang
di sukai
Berikan makanan tinggi kalori dan protein
05-01-2022 3 S: ibu pasien mengatakan nafsu makan pasien meningkat Bagas W
O:
BB: 15 kg
PB: cm
TTV :
TD :110/70 mmHg
N: 148 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 36,9 0C
Mukosa bibir lembab
Makanan ½ porsi habis
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan program terapi dan intervensi
06-01-2022 3 S: ibu pasien mengatakan nafsu makan pasien meningkat Bagas W
O:
BB: 15 kg
PB: cm
TTV :
TD :105/75 mmHg
N: 148 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 36,8 0C
Mukosa bibir lembab
Makanan ½ porsi habis
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan program terapi dan intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan yang
mengalami DHF dengan yang sudah dilakukan penulis di Ruang Menur RSUP Dr.
Soeradji Tirtonegoro Klaten. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan proses
keperawatan. Proses keperawatan adalah suatu metode sistematis dan ilmiah yang
digunakan perawat untuk memenuhi kebutuhan pasien dalam mencapai dan
mempertahankan keadaan biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang optimal melalui
tahap pengkajian, identifikasi diagnosa keperawatan, penentuan rencana keperawatan,
melaksanakan tindakan keperawatan, serta mengevaluasi tindakan keperawatan (Suarli,
2012).
B. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses yang sistematis dalam pengumpulan
data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien (Setiadi, 2012). Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantung
pada tahap pengkajian.
Pengkajian dilakukan pada tanggal 4 Januari 2022, dengan identitas An. D 3
tahun 6 bulan 15 hari, alamat Tinap, 01/03, Tina, Sukomoro, Magetan. Pengkajian
orang yang bertanggung jawab nama Ayah/Ibu yaitu Tn.D/Ny.D, Pekerjaan Ayah
adalah Karyawan swasta dan pekerjaan Ibu adalah Ibu Rumah Tangga dan Agama
pasien adalah Islam, Alamat adalah Tinap, 01/03, Tinap, Sukomoro, Magetan.
Menurut American academy of pediatrics (AAP) suhu tubuh normal pada anak
berumur kurang dari 3 tahun adalah 380C dan pada anak berumur lebih dari 3 tahun
adalah 37,80C. Dan menurut majority volume 6 (2017) penyebab terjadinya demam
pada DHF adalah karena terjadinya infeksi virus dengue yang ditranmisikan melalui
gigitan nyamuk dengue.
Hockenberry & Wilson (2009) anak dapat dikelompokkan menurut fase
perkembangannya. Fase perkembangan anak terdiri dari fase prenatal, fase neonatal,
fase infant, fase toddler, fase prasekolah, fase sekolah, dan fase remaja. Fae prenatal
mencakup masa kehamilan sampai anak dilahirkan. Fase neonatal merupkan masa saat
bayi lahir sampai usia 28 hari. Fase infant adalah fase saat bayi berusia 1 bulan sampai
12 bulan. Fase toddler merupakan saat anak berusia 1-3 tahun. Setelah di fase ini akan
memasuki pra sekolah yaitu saat anak memasuki usia 3-6 tahun. Fase sekolah
merupakan fase fase berusia 6-12 tahun, dan terakhir fase remaja yaitu saat anak
memasuki usia 12-18 tahun
Menurut Suyono (2019), pada pemeriksaan fisik yang dilakukan pada anak
pneumonia dengan gangguan pemenuhan oksigenasi didapatkan data keadaan umum
tampak lemah dan sesak napas, kesadaran composmentis sampai somnolent, tanda-
tanda vital Hasil pengkajian menunjukkan Tanggal munculnya keluhan :Ibu pasien
mengatakan An. D demam sejak minggu 2 Januari 2022. Kemudian ibunya membawa
ke RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro pada tanggal 3 januari 2022 pukul 08.00 WIB,
dengan keluhan demam di sertai dengan mual serta nafsu makan menurun. ekstremitas
akral hangat di sertai nyeri perut ,nyeri seperti di tusuk-tusuk, skala nyeri 4,
berlangsung terus menerus, hasil LAB menunjukkan An. D positif DF dan di sarankan
olehj dokter untuk rawat inap di ruang anak RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro ,kemudian
pasien di bawa ke ruang menur pada tanggal 3 Januari 2022 pukul 13.00 WIB. BB
klien :15 kg saat sakit, BB klien sebelum sakit :17 kg
Mual, muntah menyebabkan banyak cairan tubuh serta elektrolit penting dalam
tubuh terbuang. Selain itu, muntah berpengaruh pada perubahan indra pengecap yang
dapat mengakibatkan menurunnya asupan cairan atau intake yang mengakibatkan
tubuh mengalami kekurangan cairan sehingga pasien menjadi lemah dan membran
mukosa menjadi kering. Selain itu penyebab kekurangan volume cairan juga
diakibatkan suhu tubuh yang meningkat sebagai bentuk respon imun tubuh terhadap
virus. Suhu tubuh yang tinggi dapat mengeluarkan banyak keringat sehingga terjadi
penurunan turgor kulit. Indikasi lain yang menunjukkan tubuh mengalami kekurangan
volume cairan yaitu perubahan tanda-tanda vital diantaranya meningkatnya suhu
tubuh, frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun (Hasanah,
2020)
Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Kemenkes RI (2015) bahwa yang terjadi
pada penderita penyakit DHF biasanya ditandai adanya demam yang berlangsung
sepanjang hari. menurut (Nurarif & Kusuma 2015) adanya proses radang akibat infeksi
yang terjadi atau karena gangguan fisiologis darah, serta gangguan nafsu makan dan
gangguan pada pencernaan, baik berupa keluhan mual sampai muntah
Pengkajian fisik meliputi Tanda – tanda vital : TD : 100/60 mmHg, N :152
x/menit, RR : 24 x/ menit, S : 39,6 0C, SPO2 : 98 % dan BB :15 kg..
Terjadi peningkatan suhu pada kedua klien. Menurut (Murwani 2018) Virus dengue
yang telah masuk ketubuh 101 penderita akan menimbulkan viremia, hal tersebut akan
menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus sehingga menyebabkan
(pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin, histamin) terjadinya: peningkatan suhu.
Penulis tidak ditemukan kesenjangan antara tinjauan kasus dan tinjauan
pustaka dalam pemeriksaan penunjang. Infeksi virus dengue merupakan penyebab
Dengue Hemorrhage Fever (DHF). Virus dengue merupakan virus kelompok B
(Arthopod-Bornevirus). Penularan penyakit DHF terjadi ketika nyamuk yang
terinfeksi virus dengue menggit atau menghisap darah manusia yang sakit ke manusia
yang sehat. Nyamuk tersebut merupakan nyamuk yang termasuk dalam keluarga
Flavafiridae dan golongan flavivirus. Jadi nyamuk merupakan vektor atau transmisi
virus dari manusia ke manusia atau menusia kehewan atau hewan kemanusia. Nyamuk
yang membawa virus dengue sendiri terbagi dalam beberapa jenis yaitu DEN-1,
DEN2, DEN-3, DEN-4 yang banyak ditemukan diseluruh plosok Indonesia
(Kardiyudiani, 2019)
C. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis terhadap pengalaman atau
respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan, pada resiko
masalah kesehatan atau proses kehidupan. Menurut NANDA (2015) terdapat 8
diagnosis keperawatan yang muncul pada anak yang mengalami DHF yaitu
hipertermia, resiko perdarahan, kekurangan volume cairan, nyeri akut, resiko syok,
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, ketidakefektifan pola napas. Diagnosis keperawatan yang tidak ada
sesuai dengan teori pada An. D diantaranya resiko syok, ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer dan ketidakefektifan pola.
Diagnosa yang muncul pada An. D adalah Hipertermia berhubungan dengan
proses penyakit, nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera biologis dan Defisit
nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
Menurut SDKI (2016) penyebab hipertermia yaitu dehidrasi, terpapar lingkungan
panas, proses penyakit ( mis.infeksi,kanker), ketidaksesuaian pakaian dengan
lingkungan, peningkatan laju metabolisme, respon trauma, aktivitas berlebihan,
dan penggunaan inkubator. Hipertermia adalah keadaan meningkatnya suhu tubuh di
atas rentang normal tubuh
Data pengkajian didapatkan data subjektif mleliputi ibu klien mengatakan An .D
demam sejak 2 hari yang lalu. Data objektf meliputi KU lemah, Akral hangat,
Konjungtiva anemis, Wajah dan kulit tampak kemerahan. Tanda-tanda vital
meliputi TD :100/60 mmHg, N: 152 x/menit,RR : 24 x/menit, S : 39,6 0C, HB;
11,90 g/dL, Leukosit:6,42 10000/ul, Trombosit:68 10000/ul dan Urine: bakteri +
Diagnosa ini menjadi prioritas utama karena menurut Hierarki Maslow hipotermi
merupakan kebutuhan yang harus diatasi, karena apabila hipotermi jika tidak
diatasi bisa menyebabkan gangguan rasa aman dan nyaman yang pada akhirnya
mengancam kehidupan atau bisa menyebabkan kematian ( Sulastriningsih, 2020)
D. Intevensi keperawatan
Perencanaan (intervensi) adalah suatu proses didalam Pemecahan masalah
yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu, apa yang akan dilakukan, bagaimana
dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua tindakan keperawatan
(Dermawan, 2012). Perencanaan atau intervensi keperawatan adalah segala treatment
yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis
untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Berikut adalah intervensi untuk
pasien dengan hipertermia berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018)
Tujuan adalah hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi masalah diangnosa
keperawatan, sedangkan kriteria hasil adalah standar evaluasi yang memberikan
petunjuk bahwa tujuan telah tercapai dan di gunakan dalam membuat pertimbangan.
Tujuan dan kriteria hasil yang di lakukan oleh penulis berfokus pada pasien, singkat
dan jelas, dapat diobservasikan dan diukur, ada batas waktu, ralistik, dan ditentukan
oleh perawat dan pasien (Setiadi, 2012 ).
1. Hipertermia berhubungan dengan Proses Penyakit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam tidak terjadi hipertermia
dengan kriteria hasil Menggigil menurun, Kulit merah menurun, pucat menurun,
suhu tubuh membaik, suhu kulit membaik dan tekanan darah membaik.
Berdasarkan SDKI (2017) terdapat gejala dan tanda mayor 80-100% untuk
validasi diagnosis dan terdapat tanda minor : tanda dan gejala tidak harus
ditemukan, namun jika ditemukan dapat mendukung penegakan diagnose adapun
gejala dan tanda mayor subjektif (tidak tersedia) dan data objektif : suhu tubuh
diatas nilai normal. Sedangkan gejala dan tanda minor subjektif (tidak tersedia)
dan data objektif : kulit merah, kejang, takikardi, takipnea, dan kulit terasa
hangat.Rencana indakan keperawatan yaitu manajemen jalan nafas, Monitor pola
nafas,Monitor bunyi nafas tambahan, Monitor sputum, Pertahankan kepatenan
jalan nafas, Berikan asi hangat dan Berikan oksigen sesuai kebutuhan dan Penuhi
asupan cairan sesuai kebutuhan (SDKI, 2018)
Penyusunan intervensi menggunakan SDKI (2018) yang meliputi
manajemen hipertermia. Manajemen hipertermi melputi Observasi, identifkasi
penyebab hipertermi (mis. dehidrasi terpapar lingkungan panas penggunaan
incubator), monitor suhu tubuh, monitor kadar elektrolit dan monitor haluaran
urine. Secara terapeutik meliputi sediakan lingkungan yang dingin, longgarkan
atau lepaskan pakaian, basahi dan kipasi permukaan tubuh, berikan cairan oral
dan ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis (keringat
berlebih). Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher, dada, abdomen,aksila), Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin dan Batasi oksigen, jika perlu. Edukasi yaitu anjurkan tirah baring.
Kolaborasi yaitu kolaborasi cairan dan elektrolit intravena, jika perlu. Hasilini
sesuai dengan jurnal Fitriani (2020) bahwa diagnosa hipertermi dengan penangan
manajemen hipertermi.
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit
Penyusunan intervensi disesuaikan dengan teori asuhan keperawatan yang
ada. Intervensi dari diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga sakit disusun sesuai dengan
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2020) yaitu manajemen nyeri, intervensi yang
diberikan adalah kaji nyeri secara komprehensif, observasi tanda-tanda vital,
ajarkan/demonstrasikan teknik manajemen nyeri (teknik relaksasi),
ajarkan/demonstrasikan teknik manajemen nyeri (distraksi),
anjurkan/demonstrasikan pada klien dan keluarga kompres hangat pada kepala
bagian belakang, anjurkan klien untuk meningkatkan istrahat, beri lingkungan
yang nyaman untuk mengurangi nyeri, beri informasi pada klien dan keluarga
tentang nyeri dan perawatan yang diberikan serta kolabari pemberian terapi
analgetik untuk megurangi nyeri. Setelah menetapkan suatu diagnosa yang
menjadi prioritas, sekarang penulis akan mengidentifikasi urutan intervensi
keperawatan, ketika pasien mempunyai masalah atau perubahan multiple.
Intervensi keperawatan adalah semua tindakan asuhan yang perawat lakukan atas
nama klien. Intervensi yang dilakukan adalah mengajarkan teknik non
farmakologi dengan cara relaksasi nafas dalam
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
Defisit nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme (SDKI DPP PPNI, 2016). Defisit nutrisi adalah suatu
keadaan ketika individu yang tidak puasa mengalami atau berisiko mengalami
penurunan berat badan yang berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat atau
metabolisme nutrient yang tidak adekuat untuk kebutuhan metabolik (Carpenito,
2013).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam status nutrisi pada
pasien membaik dengan kriteria hasil Porsi makan yang di habiskan dan
Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi membaik. Rencana tindakan
yang dilakukan adalah manajemen nutrisi (I. 03119) ynag meliputi observasi yaitu
identifikasi status nutrisi, rasionalisasi untuk mengetahu status nurisi pasien.
Identifikasi alergi dan intoleransi makanan rasionalisasasinyaunuk mengetahui
apakah pasien mempunyai alergi terhadap makanan, identifikasi makanan yang
disukai rasionalisasinya untuk mengetahui makanan yang disukasi pasien.
Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient rasionalisasinya untuk
mengetahui kebutuhan kalori dan jenis nutrisi dari pasien. Identifikasi perlunya
penggunaan selang nasogastrik. Monitor asupan makanan, monitor berat badan
dan monitor hasil pemeriksaan laboratorium. Terapeutik meliputi lakukan oral
hygiene sebelum makan, jika perlu. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
Piramida makanan). Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi dan Berikan makanan
tinggi kalori dan tinggi protein. Berikan suplemen makanan, jika perlu, Hentikan
pemberian makan melalui selang nasigastrik jika asupan oral dapat ditoleransi.
Edukasi yang dilakukan adalah anjurkan posisi duduk, jika mampu, Ajarkan diet
yang diprogramkan. Kolaborasi yang dilakukan Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika
perlU.
E. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan. Ada tiga tahap dalam tindakan
keperawatan, yaitu tahap persiapan, tahap intervensi, dan tahap dokumentasi (Setiadi,
2012). Implementasi perencanaan berupa penyelesaian tindakan yang diperlukan
untuk memenuhi, kriteria hasil seperti digambarkan dalam rencana tindakan. Tindakan
dapat dilakukan oleh perawat, pasien, anggota keluarga, anggota tim kesehatan lain,
atau kombinasindari yang disebutkan diatas (Dermawan, 2012).
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan dilakukan tindakan keperawatan pada diagnosa hipetermia
berhubungan dengan proses penyakit. Setelah dilakukan tindakan keperawatan
2x24 jam hipertermia tidak terjadi dengan kriteria hasil kriteria hasil Menggigil
menurun, Kulit merah menurun, pucat menurun, suhu tubuh membaik, suhu kulit
membaik dan tekanan darah membaik. Implementasi keperawatan yang
dilakukan adalah manajemen hipertermia, yaitu Manajemen hipertermi melputi
Observasi, identifkasi penyebab hipertermi (mis. dehidrasi terpapar lingkungan
panas penggunaan incubator), monitor suhu tubuh, monitor kadar elektrolit dan
monitor haluaran urine. Secara terapeutik meliputi sediakan lingkungan yang
dingin, longgarkan atau lepaskan pakaian, basahi dan kipasi permukaan tubuh,
berikan cairan oral dan ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebih). Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut
hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen,aksila), Hindari
pemberian antipiretik atau aspirin dan Batasi oksigen, jika perlu. Edukasi yaitu
anjurkan tirah baring. Kolaborasi yaitu kolaborasi cairan dan elektrolit intravena,
jika perlu.
Implementasi yang dilakukan pada hari pertama yaitu mengidentifikasi
penyebab hipertermi, Memonitor suhu tubuh, Memonitor keluaran urine,
Menyediakan lingkungan yang dingin, Menganjurkan tirah baring dan memberi
cairan oral. Hal ini dilakukan untuk memantau keadaan pasien. Hasil ini sesuai
dengan yang dilakukan Pratiwi (2022) bahwa Rencana keperawatan meliputi
tujuan dan kriteria hasil dengan luaran termoregulasi membaik, label intervensi
keperawatan manajemen hipertermia. Implementasi keperawatan memberikan
terapi inovasi kompres bawang merah dengan evaluasi keperawatan yang didapat
setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam termoregulasi membaik..
Implementasi hari kedua yaitu manajemen hipertermia meliputi
mengidentifikasi penyebab hipertermi, Memonitor suhu tubuh, Memonitor
keluaran urine, Menyediakan lingkungan yang dingin, Menganjurkan tirah baring
dan memberi cairan oral. Implementasi hari ketiga melkaukan manajemen
hipertermia meliputi mengidentifikasi penyebab hipertermi, Memonitor suhu
tubuh, Memonitor keluaran urine, Menganjurkan tirah baring dan memberi cairan
oral. Hasil ini sesuai dengan yang dilakukan Asri (2020) bahwa pelaksanaan
tindakan pada pasien anak DHF dengan melakukan manajemen hipertermi. Hal
ini dilakukan agar suhu membaik.
2. Nyeri akut berhubungan dengan Proses Penyakit
Implementasi dari diagnosa pertama yaitu nyeri akut berhubungan
penyakit yaitu mengkaji nyeri secara komprehensif, mengobservasi tanda-tanda
vital, mengajarkan/mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri (teknik relaksasi),
mengajarkan/mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri (distraksi),
menganjurkan/mendemonstrasikan pada klien dan keluarga kompres hangat pada
kepala bagian belakang, menganjurkan klien untuk meningkatkan istrahat,
memberi lingkungan yang nyaman untuk mengurangi nyeri, serta memberi
informasi pada klien dan keluarga tentang nyeri dan perawatan yang diberikan.
Tindakan keperawatan dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan utama
yaitu nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.
Implementasi yang dilakukan hari pertama yaitu Mengidentifikasi klien
mengenai kebiasaan yang beresiko dengan kejadian nyeri. Rasionalnya agar
pasien mengerti tanda dan gejala nyeri Rasionalnya untuk agar pasien mengerti
tentang pengertian, tanda dan gejala nyeri. Mendukung teknik yang dapat
mengurangi stress : relaksasi dan massage.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Mulyadi (2015) menunjukan
bahwa skala nyeri responden pada kelompok eksperimen menunjukan penurunan
yang segnifikan saat sebelum dan sesudah terapi relaksasi napas dalam, dimana
nilai 3.357 dan nilai P = 0.001 atau (P0,05) hal tersebut dapat disimpula bahwa
terdapat pengaruh yang segnifikan antara pemberian terapi relaksasi napas dalam
terhadap penurunan intensitas nyeri. Hasil yang didapat penulis setelah
dilakukannya tindakan ini adalah pasien mengatakan nyerinya sudah dapat ia
control dan pasien tampak nyaman. Teknik relaksasi nafas dalam dipercaya
mampu merangsang tubuh untuk melepaskan opoid endogen yaitu endorfin dan
enkefalin. Endorfin dan enkefalin merupakan substansi di dalam tubuh yang
berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri (Smeltzer & Bare, 2015).
Endorfin merupakan neurotransmitter yang menghambat pengiriman rangsangan
nyeri sehingga dapat menurunkan sensasi nyeri. Penurunan intensitas nyeri
tersebut dipengaruhi oleh peralihan fokus responden pada nyeri yang dialami
terhadap penatalaksanaan teknik relaksasi napas dalam sehingga suplai oksigen
dalam jaringan akan meningkat dan otak bisa berelaksasi. Otak yang relaksasi
itulah yang akan merangsang tubuh untuk menghasilkan hormon endorfin untuk
menghambat transmisi impuls nyeri ke otak dan dapat menurunkan sensasi
terhadap nyeri yang akhirnya menyebabkan intensitas nyeri yang dialami
responden berkurang (Widiatie, 2015).
Mengukur TTV Klien. Memonitor tingkat kenyamanan saat aktifitas baik
siang atau malam. Implementasi yang ketiga yaitu dengan mengkolaborasikan
dengan tim medis untuk pemberian terapi obat analgesik. Pemberian analgesik
yang memang mudah dan cepat dalam pelaksanaanya dibandingkan dengan
penggunaan intervensi manejemen nyeri non-farmakologi. Jika dengan
manejemen nyeri nonfarmakologi belum juga berkurang atau hilang maka barulah
diberikan analgesik. Pemberian analgesik juga harus sesuai dengan yang
diresepkan dokter, karena pemberian analgesik dalam jangka panjang dapat
menyebabkan pasien mengalami ketergantungan (Sodikin, 2001 dalam
Sehono,2010).
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
Implementasi yang diberikan kepada pasien 3×24 jam yaitu kaji status
nutrisi anak, kaji adanya alergi makanan atau tidak, monitor berat badan, monitor
mual dan muntah, mengobservasi tanda-tanda vital, berikan makanan sedikit tapi
sering, kolaborasi dengan ahli gizi untuk membantu memilih makanan yang dapat
memenuhi kebutuhan gizi selama sakit. Menurut peneliti implementasi
ini,Intevensi yang paling efektif yang bisa mengatasi masalah risiko defisit nutrisi
adalah memberikan makanan sedikit tapi sering karena hal itu dapat
meningkatkan nafsu makna anak, sehingga adanya peningkatan nafsu makan anak
bisa mencegah terjadinya risiko defisit nutrisi.
F. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana, tentang kesehatan
klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan
dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi
adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan
dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).
Pada evaluasi penulis sudah sesuai dengan teori yang ada yaitu sesuai SOAP
(subjektif, objektif, assessment dan planning). Evaluasi pada diagnosa pertama
didapatkan hasil data subjektif ibu pasien mengatakan badan anaknya panas (demam),
Data Objektif kulit tampak merah, Akral teraba hangat, Tampak lemah dan
Konjungtiva anemis, TTV : TD :100/60 mmHg, N: 152 x/menit, RR : 24 x/menit dan
S : 39,6 0C. Analisa masalah belum teratasi dan Perencanaan lanjutkan intervensi dan
Identifikasi penyebab hipertermi, Monitor suhu tubuh, Monitor keluaran urine,
Sediakan lingkungan yang dingin, Anjurkan tirah baring dan Berikan cairan oral.
Longgarkan atau lepaskan pakaian. Evaluasi pada hari kedua dan ketiga masalah
teratasi. Hal ini dikarenakan faktor pendukung yaitu klien kooperatif dan dan mau
melakukan anjuran perawat.
Diagnosa kedua nyeri teratasi hal ini dilihat dari suhu bayi. S: ibu pasien
mengatakan An. D mengeluh nyeri perut, O: tampak wajah meringis, P: nyeri tekan
pada ulu hati, Q: nyeri seperti di tusuk-tusuk, R: nyeri bagian perut, S: skala 4, T:
hilang timbul, Tampak memegang perut, TTV : TD :100/60 mmHg, N: 152 x/menit,
RR : 24 x/menit dan S : 39,6 0C. A: masalah belum teratasi, P: lanjutkan intervensi,
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri. Fasilitasi
istirahat dan tidur, Jelaskan strategi meredakan nyeri dan Anjurkan menggunakan
analgesic secara tepat. Hari kedua masalah teratasi dan hari ketiga masalah juga
teratasi. Hal ini dikarenakan faktor pendukung yaitu klien kooperatif dan dan mau
melakukan anjuran perawat.
Diagnosa ketiga defisit nutrisi berhubungan dengan ktidakmampuan menelan
makanan. Data subjektif ibu pasien mengatakan nafsu makan pasien menurun.
Objektif BB : 15 kg, PB : 105 cm. TTV : TD :100/60 mmHg, N: 152 x/menit,
RR : 24 x/menit, S : 39,6 0C. Mukosa bibir pucat, Pasien tampak lemas, Makanan ¼
porsi habis.Masalah belum teratasi. Lanjutkan intervensi meliputi monitor berat badan,
Monitor hasil pemerikasaan laboratorium, Sajikan makanan secara menarik dan susu
yang di sukai dan Berikan makanan tinggi kalori dan protein. Dignosa hari kedua
masalah teratasi demikian juga hari ketiga. Hal ini dikarenakan faktor pendukung yaitu
klien kooperatif dan dan mau melakukan anjuran perawat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dalam melakukan asuhan keperawatan dengan hiperuresia. Penulis menggunakan
tahap proses keperawatan yaitu : pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.
1. Pengkajian didapatkan data subjektif menunjukkan Ibu pasien mengatakan An. D
demam sejak minggu 2 Januari 2022. Kemudian ibunya membawa ke RSUP Dr.
Soeradji Tirtonegoro pada tanggal 3 januari 2022 pukul 08.00 WIB, dengan
keluhan demam di sertai dengan mual serta nafsu makan menurun . ekstremitas
akral hangat di sertai nyeri perut ,nyeri seperti di tusuk-tusuk, skala nyeri 4,
berlangsung terus –menerus ,hasil LAB menunjukkan An. D positif DF dan di
sarankan olehj dokter untuk rawat inap di ruang anak RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro ,kemudian pasien di bawa ke ruang menur pada tanggal 3 Januari
2022 pukul 13.00 WIB. BB klien :15 kg saat sakit, BB klien sebelum sakit :17 kg
2. Diagnosa dalam asuhan keperawatan ini hipertermia berhubungan dengan proses
penyakit, nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit dan defisit nutrisi
berhubungan dengan kemampuan tidak bisa menelan.
3. Perencanaan disusun berdasarkan konsep teori yang telah didapatkan untuk
diterapkan secara aktual dengan hipertermia masalah teratasi dengan manajemen
nutrisi, nyeri akut masalah teratasi dengan relaksasi nafas dalam dan defisit nutrisi
masalah teratasi dengan manajemen nutrisi.
4. Pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan berdasarkan teori. Hipertermia dengan perencanaan manajemen
hipertermia, Nyeri dengan perencanaan dengan relaksasi nafas dalam dan defisit
nutrisi dengan manajemen nutrisi
5. Evaluasi yang dilakukan berdasarkan diagnosis pada hipertermia masalah teratasi,
nyeri masalah teratasi dan defisit nutrisi masalah teratasi sebagian.
B. Saran
1. Bagi akademik
Penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
pembejaran dalam teori tentang DHF
2. Bagi tempat penelitian
Penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat jadikan sebagai landasan dalam
memberi asuhan keperawatan.
3. Bagi peneliti
Penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dalam
mengembangkan wawasan DHF
DAFTAR PUSTAKA
Akib (2016) Buku Pintar Asuhan Keperawatan Bayi & Balita (I). Jakarta: Cakrawala Ilmu.
Arsin (2014) ‘Epidemiologi Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. Makassar:
Masagena Press; 2013’.
Bahtiar (2016) ‘Kerentanan Wilayah Terhadap Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
di Kabupaten Sleman.’, Skripsi [Preprint], (Departemen Geografi FMIPA Universitas
Indonesia.).
Dinas Kesehatan Klaten (2021) Profil Kesehatan Kabuaten Klaten. Klaten: Dinas
Kesehatan Klaten.
Gama (2014) ‘Karakteristik Dengue berat yang dirawat di pediatric intensive care unit’,
MKB.44: 147-51. [Preprint].
Hidayat (2018) Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Karyanti dan Hadinegoro (2017) Perubahan Epidemiologi Demam Berdarah Dengue Di
Indonesia. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo
FKUI. Jakarta: FKUI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan UNICEF (2017) ‘Profil Kesehatan
Indonesia 2016. http://www.depkes.go.id /resources/download/pusdatin/lain-lain/Data dan
Informasi Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia 2016 -’, smaller size - web.pdf – Diakses
Agustus 2017 [Preprint].
Nelson (2018) Pengantar konsep dasar keperawatan anak 1. Jakarta: Salemba Medika.
Ngastiyah (2015) Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Suhendro, Nainggolan L, Chen K, P.H.D.B.D.I.S. and AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al. B.
(2014) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 5 Jilid III. Jakarta: Interna Publising. 2010.
Hlm 2773.
Tim Pokja SDKI DPP (2018) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Tim
Pokja SDKI.
Tim Pokja SIKI DPP (no date) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Tim
Pokja SIKI.
WHO (2014) ‘South-East Asia Region. Comprehensive guideline : Prevention and Control
of Dengue dan Dengue Haemorrhagic Fever; 2009.’, Dari :
http://03.0.70.117/PDS_DOCS/B0109.pdf [21 April 2016] [Preprint].
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. (no date) Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wijayaningsih (2016) Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: CV. Trans Info. Media.
Zulkroni (2015) Parasitologi. Yogyakarta: Nuha Medika.