Anda di halaman 1dari 28

TUGAS KELOMPOK

Makalah Asuhan Keperawatan Anak Dengan DBD/DHF

Oleh Kelompok 3 :
N NAMA
O
1 ANDI TIYO WIJAYA
2 MONTAVIANA G JAMURA
3 VANNY SINERI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

2020

i
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME karena atas karunianya

penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan

Anak Dengan DHF”. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas

mata kuliah Keperawatan Anak dengan Dosen pengampu mata kuliah Hotnida Erlin

Situmorang, S.Kep., Ns., M.Ng. semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat

bagi banyak pihak serta mendapat nilai yang memuaskan.

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar................................................................................................................i

Daftar Isi........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................iv

1.1 Latar Belakang....................................................................................................iv

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................iv

1.3 Tujuan.................................................................................................................iv

BAB II LAPORAN PENDAHULUAN........................................................................1

2.1 Definisi................................................................................................................1

2.2 ETIOLOGI..........................................................................................................1

2.3 PATOFISIOLOGI...............................................................................................2

2.4 TANDA DAN GEJALA.....................................................................................4

2.5 KLASIFIKASI.....................................................................................................5

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG........................................................................6

2.7 PENATALAKSANAAN....................................................................................6

2.8 PENCEGAHAN..................................................................................................8

BAB III LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN...................................................10

3.1.1 Pengkajian..................................................................................................10

iii
3.1.2 Diagnosa Keperawatan...............................................................................14

3.1.3 Perencanaan................................................................................................14

BAB IV PENUTUP.....................................................................................................21

4.1 Keseimpulan......................................................................................................21

4.2 Saran..................................................................................................................21

Daftar Pustaka..............................................................................................................23

iv
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering disebut

sebagai demam berdarah. Menurut para ahli, demam berdarah dengue disebut sebagai

penyakit (terutama sering dijumpai pada anak) yang disebabkan oleh virus Dengue

dengan gejala utama demam, nyeri otot, dan sendi diikuti dengan gejala pendarahan

spontan seperti; bintik merah pada kulit,mimisan, bahkan pada keadaan yang parah

disertai muntah atau BAB berdarah.

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)

adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae,d

engan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal

dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai

tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue.

Morbiditas penyakit DBD menyebar di negara-negara Tropis dan Subtropis. Disetiap

negara penyakit DBD mempunyai manifestasi klinik yang berbeda.

Di Indonesia Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya

dan sekarang menyebar keseluruh propinsi di Indonesia. Timbulnya penyakit DBD

ditenggarai adanya korelasi antara strain dan genetik, tetapi akhir-akhir ini ada

tendensi agen penyebab DBD disetiap daerah berbeda. Hal ini kemungkinan adanya

v
faktor geografik, selain faktor genetik dari hospesnya. Selain itu berdasarkan macam

manifestasi klinik yang timbul dan tatalaksana DBD secara konvensional sudah

berubah. Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada

banyak negara tropis dan sub tropis.

I.2 Rumusan Masalah

Mengetahui gambaran tentang konsep penyakit serta proses keperawatan anak dengan

DHF/DBD

I.3 Tujuan

Memberikan gambaran kepada masyarakat tentang penyakit DHF serta agar dapat

diaplikasikan asuhan keperawatan pada anak yang terinfeksi DHF.

vi
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

II.1 Definisi

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai

dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan

yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer & Suprohaita; 2000; 419).

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh

Arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

Aegypti dan Aedes Albopictus (Ngastiyah, 1995 ; 341).

Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh

empat serotipe virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu

demam yang tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan tanda-tanda

kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindroma renjatan dengue) sebagai

akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian (Rohim dkk, 2002 ;

45).

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terutama terdapat

pada anak dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, dan biasanya memburuk

pada dua hari pertama (Soeparman; 1987; 16).

II.2 ETIOLOGI

 Virus Dengue.

1
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam

Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue

tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat

dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam

genus flavovirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik

pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia

misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya

sel aedes Albopictus.

 Vektor.

Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu

nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa

spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan berperan.infeksi dengan salah

satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe

bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya

(Arief Mansjoer & Suprohaita; 2000;420).

II.3 PATOFISIOLOGI.

Virus dengue masuk dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes dan infeksi

pertama kali mungkin memberi gejala sebagai Dengue Fever (DF). Reaksi tubuh

merupakan reaksi yang biasa terlihat sebagai akibat dari proses viremia seperti

demam, nyeri otot dan atau sendi, sakit kepala, dengan / tanpa rash dan limfa

denopati.

2
Sedangkan DBD biasanya timbul apabila seseorang telah terinfeksi dengan

virus dengue pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Reinfeksi

ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi, sehingga menimbulkan

konsentrasi komplek antigen antibodi (komplek virus anti bodi) yang tinggi.

Terdapatnya komplek antigen antibodi dalam sirkulasi darah mengakibatkan :

1. Aktivasi sistem komplemen yang berakibat dilepaskannya mediator

anafilatoksin C 3a dan C 5a, dua peptida yang berdaya melepaskan histamin

dan merupakan mediator kuat yang menyebabkan meningkatnya permeabilitas

pembuluh darah (plasma – Leakage), dan menghilangnya plasma melalui

endotel dinding itu, renjatan yang tidak diatasi secara adekuat akan

menimbulkan anoksia jaringan, asidosis metabolik dan berakhir kematian.

2. Depresi sumsum tulang mengakibatkan trombosit kehilangan fungsi agregasi

dan mengalami metamorfosis, sehingga dimusnahkan oleh sistem RE dengan

akibat terjadi trombositopenia hebat dan perdarahan.

3. Terjadinya aktivasi faktor Hagemon (faktor XII) dengan akibat akhir

terjadinya pembekuan intra vaskuler yang meluas. Dalam proses aktivasi ini

maka plasminogen akan berubah menjadi plasmin yang berperan pada

pembentukan anafilatoksin dan penghancuran fibrin menjadi Fibrin

Degradation Product (FDP).

3
II.4 TANDA DAN GEJALA

 Demam.

Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian

turun menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam,

gejala – gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung , nyeri

tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyetainya.

 Perdarahan.

Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan umumnya

terjadi pada kulit dan dapat berupa uji torniguet yang positif mudah terjadi

perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura. Perdarahan ringan hingga

sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan

haematemesis (Nelson, 1993 ; 296). Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului

dengan nyeri perut yang hebat (Ngastiyah, 1995 ; 349).

 Hepatomegali.

Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak

yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati

teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita.

 Renjatan (Syok).

Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita,

dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada

4
ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi

pada masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk.

II.5 KLASIFIKASI.

WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4

golongan, yaitu :

 Derajat I.

Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Uji tourniquet positif.

 Derajat II.

Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti

petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.

 Derajat III.

Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat

(>120x/mnt),  tekanan nadi sempit ( ≤ 20 mmHg ), tekanan darah menurun, (120/80

→ 120/100 → 120/110 → 90/70 → 80/70 → 80/0 → 0/0 ).

 Derajat IV.

Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung ≥ 140x/mnt), anggota

gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

5
II.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG.

1. HB, Hematokrit / PCV meningkat sama atau lebih dari 20 %.Normal : PCV /

Hm = 3 x Hb.

 Nilai normal    :           - HB                =          L : 12,0 – 16,8 g/dl.

P : 11,0 – 15,5 g/dl

PCV /Hm     =          L : 35 – 48 %.

P : 34 – 45 %.

2. Trombosit menurun  100.000 / mm3.

 Nilai normal    :           L          : 150.000 – 400.000/mm3.

P          : 150.000 – 430.000/mm3.

3. Leucopenia, kadang-kadang Leucositosis ringan.

 Nilai normal    :           L/P      : 4.600 – 11.400/mm3.

4. Waktu perdarahan memanjang.

 Nilai normal    :           1 – 5 menit.

5. Waktu protombin memanjang.

 Nilai normal    :           10 – 14 detik

II.7 PENATALAKSANAAN.

  Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :

 Tirah baring atau istirahat baring.

 Diet makan lunak.

6
1) Minum banyak (2-2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan

beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling

penting bagi penderita DHF.

2) Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan

cairan yang paling sering digunakan.

3) Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika

kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.

4) Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.g.Pemberian obat antipiretik

sebaiknya dari golongan asetaminopen.

5) Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.

6) Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.

7) Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-

tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.

8) Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam. Pada kasus dengan renjatan
pasien dirawat di perawatan intensif dan segera dipasang infus sebagai
pengganti cairan yang hilang dan bila tidak tampak perbaikan diberikan
plasma atau plasma ekspander atau dekstran sebanyak 20  30 ml/kg
BB.Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan
12  48 jam setelah renjatan teratasi. Apabila renjatan telah teratasi nadi sudah
teraba jelas, amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 20 mmHg,
kecepatan plasma biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam.Transfusi
darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang hebat.
Indikasi pemberian transfusi pada penderita DHF yaitu jika ada perdarahan
yang jelas secara klinis dan abdomen yang makin tegang dengan penurunan
Hb yang mencolok.Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak minum
yaitu 1½-2 liter dalam 24 jam. Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan

7
melibatkan orang tua. Infus diberikan pada pasien DBD tanpa renjatan apabila
:
 Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga

mengancam terjadinya dehidrasi.

 Hematokrit yang cenderung mengikat.

II.8 PENCEGAHAN.

Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu

nyamuk Aedes Aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan

menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :

 Lingkungan.

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan

pemberantasan sarang nyamuk, pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat

pengembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia.

 Biologis.

Pengendalian biologis dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan cupang).

 Kimiawi.

Pengendalian kimiawi antara lain :

o Pengasapan/fogging berguna untyk mengurangi kemungkinan penularan

sampai batas waktu tertentu.

8
o Memberikan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air seperti

gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.

9
BAB III

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

III.1 Pengkajian

Menurut Nursalam (2005) hal-hal yang perlu dikaji pada anak dengan DHF yaitu:

III.1.1.1 Identitas pasien

Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari

15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua,

dan pekerjaan orang tua.

III.1.1.2 Keluhan utama

Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke Rumah Sakit

adalah panas tinggi dan anak lemah.

III.1.1.3 Riwayat penyakit sekarang

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat demam

kesadaran kompos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan hari ke-7, dan

anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan,

mual, muntah anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian,

nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi

perdarahan pada kulit, gusi (grade III,IV), melena atau hematemesis.

10
III.1.1.4 Riwayat penyakit yang pernah diderita

Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak bisa mengalami serangan

ulangan DHF dengan tipe virus lain.

III.1.1.5 Riwayat imunisasi

Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya

komplikasi dapat dihindarkan.

III.1.1.6 Riwayat gizi

Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi

baik maupun buruk dapat berisiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Anak

yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan

menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi

yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status

gizinya menjadi kurang.

III.1.1.7 Kondisi lingkungan

Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih.

III.1.1.8 Pola kebiasaan

1. Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang,

dan nafsu makan menurun.

2. Eliminasi alvi(buang air besar). Kadang-kadang anak mengalami

diare/konstipasi. Sementara DHF pada grade III-IV bisa terjadi melena.

11
3. Eliminasi urine perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit/banyak, sakit/tidak.

Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.

4. Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami

sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun

istirahatnya kurang.

5. Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan

cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes

aegypti.

6. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk

menjaga kesehatan.

III.1.1.9 Pemeriksaan Fisik

meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut sampai

ujung kaki Berdasarkan tingkatan (grade) DHF, keadaan fisik anak adalah sebagai

berikut:

1. Grade I: kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital

dan nadi lemah.

2. Grade II: kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan

spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak

teratur.

3. Grade III: kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah,

kecil, dan tidak teratur, serta tensi menurun.

12
4. Grade IV: kesadaran koma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba, tensi tidak

terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit

tampak biru.

 Sistem integumen

1. Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin,

dan lembab.

2. Kuku sianosis/tidak.

3. Kepala dan leher.

Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata anemis,

hidung kadang mengalami perdarahan (epitaksis) pada grade II, III, IV. Pada mulut

didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan.

Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan telinga

(pada grade II, III, IV).

 Dada

Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat cairan

yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), Rales , Ronchi yang

biasanya terdapat pada grade III dan IV.

4. Abdomen. Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali), dan

asites.

5. Ekstremitas. Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.

13
III.1.1.10 Pemeriksaan laboratorium

Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai:

1. Hb dan PCV meningkat (20%)

2. Trombositopenia (≤100.000/ml)

3. Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis)

4. Ig. D. Dengue positif

5. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hipokloremia,

dan hiponatremia.

6. Urium dan pH darah mungkin meningkat.

7. Asidosis metabolik: pCO2 <35-40 mmHg dan HCO3 rendah

8. SGOT/SGPT mungkin meningkat.

III.1.2 Diagnosa Keperawatan

Masalah atau diagnosis yang dapat ditemukan pada psien DHF antara lain:

1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia)

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, sehingga kurang dari kebutuhan

3. Potensial terjadi perdarahan intra abdominal

4. Gangguan aktivitas sehari-hari

5. Gangguan pertukaran gas

6. Kelebihan volume cairan

7. Resiko perdarahan

8. Resiko infeksi

14
III.1.3 Perencanaan

1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.

Tujuan   : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam suhu tubuh

normal

KH         : Suhu tubuh normal (36o-37oC)

               Pasien bebas dari demam

No Intervensi Rasional

1. Kaji saat timbulnya demam Mengidentifikasi pola demam


pasien
2. Observasi TTV setiap 3 jam atau Mengetahui keadaan umum
lebih sering pasien
3. Berikan penjelasan mengenai Penjelasan tentang kondisi yang
penyebab demam atau dialami pasien dapat membantu
peningkatan suhu tubuh. pasien/keluarga mengurangi
kecemasan yang timbul
4. Anjurkan pasien untuk banyak Peningkatan suhu tubuh
minum ± 2,5 liter tiap 24 jam dan mengakibatkan penguapan tubuh
jelaskan manfaatnya bagi pasien meningkat sehingga perlu
diimbangi dengan asupan cairan
yang banyak.
5. Berikan kompres dingin pada Kompres dingin akan membantu
axilla dan lipatan paha menurunkan suhu tubuh

15
6. Berikan terapi cairan intravena Pemberian cairan sangat penting
dan obat-obatan sesuai dengan bagi pasien dengan suhu tinggi.
program dokter (kolaborasi) Pemberian cairan merupakan
wewenang dokter sehingga
perawat perlu kolaborasi dalam
hal ini.

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, sehingga kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.

Tujuan   : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam kebutuhan

nutrisi dapat terpenuhi

KH        : Pasien mampu menghabiskan makanan dengan porsi makanan sedikit dan

sering sehingga terpenuhi jumlah asupan

No Intervensi Rasional

1. Kaji keluhan mual, sakit menelan, Untuk menetapkan cara


dan muntah yang dialami oleh mengatasinya
pasien
2. Berikan makanan yang mudah Membantu mengurangi kelelahan
ditelan pasien dan meningkatkan asupan
makanan karena mudah ditelan
3. Berikan makanan dalam porsi Untuk menghindari mual dan
kecil dan frekuensi sering muntah
4. Jelaskan manfaat makanan/nutrisi Meningkatkan pengetahuan

16
bagi pasien terutama saat sakit pasien tentang nutrisi sehingga
motivasi untuk makan meningkat
5. Catatlah jumlah/porsi makanan Untuk mengetahui pemenuhan
yang dihabiskan oleh pasien nutrisi pasien
setiap hari
6. Beri nutrisi parenteral (kolaborasi Nutrisi parenteral sangat
dengan dokter) bermanfaat/dibutuhkan pasien
terutama jika intake per oral
sangat kurang. Jenis dan jumlah
pemberian nutrisi parenteral
merupakan wewenang dokter

3. Potensial terjadi perdarahan intra abdominal berhubungan dengan

trombositopenia.

Tujuan      : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam perdarahan

intra abdominal tidak terjadi

KH           : Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut

                   Jumlah trombosit meningkat

17
No Intervensi Rasional

1. Monitor tanda penurunan Penurunan jumlah trombosit


trombosit yang disertai tanda merupakan tanda adanya
klinis kebocoran pembuluh darah yang
pada tahap tertentu dapat
menimbulkan tanda-tanda klinis
berupa perdarahan
2. Berikan penjelasan tentang Agar pasien/keluarga mengetahui
pengaruh trombositopenia pada hal-hal yang mungkin terjadi pada
pasien pasien dan dapat membantu
mengantisipasi terjadinya
perdarahan karena
trombositopenia
3. Monitor jumlah trombosit setiap Dengan jumlah trombosit yang
hari dipantau setiap hari, dapat
diketahui tingkat kebocoran
pembuluh darah dan
kemungkinan perdarahan yang
dialami pasien
4. Anjurkan pasien untuk banyak Aktivitas pasien yang tidak
istirahat terkontrol dapat menyebabkan
terjadinya perdarahan
5. Berikan penjelasan pada Keterlibatan keluarga dengan
pasien/keluarga untuk segara segera melaporkan terjadinya
melapor jika ada tanda perdarahan perdarahan akan membantu
lebih lanjut pasien mendpatkan panganan
6. Jelaskan obat-obat yang diberikan sedini mungkin
dan manfaatnya bagi pasien Dengan mengetahui obat-obatan

18
yang diminum dan manfaatnya
maka pasien akan termotivasi
untuk mau minum obat sesuai
dosis atau jumlah yang diberikan

4. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang

lemah.

Tujuan      : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam mampu

melakukan aktivitas sehari-hari

KH           : Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi

                  Pasien mampu mandiri setelah bebas demam

No Intervensi Rasional

1. Kaji keluhan pasien Untuk mengidentifikasi masalah-


masalah psien
2. Kaji hal-hal yang mampu/tidak Untuk mengetahui tigkat
mampu dilakukan oleh pasien ketergantungan pasien dlaam
sehubungan dengan kelemahan memenuhi kebutuhannya
fisiknya Pemberian bantuan sangat
3. Bantu pasien memenuhi diperlukan oleh pasien pada saat
kebutuhan aktivitasnya sehari-hari kondisinya lemah dan perawat
sesuai dengan tingkat keterbatasan mempunyai tanggung jawab
pasien dalam pemenuhan kebutuhan
sehari-hari pasien tanpa membuat

19
pasien tanpa membuat pasien
mengalami ketergantungan pada
perawat.
4. Bantu pasien untuk mandiri sesuai Dengan melatih kemandirian
dengan perkembangan kemajuan pasien maka pasien tidak
fisiknya mengalami ketergantungan pada
perawat
5. Berikan penjelasan tentang hal-hal Dengan penjelasan yang
yang dapat membantu dan diberikan kepada pasien, maka
meningkatkan kekuatan fisik pasien termotivasi untuk
pasien kooperatif selama perawatan
terutama terhadap tindakan yang
dapat meningkatkan kekuatan
fisiknya
6. Letakkan barang-barang ditempat Akan membantu pasien untuk
yang mudah terjangkau oleh memenuhi kebutuhannya sendiri
pasien tanpa orang lain
7. Siapkan bel di dekat pasien Agar pasien dapat segera
meminta bantuan perawat saat
membutuhkannya.

20
BAB IV

PENUTUP

IV.1 Keseimpulan

DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering disebut

sebagai demam berdarah. Menurut para ahli, demam berdarah dengue disebut sebagai

penyakit (terutama sering dijumpai pada anak) yang disebabkan oleh virus Dengue

dengan gejala utama demam, nyeri otot, dan sendi diikuti dengan gejala pendarahan

spontan seperti; bintik merah pada kulit,mimisan, bahkan pada keadaan yang parah

disertai muntah atau BAB berdarah.

IV.2 Saran

 Hendaknya institusi meyediakan referensi yang terbaru untuk meningkatkan

kemampuan mahasiswa/I sehingga dapat memecahkan adanya masalah yang

ada di tempat praktek keperawatan.

 Hendaknya masyarakat dapat menyebutkan tanda-tanda DHF sehingga

komplikasi DHF dapat diidentifikasi sedini mungkin.

 Hendaknya profesi keperawatan dapat menjamin kompetensi profesi perawat

melalui uji kompetensi yang dilakukan pada setiap perawat sehingga perawat

terampil dalam memberikan asuhan keperawatan

21
Daftar Pustaka

Perry, Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. EGC. Jakarta.

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta.

M. Nurs, Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan pada bayi dan anak. Salemba
Medika. Jakarta.

Ngastiyah (1995), Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa


Keperawatan, EGC ; Jakarta

22

Anda mungkin juga menyukai