(Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB II)
Disusun Oleh :
Kelompok 2
Ery Ramadhanti
Esty Mawadah
Hari Nugraha
Hendri Priyadi
Intan Yulianti Putri
Mega Mirfat
Moch. Fajar Nugraha
Muni Badriah
Onis Rohnenti
Panji Purnama R.
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Alloh SWT,karena Alhamdulillah dengan limpa
han karunia dan nikmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan laporan dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN DIAGNOSA MEDIS : HEMOROID DI GEDUNG
C. Lt 3 RUANG 313(1) RSUD CIBABAT CIMAHI ”.Penulisan laporan ini bertujuan untuk
memenuhi tugas Praktek keperawatan kmb II, dan mudah – mudahan tugas ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, maka kritik dan saran
yang sifatnya membangun sangat penyusun harapkan demi penyempurnaan laporan ini.
Harapan penyusun semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang membacanya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam anal kanal. Hemoroid sangat umum
terjadi pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luas vena
yang terkena. Sering terjadi namun kurang diperhatikan kecuali bila sudah menimbulkan nyeri dan
perdarahan. Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil. Tekanan intra abdomen yang
meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan juga karena adanya perubahan hormon
menyebabkan pelebaran vena hemoroidalis.
Hemoroid diklasifikasikan menjadi dua tipe. Hemoroid internal yaitu hemoroid yang terjadi diatas
sfingter anal sedangkan yang muncul di luar stfingter anal disebut hemoroid eksternal. (Brunner
& Suddarth, 1996)
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35% penduduk. Hemoroid
bisa mengenai siapa saja, baik laki-laki maupun wanita. Insiden penyakit ini akan meningkat
sejalan dengan usia dan mencapai puncak pada usia 45-65 tahun. Walaupun keadaan ini tidak
mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman. Berdasarkan hal
ini penulis tertarik untuk membahas penyakit hemoroid karena hemoroid jarang diperhatikan oleh
masyarakat bila belum terjadi perdarahan dan rasa nyeri.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memahami dan menerapkan asuhan keperawatan terhadap klien dengan penyakit hemoroid secara
komprehensif melalui bio-psiko-sosial-spiritual.
2. Tujuan Khusus
C. Metode Penulisan
Metode yang digunakan adalah pendekatan studi kasus, yaitu metode yang memberikan gambaran
terhadap suatu kejadian atau keadaan yang berlangsung melalui proses keperawatan.
Adapun teknik-teknik yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dengan cara :
1. Wawancara
Penulis melakuakan wawancara dengan keluarga klien, dan petugas kesehatan lain untuk
mendapatkan data subjektif klien.
2. Studi dokumentasi
Data – data yang didapatkan dari rekam medis klien diruangan, seperti catatan keperawatan,
catatan dokter, dan tim kesehatan lain.
3. Studi kepustakaan
Untuk mendapatkan literatur dan tinjauan teoritis, baik mengenai konsep dasar penyakit dan
konsep dasar keperawatan maka penulis melakukan studi kepuatakaan baik dari internet maupun
dari buku – buku sumber lainnya.
4. Observasi
Melaksanakan Asuhan Keperawatan secara langsung pada klien dan mengamati langsung
parubahan – perubahan yang terjadi untuk memperoleh data serta mencatat hal – hal penting
termasuk pemeriksaan fisik.
5. Pemeriksaan Fisik
Penulis melakukan pemeriksaan fisik pada klien melalui tahapan langkah – langkah berikut :
a. Inspeksi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara melihat apakah terdapat luka, ada
tidaknya hematom dll.
b. Palpasi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara meraba apakah ada benjolan atau
masa atau tidak.
c. Perkusi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara mengetuk dengan menggunakan
jari dan reflek hammer.
d. Auskultasi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara mendengarkan menggunakan
stetoskop.
D. Sistematika Penulisan
Penulis membagi penulisan asuhan keperawatan ini menjadi 5 bab, yang terdiri dari :
BAB I : PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan serta sistematika penulisan.
Terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan serta sistematika penulisan.
Terdiri dari pengkajian, analisa data, masalah keperawatan yang muncul, prosedur tindakan, dan
evaluasi.
BAB IV : PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.DEFENISI HEMOROID
Hemoroid adalah pembengkakan atau distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi namun
kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah hemoroid
lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat awam. Sudah pasti kehadirannya akan
mengundang segelintir rasa tidak nyaman. Hemoroid bukan saja mengganggu aspek kesehatan,
tetapi juga aspek kosmetik bahkan sampai aspek sosial.
Secara sederhana, kita bisa menganggap hemoroid sebagai pelebaran pembuluh darah, walaupun
sebenarnya juga melibatkan jaringan lunak di sana. Hemoroid hampir mirip dengan varises. Hanya
saja, pada varises pembuluh darah yang melebar adalah pembuluh darah kaki, sedangkan pada
hemoroid pembuluh darah yang bermasalah adalah vena hemoroidalis di daerah anorektal.
Post operasi ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan, rasa nyeri yang merupakan akibat spasme
rektal dapat menghambat buat air kecil dan defikasi. Rasa nyeri dapat diminimalkan dengan
penggunaan analgetik,sitbath dan pelembek feses. Selama 12 jam pertama setelah pembedahan
perdarahan merupakan hal yang mungkin terjadi. Darah dapat terkumpul di lubang anal dan tidak
dikeluarkan untuk itu tanda tanda lain dari pendarahan harus di monitor (TTV, tidak dapat
beristirahat dan haus ) pada periode ini sitbath di hindari karena penghangatan akan menambahkan
perdarahan lebih lanjut dengan melebarkan pembuluh darah peningkatan rasa nyaman :
1. bantu pasien untuk tidur dengan posisi yang nyaman, tidur miring sering menjadi pilihan
2. gunakan ganjalan penapung di bawah bokong waktu duduk
3. berikan obat obatan analgetik selama 24 jam pertama
4. gunakan pemanasan basah selama 12 jam pertama
5. jam pertama : kompres rektal atau sit bath dilakukan 3-4 kali/hari
peningkatan eliminasi : berikan pelembek fesef sesuai aturan, berikan analgetik jika
memungkinkan, jika diminta untuk enema, gunakan kateter yang telah di beri pelumas dengan baik
atau tube rektal yang kecil
pendidikan pada pasien :
1. lakukan sit bath setiap kali setelah BAB paling kurang 1-2 minggu setelah operasi
2. makan diet berserat yang adekuat
3. minum paling sedikit 2000 ml cairan dan berolahraga ringan, pelembek feses mungkin
dibutuhkan setiap hari atau setiap beberapa hari hingga penyembuhan sempurna
4. laporkan gejala gejala :
- perdarahan rektal : nyeri terus menerus
- prainase yang supuratif
B.ANATOMI FISIOLOGI
Kolon merupakan sambungan dari usus halus, dengan panjang kira – kira satu setengah meter.
Dimulai pada katup ileosekal. Sekum terletak di daerah iliaka kanan dan menempel pada otot
iliopsoas, kemudian kolon naik sebelah kanan lumbal yang disebut ; kolon asendens, lalu dibawah
hati berbeluk pada tempat yang disebut fleksura hepatika.
Selanjutnya kolon berjalan melalui tepi daerah epigastrium dan umbilikal sebagai kolon
transversal kemudian membelok sebagai fleksura lienalis dan berjalan melalui daerah kiri lumbal
sebagai kolon desendens. Di daerah kanan iliaka terdapat belokan yang disebut fleksura sigmoid
dan dibentuk kolon sigmoideus dan kemudian masuk ke dalam pervis besar dan menjadi rektum.
Rektum kira – kira sepuluh sentimeter terbawah dari usus besar. Dimulai dari kolon sigmoid dan
berakhir pada saluran anal yang kira – kira 3 cm panjangnya. Saluran ini berakhir pada anus yang
diapit oleh otot internus dan otot eksternus.
Usus besar menunjukkan empat morfologi lapisan seperti apa yang ditemukan juga pada usus halus
yaitu :
1) Lapisan serosa.
Merupakan lapisan paling luar, dibentuk oleh peritoneum. Mesenterium merupakan lipatan
peritoneum yang lebar, sehingga memungkinkan usus bergerak lebih leluasa. Mesenterium
menyokong pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf mensuplai usus. Fungsi dari peritoneum
adalah mencegah pergesekan antara organ – organ yang berdekatan, dengan mengekskresikan
cairan serosa, yang berfungsi sebagai pelumas.
2) Lapisan otot longitudinal
Meliputi usus besar tidak sempurna, tetapi terkumpul dalam tiga pita, yang disebut taenia koli,
taenia bersatu pada sigmoid distal sehingga rektum mempunyai selubung otot yang lengkap.
3) Lapisan otot sirkuler
Diantara kedua lapisan otot tersebut, terdapat pembuluh darah dan pembuluh limfe, yang
mensuplai usus.
4) Lapisan mukosa
Lapisan paling dalam tidak mempunyai vili atau rugae dan merupakan salah satu perbedaan
dengan usus halus.
Usus besar secara klinis, dibagi dalam separuh bagian kanan dan kiri, menurut suplai darahnya.
Arteri mesenterika superior memperdarahi separuh bagian kanan, yaitu sekum, kolon asendens
dan dua pertiga proksimal kolon transversal. Arteri mesenterika inferior mensuplai separuh bagian
kiri yaitu sepertiga distal kolon mendatar (transversum).
Suplai darah lain pada rektum diselenggarakan oleh arterial haemoroidalis yang berasal dari aorta
abdominalis dan arteri iliaka interna.
Venous rektum dari kolon dan rektum superior melalui vena mesenterika superior dan inferior,
dan vena haemorhoidalis superior yang menjadi bagian dari sistem porta yang mengalirkan darah
ke hati. Vena haemorhoidalis medial dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka dan merupakan
bagian dari sirkulasi sistemik.
Suplai saraf usus besar, dilakukan oleh sistem saraf dengan mengecualikan sfingter eksterna yang
diatur oleh sistem volunter. Serabut parasimpatis berjalan melalui nervus vagus, kebagian tengah
kolon transversum dan nervus pervikus, yang berasal dari daerah sakral mensuplai bagian distal
Perangsangan simpatis menyebabkan penghambatan sekresi, kontraksi dan perangsangan sfingter
rektum sedangkan perangsangan parasimpatis mempunyai efek – efek berlawanan.
Fisiologi kolon dan rektum
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir isi usus.
Fungsi kolon yang paling penting adalah absorbsi air dan elektrolit yang sebagian besar
dilangsungkan pada kolon bagian kanan, dan fungsi kolon sigmoid sebagai reservoir untuk
dehidrasi massa faeces, sampai defekasi berlangsung.
Kolon mengabsorpsi air, sekitar 600 ml/hari dibandingkan dengan 8.000 ml air yang diabsorbsi
oleh usus halus. Akan tetapi kapasitas absorbsi usus besar sekitar 2.000 ml/hari. bila jumlah ini
dilampaui oleh pengiriman cairan yang berlebihan dari ileum mengakibatkan diare.2)
Berat akhir faeces yang dikeluarkan perhari sekitar 2.000 gram, 75 % diantaranya berupa air dan
sisanya terdiri dari residua makanan yang tidak diabsorbsi, bakteri, sel epitel yang mengelupas dan
mineral yang tidak diabsorpsi.
Sangat sedikit pencernaan berlangsung dalam usus besar. Sekresi usus besar mengandung banyak
mukus, menunjukkan sekresi alkali yang tidak mengandung enzim. Mukus bekerja sebagai
pelumas dan pelindung mukosa pada peradangan usus.
C.ETIOLOGI
Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis di bagi menjadi dua :
1) Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelainan organik yang menyebabkan gangguan adalah
a. Hepar sirosis hepatis
Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran vena ke hepar sehingga terjadi
hipertensi portal. Maka akan terbentuk kolateral antara lain ke esopagus dan pleksus hemoroidalis.
b. Bendungan vena porta, misalnya karena thrombosis.
c. Tumor intra abdomen, terutama didaerah pelvis, yang menekan vena sehingga aliranya
terganggu. Misalnya uterus grapida , uterus tomur ovarium, tumor rektal dan lain lain.
2) Idiopatik, tidak jelas adanya kelaianan organik, hanya ada faktor - faktor penyebab timbulnya
hemoroid
Faktor faktor yang mungkin berperan :
a. Keturunan atau heriditer
Dalam hal ini yang menurun dalah kelemahan dinding pembuluh darah, dan bukan hemoroidnya.
b. Anatomi
Vena di daerah masentrorium tidak mempunyai katup. Sehingga darah mudah kembali
menyebabkan bertambahnya tekanan di pleksus hemoroidalis.
c. Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat antara lain :
* Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau duduk dimana gaya gravitasi akan mempengaruhi
timbulnya hemoroid.
* Gangguan defekasi dan miksi.
* Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat.
* Tonus spingter ani yang kaku atau lemah.
3) Faktor predisposisi yaitu : Herediter, Anatomi, Makanan, Pekerjaan, Psikis dan Senilis,
konstipasi dan kehamilan.
4) Faktor presipitasi adalah faktor mekanisme (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan
tekanan intraabdominal), fisiologis dan radang.
Umumnya faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi salling berkaitan.
D.MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama berupa :
1. Perdarahan melalui anus yanng berupa darah segar tanpa rasa nyeri.
2. Prolaps yang berasal dari tonjolan hemoroid sesuai gradasinya.
3. Gejala lain yang mengikuti :
4. Nyeri sebagai akibat adanya infeksi sekunder atau trombus.
5. Iritasi kronis sekitar anus oleh karena anus selalu basah.
6. Anemia yang menyertai perdarahan kronis yang terjadi.
E.PATOFISOLOGIS
Pada permulaan terjadi varises hemoroidalis, belum timbul keluhan keluhan. Akan timbul bila ada
penyulit seperti perdarahan , trombus dan infeksi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena
hemoroidalis. Kantung-kantung vena yang melebar menonjol ke dalam saluran anus dan rektum
terjadi trombosis, ulserasi, perdarahan dan nyeri. Perdarahan umumnya terjadi akibat trauma oleh
feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar meskipun berasal dari vena karena kaya
akan asam. Nyeri yang timbul akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis.
Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Trombosis ini akan mengakibatkan iskemi
pada daerah tersebut dan nekrosis.
Bedah Stapler
Alat yang digunakan sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti senter, terdiri dari
lingkaran di depan dan pendorong di belakangnya.Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan
alami yang terdapat di saluran anus. Fungsinya adalah sebagai bantalan saat buang air besar.
Kerjasama jaringan hemoroid dan m.sfingter ini untuk melebar dan mengerut menjamin kontrol
keluarnya cairan dan kotoran dari dubur. Teknik PPH ini mengurangi prolaps jaringan hemoroid
dengan mendorongnya ke atas garis mukokutan dan mengembalikan jaringan hemoroid ini ke
posisi anatominya semula karena jaringan hemoroid ini masih diperlukan sebagai bantalan saat
BAB, sehingga tidak perlu dibuang semua.
Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan alat yang dinamakan dilator,
kemudian dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus. Kemudian alat stapler dimasukkan ke dalam
dilator. Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari titanium diselipkan dalam jahitan dan
ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk mengokohkan posisi jaringan hemoroid tersebut.
Bagian jaringan hemoroid yang berlebih masuk ke dalam stapler. Dengan memutar sekrup yang
terdapat pada ujung alat, maka alat akan memotong jaringan yang berlebih secara otomatis.
Dengan terpotongnya jaringan hemoroid maka suplai darah ke jaringan tersebut terhenti sehingga
jaringan hemoroid mengempis dengan sendirinya.
Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis, tidak mengganggu fungsi anus,
tidak ada anal discharge, nyeri minimal karena tindakan dilakukan di luar bagian sensitif, tindakan
berlangsung cepat sekitar 20 – 45 menit, pasien pulih lebih cepat sehingga rawat inap di rumah
sakit semakin singkat.
F.prognosis
dengan terapi yang tepat keluhan pasien dengan hemoroid dapat dihilangkan. Pendekatan
konservatif harus dilakukan pada hampir setiap kasus. Hasil dari hemoroidektomi cukup
memuaskan. Untuk terapi lanjutan, mengedan harus dikurangi untuk mencegah kekambuhan.
Klien mengatakan nyeri post op pada bagian anus, nyeri seperti disayat-sayat, skala nyeri 6 (0-10),
nyeri bertambah apabila klien bergerak dan beraktivitas, nyeri berkurang apabila klien diam.
c. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Alergi
Klien mengatakan tidak ada alergi
b. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan sebelumnya belum pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya
c. Riwayat perawatan di RS
Klien mengatakan 2 minggu yang lalu dirawat di RSUD Cibabat dengan Post Op Hemoroid
d. Riwayat Pengobatan
Rumah Sakit
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan bahwa keluarganya tidak ada yang menderita penyakit yang sama
d. Psikososial dan Spiritual
a. Pengkajian Psikologis
Saat ini klien mengatakan aman dan nyaman selama perawatan di RS, dan mau menerima kondisi
penyakitnya yang sekarang. Ketika berkomunikasi klien terlihat tenang dengan emosi yang
terkontrol, dan berinteraksi dengan baik.
b. Pengkajian Sosial
Hubungan sosial baik, terlihat dengan seringnya berkomunikasi dengan keluarga dan klien yang
dirawat di dalam ruangan yang sama. Kemudian klien mau bekerja sama dengan perawat dalam
setiap tindakan. Klien tampak ditemani istrinya.
c. Sistem kepercayaan
Klien mengatakan bahwa dia menganut agama Islam dan senantiasa berdoa untuk kesembuhan
penyakitnya, dia yakin bahwa Tuhan akan menyembuhkan penyakitnya.
e. Pola Aktivitas
No. Jenis Aktivitas Di Rumah Di Rumah Sakit
1. Pola Nutrisi
Makan
Frekuensi makan 3x1/hari 1x1/hari
Jenis makanan Lauk Pauk Bubur
Pantangan Tidak ada pantangan Tidak ada pantangan
Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Minum
Jenis Air mineral Air mineral
Frekuensi ± 8x/hari ± 2x/hari
Jumlah ± 3200cc/hari ± 500cc/hari
Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
2. Pola Eliminasi
BAB
Frekuensi 1x/hari Belum BAB
Warna Kuning bercampur darah Belum BAB
Bau Khas feces Belum BAB
Keluhan Nyeri Belum BAB
BAK
Frekuensi ± 3x/hari Belum BAK
Warna Kuning jernih Belum BAK
Bau Khas urin Belum BAK
Keluhan Tidak ada Belum BAK
4. Personal Hygiene
Mandi
Frekuensi 2x/hari Belum mandi
Oral
Frekuensi 2x/hari Belum oral hygiene
Waktu Pagi dan sore Belum oral hygiene
Cuci rambut
Frekuensi 3x/minggu Belum keramas
Menggunting kuku
Frekuensi 1x/minggu Belum gunting kuku
f. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Penampilan : Baik, bersih
Kesadaran : CM (Compos Mentis)
GCS : 15
b. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 90/70 mmHg
Resprasi : 24x/menit
Nadi : 80x/menit
Suhu : 36°𝐶
c. Sistem Pernafasan
Hidung tidak ada sekret, tidak ada lesi, bentuk dada simetris, kulit sama dengan yang lainnya, tidak
menggunakan alat bantu pernafasan, tidak menggunakan cupping hidung, tidak ada nyeri tekan
dibagian dada, taktil vomitus normal kanan dan kiri, suara paru normal sonor, saat diauskultasi
suara paru normal.
d. Sistem kardiovaskular
JPV normal < 8 cm, tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan, suara jantung normal lub dub,
denyut jantung normal 80x/menit.
e. Sistem gastrointestinal
Bibir tidak sianosis, warna bibir coklat kehitaman, bibir kering, keadaan mulut bersih, mukosa
bersih, tidak ada stomatitis, tidak terpasang alat bantu makan, gigi geraham berlubang, tidak ada
karies gigi, tenggorokan tidak ada pembesaran tonsil, bentuk leher simetris, bentuk abdomen
simetris, tidak ada pembekakan,tidak ada pembesaran hati, tidak ada nyeri tekan, suara lambung
normal dullness, bising usus normal 8x/menit, terdapat luka post op pada daerah anus.
f. Sistem genitourinaria
Bentuk simetris, warna kulit sama dengan yang lain, tidak ada luka, tidak ada pendarahan, ada
nyeri tekan.
g. Sistem muskuloskeletal
Tidak ada atrofi maupun hipertrofi, fleksi ekstensi dan rotasi normal, susunan bentuk tulang
normal, kekuatan otot normal 5 (0-5).
h. Sistem integumen
Warna kulit normal, sama dengan warna kulit lainnya, kulit tampak bersih dan sehat, temperatur
kulit hangat, tidak ada sianosis, keadaan kuku tampak kotor dan panjang, tidak ada clubing finger,
turgor kulit normal < 2 detik, kulit lembab, tidak ada nyeri tekan, CRT normal < 2 detik.
i. Sistem pancaindera
Bentuk mata simetris, konjungtiva anemis, sklera an ikterik, pupil normal, jarak pandang kabur,
lapang pandang normal ± 5 m, bentuk telinga simetris, fungsi pendengarang normal, tidak
adaserumen, tidak ada lesi, bentuk hidung simetris, fungsi penciuman normal, tidak menggunakan
alat bantu pernafasan, hidung tampak bersih dan tidak ada sekret, tidak ada lesi, lidah bersih, tidak
ada stomatitis, warna lidah merah muda, fungsi pengecap normal dan tidak ada gangguan wicara,
mata tidak ada nyeri tekan, telinga tidak ada nyeri tekan, hidung tidak ada sinus dan nyeri tekan.
j. Sistem persyarafan
Reflek mata normal, reflek ekstremitas atas dan bawah normal.
g. Data Penunjang
No. Pemeriksaan Hasil satuan Nilai rujukan
1. Hematologi
Darah rutin
Hemoglobin 8,1 g/dl 13,0 – 16,0
Leukosit 10.000 /mm3 4.000 – 10.000
Hematokrit 25 % 40 – 50
Trombosit 438.000 /mm3 150.000 – 440.000
Golongan darah O/Positif
2. Kimia Klinik (Darah)
Glukosa Darah Sewaktu 209 Mg% < 40
Ureum 15 Mg% 20 - 40
Kreatinin 0,9 Mg% 0,8 – 1,3
Merangsang reseptor
mengeluarkan indikator
Nyeri dipersepsikan
Kurang pengetahuan
3. DS: Klien mengatakan Post op Intoleransi
belum dapat bergerak aktivitas
DO: Klien tampak tidak
bergerak Contunitas jaringan rusak
Pendarahan
Anemia
Intoleransi Aktivitas
j. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusnya kontunitas jaringan karena tindakan
operasi.
2. Kurang pengetahuan b.d perawatan luka post hemoroid.
3. Intoleransi aktivitas b.d luka post op.
k. Perencanaan keperawatan
No Dx Hari/Tang Tujuan Intervensi Rasional
. . gal
1. 1 Selasa Tupen : 1. Kaji 1. Untuk
23-01- Setelah TTV melanju
2018 dilakukan 2. Kaji tkan
tindakan skala interven
keperawatan nyeri si
selama 1x24 3. Ajarkan 2. Untuk
jam teknik melanju
Diharapkan relaksas tkan
nyeri klien i nafas interven
berkurang, dalam si
dengan 4. Anjurka 3. Untuk
kriteria hasil : n untuk mengur
Klien beristira angi
tampa hat rasa
k 5. Kolabor nyeri
tenang asi 4. Mening
dengan katkan
dokter istirahat
Skala pemberi 5. Untuk
nyeri 3 an menghil
(0-10) analgeti angkan
Tupan : k nyeri
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24
jam
Diharapkan
nyeri klien
hilang,
dengan
kriteria hasil :
Klien
tampa
k
tenang
Skala
nyeri 0
(0-10)
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari berbagai definisi yang dikemukakan dalam bab II, penulis menyimpulkan bahwa
hemoroid adalah suatu benjolan yang tidak wajar yang terdapat di daerah anus yang dapat
menyebabkan nyeri pada saat BAB.
Gejala utama hemoroid adalah perdarahan melaui anus yang berupa darah segar tanpa rasa nyeri
dan prolaps yang berasal dari tonjolan hemoroid sesuai gradasinya.
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusnya kontunuitas jaringan karena ytindakan operasi.
B. Saran
Diharapkan klien dapat memotivasi dirinya sendiri dan mengubah pola hidup yang lebih sehat agar
terhindar dari komplikasi penyakit hemoroid.
Diharapkan keluarga klien dapat respon yang positif bagi klien demi peningkatan status kesehatan
klien dan diharapkan keluarga klien waspada terhadap resiko pada keluarga klien sendiri.
2. Untuk Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa lebih mempersiapkan diri baik dari segi materi, skill, maupun mental
dalam menghadapi klien agar dapat memberikan kontribusi yang maksimal bagi peningkatan
status klien. Dan mahasiswa diharapkan dapat memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif bagi klien dengan melihat aspek bio-psiko-spiritual.
3. Untuk Masyarakat
Kesehatan adalah harta yang paling penting dalam kehidupan kita, selayaknya kita menjaga
kesehatan dari kerusakan penyakit. Maka dari itu kita harus tahu pencegahan tanda dan gejala dari
berbagai penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Askanda, Sumitro. 1989, Ringkasan Ilmu Bedah. Jakarta : PT. Bina Aksara
Dongoes Moorhouse Geissle, 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC
http://debyrahmad.blogspot.com/2013/06/asuhan-keperawatan-hipertiroidisme.html
http:// bumiirwan.blogspot.com/2013/09/lp-hemoroid.html
http://detikautik.blogspot.com/2013/07/askep-hemoroid.html
Komentar