Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

Asuhan Keperawatan post op Hemoroid

(Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB II)

Disusun Oleh :

Kelompok 2

Ery Ramadhanti
Esty Mawadah
Hari Nugraha
Hendri Priyadi
Intan Yulianti Putri
Mega Mirfat
Moch. Fajar Nugraha
Muni Badriah
Onis Rohnenti
Panji Purnama R.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI

2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Alloh SWT,karena Alhamdulillah dengan limpa
han karunia dan nikmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan laporan dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN DIAGNOSA MEDIS : HEMOROID DI GEDUNG
C. Lt 3 RUANG 313(1) RSUD CIBABAT CIMAHI ”.Penulisan laporan ini bertujuan untuk
memenuhi tugas Praktek keperawatan kmb II, dan mudah – mudahan tugas ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, maka kritik dan saran
yang sifatnya membangun sangat penyusun harapkan demi penyempurnaan laporan ini.

Harapan penyusun semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang membacanya.

Cimahi, 3 Februari 2018

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam anal kanal. Hemoroid sangat umum
terjadi pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luas vena
yang terkena. Sering terjadi namun kurang diperhatikan kecuali bila sudah menimbulkan nyeri dan
perdarahan. Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil. Tekanan intra abdomen yang
meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan juga karena adanya perubahan hormon
menyebabkan pelebaran vena hemoroidalis.

Hemoroid diklasifikasikan menjadi dua tipe. Hemoroid internal yaitu hemoroid yang terjadi diatas
sfingter anal sedangkan yang muncul di luar stfingter anal disebut hemoroid eksternal. (Brunner
& Suddarth, 1996)

Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35% penduduk. Hemoroid
bisa mengenai siapa saja, baik laki-laki maupun wanita. Insiden penyakit ini akan meningkat
sejalan dengan usia dan mencapai puncak pada usia 45-65 tahun. Walaupun keadaan ini tidak
mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman. Berdasarkan hal
ini penulis tertarik untuk membahas penyakit hemoroid karena hemoroid jarang diperhatikan oleh
masyarakat bila belum terjadi perdarahan dan rasa nyeri.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Memahami dan menerapkan asuhan keperawatan terhadap klien dengan penyakit hemoroid secara
komprehensif melalui bio-psiko-sosial-spiritual.

2. Tujuan Khusus

Melalui aspek bio-psiko-sosial-spiritual diharapkan siswa mampu :

a. Melaksanakan pengkajian terhadap klien dengan penyakit hemoroid.


b. Mampu mendiagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah.
c. Mampu membuat rencana tindakan dan rasional dalam praktek nyata sesuai dengan
masalah yang telah diprioritaskan.
d. Mampu melaksanakan tindakan dalam praktek nyata sesuai dengan masalah yang telah
diprioritaskan.
e. Mampu menilai dan mengevaluasi hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan pada klien
dengan penyakit hemoroid.
f. Mampu mendokumentasikan rencana tindakan asuhan keperawatan yang dilaksanakan.
g. Mampu membahas kesenjangan antara teori yang diperoleh dengan studi kasus atau
penerapan di lapangan.

C. Metode Penulisan

Metode yang digunakan adalah pendekatan studi kasus, yaitu metode yang memberikan gambaran
terhadap suatu kejadian atau keadaan yang berlangsung melalui proses keperawatan.

Adapun teknik-teknik yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dengan cara :

1. Wawancara

Penulis melakuakan wawancara dengan keluarga klien, dan petugas kesehatan lain untuk
mendapatkan data subjektif klien.

2. Studi dokumentasi

Data – data yang didapatkan dari rekam medis klien diruangan, seperti catatan keperawatan,
catatan dokter, dan tim kesehatan lain.

3. Studi kepustakaan

Untuk mendapatkan literatur dan tinjauan teoritis, baik mengenai konsep dasar penyakit dan
konsep dasar keperawatan maka penulis melakukan studi kepuatakaan baik dari internet maupun
dari buku – buku sumber lainnya.

4. Observasi
Melaksanakan Asuhan Keperawatan secara langsung pada klien dan mengamati langsung
parubahan – perubahan yang terjadi untuk memperoleh data serta mencatat hal – hal penting
termasuk pemeriksaan fisik.

5. Pemeriksaan Fisik

Penulis melakukan pemeriksaan fisik pada klien melalui tahapan langkah – langkah berikut :

a. Inspeksi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara melihat apakah terdapat luka, ada
tidaknya hematom dll.
b. Palpasi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara meraba apakah ada benjolan atau
masa atau tidak.
c. Perkusi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara mengetuk dengan menggunakan
jari dan reflek hammer.
d. Auskultasi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara mendengarkan menggunakan
stetoskop.

D. Sistematika Penulisan

Penulis membagi penulisan asuhan keperawatan ini menjadi 5 bab, yang terdiri dari :

BAB I : PENDAHULUAN

Terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS

Terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan serta sistematika penulisan.

BAB III : TINJAUAN KASUS

Terdiri dari pengkajian, analisa data, masalah keperawatan yang muncul, prosedur tindakan, dan
evaluasi.

BAB IV : PEMBAHASAN

Terdiri dari pengkajian, diangnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.


BAB V : PENUTUP

Terdiri dari kesimpulan dan saran.


BAB II

PEMBAHASAN

A.DEFENISI HEMOROID

Hemoroid adalah pembengkakan atau distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi namun
kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah hemoroid
lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat awam. Sudah pasti kehadirannya akan
mengundang segelintir rasa tidak nyaman. Hemoroid bukan saja mengganggu aspek kesehatan,
tetapi juga aspek kosmetik bahkan sampai aspek sosial.
Secara sederhana, kita bisa menganggap hemoroid sebagai pelebaran pembuluh darah, walaupun
sebenarnya juga melibatkan jaringan lunak di sana. Hemoroid hampir mirip dengan varises. Hanya
saja, pada varises pembuluh darah yang melebar adalah pembuluh darah kaki, sedangkan pada
hemoroid pembuluh darah yang bermasalah adalah vena hemoroidalis di daerah anorektal.
Post operasi ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan, rasa nyeri yang merupakan akibat spasme
rektal dapat menghambat buat air kecil dan defikasi. Rasa nyeri dapat diminimalkan dengan
penggunaan analgetik,sitbath dan pelembek feses. Selama 12 jam pertama setelah pembedahan
perdarahan merupakan hal yang mungkin terjadi. Darah dapat terkumpul di lubang anal dan tidak
dikeluarkan untuk itu tanda tanda lain dari pendarahan harus di monitor (TTV, tidak dapat
beristirahat dan haus ) pada periode ini sitbath di hindari karena penghangatan akan menambahkan
perdarahan lebih lanjut dengan melebarkan pembuluh darah peningkatan rasa nyaman :
1. bantu pasien untuk tidur dengan posisi yang nyaman, tidur miring sering menjadi pilihan
2. gunakan ganjalan penapung di bawah bokong waktu duduk
3. berikan obat obatan analgetik selama 24 jam pertama
4. gunakan pemanasan basah selama 12 jam pertama
5. jam pertama : kompres rektal atau sit bath dilakukan 3-4 kali/hari
peningkatan eliminasi : berikan pelembek fesef sesuai aturan, berikan analgetik jika
memungkinkan, jika diminta untuk enema, gunakan kateter yang telah di beri pelumas dengan baik
atau tube rektal yang kecil
pendidikan pada pasien :
1. lakukan sit bath setiap kali setelah BAB paling kurang 1-2 minggu setelah operasi
2. makan diet berserat yang adekuat
3. minum paling sedikit 2000 ml cairan dan berolahraga ringan, pelembek feses mungkin
dibutuhkan setiap hari atau setiap beberapa hari hingga penyembuhan sempurna
4. laporkan gejala gejala :
- perdarahan rektal : nyeri terus menerus
- prainase yang supuratif

B.ANATOMI FISIOLOGI
Kolon merupakan sambungan dari usus halus, dengan panjang kira – kira satu setengah meter.
Dimulai pada katup ileosekal. Sekum terletak di daerah iliaka kanan dan menempel pada otot
iliopsoas, kemudian kolon naik sebelah kanan lumbal yang disebut ; kolon asendens, lalu dibawah
hati berbeluk pada tempat yang disebut fleksura hepatika.
Selanjutnya kolon berjalan melalui tepi daerah epigastrium dan umbilikal sebagai kolon
transversal kemudian membelok sebagai fleksura lienalis dan berjalan melalui daerah kiri lumbal
sebagai kolon desendens. Di daerah kanan iliaka terdapat belokan yang disebut fleksura sigmoid
dan dibentuk kolon sigmoideus dan kemudian masuk ke dalam pervis besar dan menjadi rektum.
Rektum kira – kira sepuluh sentimeter terbawah dari usus besar. Dimulai dari kolon sigmoid dan
berakhir pada saluran anal yang kira – kira 3 cm panjangnya. Saluran ini berakhir pada anus yang
diapit oleh otot internus dan otot eksternus.
Usus besar menunjukkan empat morfologi lapisan seperti apa yang ditemukan juga pada usus halus
yaitu :
1) Lapisan serosa.
Merupakan lapisan paling luar, dibentuk oleh peritoneum. Mesenterium merupakan lipatan
peritoneum yang lebar, sehingga memungkinkan usus bergerak lebih leluasa. Mesenterium
menyokong pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf mensuplai usus. Fungsi dari peritoneum
adalah mencegah pergesekan antara organ – organ yang berdekatan, dengan mengekskresikan
cairan serosa, yang berfungsi sebagai pelumas.
2) Lapisan otot longitudinal
Meliputi usus besar tidak sempurna, tetapi terkumpul dalam tiga pita, yang disebut taenia koli,
taenia bersatu pada sigmoid distal sehingga rektum mempunyai selubung otot yang lengkap.
3) Lapisan otot sirkuler
Diantara kedua lapisan otot tersebut, terdapat pembuluh darah dan pembuluh limfe, yang
mensuplai usus.
4) Lapisan mukosa
Lapisan paling dalam tidak mempunyai vili atau rugae dan merupakan salah satu perbedaan
dengan usus halus.
Usus besar secara klinis, dibagi dalam separuh bagian kanan dan kiri, menurut suplai darahnya.
Arteri mesenterika superior memperdarahi separuh bagian kanan, yaitu sekum, kolon asendens
dan dua pertiga proksimal kolon transversal. Arteri mesenterika inferior mensuplai separuh bagian
kiri yaitu sepertiga distal kolon mendatar (transversum).
Suplai darah lain pada rektum diselenggarakan oleh arterial haemoroidalis yang berasal dari aorta
abdominalis dan arteri iliaka interna.
Venous rektum dari kolon dan rektum superior melalui vena mesenterika superior dan inferior,
dan vena haemorhoidalis superior yang menjadi bagian dari sistem porta yang mengalirkan darah
ke hati. Vena haemorhoidalis medial dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka dan merupakan
bagian dari sirkulasi sistemik.
Suplai saraf usus besar, dilakukan oleh sistem saraf dengan mengecualikan sfingter eksterna yang
diatur oleh sistem volunter. Serabut parasimpatis berjalan melalui nervus vagus, kebagian tengah
kolon transversum dan nervus pervikus, yang berasal dari daerah sakral mensuplai bagian distal
Perangsangan simpatis menyebabkan penghambatan sekresi, kontraksi dan perangsangan sfingter
rektum sedangkan perangsangan parasimpatis mempunyai efek – efek berlawanan.
Fisiologi kolon dan rektum
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir isi usus.
Fungsi kolon yang paling penting adalah absorbsi air dan elektrolit yang sebagian besar
dilangsungkan pada kolon bagian kanan, dan fungsi kolon sigmoid sebagai reservoir untuk
dehidrasi massa faeces, sampai defekasi berlangsung.
Kolon mengabsorpsi air, sekitar 600 ml/hari dibandingkan dengan 8.000 ml air yang diabsorbsi
oleh usus halus. Akan tetapi kapasitas absorbsi usus besar sekitar 2.000 ml/hari. bila jumlah ini
dilampaui oleh pengiriman cairan yang berlebihan dari ileum mengakibatkan diare.2)
Berat akhir faeces yang dikeluarkan perhari sekitar 2.000 gram, 75 % diantaranya berupa air dan
sisanya terdiri dari residua makanan yang tidak diabsorbsi, bakteri, sel epitel yang mengelupas dan
mineral yang tidak diabsorpsi.
Sangat sedikit pencernaan berlangsung dalam usus besar. Sekresi usus besar mengandung banyak
mukus, menunjukkan sekresi alkali yang tidak mengandung enzim. Mukus bekerja sebagai
pelumas dan pelindung mukosa pada peradangan usus.
C.ETIOLOGI
Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis di bagi menjadi dua :
1) Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelainan organik yang menyebabkan gangguan adalah
a. Hepar sirosis hepatis
Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran vena ke hepar sehingga terjadi
hipertensi portal. Maka akan terbentuk kolateral antara lain ke esopagus dan pleksus hemoroidalis.
b. Bendungan vena porta, misalnya karena thrombosis.
c. Tumor intra abdomen, terutama didaerah pelvis, yang menekan vena sehingga aliranya
terganggu. Misalnya uterus grapida , uterus tomur ovarium, tumor rektal dan lain lain.
2) Idiopatik, tidak jelas adanya kelaianan organik, hanya ada faktor - faktor penyebab timbulnya
hemoroid
Faktor faktor yang mungkin berperan :
a. Keturunan atau heriditer
Dalam hal ini yang menurun dalah kelemahan dinding pembuluh darah, dan bukan hemoroidnya.
b. Anatomi
Vena di daerah masentrorium tidak mempunyai katup. Sehingga darah mudah kembali
menyebabkan bertambahnya tekanan di pleksus hemoroidalis.
c. Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat antara lain :
* Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau duduk dimana gaya gravitasi akan mempengaruhi
timbulnya hemoroid.
* Gangguan defekasi dan miksi.
* Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat.
* Tonus spingter ani yang kaku atau lemah.
3) Faktor predisposisi yaitu : Herediter, Anatomi, Makanan, Pekerjaan, Psikis dan Senilis,
konstipasi dan kehamilan.
4) Faktor presipitasi adalah faktor mekanisme (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan
tekanan intraabdominal), fisiologis dan radang.
Umumnya faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi salling berkaitan.
D.MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama berupa :

1. Perdarahan melalui anus yanng berupa darah segar tanpa rasa nyeri.
2. Prolaps yang berasal dari tonjolan hemoroid sesuai gradasinya.
3. Gejala lain yang mengikuti :
4. Nyeri sebagai akibat adanya infeksi sekunder atau trombus.
5. Iritasi kronis sekitar anus oleh karena anus selalu basah.
6. Anemia yang menyertai perdarahan kronis yang terjadi.

E.PATOFISOLOGIS
Pada permulaan terjadi varises hemoroidalis, belum timbul keluhan keluhan. Akan timbul bila ada
penyulit seperti perdarahan , trombus dan infeksi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena
hemoroidalis. Kantung-kantung vena yang melebar menonjol ke dalam saluran anus dan rektum
terjadi trombosis, ulserasi, perdarahan dan nyeri. Perdarahan umumnya terjadi akibat trauma oleh
feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar meskipun berasal dari vena karena kaya
akan asam. Nyeri yang timbul akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis.
Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Trombosis ini akan mengakibatkan iskemi
pada daerah tersebut dan nekrosis.

Pada dasarnya hemoroid di bagi menjadi dua klasifikasi, yaitu :


1. Hemoroid interna, merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media.
2. Hemoroid eksterna,merupakan varises vena hemoroidalis inferior.
1. HEMOROID INTERNA
Gejala - gejala dari hemoroid interna adalah pendarahan tanpa rasa sakit karena tidak adanya
serabut serabut rasa sakit di daerah ini.
Hemoriud interna terbagi menjadi 4 derajat :
- Derajat I
Timbul pendarahan varises, prolapsi atau tonjolan mokosa tidak melalui anus dan hanya dapat di
temukan dengan proktoskopi.
- Derajat II
Terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada saat depikasi, tapi setelah
defekasi selesai, tonjolan tersebut dapat masuk dengan sendirinya.
- Derajat III
Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan sendirinya tetapi harus di
dorong.
- Derajat IV
Suatu saat ada timbul keaadan akut dimana varises yang keluar pada saat defekasi tidak dapat di
masukan lagi. Biasanya pada derajat ini timbul thrombus yang di ikuti infeksi dan kadang kadang
timbul perlingkaran anus, sering di sebut dengan Hemoral Inkaresata karena seakan - akan ada
yang menyempit hemoriod yang keluar itu, pada hal pendapat ini salah karena muskulus spingter
ani eksternus mempunyai tonus yang tidak berbeda banyak pada saat membuka dan menutup. Tapi
bila benar terjadi, inkaserata maka setelah beberapa saat akan timbul nekrosis tapi tidak demikiaan
halnya. Lebih tepat bila di sebut dengan perolaps hemoroid.
2. HEMOROID EKSTERNA.
Hemoroid eksrterna jarang sekali berdiri sendiri, biasanya perluasan hemoroid interna. Tapi
hemoroid eksterna dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu :
a. Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya adalah
hematom, walaupun disebut sebagai trombus eksterna akut.
Tanda dan gejala yang sering timbul adalah:
- Sering rasa sakit dan nyeri
- Rasa gatal pada daerah hemorid
Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung - ujung saraf pada kulit merupakan
reseptor rasa sakit.
b. Kronik
Hemoroid eksterna kronik atau “Skin Tag” terdiri atas satu lipatan atau lebih dari kulit anus yang
berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
c. Phatway
E.PENATALAKSANAAN MEDIS
1 ) Operasi Herniadectomy
2 ) Non operatif
1. Untuk derajat I dan II
a. Diet tinggi serat untuk melancarkan BAB.
b. Obat – obat suposituria untuk membantu pengeluaran BAB dan untuk melunakan
feces.
c. Anti biotik bila terjadi infeksi.
d. Ijeksi skloretika ( Dilakukan antara mokosa dan varises dengan harapan timbul
fibrosis dan hemoroid lalu mengecil ).
e. “ Rubber Band Ligation “ yaitu mengikat hemoroid dengan karet elastic kira – kira
I minggu, diharapkan terjadi nekrosis.
2. Untuk derajat III dan IV
3. Dapat dilakuakan
a. Pembedahan
b. Dapat dilakukan pengikatan atau ligation.
c. Dapat dilakukan rendam duduk.
d. Dengan jalan suntikan”Sklerotika” ujntuk mengontrol pendarahan dan kolaps
(keluar) hemoroid interna yang kecil sampai sedang.
Bila seorang datang dengan derajat IV tidak boleh langsung di lakukan oprasi, harus di usahakan
menjadi derajat III dulu. Dengan cara duduk berendam dengan cairan PK 1/10.000 selama 15
menit, kemudian di kompres dengan larutan garam hipertonik sehingga edema keluar dan kotoran
keluar. Biasanya setelah dua minggu akan menjadi derajat III.
Pada wanita hamil, karena akan sembuh setelah kehamilan berakhir, maka tidak perlu di adakan
oprasi karena akan membahayakan janin dan varisesnya pun juga akan hilang. Bila ada perdarahan
lakukan pengikatan sementara, setelah partus baru di adakan tindakan defenitif.
3) Terapi Bedah
Bedah Konvensional
Saat ini ada tiga teknik yang biasa digunakan yaitu:
1. Teknik Milligan – Morgan
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Basis massa hemoroid tepat
diatas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan diretraksi dari rektum. Kemudian dipasang
jahitan transfiksi catgut proksimal terhadap pleksus hemoroidalis. Penting untuk mencegah
pemasangan jahitan melalui otot sfingter internus.
Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna. Suatu incisi elips dibuat dengan
skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar pleksus hemoroidalis internus dan eksternus, yang
dibebaskan dari jaringan yang mendasarinya. Hemoroid dieksisi secara keseluruhan. Bila diseksi
mencapai jahitan transfiksi cat gut maka hemoroid ekstena dibawah kulit dieksisi. Setelah
mengamankan hemostasis, maka mukosa dan kulit anus ditutup secara longitudinal dengan jahitan
jelujur sederhana.
Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang pada satu waktu. Striktura rektum
dapat merupakan komplikasi dari eksisi tunika mukosa rektum yang terlalu banyak. Sehingga lebih
baik mengambil terlalu sedikit daripada mengambil terlalu banyak jaringan.
2. Teknik Whitehead
Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu dengan mengupas seluruh
hemoroid dengan membebaskan mukosa dari submukosa dan mengadakan reseksi sirkuler
terhadap mukosa daerah itu. Lalu mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.
3. Teknik Langenbeck
Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem. Lakukan jahitan jelujur di
bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0. Kemudian eksisi jaringan diatas klem. Sesudah itu
klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah klem diikat. Teknik ini lebih sering digunakan karena
caranya mudah dan tidak mengandung resiko pembentukan jaringan parut sekunder yang biasa
menimbulkan stenosis. Dalam melakukan operasi diperlukan narkose yang dalam karena sfingter
ini harus benar-benar lumpuh.
Bedah Laser
Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional, hanya alat
pemotongnya menggunakan laser. Saat laser memotong, pembuluh jaringan terpatri sehingga tidak
banyak mengeluarkan darah, tidak banyak luka dan dengan nyeri yang minimal. Pada bedah
dengan laser, nyeri berkurang karena saraf rasa nyeri ikut terpatri. Di anus, terdapat banyak saraf.
Pada bedah konvensional, saat post operasi akan terasa nyeri sekali karena pada saat memotong
jaringan, serabut saraf terbuka akibat serabut saraf tidak mengerut sedangkan selubungnya
mengerut. Sedangkan pada bedah laser, serabut saraf dan selubung saraf menempel jadi satu,
seperti terpatri sehingga serabut syaraf tidak terbuka. Untuk hemoroidektomi, dibutuhkan daya
laser 12 – 14 watt. Setelah jaringan diangkat, luka bekas operasi direndam cairan antiseptik. Dalam
waktu 4 – 6 minggu, luka akan mengering. Prosedur ini bisa dilakukan hanya dengan rawat jalan.

Bedah Stapler
Alat yang digunakan sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti senter, terdiri dari
lingkaran di depan dan pendorong di belakangnya.Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan
alami yang terdapat di saluran anus. Fungsinya adalah sebagai bantalan saat buang air besar.
Kerjasama jaringan hemoroid dan m.sfingter ini untuk melebar dan mengerut menjamin kontrol
keluarnya cairan dan kotoran dari dubur. Teknik PPH ini mengurangi prolaps jaringan hemoroid
dengan mendorongnya ke atas garis mukokutan dan mengembalikan jaringan hemoroid ini ke
posisi anatominya semula karena jaringan hemoroid ini masih diperlukan sebagai bantalan saat
BAB, sehingga tidak perlu dibuang semua.
Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan alat yang dinamakan dilator,
kemudian dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus. Kemudian alat stapler dimasukkan ke dalam
dilator. Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari titanium diselipkan dalam jahitan dan
ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk mengokohkan posisi jaringan hemoroid tersebut.
Bagian jaringan hemoroid yang berlebih masuk ke dalam stapler. Dengan memutar sekrup yang
terdapat pada ujung alat, maka alat akan memotong jaringan yang berlebih secara otomatis.
Dengan terpotongnya jaringan hemoroid maka suplai darah ke jaringan tersebut terhenti sehingga
jaringan hemoroid mengempis dengan sendirinya.
Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis, tidak mengganggu fungsi anus,
tidak ada anal discharge, nyeri minimal karena tindakan dilakukan di luar bagian sensitif, tindakan
berlangsung cepat sekitar 20 – 45 menit, pasien pulih lebih cepat sehingga rawat inap di rumah
sakit semakin singkat.

F.prognosis
dengan terapi yang tepat keluhan pasien dengan hemoroid dapat dihilangkan. Pendekatan
konservatif harus dilakukan pada hampir setiap kasus. Hasil dari hemoroidektomi cukup
memuaskan. Untuk terapi lanjutan, mengedan harus dikurangi untuk mencegah kekambuhan.

H.ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


B.pengkajian
identitas pasien
a. Nama :
b. Jenis kelamin:
c. Pekerjaan:
d. Umur:
e. Pendidikan:
f. Agama:
g. Suku/bangsa:
h. Alamat:
i. Tanggal masuk:
j. Diagnose masuk:
k. Ruangan:
Penanggung jawab
a. Nama:
b. Umur:
c. Pendidikan:
d. Pekerjaan:
e. Hubungan dengan pasien :
f. Agama:
g. Alamat:
Keluhan utama:
Ditulis singkat dan jelas , yang merupakan keluhan yang membuat klien meminta bantuan
pelayanan kesehatan.
Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan penjelasan dari permulaan klien merasakan keluhan sampai dengan dibawa kerumah
sakit.
Riwayat kesehatan dahulu
Merupakan penyakit yang diderita klien yang berhubungan dengan penyakit saat ini atau penyakit
yang mungkin dapat dipengaruhi atau mempengaruhi penyakit yang diderita klien saat ini.
Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat keluarga dihubungkan dengan dengan kemungkinan adanya penyakit keturunan,
kecenderungan alergi dalam satu keluarga, penyakit menular akibat kontak langsung maupun tak
langsung antar anggota keluarga.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada klien dengan hemoroid adalah sebagai berikut:
a. Kaji tingkat kesadaran (kacau mental, letargi, tidak merespon).
b. Ukur tanda-tanda vital (TD meningkat/ menurun, takikardi).
c. Auskultasi bunyi nafas.
d. Kaji kulit (pucat, bengkak, dingin).
e. Kaji terhadap nyeri atau mual.
f. Abdomen : Nyeri tekan pada abdomen, bisa terjadi konstipasi.
g. Anus : Pembesaran pembuluh darah balik (vena) pada anus, terdapat benjolan pada anus,
nyeri pada anus, perdarahan.
(Engram, 1999 ; 789),yang di kutip oleh abu nur
B.diagnosa keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pada jaringan kulit


2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kekurangan suply O2 dengan kebutuhan
3. Resiko tinggi kekurangan volume caiaran berhubungan dengan kehilangan berlebihan
melalui hemoragik
4. Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus.

No diagnosa Tujuan dan criteria hasil Intervensi


1 Nyeri b.d gangguan pd NOC : NIC :
jaringan kulit  Pain Level, Pain Management
 Pain control,  Lakukan pengkajian
Definisi :  Comfort level nyeri secara komprehensif
Sensori yang tidak Kriteria Hasil : termasuk lokasi,
menyenangkan dan karakteristik, durasi,
pengalaman emosional yang
muncul secara aktual atau  Mampu mengontrol nyeri frekuensi, kualitas dan faktor
potensial kerusakan jaringan (tahu penyebab nyeri, mampu presipitasi
atau menggambarkan adanya menggunakan tehnik  Observasi reaksi
kerusakan (Asosiasi Studi nonfarmakologi untuk nonverbal dari
Nyeri Internasional): mengurangi nyeri, mencari ketidaknyamanan
serangan mendadak atau bantuan)  Gunakan teknik
pelan dari  Melaporkan bahwa nyeri komunikasi terapeutik untuk
intensitasnya
ringan sampai berat yang berkurang dengan mengetahui pengalaman
dapat diantisipasidengan menggunakan manajemen nyeri pasien
akhir yang dapat diprediksi nyeri  Kaji kultur yang
dan dengan durasi kurang  Mampu mengenali nyeri mempengaruhi respon nyeri
dari 6 bulan. (skala, intensitas, frekuensi  Evaluasi pengalaman
dan tanda nyeri) nyeri masa lampau
Batasan karakteristik :  Menyatakan rasa nyaman  Evaluasi bersama pasien
- Laporan secara verbal setelah nyeri berkurang
dan tim kesehatan lain
atau non verbal
 Tanda vital dalam rentang tentang ketidakefektifan
- Fakta dari observasi
normal kontrol nyeri masa lampau
- Posisi antalgic untuk
 Bantu pasien dan
menghindari nyeri
keluarga untuk mencari dan
- Gerakan melindungi
menemukan dukungan
- Tingkah laku berhati-
 Kontrol lingkungan yang
hati
dapat mempengaruhi nyeri
- Muka topeng
seperti suhu ruangan,
- Gangguan tidur (mata
pencahayaan dan kebisingan
sayu, tampak capek, sulit atau
 Kurangi faktor presipitasi
gerakan kacau, menyeringai)
nyeri
- Terfokus pada diri
 Pilih dan lakukan
sendiri
penanganan nyeri
- Fokus menyempit
(farmakologi, non
(penurunan persepsi waktu,
kerusakan proses berpikir,
penurunan interaksi dengan farmakologi dan inter
orang dan lingkungan) personal)
- Tingkah laku  Kaji tipe dan sumber
distraksi, contoh : jalan-jalan, nyeri untuk menentukan
menemui orang lain dan/atau intervensi
aktivitas, aktivitas berulang-  Ajarkan tentang teknik
ulang) non farmakologi
- Respon autonom  Berikan analgetik untuk
(seperti diaphoresis, mengurangi nyeri
perubahan tekanan darah,  Evaluasi keefektifan
perubahan nafas, nadi dan kontrol nyeri
dilatasi pupil)
 Tingkatkan istirahat
- Perubahan autonomic
 Kolaborasikan dengan
dalam tonus otot (mungkin
dokter jika ada keluhan dan
dalam rentang dari lemah ke
tindakan nyeri tidak berhasil
kaku)
 Monitor penerimaan
- Tingkah laku
pasien tentang manajemen
ekspresif (contoh : gelisah,
nyeri
merintih, menangis, waspada,
iritabel, nafas
Analgesic Administration
panjang/berkeluh kesah)
 Tentukan lokasi,
- Perubahan dalam
karakteristik, kualitas, dan
nafsu makan dan minum
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
Faktor yang berhubungan :
 Cek instruksi dokter
Agen injuri (biologi, kimia,
tentang jenis obat, dosis, dan
fisik, psikologis)
frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
 Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
 Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian, dan
dosis optimal
 Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
 Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
 Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
 Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)

2 Intoleransi aktivitas b/d NOC : NIC :


kekurangan suply O2 dengan  Energy conservation Energy Management
kebutuhan  Self Care : ADLs  Observasi adanya
Kriteria Hasil : pembatasan klien dalam
 Berpartisipasi dalam melakukan aktivitas
Definisi : Ketidakcukupan aktivitas fisik tanpa disertai
energu secara fisiologis
maupun psikologis untuk peningkatan tekanan darah,  Dorong anal untuk
meneruskan atau nadi dan RR mengungkapkan perasaan
menyelesaikan aktifitas yang  Mampu melakukan terhadap keterbatasan
diminta atau aktifitas sehari aktivitas sehari hari (ADLs)  Kaji adanya factor yang
hari. secara mandiri menyebabkan kelelahan
 Monitor nutrisi dan
Batasan karakteristik : sumber energi tangadekuat
a. melaporkan secara verbal  Monitor pasien akan
adanya kelelahan atau adanya kelelahan fisik dan
kelemahan. emosi secara berlebihan
b. Respon abnormal dari
 Monitor respon
tekanan darah atau nadi
kardivaskuler terhadap
terhadap aktifitas
aktivitas
c. Perubahan EKG yang
 Monitor pola tidur dan
menunjukkan aritmia atau
lamanya tidur/istirahat
iskemia
pasien
d. Adanya dyspneu atau
ketidaknyamanan saat
Activity Therapy
beraktivitas.
 Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi Medik
Faktor factor yang
dalammerencanakan
berhubungan :
progran terapi yang tepat.
 Tirah Baring atau
 Bantu klien untuk
imobilisasi
mengidentifikasi aktivitas
 Kelemahan
yang mampu dilakukan
menyeluruh
 Bantu untuk memilih
 Ketidakseimbangan
aktivitas konsisten
antara suplei oksigen dengan
yangsesuai dengan
kebutuhan
kemampuan fisik, psikologi
dan social
 Gaya hidup yang  Bantu untuk
dipertahankan. mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas
yang diinginkan
 Bantu untuk mendpatkan
alat bantuan aktivitas seperti
kursi roda, krek
 Bantu untu
mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
 Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang
 Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
 Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
 Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
 Monitor respon fisik,
emoi, social dan spiritual

3 Defisit Volume Cairan b.d NOC: NIC :


kehilangan berlebihan  Fluid balance Fluid management
melalui hemoragik  Hydration
Definisi : Penurunan cairan  Nutritional Status : Food  Timbang
intravaskuler, interstisial, and Fluid Intake popok/pembalut jika
dan/atau intrasellular. Ini Kriteria Hasil : diperlukan
mengarah ke dehidrasi,  Mempertahankan urine  Pertahankan catatan
kehilangan cairan dengan output sesuai dengan usia dan intake dan output yang
pengeluaran sodium BB, BJ urine normal, HT akurat
normal  Monitor status hidrasi
Batasan Karakteristik :  Tekanan darah, nadi, suhu ( kelembaban membran
- Kelemahan tubuh dalam batas normal mukosa, nadi adekuat,
- Haus  Tidak ada tanda tanda tekanan darah ortostatik ),
- Penurunan turgor dehidrasi, Elastisitas turgor jika diperlukan
kulit/lidah kulit baik, membran mukosa  Monitor hasil lAb
- Membran mukosa/kulit lembab, tidak ada rasa haus yang sesuai dengan retensi
kering yang berlebihan cairan (BUN , Hmt ,
- Peningkatan denyut nadi, osmolalitas urin )
penurunan tekanan darah,
 Monitor vital sign
penurunan volume/tekanan
 Monitor masukan
nadi
makanan / cairan dan hitung
- Pengisian vena menurun
intake kalori harian
- Perubahan status mental
 Kolaborasi pemberian
- Konsentrasi urine
cairan IV
meningkat
 Monitor status nutrisi
- Temperatur tubuh
 Berikan cairan
meningkat
 Berikan diuretik
- Hematokrit meninggi
sesuai interuksi
- Kehilangan berat badan
 Berikan cairan IV
seketika (kecuali pada third
spacing) pada suhu ruangan

Faktor-faktor yang  Dorong masukan oral

berhubungan:  Berikan penggantian


nesogatrik sesuai output
- Kehilangan volume cairan  Dorong keluarga
secara aktif untuk membantu pasien
- Kegagalan mekanisme makan
pengaturan  Tawarkan snack ( jus
buah, buah segar )
 Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih muncul
meburuk
 Atur kemungkinan
tranfusi
 Persiapan untuk
tranfusi
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN
POST OP HEMOROID DI GEDUNG C LANTAI 3 RUANG 313 BED 1 RSUD CIBABAT
CIMAHI

Ruang Perawatan : Gedung C lantai 3 Ruang 313 Bed 1


No. RM : 992630
Tanggal Mauk RS : 22 Januari 2018
Tanggal Pengkajian : 23 Januari 2018
Tanggal Operasi : 22 Januari 2018
I. IDENTITAS

a. Nama Pasien : Tn. M


Umur/Taanggal Lahir : 49 Tahun 6 bulan 12 hari / 10 Juli 1968
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Diagnosis Medis : Post op Hemoroid
Alamat : Jl. Kihapit Barat Kota Cimahi
a.Nama Penanggung Jawab : Ny. I
Umur : 45 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMP
Alamat : Jl. Kihapit Barat Kota Cimahi
b. Riwayat Kesehatan Klien
a. Keluhan Utama
Nyeri

b. Riwayat Kesehatan saat dikaji

Klien mengatakan nyeri post op pada bagian anus, nyeri seperti disayat-sayat, skala nyeri 6 (0-10),
nyeri bertambah apabila klien bergerak dan beraktivitas, nyeri berkurang apabila klien diam.
c. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Alergi
Klien mengatakan tidak ada alergi
b. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan sebelumnya belum pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya
c. Riwayat perawatan di RS
Klien mengatakan 2 minggu yang lalu dirawat di RSUD Cibabat dengan Post Op Hemoroid
d. Riwayat Pengobatan
Rumah Sakit
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan bahwa keluarganya tidak ada yang menderita penyakit yang sama
d. Psikososial dan Spiritual
a. Pengkajian Psikologis
Saat ini klien mengatakan aman dan nyaman selama perawatan di RS, dan mau menerima kondisi
penyakitnya yang sekarang. Ketika berkomunikasi klien terlihat tenang dengan emosi yang
terkontrol, dan berinteraksi dengan baik.
b. Pengkajian Sosial
Hubungan sosial baik, terlihat dengan seringnya berkomunikasi dengan keluarga dan klien yang
dirawat di dalam ruangan yang sama. Kemudian klien mau bekerja sama dengan perawat dalam
setiap tindakan. Klien tampak ditemani istrinya.
c. Sistem kepercayaan
Klien mengatakan bahwa dia menganut agama Islam dan senantiasa berdoa untuk kesembuhan
penyakitnya, dia yakin bahwa Tuhan akan menyembuhkan penyakitnya.
e. Pola Aktivitas
No. Jenis Aktivitas Di Rumah Di Rumah Sakit
1. Pola Nutrisi
 Makan
Frekuensi makan 3x1/hari 1x1/hari
Jenis makanan Lauk Pauk Bubur
Pantangan Tidak ada pantangan Tidak ada pantangan
Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
 Minum
Jenis Air mineral Air mineral
Frekuensi ± 8x/hari ± 2x/hari
Jumlah ± 3200cc/hari ± 500cc/hari
Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
2. Pola Eliminasi
 BAB
Frekuensi 1x/hari Belum BAB
Warna Kuning bercampur darah Belum BAB
Bau Khas feces Belum BAB
Keluhan Nyeri Belum BAB
 BAK
Frekuensi ± 3x/hari Belum BAK
Warna Kuning jernih Belum BAK
Bau Khas urin Belum BAK
Keluhan Tidak ada Belum BAK

3. Pola Istirahat dan Tidur


 Siang
Lama tidur ± 3 jam Tidak bisa tidur
Kualitas Nyenyak Tidak bisa tidur
Keluhan Tidak ada Tidak bisa tidur
 Malam
Lama tidur ± 5 jam ± 3 jam
Kualitas Nyenyak Tidak nyenyak
keluhan Tidak ada Tidak nyenyak

4. Personal Hygiene
 Mandi
Frekuensi 2x/hari Belum mandi
 Oral
Frekuensi 2x/hari Belum oral hygiene
Waktu Pagi dan sore Belum oral hygiene
 Cuci rambut
Frekuensi 3x/minggu Belum keramas

 Menggunting kuku
Frekuensi 1x/minggu Belum gunting kuku

5. Pola Aktivitas Berdagang Tidak ada aktivitas


6. Pola kebiasaan yang
mempengaruhi kesehatan :
 Merokok
Frekuensi Tidak pernah Tidak pernah
Jumlah/hari Tidak pernah Tidak pernah
Lama pemakaian Tidak pernah Tidak pernah
 Minuman keras Tidak pernah Tidak pernah
 Ketergantungan Tidak ada Tidak ada
obat

f. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Penampilan : Baik, bersih
Kesadaran : CM (Compos Mentis)
GCS : 15
b. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 90/70 mmHg
Resprasi : 24x/menit
Nadi : 80x/menit
Suhu : 36°𝐶
c. Sistem Pernafasan
Hidung tidak ada sekret, tidak ada lesi, bentuk dada simetris, kulit sama dengan yang lainnya, tidak
menggunakan alat bantu pernafasan, tidak menggunakan cupping hidung, tidak ada nyeri tekan
dibagian dada, taktil vomitus normal kanan dan kiri, suara paru normal sonor, saat diauskultasi
suara paru normal.
d. Sistem kardiovaskular
JPV normal < 8 cm, tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan, suara jantung normal lub dub,
denyut jantung normal 80x/menit.
e. Sistem gastrointestinal
Bibir tidak sianosis, warna bibir coklat kehitaman, bibir kering, keadaan mulut bersih, mukosa
bersih, tidak ada stomatitis, tidak terpasang alat bantu makan, gigi geraham berlubang, tidak ada
karies gigi, tenggorokan tidak ada pembesaran tonsil, bentuk leher simetris, bentuk abdomen
simetris, tidak ada pembekakan,tidak ada pembesaran hati, tidak ada nyeri tekan, suara lambung
normal dullness, bising usus normal 8x/menit, terdapat luka post op pada daerah anus.
f. Sistem genitourinaria
Bentuk simetris, warna kulit sama dengan yang lain, tidak ada luka, tidak ada pendarahan, ada
nyeri tekan.
g. Sistem muskuloskeletal
Tidak ada atrofi maupun hipertrofi, fleksi ekstensi dan rotasi normal, susunan bentuk tulang
normal, kekuatan otot normal 5 (0-5).
h. Sistem integumen
Warna kulit normal, sama dengan warna kulit lainnya, kulit tampak bersih dan sehat, temperatur
kulit hangat, tidak ada sianosis, keadaan kuku tampak kotor dan panjang, tidak ada clubing finger,
turgor kulit normal < 2 detik, kulit lembab, tidak ada nyeri tekan, CRT normal < 2 detik.
i. Sistem pancaindera
Bentuk mata simetris, konjungtiva anemis, sklera an ikterik, pupil normal, jarak pandang kabur,
lapang pandang normal ± 5 m, bentuk telinga simetris, fungsi pendengarang normal, tidak
adaserumen, tidak ada lesi, bentuk hidung simetris, fungsi penciuman normal, tidak menggunakan
alat bantu pernafasan, hidung tampak bersih dan tidak ada sekret, tidak ada lesi, lidah bersih, tidak
ada stomatitis, warna lidah merah muda, fungsi pengecap normal dan tidak ada gangguan wicara,
mata tidak ada nyeri tekan, telinga tidak ada nyeri tekan, hidung tidak ada sinus dan nyeri tekan.
j. Sistem persyarafan
Reflek mata normal, reflek ekstremitas atas dan bawah normal.
g. Data Penunjang
No. Pemeriksaan Hasil satuan Nilai rujukan
1. Hematologi
Darah rutin
Hemoglobin 8,1 g/dl 13,0 – 16,0
Leukosit 10.000 /mm3 4.000 – 10.000
Hematokrit 25 % 40 – 50
Trombosit 438.000 /mm3 150.000 – 440.000
Golongan darah O/Positif
2. Kimia Klinik (Darah)
Glukosa Darah Sewaktu 209 Mg% < 40
Ureum 15 Mg% 20 - 40
Kreatinin 0,9 Mg% 0,8 – 1,3

h. Terapi Yang Diberikan


No. Nama Obat Dosis
1. Ranitidine 2x1 mg
2. Ketorolac 2x1 mg
3. Ceftriaxone 2x1 mg
4. Tranexamic acid 2x1 mg
i. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
1. DS: Klien mengatakan Adanya tindakan Nyeri
nyeri pd luka post op pembedaham
DO: Klien tampak
gelisah,skala nyeri 6 (0-10)
Terputusnya Kontunuitas
jaringan

Merangsang reseptor
mengeluarkan indikator

Implus dikirim ke talamus


Korteks serebri

Nyeri dipersepsikan

2. DS: Klien mengatakan Insisi Bedah Kurang


tidak paham mengenai pengetahuan
merawat luka Menyebabkan Perlukaan
DO: terdapat luka insisi
pada daerah sekitar
anus,klien tidak dapat Luka Insisi Bedah tidak
menjawab pertanyaan terawat

Kurang pengetahuan
3. DS: Klien mengatakan Post op Intoleransi
belum dapat bergerak aktivitas
DO: Klien tampak tidak
bergerak Contunitas jaringan rusak

Pendarahan

Anemia
Intoleransi Aktivitas

j. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusnya kontunitas jaringan karena tindakan
operasi.
2. Kurang pengetahuan b.d perawatan luka post hemoroid.
3. Intoleransi aktivitas b.d luka post op.
k. Perencanaan keperawatan
No Dx Hari/Tang Tujuan Intervensi Rasional
. . gal
1. 1 Selasa Tupen : 1. Kaji 1. Untuk
23-01- Setelah TTV melanju
2018 dilakukan 2. Kaji tkan
tindakan skala interven
keperawatan nyeri si
selama 1x24 3. Ajarkan 2. Untuk
jam teknik melanju
Diharapkan relaksas tkan
nyeri klien i nafas interven
berkurang, dalam si
dengan 4. Anjurka 3. Untuk
kriteria hasil : n untuk mengur
 Klien beristira angi
tampa hat rasa
k 5. Kolabor nyeri
tenang asi 4. Mening
dengan katkan
dokter istirahat
 Skala pemberi 5. Untuk
nyeri 3 an menghil
(0-10) analgeti angkan
Tupan : k nyeri
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24
jam
Diharapkan
nyeri klien
hilang,
dengan
kriteria hasil :
 Klien
tampa
k
tenang
 Skala
nyeri 0
(0-10)

2. 2 Selasa Setelah 1. Kaji tingkat 1. Untuk


23-01- dilakukan pengetahuan mengeta
2018 tindakan 2. Lakukan hui
keperawatan penkes tingkat
selama 1x24 pengeta
jam, huan
diharapkan klien
klien dapat
memahami 2. Agar
mengenai klien
perawatan memaha
pada luka post mi cara
op dengan merawat
kriteria hasil : luka
 Klien post op
dapat hemoroi
menja d
wab
pertan
yaan
peraw
at
3. 3 Selasa Tupen : 1. Bantu aktivitas 1. Agar
23-01- Setelah perawatan diri klien
2018 dilakukan yang terpenu
tindakan diperlukan hi
keperawatan 2. Evaluasi respon aktivitas
selama 1x24 klien terhadap nya
jam, aktivitas 2. Untuk
diharapkan 3. Dorong untuk mengeta
klien mau sering hui
bergerak. menguibah tingkat
Dengan posisi, bantu ketergan
kriteria hasil : klien untuk tungan
 Klien bergerak di klien
dapat tempat 3. Agar
mengg perlahan membei
erakan asakan
sedikit klien
kakiny untuk
a bergera
Tupan : k
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24
jam,
diharapkan
klien dapat
bergerak.
Dengan
kriteria hasil :
 Klien
dapat
berjala
n
l. Implementasi Keperawatan
No. Tanggal Implementasi Evaluasi Paraf
1. 23-01-2018 1. Mengkaji TTV S : Klien mengatakan masih
TD : 90/70 nyeri pada luka post op
N : 80x/menit O : Skala nyeri 5 (0-10)
R : 24x/menit A : Masalah sebagian tertasi
S : 36°𝐶 P : Lanjutkan intervensi 1,2
2. Mengkaji skala 3, 4
nyeri 6 (0-10)
3. Mengajarkan
teknik
relaksasi nafas
dalam
4. Menganjurkan
untuk
beristirahat
2. 23-01-2018 1. Membantu S : Klien mengatakan sedikit
aktivitas mau bergerak
perawatan O : Klien mulai
menyeka dan menggerakan tangan dan
menggunting sedikit kaki, klien mau
kuku diseka, dan digunting
2. Mengetahui kukunya
respon klien A : Masalah sebagian
terhadap teratasi
aktivitas P : Lanjutkan intervensi 1, 2,
3. Membantu 3
klien untuk
bergerak di
tempat
perlahan
3. 24-01-2018 1. Mengkaji S : Klien mengatakan sudah
tingkat mengetahui penyakitnya
pengetahuan O : Klien dapat menjawab
2. Melakukan pertanyaan
penkes A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari berbagai definisi yang dikemukakan dalam bab II, penulis menyimpulkan bahwa
hemoroid adalah suatu benjolan yang tidak wajar yang terdapat di daerah anus yang dapat
menyebabkan nyeri pada saat BAB.

Gejala utama hemoroid adalah perdarahan melaui anus yang berupa darah segar tanpa rasa nyeri
dan prolaps yang berasal dari tonjolan hemoroid sesuai gradasinya.

Kasus hemoroid pada Tn. M dengan keluhan utama nyeri yaitu :

Diagnosa yang muncul adalah sebagai berikut :

1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusnya kontunuitas jaringan karena ytindakan operasi.

2. Kurang penghetahuan b.d perawatan luka post op hemoroid .

3. Intoleransi aktivitas b.d luka post op.

B. Saran

1. Untuk Klien dan Keluarga

Diharapkan klien dapat memotivasi dirinya sendiri dan mengubah pola hidup yang lebih sehat agar
terhindar dari komplikasi penyakit hemoroid.

Diharapkan keluarga klien dapat respon yang positif bagi klien demi peningkatan status kesehatan
klien dan diharapkan keluarga klien waspada terhadap resiko pada keluarga klien sendiri.

2. Untuk Mahasiswa

Diharapkan mahasiswa lebih mempersiapkan diri baik dari segi materi, skill, maupun mental
dalam menghadapi klien agar dapat memberikan kontribusi yang maksimal bagi peningkatan
status klien. Dan mahasiswa diharapkan dapat memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif bagi klien dengan melihat aspek bio-psiko-spiritual.

3. Untuk Masyarakat

Kesehatan adalah harta yang paling penting dalam kehidupan kita, selayaknya kita menjaga
kesehatan dari kerusakan penyakit. Maka dari itu kita harus tahu pencegahan tanda dan gejala dari
berbagai penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Askanda, Sumitro. 1989, Ringkasan Ilmu Bedah. Jakarta : PT. Bina Aksara

Dongoes Moorhouse Geissle, 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC

Price, Sylvia Anderson. 1989. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta : EGC

Schrock, Theodore R. 1991. Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

http://debyrahmad.blogspot.com/2013/06/asuhan-keperawatan-hipertiroidisme.html

http:// bumiirwan.blogspot.com/2013/09/lp-hemoroid.html

http://detikautik.blogspot.com/2013/07/askep-hemoroid.html

Komentar

Anda mungkin juga menyukai