Anda di halaman 1dari 40

Ns. Atika Dhiah Anggraeni, S.Kep., M.

Kep
DIARE THYPOID OBESITAS

KKP
▪ Masalah kesehatan masyarakat →
morbiditas & mortalitasnya

▪ Batasan :
▪ Keluarnya tinja yg lunak atau cair
▪ Frekuensi lebih dari 3-4 kali sehari

▪ Jenis :
▪ Diare akut : < 7 hr
▪ Diare persisten/kronis : > 14 hr
▪ Disentri : disertai darah dlm tinja
FAKTOR RISIKO PENYAKIT DIARE

Perilaku yg menyebabkan penyebaran kuman :


▪ Tidak memberikan ASI secara penuh utk 4-6 bulan pertama
▪ Menggunakan botol susu
▪ Menyimpan makanan masak pada suhu kamar
▪ Menggunakan air minum yg tercemar o/ bakteri yg berasal dr
tinja
▪ Tidak mencuci tangan sesudah BAB, sesudah membuang
tinja/sebelum masak
▪ Tidak membuang tinja dengan benar
MENILAI STATUS HIDRASI

Penilaian A B C
Tanpa dehidrasi Keadaan umum Baik, sadar *Gelisah, rewel *Lesu, tdk sadar
Kehilangan cairan kurang
dari 3 % (A) Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Dehidrasi ringan – sedang
Kehilangan cairan 3 – 5 % Mulut / Lidah Basah Kering Sangat kering
(B) Rasa haus Minum biasa *Haus, ingin *Malas minum/
tidak haus minum banyak tdk bisa minum
Dehidrasi berat Turgor kulit Kembali cepat *Kembali lambat *Sangat lambat
Kehilangan cairan sama
atau lebih dari 10 % (C) Hasil TANPA DEH. RINGAN- DEHIDRASI
pemeriksaan DEHIDRASI SEDANG BERAT
1* +  1 td lain 1* +  1 td lain
Terapi Rencana th/ A Rencana th/ B Rencana th/ C
PENGKAJIAN ANAK DENGAN DIARE
DIAGNOSA KEPERAWATAN KASUS DIARE

1. Diare
2. Hipovolemia
3. Hipertermia
4. Defisit nutrisi
5. Gangguan integritas kulit
6. Ansietas
7. Defisit pengetahuan
DEMAM THYPOID
1. Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik akut yg
mengenai system retikuloendotelial, kelenjar limfe saluran
cerna & kandung empedu.
2. Penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga
paratyphoid fever, enteric fever, typhus & para typhus
abdominalis.
3. Disebabkan terutama → Salmonella enterica serovar typhi
(S.typhi) dan menular melalui jalur fekal-oral.
ETIOLOGI

▪ Salmonella typhi.
▪ Salmonella para typhi A. B dan C
▪ Dua sumber penularan → pasien dengan demam
typhoid & pasien dengan carier.
▪ Carier → orang yang sembuh dari demam typhoid
& masih terus mengekresi salmonella typhi dalam
tinja & air kemih selama lebih dari 1 tahun.
PATOFISIOLOGI
▪ Penularan salmonella thypi →ditularkan melalui berbagai cara, yg dikenal
dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus
(muntah), Fly( lalat) dan melalui Feses.
▪ Feses & muntah pada penderita typhoid → menularkan kuman salmonella
thypi kepada orang lain.
▪ Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan
hinggap dimakanan yg akan dikonsumsi oleh orang yg sehat.
▪ Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti
mencuci tangan & makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke
tubuh orang yang sehat melalui mulut.
▪ Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan
dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus
bagian distal dan mencapai jaringan limpoid.
LANJUTAN PATOFISIOLOGI
▪ Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk
ke aliran darah & mencapai sel-sel retikuloendotelial.
▪ Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam
sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya
masuk limpa, usus halus dan kandung empedu
▪ Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena
membantu proses inflamasi lokal pada usus halus
▪ Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya
merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada
jaringan yang meradang.
GEJALA DEMAM THYPOID
• Demam
• Mual & muntah
• Nyeri perut
• Gangguan pencernaan, misalnya diare/susah BAB
• Lemas & pegal-pegal
• Sakit kepala
• Nyeri tenggorokan
• Kehilangan nafsu makan
• Munculnya lapisan berwarna keputihan di lidah
PENATALAKSANAAN
Perawatan Diet
1. Klien diistirahatkan 7
hari sampai demam
Diet yang sesuai cukup
kalori & tinggi protein.
Obat-obatan.
hilang/14 hari untuk Pada penderita yang akut Klorampenikol
dapat diberi bubur saring.
mencegah komplikasi
Setelah bebas demam
Tiampenikol
perdarahan usus.
2. Mobilisasi bertahap bila diberi bubur kasar selama Kotrimoxazol
tidak ada panas, sesuai 2 hari lalu nasi tim. Amoxilin /
dengan pulihnya tranfusi Dilanjutkan dengan nasi
bila ada komplikasi biasa setelah penderita ampicillin
perdarahan. bebas dari demam selama
7 hari.
PEMERIKSAAN
▪ Pemeriksaan Darah Lengkap→ leukopeni, leukositosis/kadar leukosit normal.
▪ Pemeriksaan SGOT & SGPT → SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali
normal setelah sembuh. (Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan
penanganan khusus)
▪ Pemeriksaan Uji Widal → untuk mendeteksi adanya antibody terhadap bakteri
Salmonella typhi. (dimaksudkan untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum
penderita Demam Tifoid.
AKibat adanya infeksi oleh Salmonella typhi maka penderita membuat antibodi
(aglutinin) yaitu:
1. Aglutinin O: karena rangsangan antigen O yang berasal dari tubuh bakteri
2. Aglutinin H: karena rangsangan antigen H yang berasal dari flagella bakteri
3. Aglutinin Vi: karena rangsangan antigen Vi yang berasal dari simpai bakter
Dari ketiga agglutinin tersebut hanya aglitinin O dan H yang digunakan untuk diagnosis
DemamTifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan menderita Demam
Tifoid.
PENGKAJIAN
▪ Identitas umum anak
▪ Riwayat Penyakit Sekarang
▪ Riwayat Penyakit Dahulu
▪ Riwayat penyakit keluarga
▪ Riwayat Tumbuh kembang anak →Personal Sosial, Motorik Halus, Bahasa,
Motorik Kasar
▪ Faktor presipitasi dari demam typhoid adalah disebabkan oleh makanan
yang tercemar oleh salmonella typhoid dan salmonella paratyphoid A, B dan
C yang ditularkan melalui makanan, jari tangan, lalat dan feses, serta
muntah diperberat bila klien makan tidak teratur.
▪ Faktor predisposisinya adalah minum air mentah, makan makanan yang
tidak bersih dan pedas, tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan,
dari wc dan menyiapkan makanan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA DEMAM THYPOID

1. Ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit berhubungan


dengan hipertermi dan muntah.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi.
4. Nyeri akut b.d agen cedera biologis
5. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari
berhubungan dengan kelemahan fisik.
6. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan
dengan kurang informasi atau informasi yang tidak adekuat.
OBESITAS
▪ Obesitas (kegemukan) → penumpukan lemak yg berlebihan/ abnormal yg dapat
mengganggu Kesehatan (WHO, 2011)
▪ Secara klinis obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh yg umumnya ditimbun
dlm jaringan subkutan, sekitar organ tubuh dan meluas ke jaringan organnya
Penyebab
1. Faktor genetik → pola makan & gaya hidup anak yang serupa dengan orang
tuanya
2. Faktor kebiasaan makan → sering mengonsumsi makanan siap saji & makanan
manis
3. Faktor penurunan aktivitas → dengan kemajuan teknologi, anak akan
memanfaatkan waktu luang dengan bermain gadget di dalam rumah dibanding
di luar rumah)
TANDA OBESITAS

▪ Perut membuncit
▪ Wajah membulat, pipi tembem & dagu rangkap
▪ Leher relative lebih pendek
▪ Dada mengembung dengan payudara yang membesar mengandung
jaringan lemak
▪ Kedua tungkai pada umumnya berbentuk x.
▪ Pada anak laki laki penis tampak kecil karena terkubur dalam
jaringan lemak supra-pubik
▪ Pada anak perempuan indikasi menstruasi dini.
TYPE OBESITAS

Berdasarkan penimbunan lemak


1. Kegemukan Android → lemak tertimbun di setengah bagian atas tubuh (perut,
dada, punggung, muka)
2. Kegemukan Gynaecoid → lemak tertimbun di setengah bagian bawah tubuh
(pinggul, paha, pantat)
Tipe Obesitas
1. Berdasarkan Lingkar Perut
2. Obesitas Perifer
3. Obesitas abdominal (visceral) distribusi lemak terutama pada sekeliling organ
visceral di dlm rongga perut
KRITERIA / DEFINISI OBESITAS

Berat badan (kg)


IMT =
Tinggi badan 2 (m2)

Contoh :
Anak laki-laki, usia 9 tahun
BB = 42 kg TB = 137 cm
IMT = 42/1,372 = 22.15kg/m2

IMT = INDEKS MASA TUBUH


IMT NORMAL, PADA ANAK
TERGANTUNG USIA DAN KELAMIN
BMI BMI

Boys: 2 to 20 years
OBESITAS JIKA :
Nilai IMT
>percentie 95

USIA IMT

2 thn 19.3
4 thn 17.8
9 thn 21.0
13 thn 25.1
BMI BMI
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
1. Ketidakseimbangan energi; asupan kalori lebih besar
2. Riwayat obesitas dalam keluarga; 25-30% gen, lifestyle
keluarga
3. Lingkungan: kebiasaan makan, teman, aktivitas fisik,
ketersediaan makan
4. Peran nutrisi; konsumsi makan tinggi kalori & lemak anak-
anak konsumsi fastfood
5. Psikologik; pelampiasan emosi positif/negative
6. Penyakit : hipotiroid, cushing syndrome
7. Sosiokultural : ras, sex, income, edukasi dll
KOMPLIKASI
▪ Kardiovaskular : PJK, infark miokard, stroke aliran darah dikarenakan
peningkatan body mass.
▪ Diabetes tipe 2
▪ Saluran Pernapasan
▪ Dislipidemia
▪ Masalah tidur apnea & pernapasan
▪ Hasil penelitian Gallagher (2005), Paje & Krameer (2006) sleep apnea
terjadi 10-20% pada pasien obesitas
▪ Osteoarthritis (degenerasi tulang rawan dan tulang yang mendasarinya
dalam sendi)
▪ Masalah Ginekologi (menstruasi abnormal, infertilitas).
PENATALAKSANAAN
▪ Tujuan :
▪ Hambat laju kenaikan berat badan yang pesat
▪ Pertimbangkan tumbuh kembang

▪ Program :
▪ Kurangi asupan kalori ( diet )
▪ Tingkatkan keluaran energi ( olahraga )
▪ Modifikasi perilaku anak dan keluarga
▪ Perbaiki faktor penyebab
▪ Libatkan semua pihak ( sekolah )
2-7 tahun
< 2 tahun Turunkan jika
Penurunan tdk dianjurkan Obesitas dengan komplikasi
Turunkan BB < 1 pond perbulan

> 7 tahun
Turunkan jika
Obes
Berisiko obes dengan komplikasi
Turunkan BB < 1-2 pond perminggu
PENGKAJIAN

▪ Riwayat tumbuh kembang


▪ Muncul keluhan → ngorok (snoring), restless sleep, nyeri pinggul
▪ Riwayat gaya hidup
▪ Riwayat keluarga dengan obesitas (factor genetik). Yg disertai dengan resiko peny.
Kardiovaskuler diusia muda, hiperkolesterolemia, hipertensi dan DM tipe 2
▪ Pengukuran antropometri
▪ Kebiasaan makan anak dan asupan kalori anak
▪ Tingkat aktivitas anak
▪ Kondisi Kesehatan lain yg mungkin dimiliki oleh anak
DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA OBESITAS

▪ Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan intake nutrisi lebih dari kebutuhan
tubuh
▪ Harga diri rendah berhubungan dengan persepsi
penampilan fisik
▪ Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penekanan
diafragma
▪ Hambatan interaksi social berhubungan dengan
lingkungan atau tidak nyaman dalam sutuasi sosial
KKP (KEKURANGAN KALORI PROTEIN)

▪ Klinis : bervariasi, biasanya disertai dgn defisiensi vitamin & mineral

▪ Bila terjadi pd balita : TB tdk m’capai tinggi maksimal, IQ << → prestasi belajar &
produktivitas kerja 

▪ Bila terjadi pd ibu hamil : ganggu proses tumbuh kembang janin → lahir BBLR 

▪ Ada 3 jenis KKP → marasmus, kwarsiokor, marasmur-kwarsiokor


MARASMUS

▪ Masukan kalori yg kurang →sumber energi dari cadangan


protein atau penghancuran jaringan

GAMBARAN KLINIS
▪ Anak kurus kering,rewel, cengeng,sering bangun
▪ Anak penakut, apatis, nafsu makan (-)
▪ BB , kulit berkeriput, wajah ~ orangtua
▪ Suhu subnormal, nadi lambat, tangan-kaki dingin & tampak
sianosis
Penyakit penyerta →TBC, Defisiensi Vit.A
KWASHIORKOR
▪ Prevalensi : >> anak balita, terutama usia 1,5 – 2 tahun (saat penyapihan)

▪ Sebab utama : masukkan protein yg kurang


▪ Dpt disbbkan : diare kronik, malabsorpsi protein, sindrom nefrotik, infeksi menahun, luka bakar & peny.hati
Patofisiologi
Protein < → asamamino esensial < → produksi albumin oleh hati < → timbul edema
Di hati : gangguan pem’bentukan -lipoprotein → transport lemak dari hati ke depot terganggu →
penimbunan lemak di hati.
Gejala klinis
1. Anak sembab,letargi,iritabel → apatis sampai koma
2. Edema dimulai dr alat dalam, muka, lengan, tungkai, rongga tubuh → edema anasarca
3. Jaringan otot << & tonus 
4. Anoreksia & diare (infeksi, ggn fungsi hati, pankreas atau intolerans laktosa)
5. Rambut pirang, jarang, mudah dicabut
6. Kulit kering bersisik dgn garis2 kulit yg dalam & lebar
PENYAKIT PENYERTA
▪ Akibat defisiensi imunologik → anak mudah terinfeksi:
▪ Diare
▪ Bronkopneumonia
▪ Tonsilofaringitis
▪ Tuberkulosis

▪ Disertai :
▪ Defisiensi vit.A (rabun senja sampai xeroftalmia)
▪ Defisiensi riboflavin/B2 (stomatitis angularis)
▪ Anemia defisiensi besi/Fe
▪ Anemia megaloblastik/as.folat
PEMERIKSAAN LAB & DIAGNOSIS

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DIAGNOSIS

▪ Kadar albumin, kolesterol, glukosa  ▪ Berdasarkan gejala klinis :


▪ Gangguan imunitas seluler mudah ditegakkan
▪ Kadar enzim amilase, esterase, kolin ▪ Jika hanya edema saja
esterase, transaminase & fosfatase diagnosis banding :
alkali & enzim pankreas  ▪ Sirosis hepatis
▪ Kadar vitamin & mineral  ▪ Sindrom nefrotik
▪ Biopsi hati: perlemakan ▪ Gagal jantung kanan
PENGOBATAN MEP/KKP

1. Beri makanan: tinggi kalori, protein, cukup cairan,


vitamin & mineral
2. Makanan: mudah dicerna & diserap
3. Diberikan secara bertahap
4. Penanganan thdp penyakit penyerta
5. Tindak lanjut: pemantauan kesehatan & penyuluhan
thdp keluarga
THERAPI AWAL MEP/KKP

▪ Atasi kelainan akut :


diare, Bp atau peny. infeksi lain; ggn elektrolit, keseimbangan asam basa,
dehidrasi, gagal ginjal/jantung
▪ Jika dehidrasi & asidosis → cairan infus :
▪  cairan: 200 ml/kgBB/hr (kwashiorkor/ marasmus-kwashiorkor) & 250
ml/kgBB/hr (marasmus)
▪ Jenis cairan: KaEN 3B → hipoglikemia: glukosa 10%
▪ Makanan :
kalori 150 - 200 kkal/kgBB/hari dengan protein 3 g/kgBB/hari
▪ Pemberian vitamin- mineral :
Vit A, as.folat, KCl, Mg-sulfat, fero-sulfat
THERAPI DIETETIK MEP

1. Tahap penyesuaian (1-2 mgg)


❖ BB < 7 kg → makanan bayi
❑ Susu yang diencerkan/rendah laktosa (1/3, 2/3,3/3)
❑ + kalori: + glukosa 2-5%, tepung 2%
❑ Berangsur + buah, biskuit, makanan lumat & lembik
❖ BB > 7 kg → makanan anak >1 thn
❑ Kalori 50 kkal/kgBB/hr, protein 1 g/kgBB, cairan 200 ml/kgBB
❑ Makanan cair yg diencerkan (1/3, 2/3, 3/3) → bhn dasar susu + glukosa 5% → porsi
kecil tapi lebih sering
2. Tahap penyembuhan
❖ Toleransi makan & nafsu makan baik → jumlah kalori  / 1-2 hr, s/ capai 150-200 kkal/kgBB/hr

3. Tahap lanjutan
DIAGNOSA KEPERAWATAN KKP

▪ Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kehilangan nafsu makan
▪ Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan lapis kedua yang tidak
memadai (HB rendah).
▪ Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan asupan nutrisi
tidak adekuat.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai