Kep
DIARE THYPOID OBESITAS
KKP
▪ Masalah kesehatan masyarakat →
morbiditas & mortalitasnya
▪ Batasan :
▪ Keluarnya tinja yg lunak atau cair
▪ Frekuensi lebih dari 3-4 kali sehari
▪ Jenis :
▪ Diare akut : < 7 hr
▪ Diare persisten/kronis : > 14 hr
▪ Disentri : disertai darah dlm tinja
FAKTOR RISIKO PENYAKIT DIARE
Penilaian A B C
Tanpa dehidrasi Keadaan umum Baik, sadar *Gelisah, rewel *Lesu, tdk sadar
Kehilangan cairan kurang
dari 3 % (A) Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Dehidrasi ringan – sedang
Kehilangan cairan 3 – 5 % Mulut / Lidah Basah Kering Sangat kering
(B) Rasa haus Minum biasa *Haus, ingin *Malas minum/
tidak haus minum banyak tdk bisa minum
Dehidrasi berat Turgor kulit Kembali cepat *Kembali lambat *Sangat lambat
Kehilangan cairan sama
atau lebih dari 10 % (C) Hasil TANPA DEH. RINGAN- DEHIDRASI
pemeriksaan DEHIDRASI SEDANG BERAT
1* + 1 td lain 1* + 1 td lain
Terapi Rencana th/ A Rencana th/ B Rencana th/ C
PENGKAJIAN ANAK DENGAN DIARE
DIAGNOSA KEPERAWATAN KASUS DIARE
1. Diare
2. Hipovolemia
3. Hipertermia
4. Defisit nutrisi
5. Gangguan integritas kulit
6. Ansietas
7. Defisit pengetahuan
DEMAM THYPOID
1. Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik akut yg
mengenai system retikuloendotelial, kelenjar limfe saluran
cerna & kandung empedu.
2. Penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga
paratyphoid fever, enteric fever, typhus & para typhus
abdominalis.
3. Disebabkan terutama → Salmonella enterica serovar typhi
(S.typhi) dan menular melalui jalur fekal-oral.
ETIOLOGI
▪ Salmonella typhi.
▪ Salmonella para typhi A. B dan C
▪ Dua sumber penularan → pasien dengan demam
typhoid & pasien dengan carier.
▪ Carier → orang yang sembuh dari demam typhoid
& masih terus mengekresi salmonella typhi dalam
tinja & air kemih selama lebih dari 1 tahun.
PATOFISIOLOGI
▪ Penularan salmonella thypi →ditularkan melalui berbagai cara, yg dikenal
dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus
(muntah), Fly( lalat) dan melalui Feses.
▪ Feses & muntah pada penderita typhoid → menularkan kuman salmonella
thypi kepada orang lain.
▪ Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan
hinggap dimakanan yg akan dikonsumsi oleh orang yg sehat.
▪ Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti
mencuci tangan & makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke
tubuh orang yang sehat melalui mulut.
▪ Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan
dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus
bagian distal dan mencapai jaringan limpoid.
LANJUTAN PATOFISIOLOGI
▪ Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk
ke aliran darah & mencapai sel-sel retikuloendotelial.
▪ Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam
sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya
masuk limpa, usus halus dan kandung empedu
▪ Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena
membantu proses inflamasi lokal pada usus halus
▪ Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya
merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada
jaringan yang meradang.
GEJALA DEMAM THYPOID
• Demam
• Mual & muntah
• Nyeri perut
• Gangguan pencernaan, misalnya diare/susah BAB
• Lemas & pegal-pegal
• Sakit kepala
• Nyeri tenggorokan
• Kehilangan nafsu makan
• Munculnya lapisan berwarna keputihan di lidah
PENATALAKSANAAN
Perawatan Diet
1. Klien diistirahatkan 7
hari sampai demam
Diet yang sesuai cukup
kalori & tinggi protein.
Obat-obatan.
hilang/14 hari untuk Pada penderita yang akut Klorampenikol
dapat diberi bubur saring.
mencegah komplikasi
Setelah bebas demam
Tiampenikol
perdarahan usus.
2. Mobilisasi bertahap bila diberi bubur kasar selama Kotrimoxazol
tidak ada panas, sesuai 2 hari lalu nasi tim. Amoxilin /
dengan pulihnya tranfusi Dilanjutkan dengan nasi
bila ada komplikasi biasa setelah penderita ampicillin
perdarahan. bebas dari demam selama
7 hari.
PEMERIKSAAN
▪ Pemeriksaan Darah Lengkap→ leukopeni, leukositosis/kadar leukosit normal.
▪ Pemeriksaan SGOT & SGPT → SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali
normal setelah sembuh. (Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan
penanganan khusus)
▪ Pemeriksaan Uji Widal → untuk mendeteksi adanya antibody terhadap bakteri
Salmonella typhi. (dimaksudkan untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum
penderita Demam Tifoid.
AKibat adanya infeksi oleh Salmonella typhi maka penderita membuat antibodi
(aglutinin) yaitu:
1. Aglutinin O: karena rangsangan antigen O yang berasal dari tubuh bakteri
2. Aglutinin H: karena rangsangan antigen H yang berasal dari flagella bakteri
3. Aglutinin Vi: karena rangsangan antigen Vi yang berasal dari simpai bakter
Dari ketiga agglutinin tersebut hanya aglitinin O dan H yang digunakan untuk diagnosis
DemamTifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan menderita Demam
Tifoid.
PENGKAJIAN
▪ Identitas umum anak
▪ Riwayat Penyakit Sekarang
▪ Riwayat Penyakit Dahulu
▪ Riwayat penyakit keluarga
▪ Riwayat Tumbuh kembang anak →Personal Sosial, Motorik Halus, Bahasa,
Motorik Kasar
▪ Faktor presipitasi dari demam typhoid adalah disebabkan oleh makanan
yang tercemar oleh salmonella typhoid dan salmonella paratyphoid A, B dan
C yang ditularkan melalui makanan, jari tangan, lalat dan feses, serta
muntah diperberat bila klien makan tidak teratur.
▪ Faktor predisposisinya adalah minum air mentah, makan makanan yang
tidak bersih dan pedas, tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan,
dari wc dan menyiapkan makanan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA DEMAM THYPOID
▪ Perut membuncit
▪ Wajah membulat, pipi tembem & dagu rangkap
▪ Leher relative lebih pendek
▪ Dada mengembung dengan payudara yang membesar mengandung
jaringan lemak
▪ Kedua tungkai pada umumnya berbentuk x.
▪ Pada anak laki laki penis tampak kecil karena terkubur dalam
jaringan lemak supra-pubik
▪ Pada anak perempuan indikasi menstruasi dini.
TYPE OBESITAS
Contoh :
Anak laki-laki, usia 9 tahun
BB = 42 kg TB = 137 cm
IMT = 42/1,372 = 22.15kg/m2
Boys: 2 to 20 years
OBESITAS JIKA :
Nilai IMT
>percentie 95
USIA IMT
2 thn 19.3
4 thn 17.8
9 thn 21.0
13 thn 25.1
BMI BMI
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
1. Ketidakseimbangan energi; asupan kalori lebih besar
2. Riwayat obesitas dalam keluarga; 25-30% gen, lifestyle
keluarga
3. Lingkungan: kebiasaan makan, teman, aktivitas fisik,
ketersediaan makan
4. Peran nutrisi; konsumsi makan tinggi kalori & lemak anak-
anak konsumsi fastfood
5. Psikologik; pelampiasan emosi positif/negative
6. Penyakit : hipotiroid, cushing syndrome
7. Sosiokultural : ras, sex, income, edukasi dll
KOMPLIKASI
▪ Kardiovaskular : PJK, infark miokard, stroke aliran darah dikarenakan
peningkatan body mass.
▪ Diabetes tipe 2
▪ Saluran Pernapasan
▪ Dislipidemia
▪ Masalah tidur apnea & pernapasan
▪ Hasil penelitian Gallagher (2005), Paje & Krameer (2006) sleep apnea
terjadi 10-20% pada pasien obesitas
▪ Osteoarthritis (degenerasi tulang rawan dan tulang yang mendasarinya
dalam sendi)
▪ Masalah Ginekologi (menstruasi abnormal, infertilitas).
PENATALAKSANAAN
▪ Tujuan :
▪ Hambat laju kenaikan berat badan yang pesat
▪ Pertimbangkan tumbuh kembang
▪ Program :
▪ Kurangi asupan kalori ( diet )
▪ Tingkatkan keluaran energi ( olahraga )
▪ Modifikasi perilaku anak dan keluarga
▪ Perbaiki faktor penyebab
▪ Libatkan semua pihak ( sekolah )
2-7 tahun
< 2 tahun Turunkan jika
Penurunan tdk dianjurkan Obesitas dengan komplikasi
Turunkan BB < 1 pond perbulan
> 7 tahun
Turunkan jika
Obes
Berisiko obes dengan komplikasi
Turunkan BB < 1-2 pond perminggu
PENGKAJIAN
▪ Bila terjadi pd balita : TB tdk m’capai tinggi maksimal, IQ << → prestasi belajar &
produktivitas kerja
▪ Bila terjadi pd ibu hamil : ganggu proses tumbuh kembang janin → lahir BBLR
GAMBARAN KLINIS
▪ Anak kurus kering,rewel, cengeng,sering bangun
▪ Anak penakut, apatis, nafsu makan (-)
▪ BB , kulit berkeriput, wajah ~ orangtua
▪ Suhu subnormal, nadi lambat, tangan-kaki dingin & tampak
sianosis
Penyakit penyerta →TBC, Defisiensi Vit.A
KWASHIORKOR
▪ Prevalensi : >> anak balita, terutama usia 1,5 – 2 tahun (saat penyapihan)
▪ Disertai :
▪ Defisiensi vit.A (rabun senja sampai xeroftalmia)
▪ Defisiensi riboflavin/B2 (stomatitis angularis)
▪ Anemia defisiensi besi/Fe
▪ Anemia megaloblastik/as.folat
PEMERIKSAAN LAB & DIAGNOSIS
3. Tahap lanjutan
DIAGNOSA KEPERAWATAN KKP