Anda di halaman 1dari 10

Mata Kuliah : Toksikologi Lingkungan

Dosen : Dr.Dra.Tjipto Rini, M.Kes

PJ : Ainundita Paramananda & Muhammad Rafli Azhari

RESUME TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

Senin, 18 Oktober 2021 ( Pertemuan ke-10)

Yg tidak hadir

*1. HILDA FITRIAH*

Ket : Tanpa keterangan/Alfa

*2. Yunda Nurmala Septianti*

Ket : Sakit

Membahas Toksikologi Organ Sasaran 1

Yang di presentasikan oleh kelompok 5 dan 3

Toksikologi Organ Sasaran 1


Pengertian Toksikologi Organ
Toksikologi merupakan studi mengenai efek-efek yang tidak diinginkan dari zat-zat kimia
terhadap organisme hidup. Toksikologi juga membahas tentang penilaian secara kuantitatif tentang
organ-organ tubuh yang sering terpajang serta efek yang ditimbulkannya.

Semua bahan kimia pada hakekatnya adalah racun, dosisnya yang membedakan racun dan obat.
Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan tidak normal akibat efek racun. Portal entri adalah pintu
masuknya bahan kimia ke dalam tubuh organisme. Beberapa portal entri yang penting adalah

(1) Mulut, oral, atau lewat tractus gastero-intestinales / saluran pencernaan


(2) Saluran pernapasan atau per inhalasi, atau lewat tractus respiratorius
(3) Kulit atau dermal
(4) Parenteral atau disuntikkan ke dalam tubuh, bias ke otot (intra muskuler, IM), ke vena (intra
vena, IV), ke peritoneum (intra pertitoneum, IP), dibawah kulit (subcutan, SC)
Bahan – bahan kimia atau zat racun dapat masuk ke dalam tubuh melalui tiga saluran, yakni
(Rachmawati, 2013) :

1. Melalui mulut atau tertelan bisa disebut juga per oral atau ingesti. Hal ini sangat jarang terjadi
kecuali kita memipet bahan – bahan kimia langsung menggunakan mulu atau makan dan
minum dilaboratorium
2. Melalui kulit. Bahan kimia yang dapat dengan mudah terserap kulit ialah aniline,
nitrobenzene, dan asam sianida.
3. Melalui pernapasan (inhalasi). Gas, debu, dan uap mudah terserap lewat pernapasan dan
saluran ini merupakan sebagian dari kasus keracunan yang terjadi.
4. Melalui suntikan (parental, injeksi)
5. Melalui dubur atau vagina (perektal atau pervaginal)
Efek Beracun Bahan Kimia :

• Efek Akut
efek yang terjadi secara cepat sebagai hasil pemaparan zat jangka pendek yang dapat
menimbulkan efek akut, juga dapat mengakibatkan penyakit kronik.
• Efek Kronis
terjadi karena zat menghasilkan efek merusak sebagai hasil pemaparan tunggal, tetapi sering
terjadi karena pemaparan berulang / jangka panjang.

Toksikologi Sistem Pernapasan


A. Pengertian Toksikologi Pernapasan
Toksikologi merupakan ilmu yang mempelajari efek-efek merugikan dari suatu zat (NIOSH : The
National Institute for Occupational Safety & Health). Inhalasi adalah proses pernapasan/inspirasi
udara ke dalam paru- paru yang melalui saluran napas atas (rongga hidung, nasofaring, orofaring,
dan laringofaring) dan bawah (laring, trakea, bronkhi, paru- paru. Toksikologi Inhalasi adalah
proses atau jalan masuknya zat-zat beracun (toksik) ke dalam tubuh melalui proses pernapasan
(saluran pernapasan).

B. Mekanisme Toksikologi Inhalasi

Sistem pernapasan terdiri dari 2 bagian yaitu saluran pernapasan bagian atas (hidung,
tenggorokan, trachea, dan sebagian besar pipa bronchial yang membawa ke cuping dan paru-paru)
dan alveoli dimana dapat terjadi pemindahan gas-gas dengan menembus dinding sel yang tipis.
Saluran pernafasan merupakan sistem yang komplek, yang secara alami dapat menseleksi partikel
berdasarkan ukurannya. Hidung merupakan filter utama yang berperan dalam mencegah dari
sebarang partikel besar memasuki tubuh Nasofaring berfungsi membuang partikel besar dari udara
yang dihirup, menambahkan uap air, dan mengatur suhu. Saluran trakea dan bronkus berfungsi
sebagai saluran udara yang menuju alveoli. Trakea dan bronki dibatasi oleh epitel bersilia dan
dilapisi oleh lapisan tipis lendir yang dapat mendorong naik partikel yang mengendap pada
permukaan menuju mulut. Partikel yang mengandung lendir tersebut kemudian dibuang dari
saluran pernafasan dengan diludahkan atau ditelan

Alveoli merupakan tempat utama terjadinya absorpsi toksik yang berbentuk gas seperti carbon
monoksida, oksida nitrogen, belerang dioksida atau uap cairan, seperti bensen dan
karbontetraklorida Hanya partikel yang diameternya kurang dari 5 mikron yang dapat masuk ke
dalam kantong udara dalam alveoli.

Partikel dengan ukuran 5 mikrometer atau lebih besar biasanya ditimbun pada daerah
nasofaringeal. Partikel di daerah ini dapat dihilangkan saat pembersihan hidung atau saat bersin.
Partikel yang larut akan dilarutkan dalam mukus dan dibawa ke faring atau diserap epitel masuk ke
darah. Partikel dengan ukuran 2 hingga 5 mikrometer ditimbun pada daerah trakeobronkeolus
paru, tempat ia akan dibersihkan oleh pergerakan silia saluran pernafasan (Mukono, 2002).

Absorpsi pada jalur ini dapat terjadi melalui membran ”nasalcavity” atau absorpsi melalui alveoli
paru-paru. Kedua membran ini relativ mempunyai permeabilitas yang tinggi terhadap xenobiotika.
Sebagai contoh, senyawa amonium quarterner, dimana sangat susah diserap jika diberikan melalui
jalur oral, namun pada pemberian melalui ”nasalcavity” menunjukkan tingkat konsentrasi di darah
yang hampir sama dibandingkan dengan pemakaian secara travena.
C. Contoh Toksik Sistem Pernapasan dan Dampaknya
1. Gas Irritant yaitu gas-gas yang bersifat irritant dihasilkan oleh pencemar udara seperti : Ozon
(O3 ), NO, NO2 , N2O, SO2 ). Bahan-bahan berbahaya tersebut apabila dihirup atau masuk ke
dalam tubuh akan menyebabkan kerusakan paru, mulai dari iritasi ringan sampai fibrosis.
2. Gas Asphyxiant yaitu gas-gas yang menggantikan posisi oksigen di dalam tubuh dalam
kandungan udara yang rendah.seperti CH4 , CO2 , CO, H2S. Bahan-bahan berbahaya tersebut
apabila dihirup atau masuk ke dalam tubuh dalam jumlah yang melebihi kadar standar akan
menyebabkan sesak napas sampai kematian
3. Partikel asbes yang terhirup melalui pernapasan akan terdeposit dalam paru-paru yang akan
dapat menyebabkan kanker paru.
4. Debu yang mengandung bahan silika dan batubara jika dihirup akan berdampak terhadap
kesehatan yaitu dapat mengakibatkan silicosis dan anthracosis. Kandungan Pb di udara dapat
meningkatkan kandungan Pb darah : 50 – 70%. Dampak dari menghirup timbal (Pb) ini adalah
dapat merusak ginjal dan sistem syaraf pusat.
5. Arsen (As) dan menyebabkan Keracunan akut yang menimbulkan gejala muntaber disertai
darah, disusul dengan koma dan dapat menyebabkan kematian. Keracunan kronis dapat
menimbulkan ikterus, pendarahan pada ginjal, dan kanker kulit
6. Keracunan akut kadmium biasanya terjadi karena menghirup debu dan asap yang
mengandung kadmium. Secara akut, kadmium lebih toksik bila dihirup. Toksisitas kadmium
bisa berkembang menjadi udem paru

Toksikologi Hati
A. Pengertian Toksikologi Hati

Hati adalah organ terbesar dan secara metabolisme paling kompleks di dalam tubuh. Organ hati
terlibat dalam metabolisme zat makanan serta sebagian besar obat dan toksikan. Secara struktural
organ hati tersusun oleh hepatosit (sel parenkim hati). Hepatosit bertanggung jawab terhadap peran
sentral hati dalam metabolisme. Sel-sel tersebut terletak di antara sinusoid yang terisi darah dan
saluran empedu. Sel Kuffer melapisi sinusoid hati dan merupakan bagian penting dari sitem
retikuloendotelial tubuh. Darah dipasok melalui vena porta dan arteri hepatika, dan disalurkan
melalui vena sentral dan kemudian vena hepatika ke dalam vena kava. Saluran empedu mulai
berperan sebagai kanalikuli yang kecil sekali yang dibentuk oleh sel parenkim yang berdekatan.
Kanalikuli bersatu menjadi duktula, saluran empedu interlobular, dan saluran hati yang lebih besar.
Saluran hati utama menghubungkan duktus kistik dari kandung empedu dan membentuk saluran
empedu biasa, yang mengalir ke dalam duodenum.
Toksikologi hati dipersulit oleh berbagai kerusakan hati dan berbagai mekanisme yang
menyebabkan kerusakan tersebut. Hati sering menjadi organ sasaran karena beberapa hal. Sebagian
besar toksikan memasuki tubuh melalui sistem gastrointestinal, setelah diserap, toksikan dibawa
vena porta ke hati. Hati mempunyai banyak tempat pengikatan. Kadar enzim yang memetabolisme
xenobiotik dalam hati juga tinggi (terutama sitokrom P-450). Hal tersebut membuat sebagian besar
toksikan menjadi kurang toksik dan lebih mudah larut dalam air, sehingga lebih mudah dieksresikan.
Tetapi dalam beberapa kasus, toksikan diaktifkan sehingga dapat menginduksi lesi. Lesi hati bersifat
sentrilobuler banyak dihubungkan dengan kadar sitokrom P-450 yang lebih tinggi. Selain itu kadar
glutation yang relatif rendah, dibandingkan dengan kadar glutation di bagian lain dari hati, dapat
juga berperan mengaktifkan toksikan.

Toksikan dapat menyebabkan berbagai jenis efek toksik pada berbagai organel dalam sel hati,
seperti perlemakan hati (steatosis), nekrosis, kolestasis, dan sirosis. Steatosis adalah hati yang
mengandung berat lipid lebih dari 5%. Mekanisme terjadinya penimbunan lemak pada hati secara
umum yaitu rusaknya pelepasan trigliserid hati ke plasma. Nekrosis hati adalah kematian hepatosit.
Biasanya nekrosis merupakan kerusakan akut. Beberapa zat kimia telah dibuktikan atau dilaporkan
menyebakan nekrosis pada hati. Kolestasis merupakan jenis kerusakan hati yang biasanya bersifat
akut. Beberapa steroid anabolik dan kontraseptif di samping taurokolat, klorpromazin, dan
eritromisin laktobionat terlah terbukti menyebabkan kolestasis dan hiperbilirubinemia karena
tersumbatnya kanalikuli empedu. Sirosis ditandai oleh adanya septa kolagen yang tersebar di
sebagian besar hati. Serosis diduga berasal dari nekrosis sel-sel tunggal karena kurangnya
mekanisme perbaikan yang menyebabkan meningkatnya aktivitas fibroblastik dan pembentuan
jaringan parut.

Hepatosit tikus dan manusia yang terisolasi dalam suspensi atau dalam biakan, digunakan
dalam berbagai penelitian biokimia. Dalam mempelajari efek toksikan terhadap sel hati yang sedang
membelah digunakan hepatosit dari hewan yang sangat muda atau dari tumor hati. Hepatosit yang
diisolasi dapat digunakan untuk menentukan berbagai efek toksik (Lu, 1995), seperti :

1) Kerusakan membran dapat dideteksi secara mikroskopik atau secara biokimia. Prosedur
biokimia berupa pengukuran kemampuan sel menyerap kofaktor (misalnya NADPH), bahan
pewarna polar (misalnya biru tripan), dan substrat (misal suksinat) dan pengukuran kebocoran
enzim sitoplasma.
2) Mungkin terdapat perubahan dalam makromolekul sel seperti penghambatan protein dan
sistesis RNA, dan peningkatan sintesis DNA.
3) Efek lain adalah perubahan metabolisme perantara dan perubahan dalam aktivitas dan
pertumbuhan hepatosit.
Hati menerima + 25% dari cardiac output, aliran darah hati yang normal = 1500 ce/ menit atau
1000 1800 cc/ menit. Darah yang mengalir di dalam a.hepatica + 25% dan di dalam v.porta 75% dari
seluruh aliran darah ke hati. Aliran darah ke hepar dipengaruhi oleh faktor mekanis, pengaruh
persarafan dan hormonal, aliran ini berubah cepat pada waktu exercise, terik matahari, shock. Hepar
merupakan organ penting untuk mempertahankan aliran darah. Obat-obatan dapat memberikan
efek samping, salah satunya adalah efek hepatotoksik, yaitu efek samping kerusakan sel-sel atau
jaringan hati dan sekitarnya akibat konsumsi suatu obat.

Pada dasarnya, obat dianggap sebagai penyebab kerusakan hati jika:

1. Obat tersebut terbukti menyebabkan kerusakan hati pada binatang percobaan.


2. Jika suatu obat menyebabkan gangguan pada hati saat dikonsumsi dan gangguan hati sembuh
saat pemberian obat dihentikan, namun timbul kembali saat diberikan obat lagi.

B. Gejala Klinis pada Hati


1. Kejang-kejang pada perut
2. Malaise yang menyeluruh
3. Insufisiensi-ginjal dan terganggunya fungsi otak

C. Contoh zat kimia yang bersifat hepatotoksik

1. Alkohol

konsumisi terus menerus dapat menginduksi terjadinya hepatitis. selain menginhibisi sintesis
asam amino di hati. menginhibisi sintesis asam amino di hati dan menginhibisi natrium dan kalium yg
menstimulasi ATP ase sebagai trannsport aktif asam amino di hati. Alkohol bisa menyebabkan 3 jenis
kerusakan hati, yakni:

a. Pengumpulan lemak (fatty liver) Gejalanya tergantung dari berapa lama dan berapa jumlah
alkohol yang telah diminum. Peminum berat biasanya menunjukkan gejala awal pada usia 30an
dan cenderung mengalami masalah yang berat pada umur 40an. Pada laki-laki, alkohol akan
menyebabkan efek yang mirip dengan yang dihasilkan oleh terlalu banyaknya estrogen dan
terlalu sedikitnya testosteron.
b. Peradangan (hepatitis alkoholik) Peradangan hati yang disebabkan oleh alkohol (hepatitis
alkkoholik),bisa menyebabkan demam, sakit kuning, peningkatan jumlah sel darah putih dan
pembesaran hati yang teraba lunak dan terasa nyeri. Pada kulit akan tampak pembuluh balik
yang menyerupai gambaran laba-laba.
c. Pembentukan jaringan parut (sirosis). Sirosis hati adalah keadaan penyakit yang sudah lanjut
dimana fungsi hati sudah sangat terganggu akibat banyaknya jaringan ikat di dalam hati.
2. Insektisida

Menyebabkan keracunan ringan pada hati dan merupakan inhibitor untuk enzim asetil kolin
esterase.

3. Mikotoksin

Kemungkinan terdapat dalam makanan olahan seperti kacang, oncom, kentang, bihun, minyak
kelapa, dan jamu(kadaluarsa), misalnya alfatoksin B1,B2, Gl dll. yg berbahaya AFBI: racun yg bersifat
hepatotoksik, karsinogenik, menyebabkan hepatitis, hepatoma, kematian katena kerusakan hati,
gangguan kesehatan. efek biokimia AFB1: V menunjukkan pengaruh pada fungsi hati V menaikkan
kandungan lipid V gangguan sintesis protein v menurunkan kadar vitamin A dalam hati alfatoksin
dihasilkan oleh kapan Aspergillus flavus. tumbuh di daerah tropis pada bahan makanan, suhu 20-
30C, kelembaban 75-85%.

4. Jamur

Jamur dapat merusak hati, memiliki senyawa golongan amanita mono metil hidrasi dan
senyawa toksik lain.

5. CC14

Dosis 2-10mL memberikan efek mual, muntah, sakit kepala, kejang, koma, gangguan fungsi hati
yg dapat menimbulkan kematian.

6. Obat : Parasetamol

Parasetamol mengalami biotransformasi di hati, parasetamol terkonjugasi dengan asam


glukoronat membentuk metabolit elektrofil, N-asetil-P-benzokuinonimina (NABKI) sebagai
hepatotoksik.Pada dosis terapi metabolit tersebut dapat diikat oleh glutation (GSH) hati membentuk
konjugat dengan sistein dan asam merkapturat, yang kemudian diekskresi oleh urin. Kejenuhan jalur
konjugasi/kandungan GSH hati dihabiskan sampai menurun 20-30% dari harga normal
mengakibatkan NABKI dapat berikatan dengan makromolekul sel hati secara ireversibel. Hal ini
menyebabkan nekrosis sel hati.

Toksikologi Ginjal
Selain hati, ginjal merupakan organ sasaran utama dari efek toksik. Hal ini disebabkan urin/ginjal
adalah merupakan jalur utama ekskresi toksikan sehingga volume aliran darah yang mengandung
toksikan cukup besar dan terjadi akumulasi toksikan pada filtrate glomerolus, melewati sel-sel tubulus
dan terjadi bioaktivasi toksikan tertentu.
Nefrotoksik adalah racun yang dapat menyebabkan kerusakan pada organ ginjal. Ginjal
merupakan organ tubuh yang paling sering terpapar zat kimia dan metabolitnya terutama obat yang
dipakai secara meluas dimasyarakat. Kemudahan keterpaparan ginjal terhadap zat-zat tersebut
diakibatkan oleh sifat-sfat khusus ginjal, yaitu :

1. Ginjal menerima 25 %, curah jantung sedangkan beratnya hanya kira-kira 0,4% dari berat
badan.
2. Untuk menampung curah jantung yang begitu besar, ginjal mempunyai permukaan endotel
kapiler yang relatif luas dianatara organ tubuh yang lain.
3. Permukaan endotel kapiler yang sangat luas ini menyebabkan bahan yang bersifat imunologik
sering terpapar didaerah kapiler glomerulus dan tubulus.
4. Fungsi transportasi melalui sel-sel tubulus dapat menyebabkan terkonsentrasinya zat-zat toksin
di tubulus sendiri.
5. Mekanisme counter current sehingga medulla dan papil ginjal menjadi hipertonik dapat
menyebabkan konsentrasi zat toksik sangat meningkat di kedua daerah tersebut.
Sifat-sifat khas yang disebut di atas inilah yang memudahkan terjadinya gangguan struktur dan
fungsi ginjal, bila di dalam darah terdapat zat yang bersifat nefrotoksik. Besarnya aliran darah yang
menuju ke ginjal ini menyebabkan keterpaparan ginjal terhadap bahan/zat-zat yang beredar dalam
sirkulasi cukup tinggi. Akibatnya bahan-bahan yang bersifat toksik akan mudah menyebabkan
kerusakan jaringan ginjal dalam bentuk perubahan struktur dan fungsi ginjal. Keadaan inilah yang
disebut sebagai nefropati toksik dan dapat mengenai glomerulus, tubulus, jaringan vaskuler, maupun
jaringan interstitial ginjal.

Kerusakan yang dapat terjadi pada Ginjal/nefron :


1. Glomerolus
- Siklosporin, amfoterisin B dan gentamisin, mengurangi filtrasi glomerulus mengakibatkan
vasokontriksi renal.
- Antibiotika puromisin meningkatkan permeabilitas glomerolus terhadap protein seperti
albumin.
- Kerusakan pada glomerolus bias juga terjadi melalui proses autoimun, dimana toksikan
seperti logam berat, hidrokarbon, penisilamin dan kaptopril berperan sebagai hapten yang
menyerang protein tertentu membentuk antigen lengkap, kemudian menstimulasi respon
imun sehingga terbentuk antibodi. Komplek antigen antibodi yang terbentuk akan merusak
sel glomerolus.
2. Tubulus proksimal
Terjadinya absorpsi dan sekresi aktif ditubulus proksimal menyebabkan tingginya kadar
toksikan ditubulus proksimal. Selain itu kadar sitokrom P-450 pada tubulus proksimal lebih
tinggi untuk mendetoksifikasi atau mengaktifkan toksikan. Hal ini menyebabkan tempat ini
merupakan sasaran efek toksik.
Logam berat seperti Cd, Hg, Pb, Cr dapat mengubah fungsi tubulus yang ditandai dengan
glukosuria, aminoasiduria, dan poliuria. Pada dosis yang tinggi logam berat menyebabkan
kematian sel, peningkatan BUN, dan anuria. Sefaloridin tidak disekresi oleh tubulus
proksimal tapi ditumpuk dalam sel sehingga menyebabkan kerusakan.
3. Loop Henle, Tubulus distal dan Tubulus Pengumpul Tetrasiklin dan amfoterisin B
Mempengaruhi tubulus distal dan mengakibatkan berkurangnya keasaman urin (salah
satu fungsi tubulus ini adalah sekresi H+).Kerusakan–kerusakan pada tubulus diperantarai
oleh metabolit toksik fluorida.
Metoksi fluran menyebab kan kerusakan pada tubulus proksimal, loop henle, tubulus
distal juga tubulus pengumpul. Aspirin dan fenasetin dapat menyebabkan gagal ginjal kronis
dengan efek toksik pada medulla yaitu Loop henle, tubulus pengumpul dan vasa recta.
Gejala klinis nefrotoksik :

Gejala nefropati toksik tergantung dari jenis-jenis bahan kimia atau obat yang terpapar pada
ginjal. kelainan ginjal yang ditimbulkan mulai dari proteinuria, hematuria, sindrom nefritik akut,
sindrom nefrotik, nefritis interstitial akut, nefritis tubulo-interstitial, sampai gagal ginjal baik akut
maupun kronik.

PERTANYAAN TOKSIKOLOGI

1. Rosa (6) :Apa saja jenis obat nefrotoksik yg bisa mempengaruhi fungsi ginjal,?
Lalu bagaimana cara meminimalisir risiko kerusakan ginjal dari penggunaan obat tsb
?

2. Ainun (kel.3) Apa penyebab dektoksifikasi hati terganggu?

3. Dillah (4) Bagaimana cara kita mengetahui bahwa kita mengidap hepatotoksik?

4. Saida (9) : Bagaimana cara mengukur kandungan CO pada sistem pernafasan? Dan
kapan seseorang harus melakukan pemeriksaan?

Anda mungkin juga menyukai