PROGRAM STUDI S1
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIV RIAU
November 2020
apt. Rahmayati Rusnedy, M.Si
Pertemuan II.
Efek toksikan pada organ target
• Hati
• ginjal
• paru-paru
• Reproduksi
TARGET
• neuron/saraf
ORGAN-
• kardiovaskular
ORGAN
SPESIFIK
• Dll (kulit, mata, organ/sel imunitas)
dari
TOKSIKAN
•Kenapa hati, ginjal, paru-paru jantung dan
pembuluh darah menjadi organ target yang
spesifik dan banyak dilaporkan mengalami
kerusakan/dampak merugikan akibat
toksikan??
• Karena organ-organ tersebut memiliki peranan besar dalam proses metabolisme, dan
ekskresi zat toksikan.
• Contoh: hati. Proses detoksikasi terutama dilakukan oleh hati, maka apabila terjadi
metabolit yang lebih toksik atau lebih reaktif, maka hepar ini pula yang pertama-tama
menderita efek toksiknya.
Begitu juga ginjal sebagai organ ekskresi
PRINSIP TERJADINYA EFEK TOKSIK
• Efek toksik merupakan efek biologis yang ditimbulkan oleh suatu
toksikan dari sejumlah proses yang sangat kompleks, yakni interaksi
antara fungsi homeostasisnya dengan xenobiotik melalui mekanisme
kerja tertentu.
• Apabila usaha homeostasis ini tidak dapat mengatasi toksisitas
xenobiotik yang masuk karena berbagai hal, seperti dosis yang terlalu
tinggi, atau paparan konsentrasi yang pekat, dan kontinu, keadaan gizi
kurang baik, kondisi fisiologi membran biologi yang terpapar, dstnya,
maka akan terjadi efek yang bermacam-macam, ada yang menyerang
organ tertentu secara spesifik, ada pula yang menyerang organ lain,
ataupun menyerang seluruh organ tubuh.
Terjadi efek yang bermacam-macam dilihat
dari
1) Segi biologis efek: sangat ringan, sedang, ataupun parah.
Efek ringan: perubahan nafsu makan, perubahan berat badan, perubahan aktivitas enzim,
dan perubahan fungsi organ tubuh.
Efek parah: perubahan struktur dan fungsi organ yang parah, perubahan homeostasis yang
ireversibel, sampai pada kematian.
2) Segi waktu dan dosis yang masuk: efek akut, subakut, / kronis;
3) Pulih tidaknya: efek reversibel / ireversibel;
4) Lokasi: bersifat lokal maupun sistemik;
5) Interaksi zat toksikan: langsung (intrasel) atau tidak langsung (ekstrasel).
6) Hipersensitiviti: hipersensitif/alergis atau tidak.
Alergi dg reaksi langsung ataupun diperlambat/delayed.
Reaksi jenis ini disebabkan oleh reaksi dari sistem imunitas ataupun suatu kelainan
keturunan.
Berdasarkan organ target, efek toksik dapat diklasifikasikan menjadi
hepatotoksik, neprotoksik, pulmotoksik/pneumotoksik, neurotoksik,
genotoksik, immunotoksik dan lain-lain.
1. Efek toksikan di hati/hepar
e. Tumor dan kanker hati, disebabkan aflatoksin dari jamur, arsenik, dan torium dioksida (sebagai
kontras radioaktif untuk tujuan diagnostik)
Acetaminophen/parasetamol
• Dosis lebih dari 150-200 mg/kgbb (anak) atau 7 g total (dewasa)
dianggap potensial toksik.
• Banyak pasien dengan potensi hepatotoksisitas akut yang signifikan
pada awalnya asimtomatik setelah konsumsi.
• Keracunan parasetamol ditandai dengan cedera hati, seperti sakit
perut, muntah terus menerus, icterus, dan nyeri tekan kuadran kanan
atas, menjadi jelas 24 sampai 48 jam setelah konsumsi akut.
• Transaminase serum (AST) mulai meningkat sejak 16 jam setelah
konsumsi yang signifikan dan selalu meningkat pada saat tanda klinis
hepatotoksisitas pada awalnya bermanifestasi.
2. Efek toksikan di bagian nefron-ginjal
Nefrotoksisitas
Ginjal sangat rentan terhadap racun karena volume darah yang tinggi mengalir melalui
organ dan menyaring sejumlah besar racun yang dapat terkonsentrasi di tubulus ginjal.
Ini dapat menyebabkan toksisitas sistemik yang menyebabkan efek sebagai berikut:
• Emfisema ditandai dengan pembesaran paru-paru yang tidak mengeluarkan udara secara
memadai dan tidak melakukan penukaran gas dengan baik, sehingga sulit bernafas, terjadi pada
perokok berat.
c. Fibrosis paru; pembentukan jaringan ikat fibrosa berlebih berkembang
di paru-paru dapat diakibatkan oleh penumpukan bahan berserat/partikel
debu di dalam rongga paru.
• Fibrosis kronis dapat terjadi akibat paparan debu aluminium, aluminium,
kromium (VI), debu batubara, ozon, fosgen, dan silika
e. Kanker paru-paru
Sebanyak 90% kanker paru-paru disebabkan oleh paparan asap
tembakau/rokok.
Periode laten terjadinya kanker paru-paru dari sumber ini biasanya 20
hingga 40 tahun atau lebih.
Note: Laten onset yang lambat, toksisitas terjadi tetapi
gejala-gejala tidak terlihat setelah paparan
Zat lain adalah asbes dan gas radon, alpha radioaktif (radikal bebas).
Efek toksik yang umum terjadi pada paru adalah akibat dari beban oksidatif dari
terpaparnya oksidan aktif terutama radikal bebas yang dihasilkan oleh berbagai
agen toksik.
Misalnya: Ozon/O3, NO2, polutan udara karbon monoksida (CO) yang paling
sering dikaitkan dengan asap polutan fotokimia, adalah oksidan yang sangat
aktif di udara yang tercemar berupa radikal bebas, seperti hidroksil/HO dan ion
superoksida/O-
CO di Udara
Paru-paru
Nekrosis Mati
1 2 3
Ex:
> DDT konsentrasinya hamper 80 kali lebih tinggi dalam ovarium daripada darah,
dapat menembus oosit, saluran telur, cairan uterus dan kelainan blastosis.
> Nikotin dapat berdifusi ke pembuluh darah, menyebabkan penyumbatan sehingga
pasokan darah ke organ berkurang (salah satunya pada organ reproduksi laki-laki
terjadinya disfungsi erektil.
endocrine disrupting chemicals (EDCs)
5. Efek toksikan di sistem saraf/neuron
Timbulnya efek toksik pada sistem saraf yang dapat menimbulkan gangguan fungsi dan keutuhan SSP
kemungkinan melalui respon farmakologi sebagai :
a. Encephelopathy mengacu pada kelainan otak, degenerasi dan hilangnya neuron otak, dan nekrosis korteks
serebral.
> Gejala encephelopathy meliputi hilangnya koordinasi (ataksia), konvulsi, kejang, cerebral palsy (paralisis
parsial dan tremor), dan koma.
Neurotoxins juga dapat menyebabkan gejala penyakit Parkinson, yang meliputi kekakuan, cara berjalan yang
acak, dan getaran tangan dan jari.
Gejala psikologis, seperti rasa malu, kemarahan yang tidak terkontrol, dan kecemasan ekstrim, mungkin
merupakan gejala kerusakan neurotoxins pada jaringan otak.
Logam yang menyebabkan encephelopathy (neurotoksisitas) : aluminium, bismut, timbal, dan arsenik
(metaloid).
b. Neuropati perifer mengacu pada kerusakan saraf di luar sistem saraf pusat.
Hal ini terutama terlihat sebagai kerusakan pada saraf motorik yang terlibat dengan
gerakan otot refleks.
• Paparan akut arsen dapat terjadi jika tertelan (ingestion) sejumlah 100 mg As.
• Dosis fatal: jika sebanyak 120 mg arsenik trioksid masuk ke dalam tubuh.
• Sebaliknya, toksisitas akut (ingesti oral) dari garam merkuri (HgCl2) jika tertelan
(paparan awal) tidak menimbulkan efek toksik pada otak tetapi menimbulkan
nekrosis tubulus proksimal bahkan gagal ginjal.
PESTISIDA; golongan ORGANOFOSFAT &
karbamat
Efek toksik pada SSP menimbulkan Kegelisahan, sakit kepala, tremor, stupor, ucapan kabur, ataksia,
dan kejang.
Kasus keracunan organofosfat pada pediatrik, anak-anak tsb mengalami stupor (penurunan
kesadaran ditandai tidak dapat merespon) dan atau koma. Bradicardia (penurunan denyut jantung)
dan hipotensi terjadi setelah keracunan sedang sampai berat.
• Kematian biasanya diakibatkan oleh kegagalan pernafasan karena kelemahan otot pernapasan,
serta depresi pada pernafasan sentral.
Inhibisi insektisida malathion jenis organofosfat terhadap enzim asetilkolinesterase yang berikatan
kovalen dengan organoposfat. Sehingga asetikolin tidak dapat dihidrolisis menjadi kolin dan asam
asetat yang diperlukan untuk impuls sel saraf sehingga impuls saraf dari satu sel ke sel yang lain
atau ke efektor terganggu menimbulkan efek kolinergik-kejang yang berlebihan
Pengaruh toksin botulinum pada pengantaran rangsangan neurohormonal
a. Dermatitis kontak, ditandai dengan permukaan kulit yang teriritasi, gatal, dan
kadang terasa sakit, gejalanya adalah eritema, atau kemerahan. Bahkan
permukaan kulit mengalami pengelupasan, permukaannya terlepas.
Ada dua kategori umum dermatitis kontak: dermatitis iritan dan dermatitis kontak alergi.
1) Dermatitis iritan tidak melibatkan respons imun dan biasanya disebabkan oleh kontak dengan zat
korosif yang menunjukkan pH yang ekstrem, kemampuan pengoksidasi, dehidrasi, atau kecenderungan
untuk melarutkan lipid kulit.
Dalam kasus paparan ekstrem, sel kulit hancur dan bekas luka permanen. Kondisi ini dikenal sebagai luka
bakar kimia.
Paparan asam sulfat pekat, basa NaOH, KOH pekat yang menunjukkan keasaman ekstrim, atau pada
asam nitrat- HNO3 pekat yang menimbulkan dampak mendenaturasi protein kulit.
Oksidan yang kuat hidrogen peroksida-H2O2 30% dapat menyebabkan luka bakar kimiawi yang buruk.
Dermatitis iritan tidak melibatkan respons imun dan biasanya disebabkan oleh kontak dengan zat
korosif yang menunjukkan pH yang ekstrem, kecenderungan untuk melarutkan lipid kulit.
2) Dermatitis kontak alergi terjadi saat individu menjadi peka terhadap bahan kimia pada paparan
awal, setelah itu eksposur selanjutnya menimbulkan respons yang ditandai dengan dermatitis
kulit.
Dermatitis kontak alergi adalah hipersensitivitas tipe IV yang melibatkan sel T dan makrofag,
bukan antibodi.
Di antara zat lain yang menyebabkan dermatitis kontak alergi adalah formaldehid, asam abietik
dari tumbuhan, pewarna triphenylmethane, garam dikromat, merkuri , dan nikel.
Kulit yang terkena dermatitis kontak alergi biasanya menunjukkan edema, dengan akumulasi
cairan di antara sel kulit.
b. Urticaria/ gatal-gatal, adalah reaksi alergi tipe I yang berawal sangat cepat dari paparan racun yang
menjadi subjek sensitif.
Hal ini ditandai dengan pelepasan histamin dari sejenis sel darah putih. Histamin menyebabkan
banyak gejala reaksi alergi, termasuk edema jaringan. Selain edema, eritema, dan menyertai bekas
luka pada kulit, urtikaria disertai dengan gatal yang parah.
Pada kasus yang parah, seperti yang terjadi pada beberapa orang akibat sengatan lebah atau tawon,
urtikaria dapat menyebabkan anafilaksis sistemik, reaksi alergi yang berpotensi fatal.
Efek toksikan di bagian mata
Bentuk lain energi radiasi adalah radiasi pengion, yang dapat mengeluarkan
satu atau lebih elektron dari biomelekul, dan membentuk ion atau radikal
bebas yang sangat tidak stabil. Senyawa ini dapat mengakibatkan perubahan
kimiawi DNA memicu mutasi genetik
SEKIAN
TERIMA KASIH…