Anda di halaman 1dari 16

FARMAKOLOGI

KLINIK
KELOMPOK 5 :
FARIZ PUTRA RAMADHAN 1901011
CINDY ANGGREINI NAPITUPULU 1901006
INDAH WAHYUNI 1901015
MERRY MEILANI 1901019
NURUL AISYAH 1901025
RESI OKTAMARA DIWA 1901030

DOSEN PENGAMPU :
Dr.apt.ADRIANI SUSANTY, M.Farm
PARKINSON
Tahun 1817 Dr. James Parkinson mempublikasikan kasus pasien yang mengalami “Shaking Palsy” (shake=
gemetar, palsy = kelumpuhan). Sejak saat itu muncul istilah parkinsonism yaitu menggambarkan gejala klinik yang
ditandai dengan gemetar, kekakuan, bradikenisia, dan instabilitas postural. Pada tahun 1921, Charles Foix berhasil
mengungkapkan kelainan secara tepat dibatang otak, yaitu di subtansia nigra mesensefalon sebagi substrat penyakit
parkinson.

Penyakit gangguan syaraf kronis dan progreresif yang ditandai dengan:


1. Tremor (gemetar)
2. Rigiditas (kekakuan otot)
3. Akinesia/ Bradikenisia (berkurangnya kecepatan gerakan)
4. Postural Disability (misalnya: postur tubuh membungkuk, gaya berjalan yang kecil-kecil, kepala sedikit
menunduk)
EPIDEMIOLOGI

PENINGKATAN ONSET TERJADI


01 USIA 02 PADA USIA >60
TAHUN

FAKTOR PENYAKIT PARKINSON


03 LINGKUNGAN 04 YANG TERJADI <50
TIDAK BEGITU TAHUN MUNGKIN ADA
BERPEGARUH FAKTOR GENETIK
ETIOLOGI
Faktor resiko tidak diketahui, tetapi terdapat hipotesis, diantaranya; infeksi oleh virus yang
non konvensional (belum diketahui), reaksi abnormal terhadap virus yang sudah umum,
pemaparan terhadap zat toksik yang belum di ketahui, terjadinya penuaan yang prematur atau
dipercepat.
Selain itu, beberapa hal yang dapat menyebabkan gejala parkinson, antara lain:
Obat, seperti : fenotiazin, benzamid, metildopa, dan reserpin, metoklopramid,
SSRI, Amiodarone, Diltiazem, Asam Valproat Keracunan logam berat (Mn)
Anoksia (keracunan Co) Pasca trauma, dll.
DIAGNOSIS
• Kemungkinan diagnosis tepat jika pasien menunjukkan bradikinesia, tremor, kekakuan
• Perlu dilihat ada info sejarah penggunaan obat (drug induced parkinsonism)
• Dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan yang seksama, umumnya diagnosis parkinson
sudah dapat ditegakkan. Hanya sedikit saja pemeriksaan penunjang lain dibutuhkan setelah
evaluasi klinik yang lengkap. Pada tiap kunjungan perlu diproleh:
• Tekanan darah yang diukur dalam keadaan berbaring dan berdiri untuk mendeteksi hipotensi
ortostatik, yang dapat pula diperberat oleh medikasi
• Menilai respon terhadap stress
• Mencatat dan menilai kemampuan fungsional
• Pemeriksaan penunjang
• Sekali diagnosis, dapat dievaluasi perkembangan penyakitnya dengan skala Hoehn dan Yahr
SKALA HOEHN DAN YAHR
Stage 0 Tidak ada tanda-tanda penyakit
Stage 1 Tanda-tanda unilateral
Stage 1,5 Tanda-tanda unilateral dan bilateral
Stage 2 Tanda-tanda bulateral tanpa gangguan
keseimbangan
Stage 2,5 Penyakit bilateral ringan
Stage 3 Penyakit bilateral ringan-sedang, terjadi
ketidak seimbangan tubuh, secara fisik
masih mandiri
Stage 4 Penyakit parah, tidak mampu hidup
sendiri
Stage 5 Tidak bisa berjalan atau berdiri tanpa
bantuan
TANDA NON-MOTORIK

INKOTINENSIA DEMENSIA DISPHAGIA

DEPRESI GANGGUAN KONSTIPASI


TIDUR
TERAPI FARMAKOLOGI
1. Meningkatkan kadar dopamin endogen
• L- Dopa, prekusor dopa
• Carbidopa, Benserazid, menghambat metabolisme perifer oleh dopa dekarbosilase
• Entacapon, tolcapon, menghambat degredasi dopa oleh O-metiltransferase
• Selegilin, menghambat degredasi Dopa oleh MAO B
• Amantadin, meningkatkan sintesis dan pelepasan dopamin, menghambat re-uptake

2. Mengatifkan reseptor dopamin dengan antagonis


• Bromokriptin, lisurid, agonis D2
• Pramipeksol, ropinirol, agonis D2 dan D3
• Pergolid, apomorfin, agonis D1 dan D2

3. Menekan aktifitas kolinergik dengan obat-obatan anti kolinergik


• Benztropin, triheksifenidil
THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai